//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?  (Read 38290 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #15 on: 17 November 2009, 01:59:08 PM »
baru saja dapat email dari teman di milis sebelah

Quote
Berikut adalah tulisan Bhikkhu Bodhi (A comprehensive manual of Abhidhamma) tentang siapa sebenarnya yang menulis/menyusun (compile) Katthavatthu, salah satu bagian dari Abhidhamma:

"The Kathavatthu, "Points of Controversy," is a polemical treatise ascribed to the Elder Moggaliputta Tissa. He is said to have compiled it during the time of Emperor Asoka, 218 years after the Buddha's Parinibbana, in order to refute the heterodox opinions of the Buddhist schools outside the Theravadin fold. The Commentaries defend its inclusion in the Canon by holding that the Buddha himself, foreseeing the errors that would arise, laid down the outline of rebuttal, which Moggaliputta Tissa merely filled in according to the Master's intention."

Jadi Bhikkhu Bodhi, salah seorang ahli Abhidhamma, juga mengetahui bahwa sumber Kathavatthu itu sendiri juga masih diperdebatkan. Oleh para ahli telah disebutkan bahwa Kathavatthu adalah hasil kompilasi (susunan) Bhikkhu Moggaliputta Tissa di masa Asoka (200 thn lebih setelah parinibbana Buddha). Tetapi commentaries (komentar) mengatakan bahwa Buddha sendiri yg mengajarkan hal ini, dan Moggaliputta Tissa "hanya sekedar meneruskan pesan Buddha."

Terkesan agak aneh saja bila Buddha meninggalkan pesan ini kepada bhikkhu2 tertentu dan pesan ini tak disampaikan kepada bhikkhu2 utamanya yg hadir dalam sidang Sangha I (Bhikkhu Ananda, Bhikkhu Maha Kassapa). Kenapa pesan ini tak dikompilasikan awalnya? Kenapa Moggaliputta Tissa yg harus mengkompilasikannya setelah 200 thn lebih parinibbana Buddha? Mungkin kita sebagai umat Buddha patut meragukan sumber yang telat ini yang diakui berasal dari Buddha, apalagi mengingat isi Kathavatthu adalah tentang poin2 kontroversi diantara anggota2 Sangha yg muncul setelah parinibbana Buddha, dan sekelompok bhikkhu mengakui "Buddha telah menitip pesan ini dan itu kepada mereka."


Sebenarnya keragu-raguan apakah Kathavatthu benar2 Buddhavacana (kata2 Sang Buddha) ataukah bukan sudah terjadi sejak awal seperti yang diceritakan dalam Atthasalini, Kitab Komentar Dhammasangini.  Dikatakan bahwa vidaṇḍavādī (mereka yang suka gosip) berpandangan bahwa Kathavatthu bukan kata2 Sang BUddha karena teks ini disusun oleh Bhikkhu Mogaliputtatissa Thera, 218 tahun setelh Sang Buddha parinibbāna. Oleh karenanya, mereka menganjurkan untuk membuang buku ini (Tasmā sāvakabhāsitattā  chaḍḍetha  nan’ti). Untuk menghilangkan anggapan demikian para ahli Abhidhamma menjelaskan bahwa Kathavatthu pun merupakan kata2 Sang BUddha. Mereka berpendapat bahwa sewaktu masih hidup, Sang Buddha telah memberikan mātikā (outline / uraian ringkas) mengenai Kathavatthu. Beliau pun telah meramalkan bahwa uraian ringkas ini akan dikembangkan dan digunakan oleh Mogaliputtatissa thera untuk melawan ajaran2 yang menyesatkan. Karena  Kathavatthu merupakan penjelasan detil dari uraian singkat yang diberikan Sang BUddha, maka keseluruhan teks ini bisa dikatakan sebagai Buddhavacana. Di teks yang sama, untuk memperkuat alasan ini, para Abhidhammikas juga memberikan satu contoh yang sama yang terjadi pada kasus Madhūpiṇḍikasutta dari Majjhimanikāya. Dalam Sutta tersebut, Sang BUddha hanya mengutarakan satu syair kepada para bhikkhu sebelum meninggalkan ruangan. Setelah itu, para bhikkhu meminta Bhikkhu Mahā Kaccāyana untuk menjelaskan secara detail apa yg diutarakan Sang BUddha dengan singkat. Dalam hal ini, syair yang diberikan Sang BUddha adalh Mātikā. Sementara itu, seperti halnya Mogaliputtatissa thera, Bhikku Kaccayāna juga menerangkan dengan detil apa yang Sang BUddha berikan dengan singkat. Oleh karena penjelasan detil yang diberikan Bhikkhu Kaccayāna bermula dari mātikā Sang BUddha, maka keseluruhan isi Sutta tersebut juga dikatakan sebagai Buddhavacana.

Dari argumen yang diberikan Para Abhidhammika, para Abhidhammika masih sangat sadar bahwa Kathavatthu telah disusun oleh Mogaliputtatissa thera. Namun karena isi Kathavatthu ini bermula dari Mātikā yang diberikan oleh Sang BUddha, mereka berpendapt bahwa Kathavatthu juga merupakan kata2 Sang BUddha.

