Seperti yang saya janjikan, berikut kisahnya ini saya dapat dari blognya Ratna Kumara tapi isinya seperti buku yang pernah saya baca :
“ Kemudian ketika Ajaran Buddha telah berumur lima-ribu (5.000) tahun, Relik-relik Buddha, yang tidak lagi dihormati dan dipuja, akan pergi ke tempat-tempat dimana masih ada penghormatan dan pemujaan. Seiring berjalannya waktu, di semua tempat tidak lagi ditemukan adanya penghormatan dan pemujaan terhadap Relik [Sang-Buddha]. Pada masa itu, ketika Ajaran berangsur terlupakan, semua Relik datang dari berbagai tempat, dari kediaman naga dan alam dewa serta alam Brahma, berkumpul di sekitar pohon Boddhi di Buddha Gaya di mana Sang Buddha mencapai Pencerahan-Sempurna, dan melakukan keajaiban seperti “Keajaiban-Kembar”, kemudian akan mengajarkan Dhamma. Tidak akan ditemukan manusia di tempat itu. Semua dewa dari sepuluh-ribu ( 10.000 ) sistem dunia berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma dan ribuan jumlah dari mereka akan merealisasikan Ajaran. Mereka akan menangis keras dan berkata, “ Wahai para Dewa, satu minggu dari hari ini Pemilik sepuluh (10) Kekuatan Tathagata akan memasuki Parinibbana.” Dengan terisak mereka berkata: “Mulai saat itu, kita semua berada dalam kegelapan.” Kemudian Relik akan memanas dan terbakar habis tanpa sisa.
Inilah Sariputta, yang dimaksud lenyapnya Relik. “
Saya tidak membaca ada seorang Buddha secara fisik yang mengajar pada momen berkumpulnya relik tersebut, tidak ada kata-kata yang menunjukkan hal itu. Yang ada adalah relik-relik tersebut berkumpul, melakukan keajaiban, mengajarkan Dhamma. Berkumpul bukan berarti menyatu jadi satu membentuk fisik utuh. Lalu siapa yang mengajarkan Dhamma? Yang pasti bukan seorang Buddha karena tidak dikatakan demikian. Tapi saya teringat akan sebuah film science fiction, dimana seseorang bisa berbicara dengan visual image dari seseorang yang sudah mati.
Saudara Kelana yang baik,
Sekedar berbagi, setahu saya sebelum Sang Buddha Parinibbana, Beliau melakukan tekad agar relik Beliau berkumpul, lalu membentuk image dan mengajarkan Dhamma. Menurut Mahavamsa Beliau juga bertekad semoga cabang pohon Bodhi lepas dengan sendirinya pada waktu akan ditanam di Srilangka. Cabang pohon Bodhi tersebut masih tumbuh hingga sekarang, setelah lebih dua ribu tahun.
Tekad Beliau agar relik berkumpul lalu membentuk gambaran Beliau dan mengajarkan Dhamma tidak sulit dilakukan oleh Seorang Buddha. Sama seperti ketika Beliau mengajar di surga Tavatimsa, Beliau menciptakan kembaran yang menggantikan Beliau mengajarkan Dhamma persis seperti Beliau, ketika Beliau turun ke Bumi untuk berpindapatta.
Demikian juga dengan relik seorang Arahat. Seorang Arahat bisa bertekad agar sisa tubuhnya setelah kremasi menjadi relik atau tidak. Bahkan di Myanmar ada Bhikkhu yang rambutnya setelah dicukur berubah menjadi relik, padahal beliau masih hidup.