Bro Kainyn,
dalam berkomunikasi dengan seseorang terkadang kita berusaha untuk bersikap lebih luwes dan komunikatif, namun malah menerima suatu perlakuan yang mungkin agak berbeda, Misal disepelekan, diacuhkan, dinomorduakan, dll. Dalam hal ini, tentunya bisa saja hal ini benar adanya dan bisa juga hal ini hanya perasaan belaka. Berefleksi dan aktif mendengarkan saran tentu saja harus dilakukan. Namun, tidak selamanya kita dapat mengaplikasikan saran yang diterima apabila bertentangan dengan karakter dan prinsip.
Bagaimana kira-kira cara menganggulangi hal ini ?
Apakah kira-kira bisa dievaluasi karakter dan prinsip yang tidak bermanfaat ?
Mungkin harus lihat situasi juga. Manusia karakternya beragam, kita tidak bisa menggunakan pendekatan yang sama pada setiap orang, atau dalam setiap komunitas. Jadi kita menilai bagaimana karakter orang atau komunitas, lalu melihat apakah yang mereka bicarakan, apakah tujuannya, apakah bermanfaat (bagi kita atau bagi mereka) jika kita bergaul di sana, dan lain-lain. Jika memang setelah kita menilai tidak ada manfaatnya bicara, tidak perlulah bicara.
Selain dari membedakan karakter pergaulan, kita juga harus siap dengan reaksi orang lain ketika kita mulai berkomunikasi. Ada kalanya kita salah omong, tapi tetap dipuji. Ada kalanya kita omong benar, tapi malah dipersalahkan. Ini adalah hal yang wajar dalam berkomunikasi, jangan jadi congkak karena pujian kosong, juga jangan jadi rendah diri karena cacian bodoh. Dan terpenting juga, jangan jatuh pada keseimbangan bathin tak bermanfaat. Kadang kita melekat pada kebodohan dan membebalkan diri. Orang bebal itu bathinnya seimbang, dimarahi tidak marah, dicela juga tidak goyah. Teguh pada kebebalannya. Tetap renungkan semua input dan output, coba nilai apakah sudah benar dan bermanfaat. Saya pikir hal-hal tersebut yang perlu direfleksikan. Menurut saya, tidak ada satu penilaian 'karakter' atau 'prinsip' bermanfaat/tidak, yang berlaku universal bagi semua orang. Pasti berbeda, walaupun ada yang sama secara umum.