Be happy.
« Last Edit: 17 November 2009, 02:01:46 PM by Peacemind »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #16 on: 17 November 2009, 02:22:44 PM »
Lalu apa perlunya bau tahi Sang Buddha masuk ke Kathavatthu?
Menurut saya jelas ini merupakan reaksi atas aliran lain yang bilang kalau bau tahi Sang Buddha wangi cendana.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #17 on: 17 November 2009, 02:32:41 PM »
Lalu apa perlunya bau tahi Sang Buddha masuk ke Kathavatthu?
Menurut saya jelas ini merupakan reaksi atas aliran lain yang bilang kalau bau tahi Sang Buddha wangi cendana.

Khan Katthavatthu memang disusun  untuk melawan pandangn2 sekte2 Buddhist lainnya yang tidak sesuai dengan Theravāda.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #18 on: 17 November 2009, 08:22:27 PM »
 [at] gachapin: nda tau deh apakah soal ee wangi cendana. aye cuma kebetulan aje dapet email itu pas ada baca topik ini pulak.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #19 on: 17 November 2009, 10:31:16 PM »
Sebenarnya ini merupakan tepukan bagi diri saya sendiri. Mahayana pun mengatakan bahwa Mahayana Sutra disimpan di alam naga.
Jadi tidak seharusnya saya mengatakan bahwa ini sesat, itu sesat dan seterusnya. Walaupun di Katthavatthu memang ada bukti-bukti yang mentidakbenarkan konsep-konsep Bodhisattva dalam Mahayana.

Atau artinya saya harus lebih fanatik yak? =))
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #20 on: 18 November 2009, 10:39:30 AM »
Sebenarnya ini merupakan tepukan bagi diri saya sendiri. Mahayana pun mengatakan bahwa Mahayana Sutra disimpan di alam naga.
Jadi tidak seharusnya saya mengatakan bahwa ini sesat, itu sesat dan seterusnya. Walaupun di Katthavatthu memang ada bukti-bukti yang mentidakbenarkan konsep-konsep Bodhisattva dalam Mahayana.

Atau artinya saya harus lebih fanatik yak? =))

^Jangan fanatiklah ... karena itu termasuk miccha ditthi dan itu tidak bermanfaat bagi batin... ;D

Wah... Bro Gachapin sudah baca Kitab Katthavatthu yah? Tolong di share donk?

Anumodana..._/\_

:lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #21 on: 20 April 2013, 10:39:08 AM »
Setelah tanpa sengaja bertemu satu artikel, kemudian takdir malah membawa saya ke thread lama. Maka izinkan saya membahas kembali thread yang berusia lebih dari 5 tahun ini.

Quote
1). ARGUMENTASI: Tak perlu dipungkiri bahwa data historis semacam itu memang tidak dapat dijumpai dalam Sutta Piöaka dan Vinaya Piöaka. Namun, agaknya kurang tepat jika hal-hal yang berkaitan dengan Abhidhamma hanya dikorek dan satu dua sumber saja. Haruslah disadari bahwa Sutta Piöaka dan Vinaya Piöaka saja tentunya tidak mungkin sanggup meliput “seluruh” peristiwa yang pernah terjadi sepanjang kehidupan Sang Buddha Gotama. Dengan perkataan lain, pasti ada peristiwa-peristiwa tertentu yang benar-benar terjadi namun tidak sempat tertuliskan di dalarnnya. Untuk menelusuri peristiwa semacam mi, Kitab Ulasan (Atthakathâ) dan Kitab Tarsiran (Éîkâ) yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya agaknya dapat dijadikan sebagai pelengkap sumber-acuan.
Adalah sangat benar bahwa tidak semua bisa dicatat dalam sutta-vinaya. Tapi apakah tidak pernah terbesit dalam pikiran kita bahwa hal yang sebegitu hebohnya, yang begitu luhur, dan terperinci sampai harus dicatat dalam pitaka tersendiri, tidak pernah tercatat dalam sutta? Sebegitu tidak pentingnya, atau ada hal-hal lain?



Quote
2). ARGUMENTASI: Sesungguhnya, perkataan tersebut tidaklah berarti Sang Buddha Gotama mendaifkan atau merendahkan Vinaya dan Sutta, melainkan semata-mata mengungkapkan suatu penilaian yang benar-benar didasarkan pada kenyataan yang ada. Dalam menilai segala sesuatu, seorang Buddha senantiasa bersifat objektif –tidak berat sebelah/sepihak– dan sesuai dengan proporsinya masing-masing. Dalam Kitab Ulasan Atthasâlini, Buddhaghosa Thera menjelaskan bahwa kata sifat ‘Abhi’ secara harfiah berarti melebihi, melampaui, mengungguli. Jadi, Abhidhamma adalah suatu Dhamma yang melebihi, melampaui, mengungguli Vinaya dan Sutta. Memanglah benar bahwa dalam Sutta pun, Sang Buddha Gotama mengajarkan kelompok kehidupan (Khandha 5)3), landasan indera (Ayatana 12), unsur (Dhâtu 18), kesunyataan (Sacca 4), kemampuan (Indriya 22), ketergantungan asal (Paccayâkâra 12), landasan penyadaran (Satipaööhâna 4), upaya benar (Sammappadhâna 4), sarana keberhasilan (Iddhipâda 4), faktor pencerahan (Sambhojjhaõga 7), jalan mulia (Ariyamagga 8), pencerapan (Jhâna 4), keadaan nirbatas (Appamaññâ 4), pokok latihan (Sikkhâpada 5), pengetahuan analitis (Paöisambhidâ 4), pengetahuan (Nâóa 16). Namun, Ajaran-ajaran itu hanya diuraikan sebagian (Ekadesa), tidak keseluruhannya (Nippadesa) sebagaimana yang diuraikan dalam Abhidhamma.
Ini argumen panjang-panjang, tapi intinya ada satu yang lebih luhur dari dhamma, namanya abhidhamma. Sementara dhamma membawa orang pada nibbana, apakah abhidhamma yang notabene lebih luhur ini, membawa orang pada yang lebih luhur dari nibbana juga? Nibbanuttara barangkali, atau apa?


Quote
3). KILAHAN: Sudah umum dikisahkan bahwa di akhir hampir setiap Sutta yang dibabarkan sendiri oleh Sang Buddha Gotama, banyak di antara pendengarnya yang berhasil meraih kesucian tingkat-tingkat tertentu. Mengacu pada pewejangan Abhidhamma, adakah di antara pendengarnya yang berhasil meraih kesucian?
Sebaliknya, di banyak sutta kebanyakan hanya dikisahkan pendengar puas/tidak puas dengan khotbah tersebut. Hanya sebagian kecil yang menceritakan 'terbukanya mata dhamma' (pencapaian sotapatti), atau 'merealisasikan tujuan akhir petapaan' (pencapaian arahatta). Penjelasan pencapaian, terutama yang secara massal, biasanya ada di atthakatha.

Dan ini contohnya atthakatha:
Quote
3). ARGUMENTASI: Ada, dan bahkan pada kesempatan inilah makhluk hidup dalam jumlah yang paling banyak sepanjang misi yang diemban oleh Sang Buddha Gotama berhasil meraih kesucian. Di akhir pewejangan Kitab Dhammasaõgani, para dewa sejumlah 70.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Vibhaõga, para dewa sejumlah 70.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Dhâtukathâ, para dewa sejumlah 60.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Puggala-paññatti, para dewa sejumlah 60.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Kathâvatthu, para dewa sejumlah 70.000.000 meraih kesucian tmgkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Yâmaka, para dewa sejumlah 70.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Di akhir pewejangan Kitab Paööhâna, para dewa sejumlah 400.000.000 meraih kesucian tingkat Arahat. Jadi, semuanya ada dewa sejumlah 800.000.000 (80 Koti) yang berhasil meraih kesucian tingkat Arahat. Sementara itu, Ibunda Mahâmâyâ meraih kesucian tingkat Sotapanna.
Kitab Abhidhamma sendiri hanya menuliskan data yang saya lihat seperti statistik. Tidak ada penjelasan demikian sejauh yang saya baca. Koreksi dan referensi sangat diharapkan untuk menunjukkan sebaliknya.


Quote
4). KILAHAN: Dalam argumentasi di atas disebutkan bahwa Ibunda Mahâmâyâ hanya berhasil meraih kesucian tmgkat Sotapanna (terendah). Sementara itu, dikisahkan dalam Sutta Piöaka bahwa kendatipun Sang Buddha Gotama membalas jasa kebajikan Ayahanda Suddhodhana dengan membabarkan Dhamma (bukan Abhidhamma), namun alhasil ia meraih kesucian tingkat Arahat (tertinggi). Dalam kepenadan (relevancy) antara angumentasi di atas dan argumentasi sebelumnya, perlu dipertanyakan: “Kalau Abhidhamma dinyatakan lebih luhur dari Vinaya dan Sutta, mengapa yang menjadi kenyataan justru begitu? Dengan memperban-dingkan kenyataan itu, tidakkah sebaliknya dapat dinilai bahwa pembabaran Dhamma jauh lebih sangkil (effective) daripada pewejangan Abhidhamma?
Ini tidak valid karena pencapaian adalah tergantung indriya kebijaksanaan yang mendengar, bukan tingkat keluhuran khotbah.

Bahkan setahu saya, khotbah dhamma tidak ada tingkatan keluhuran, seperti khotbah KW I, KW II, BS, dsb, sebab semua tujuannya adalah kepadaman. Entahlah kalau ada yang lebih luhur dan bertujuan 'lebih' dari sekedar kepadaman. 


Quote
5). KILAHAN: Argumentasi di depan mengisahkan bahwa Abhidhamma diwejangkan oleh Sang Buddha Gotama kepada para dewa. Ini secara langsung ataupun taklangsung menyiratkan satu pesan bahwa Abhidhamma sesungguhnya hanya diperuntukkan bagi para dewa, bukan umat manusia. Jadi, sekarang apa perlunya bagi umat manusia untuk ikut campur melestarikan, apalagi mempelajari serta mempraktekkannya?
Ini juga kurang tepat. Ada juga khotbah yang dikhotbahkan di antara bhikkhu saja, tapi tetap bisa bermanfaat bagi non-bhikkhu.


Quote
5). ARGUMENTASI: Sebetulnya, ada beberapa alasan yang membuat Sang Buddha Gotama memutuskan untuk mewejangkan Abbidhamma di Alam Surga Tâvatiæsa. Selain untuk dapat membalas jasa kebajikan Ibunda Mahâmâyâ dengan yang paling luhur nilainya, alasan lainnya ialah bahwa sudah menjadi kebiasaan bagi setiap Sammâsambuddha untuk mewejangkan Abbidhamma dengan mendalam dan terinci (Vitthâranaya) hingga selesai dalam satu kali pewejangan saja. Ini berarti bahwa mulai dari Kitab Dhammasaõgani hingga Kitab Paööhâna diwejangkan dengan nonstop, tanpa berhenti sejenak pun.6) Sudah diprakirakan dengan matang oleh Beliau bahwa pewejangan ini niscaya akan membutuhkan waktu yang tidak kurang dari tiga bulan. Dalam waktu selama ini, tidak ada satu manusia pun yang mampu bertahan duduk terus untuk mendengarkan pewejangan tersebut. Hanya para dewalah yang mampu berdiam dalam satu sikap (Iriyapatha) seperti itu karena waktu di Alam Surga tidaklah bertepatan dengan waktu di Alam Manusia. Untuk Alam Surga Tâvatiæsa, satu hari di sana ber-banding dengan 100 tahun waktu di Alam Manusia.
Katanya tadi begitu Dhammasangani selesai, 70.000.000 langsung Arahant, sekarang ngomong Abhidhamma mesti borongan 7 kitab tanpa ganti posisi baru bermanfaat?



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #22 on: 20 April 2013, 11:30:20 AM »
Quote
6). ARGUMENTASI: Agaknya kurang begitu arif jika seseorang mengkaji suatu hal hanya secara sepintas. Pengkajian secara saksama akan memperlihatkan bahwa Hak Istimewa itu baru diperoleh tatkala Ânanda Thera resmi ditunjuk sebagai Pelayan Tetap Sang Buddha Gotama (Buddha Upatthâka), kira-kira tiga belas tahun setelah pewejangan Abhidhamma di Alam Surga Tâvatiæsa. Pada waktu itu, sebagaimana yang telah dikemukakan di depan, Ânanda Thera sudah menghafal Abhidhamma dan 500 bhikkhu murid Sâriputta Thera – atau mungkin juga dari Sâriputta Thera sendiri. Karena Ânanda Thera sudah menghafalnya sejak semula, agaknya tidak perlu lagi (kalau tak boleh dikatakan “mubazir”) bagi Sang Buddha Gotama untuk mengulangi kembali pewejangan Abhidhamma di Alam Surga Tâvatiæsa –yang sudah berlalu 13 tahun– kepadanya. Ini bukan berarti bahwa Sang Buddha Gotama tidak menetapi kesanggupan-Nya atas Hak Istimewa tersebut. Hak Istimewa tersebut baru berlaku terhadap pembabaran Dhamma yang tak dihadirinya semenjak menjadi Pelayan Tetap Sang Buddha Gotama.
Lalu Dhammacakkapavatthanasutta, Ananda dapat wahyu dari Tuhan?



Quote
7). ARGUMENTASI: Terlalu banyak bukti dalam Sutta Piöaka dan Vinaya Piöaka yang dapat diacu untuk memperlihatkan bahwa Abhidhamma memang benar-benar sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama – sehingga takmungkin dapat dihadirkan di sini semuanya. Hanya sebagian yang akan dikutipkan sebagai berikut:

Dalam Vinaya Piöaka, Mahâvibhaõga, Dabbamalaputta Thera-vatthu tertulis:

...YE TE BHIKKHÛ ABHIDHAMMIKÂ TESAM EKAJJHAM SENÂSANAM PAÑÑÂPETI TE AÑÑAMAÑÑAM ABHIDHAMMAM SÂKACCHISANTÎTI...

...Para bhikkhu yang ahli Abhidhamma tergabungkan dalam satu kelompok (Dabbamallaputa Thera)8) mengatur tempat duduk untuk mereka dengan berpikir supaya mereka ini dapat saling mengadakan perbincangan tentangAbhidhamma...9)

Dalam Vinaya Piöaka, Bhikkhuói Vibhaõga termaktublah satu peraturan kedisiplinan:

…PAÑHAM PUCCHEYYÂTI SUTTANTE OKÂSAM KÂRÂPETVÂ VINAYAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, VINAYE OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, ABHIDHAMME OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ VINAYAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA...
Karena ada tulisan 'Abhidhamma', maka bisa disimpulkan itu adalah "Abhidhamma Pitaka".
Maka dengan alasan yang sama, karena ada tulisan 'Dhammakaya', bisa disimpulkan Buddha mengajarkan "may The Force be with you"*.

*Silahkan cari tentang cult dhammakaya.


Quote
8. ARGUMENTASI: Tak perlu disangkal bahwa istilah “Abhidhamma” yang terdapat dalam Kitti Sutta dijelaskan oleh Pengulas-nya scbagai Bodhipakkhiyadhamma. Namun, haruslah disadari lebih lanjut bahwa penjelasan itu diberikan dengan berdasarkan pada ancangan pelaksanaan (practical approach). Seluruh Ajaran yang terdapat dalam Abhidhamma Piöaka pun, jika ditinjau dengan berdasarkan pada ancangan pelaksanaan, tidak akan terlepas dari Bodhipakkhiyadhamma. Bahkan, justru dalam Abhidhamma Piöaka inilah, Bodhipakkhiyadhamma dikupas dengan sangat luas dan mendalam – melebihi kupasan yang terdapat dalam Sutta Piöaka.
Bodhipakkhiyadhamma dibahas lebih mendalam dalam Abhidhamma, sebagaimana vinaya makan juga dibahas lebih mendalam dalam Abhivinaya.

Intinya semua juga bisa bikin klaim dan mencocok-cocokkan, namun itu tidak menjadikannya sahih.


Quote
9). KILAHAN: Dalam Mahâparinibbâna Sutta, Dîgha Nikâya, Sutta Piöaka dapatlah ditemui satu pesan Sang Budha Gotama bahwa apabila ada orang yang memperdebatkan suatu ajaran apakah termasuk Sabda Murni Beliau atau tidak, hendaknya ajaran itu dicocokkan dengan Sutta dan Vinaya (Mahâpadesa 4). Dalam Sutta Piöaka, Jhâna (Pencerapan) dibagi menjadi delapan. Tetapi, dalam Abhidhamma Piöaka, Jhâna dipilah menjadi lima. Karena tidak cocok dengan Sutta Piöaka, tentunya dapat diputuskan bahwa Abhidhamma bukanlah Sabda Murni Sang Buddha Gotama!
Tidak begitu, harus dilihat konteksnya. Seperti pembicaraan Pancakanga dan Udayi mengenai pembagian perasaan menjadi 2 vs 3, namun keduanya merupakan ajaran Buddha, namun dalam beda konteks. Contoh lain penembusan dalam jhana biasa dijelaskan dibagi 3 seperti yang dialami oleh Bodhisatta menjelang pencerahan: ingatan masa lampau, mata deva, dan hancurnya noda; namun di kasus lain, bisa jadi 6 (dengan tambahan iddhipada, telinga dewa, dan membaca pikiran makhluk) yang disebut challabhinna. Pembagian jhana secara berbeda juga terdapat dalam upakkilesasutta yang mirip dalam Abhidhamma, walaupun tidak secara jelas dibagi menjadi 5 atau lebih.

Quote
9). ARGUMENTASI: Apabila ditilik hanya dari jumlab angkanya, memang seolah-olah pembagian Jhâna menurut Sutta tidaklah sama dengan pemilahan Jhâna menurut Abhidhamma. Akan tetapi, jika ditelaah dengan seksama akan terbuktilah bahwa keduanya tidak mengandung perbedaan prinsipial. Dalam Sutta Piöaka ada delapan Jhâna karena dihitung berdasarkan faktor Jhâna, yaitu empat rangkaian11) faktor Jhâna dalam Pencerapan Berbentuk (Rûpa-Jhâna), dan berdasarkan pada objek yang nirbentuk dalam Arûpa Jhâna –yang terdiri atas: Âkâsânañcâyatana (angkasa yang nirbatas), Viññaóañcâyatana (kesadaran yang nirhingga), Akiñcaññâyatana (kehampaan yang melompong), dan Nevasaññâ nâsaññâyatana (bukan ingatan tetapi bukan pula tanpa ingatan). Sementara itu, dalam Abhidhamma Piöaka ada lima Jhâna karena seluruhnya dihitung berdasarkan pada faktor Jhâna, yaitu lima rangkaian faktor Jhâna dalam Rûpa Jhâna beserta satu rangkaian faktor Jhâna dalam Arûpa Jhâna. Jelasnya, empat objek nirbentuk itu terangkum menjadi satu. Alasannya ialah bahwa empat objek nirbentuk itu sesungguhnya mempunyai faktor Jhâna yang persis, yaitu Upekkhâ (keseimbangan), dan Ekaggatâ (panunggalan). Jadi, hanya ada nuansa dalam cara menghitungnya, tetapi dalam kenyataannya sesungguhnya sama saja. Dari sini dapatlah dinyatakan bahwa apabila seseorang sungguh-sungguh memahami Abhidhamma dan Sutta secara benar dan mendalam, ia niscaya menatap suatu kenyataan bahwa tidak di bagian mana pun ada Ajaran dalam Abhidhamma Piöaka yang bertentangan dengan ajaran dalam Sutta Piöaka. Sebabnya tidak lain ialah bahwa kedua-duanya memang merupakan Sabda Murni Sang Buddha Gotama.
Yang menarik, dalam sutta, tidak dijelaskan faktor-faktor yang sama dengan dalam abhidhamma. Misalnya di jhana pertama dalam sutta, secara konsisten tidak disebutkan ada ekaggata.


Quote
10). KILAHAN: Sang Buddha Gotama adalah pendiri agama yang telah membabarkan Ajaran-Nya dengan sempurna. Seluruh Ajaran-Nya ini mempunyai kaitan satu dengan lainnya. Sudah terbuktikan bahwa ada kaitan antara Ajaran yang termaktub dalam Vinaya Piöaka dengan Ajaran yang terkandung dalam Sutta Piöaka. Kalau Abhidhamma diakui sebagai Sabda Murni Sang Buddha Gotama, tentunya harus ada kaitan antara Abhidhamma dengan Pencerahan Agung (Sammâsambodhi-Ñâóa) yang berhasil Beliau raih di bawah pohon Bodhi pada saat purnama sempurna di bulan Waisak sebagaimana yang diterangkan dalam Sutta Piöaka. Coba jelaskan hubungan tersebut!
Tidak relevan juga. Dhamma apapun yang diketahui oleh seorang Buddha belum tentu menjadi bagian dalam penembusannya. Misalnya Buddha mengajarkan tentang dhatu (elemen), namun itu tidak ada dalam perenungan yang membawanya pada pencerahan.


Quote
10). ARGUMENTASI: Untuk memberikan penjelasan tentang hal itu, perlu kiranya dimengerti terlebih dahulu apakah sesungguhnya makna Pencerahan Agung. Menunut pengertian Abhidhamma, Pencerahan Agung adalah penembusan Dhamma yang seharusnya dipahami (Ñeyyadhamma). Ñeyyadhamma ini secara teoretis terjabarkan menjadi lima bagian, yakni:

1. Saõkhâra: kesadaran (Citta 89 atau 121), corak batiniah (Cetasika 52) dan rupa sejati (Nipphana-rûpa 18)

2. Vikâra: rupa yang berubah (Vikâra-rûpa 5)

3. Lakkhaóa: rupa yang bersifat (Lakkhaóa-rûpa 4)

4. Nibbâna: Pembebasan Sejati (dari Lima Kelompok Kehidupan)

5. Paññatti ketetapan suara (Sadda-paññatti) dan ketetapan makna (Attha-paññatti)

Secara sekilas, lima Ñeyyadhamma di atas tidak ada sangkut-pautnya dengan Empat Kebenaran Mulia (Ariya Sacca 4) sebagaimana yang terdapat dalam Sutta Piöaka. Akan tetapi, jika ditelaah dengan saksama, tertampaklah bahwa Kebenaran Mulia Pertama tentang Penderitaan (Dukkha-sacca) yang dipahami (pariññeyya) oleh Sang Buddha Gotama tidak lain ialah kesadaran duniawi (Lokiya-citta 81) –yang terdiri atas: kesadaran buruk (Akusala-citta 12), kesadaran nirsebab (Ahetuka-citta 18), kesadaran baik yang berkelana dalam alam indera (Kâmâvacarasobhaóa-citta 24), kesadaran meluhur (Mahâggata-citta 27)–, corak batiniah (cetasika 51) –semuanya kecuali corak batin kelobaan (Lobha-cetasika)–, dan rupa (Rûpa 28). Kebenaran Mulia kedua tentang Sebab Penderitaan (Dukkha-samudaya) yang dilenyapkan (pâhatabba) oleh Sang Buddha Gotama tidak lain ialah corak batiniah kelobaan (Lobha-cetasika). Kesunyataan Mulia Ketiga tentang Lenyapnya Penderitaan (Dukkhanirodha) yang diraih (sacchikatabba) oleh Sang Buddha Gotama tidak lain ialah Pembebasan Sejati (Nibbâna). Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan (Dukkhanirodhagâminipatipadâ) yang telah dikembangkan (bhâvetabba) oleh Sang Buddha Gotama tidak lain ialah corak batiniah faktor jalan (Maggaõga-cetasika 8) – yang terdiri atas: corak batiniah Kebijaksanaan (Paññâ cetasika), corak batiniah Pengarahan (Vitaka-cetasika), corak batiniah Ucapan Benar (Sammâvâcâ-cetasika), corak batiniah Tindakan Benar (Sammâkammanta-cetasika), corak batiniah Matapencahanian Benar (Sammââjîva-cetasika), corak batin Upaya Benar (Viriya-cetasika), corak batiniah Penyadaran (Sati-cetasika), dan corak batiniah Panunggalan (Ekaggatâ-cetasika) – yang berpadu dengan kesadaran Jalan (Magga-citta 4). Dengan demikian, jelas terbuktilah betapa erat hubungan antara Abhidhamma dengan Pencerahan Agung yang diraih oleh Sang Buddha Gotama.
Lebih tidak relevan lagi.

52 ini adalah corak batin, menurut Abhidhammanya Theravada.
Abhidhammanya Theravada adalah penjelasan sutta, menurut Abhidhamma Theravada.
Maka: 52 ini adalah penjelasan corak bathin yang ada di sutta, menurut Abhidhamma Theravada.

46 ini adalah corak batin, menurut Abhidharmanya Sarvastivada.
Abhidharmanya Sarvastivada adalah penjelasan sutta (=agama), menurut Abhidharmanya Sarvastivada.
Maka: 46 ini adalah penjelasan corak batin yang ada di sutta, menurut Abhidharmanya Sarvastivada.

51 ini adalah corak batin, menurut Abhidharmanya Yogacara.
Abhidharmanya Yogacara adalah penjelasan sutta (=agama), menurut Abhidharmanya Yogacara.
Maka: 51 ini adalah penjelasan corak batin yang ada di sutta, menurut Abhidharmanya Sarvastivada.

Yah kalo menurut sumber dan klaim masing-masing, yah tentu saja masing-masing juga benar, namun sifatnya subjektif dan relatif.


Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #23 on: 20 April 2013, 01:02:53 PM »
Adalah sangat benar bahwa tidak semua bisa dicatat dalam sutta-vinaya. Tapi apakah tidak pernah terbesit dalam pikiran kita bahwa hal yang sebegitu hebohnya, yang begitu luhur, dan terperinci sampai harus dicatat dalam pitaka tersendiri, tidak pernah tercatat dalam sutta? Sebegitu tidak pentingnya, atau ada hal-hal lain?
Jawabannya ada dalam statement anda sendiri.   Tidak semua bisa dicatat dalam sutta dan vinaya. Karena begitu terperincinya abhidhamma maka harus dicatat dalam kelompok (pitaka) tersendiri. 

Pada saat Buddha masih hidup kemungkinan besar semua yg di tipitaka masih menjadi satu yang disebut dhamma-vinaya, setelah berkembang Konsili2 barulah para bhikkhu yg mengingat ajaran Sang Buddha ini merasa perlu mengelompokkan dan memilah2 ajaran ini. 

Selain untuk memudahkan pengajaran dan pengulangannya, juga membuat spesialisasi menjadi lebih mudah karena tak semua bhikkhu mampu menghapal seluruh dhamma-vinaya yg diajarkan Sang Buddha. Dengan pengelompokkan akan membuat lebih mudah untuk menekuni hal tertentu.  Misalnya menghapal sutta2 saja, menghapal dan memahami vinaya bagi bhikkhu2 yang harus menghadapi kasus2 pelanggaran anggota sangha, dll.

Quote
Ini argumen panjang-panjang, tapi intinya ada satu yang lebih luhur dari dhamma, namanya abhidhamma. Sementara dhamma membawa orang pada nibbana, apakah abhidhamma yang notabene lebih luhur ini, membawa orang pada yang lebih luhur dari nibbana juga? Nibbanuttara barangkali, atau apa?
Semua kelompok pitaka bersumber dari dhamma-vinaya dan tujuannya adalah pencapaian nibbana. 

Pertanyaan anda tidak relevan alias lebay.com
Kalau melaksanakan pancasila dikatakan bisa membawa ke nibbana, apakah juga berarti pelaksanaan pattimokkha sila (yg lebih tinggi daripada sila awam) akan membawa ke nibbana yg lebih tinggi?

Quote
Ini tidak valid karena pencapaian adalah tergantung indriya kebijaksanaan yang mendengar, bukan tingkat keluhuran khotbah.
Lho, yang ditulis Jan Sanjivaputta (JS) kan memang seperti itu. Dia sudah menyebutkan bahwa tergantung parami yg mendengar.
Kilahan koq anda bahas di sini?  ::)

Anda perlu belajar membedakan antara kilahan (mereka yg meragukan) dengan argumentasi (jawaban atas keraguan itu) pada buku tulisan JS ini.

Quote
Bahkan setahu saya, khotbah dhamma tidak ada tingkatan keluhuran, seperti khotbah KW I, KW II, BS, dsb, sebab semua tujuannya adalah kepadaman. Entahlah kalau ada yang lebih luhur dan bertujuan 'lebih' dari sekedar kepadaman. 
Kalau kita ambil contoh dua sutta, Sigalovada sutta dan Anattalakkhana sutta.  Dalam hal mencapai kepadaman, manakah yang lebih luhur dan bertujuan di antara keduanya?

Quote
Ini juga kurang tepat. Ada juga khotbah yang dikhotbahkan di antara bhikkhu saja, tapi tetap bisa bermanfaat bagi non-bhikkhu.
Lagi2 anda menanggapi kilahan orang yg meragukan Abidhamma, jadi apa sebetulnya anda sepemikiran dengan argumentasi JS?  ;D

Quote
Katanya tadi begitu Dhammasangani selesai, 70.000.000 langsung Arahant, sekarang ngomong Abhidhamma mesti borongan 7 kitab tanpa ganti posisi baru bermanfaat?
Itukan kata2 anda.

Kalau kita baca tulisan JS maka keterangannya sudah cukup, yaitu bahwa Abidhamma dijelaskan Sang Buddha dengan mendalam dan terinci (Vitthâranaya) hingga selesai dalam satu kali pewejangan saja.  Perkara sebelum selesai dijelaskan hingga tamat, tetapi sudah ada dewa yg mencapai kesucian itu adalah urusan lain.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #24 on: 20 April 2013, 01:32:33 PM »
Lalu Dhammacakkapavatthanasutta, Ananda dapat wahyu dari Tuhan?
Apakah harus Sang Buddha sendiri yang mengulangi apa2 yang dikhotbahkanNya dalam 13 tahun terakhir kepada Ananda?

Kembali ke no.(6), yang dipersoalkan dalam Kilahan dan Argumen ini adalah : Mengapa Sariputta yg menerima, bukan Ananda.  Dan sudah dijawab:  Karena peristiwa Abhidhamma ini di vassa ke-7 dan saat itu Ananda belum menjadi pelayan tetap Sang Buddha.

Quote
Karena ada tulisan 'Abhidhamma', maka bisa disimpulkan itu adalah "Abhidhamma Pitaka".
Kalau menurut anda bukan itu, lantas apa arti dari ini menurut anda:
Dalam Vinaya Pitaka, Mahâvibhaõga, Dabbamalaputta Thera-vatthu tertulis:

...YE TE BHIKKHÛ ABHIDHAMMIKÂ TESAM EKAJJHAM SENÂSANAM PAÑÑÂPETI TE AÑÑAMAÑÑAM ABHIDHAMMAM SÂKACCHISANTÎTI...

...Para bhikkhu yang ahli Abhidhamma tergabungkan dalam satu kelompok (Dabbamallaputa Thera)8) mengatur tempat duduk untuk mereka dengan berpikir supaya mereka ini dapat saling mengadakan perbincangan tentang Abhidhamma...9)


Quote
Maka dengan alasan yang sama, karena ada tulisan 'Dhammakaya', bisa disimpulkan Buddha mengajarkan "may The Force be with you"*.
*Silahkan cari tentang cult dhammakaya.
Apakah anda mau mengatakan bahwa George Lucas adalah umat sekte dharmakaya?

Quote
Tidak begitu, harus dilihat konteksnya. Seperti pembicaraan Pancakanga dan Udayi mengenai pembagian perasaan menjadi 2 vs 3, namun keduanya merupakan ajaran Buddha, namun dalam beda konteks. Contoh lain penembusan dalam jhana biasa dijelaskan dibagi 3 seperti yang dialami oleh Bodhisatta menjelang pencerahan: ingatan masa lampau, mata deva, dan hancurnya noda; namun di kasus lain, bisa jadi 6 (dengan tambahan iddhipada, telinga dewa, dan membaca pikiran makhluk) yang disebut challabhinna. Pembagian jhana secara berbeda juga terdapat dalam upakkilesasutta yang mirip dalam Abhidhamma, walaupun tidak secara jelas dibagi menjadi 5 atau lebih.
Kembali anda membahas Kilahan (9) dan bukan Argumentasi.  Apakah anda sepakat dengan Argumen JS?  ;D

Quote
Yang menarik, dalam sutta, tidak dijelaskan faktor-faktor yang sama dengan dalam abhidhamma. Misalnya di jhana pertama dalam sutta, secara konsisten tidak disebutkan ada ekaggata.
Jadi menurut anda Jhana pertama tidak ada ekaggata?

Mohon jelaskan faktor pathama jhana menurut anda.

Quote
Tidak relevan juga. Dhamma apapun yang diketahui oleh seorang Buddha belum tentu menjadi bagian dalam penembusannya. Misalnya Buddha mengajarkan tentang dhatu (elemen), namun itu tidak ada dalam perenungan yang membawanya pada pencerahan.
Anda mengetahui perenungan seorang Sang Buddha?  :o

Pastilah anda paling tidak, sudah selevel dengan bhante Anuruddha.  ^:)^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #25 on: 20 April 2013, 02:46:03 PM »
Jawabannya ada dalam statement anda sendiri.   Tidak semua bisa dicatat dalam sutta dan vinaya. Karena begitu terperincinya abhidhamma maka harus dicatat dalam kelompok (pitaka) tersendiri. 
Iya, tidak semua dicatat dalam sutta-vinaya. Tapi tidak membenarkan argumen, karena tidak semua dicatat dalam sutta-vinaya, berarti Abhidhamma disabdakan di Tavatimsa, Adidhamma di alam Asannasatta, Mahayanasutra di alam Naga, adalah benar.

Dan saking detailnya sampai tidak diulang dalam konsili I. Semoga jangan dijawab lagi, "konsili I tidak mencatat semuanya, bisa saja Abhidhamma diulang, tapi tidak tercatat".


Quote
Pada saat Buddha masih hidup kemungkinan besar semua yg di tipitaka masih menjadi satu yang disebut dhamma-vinaya, setelah berkembang Konsili2 barulah para bhikkhu yg mengingat ajaran Sang Buddha ini merasa perlu mengelompokkan dan memilah2 ajaran ini.
Jadi Ananda tidak ingat ajaran ini, tapi bhikkhu2 kemudian yang mengingat dan memunculkan Abhidhamma?


Quote
Selain untuk memudahkan pengajaran dan pengulangannya, juga membuat spesialisasi menjadi lebih mudah karena tak semua bhikkhu mampu menghapal seluruh dhamma-vinaya yg diajarkan Sang Buddha. Dengan pengelompokkan akan membuat lebih mudah untuk menekuni hal tertentu.  Misalnya menghapal sutta2 saja, menghapal dan memahami vinaya bagi bhikkhu2 yang harus menghadapi kasus2 pelanggaran anggota sangha, dll.
OK, kalau begitu apa fungsi khusus Abhidhamma yang eksklusif yang tidak terdapat dalam dhamma?


Quote
Semua kelompok pitaka bersumber dari dhamma-vinaya dan tujuannya adalah pencapaian nibbana.
Jika semuanya sama, mengapa ada dhamma dengan tingkat keluhuran yang berbeda?


Quote
Pertanyaan anda tidak relevan alias lebay.com
Silahkan, masing2 orang punya opini.


Quote
Kalau melaksanakan pancasila dikatakan bisa membawa ke nibbana, apakah juga berarti pelaksanaan pattimokkha sila (yg lebih tinggi daripada sila awam) akan membawa ke nibbana yg lebih tinggi?
Anda katakan sila/patimokkha membawa pada nibbana? Saya baru dengar ajaran ini, bisa dijelaskan lebih jauh?


Quote
Lho, yang ditulis Jan Sanjivaputta (JS) kan memang seperti itu. Dia sudah menyebutkan bahwa tergantung parami yg mendengar.
Kilahan koq anda bahas di sini?  ::)

Anda perlu belajar membedakan antara kilahan (mereka yg meragukan) dengan argumentasi (jawaban atas keraguan itu) pada buku tulisan JS ini.

Quote
Lagi2 anda menanggapi kilahan orang yg meragukan Abidhamma, jadi apa sebetulnya anda sepemikiran dengan argumentasi JS?  ;D

Betul, saya menanggapi kedua sisi. Manapun yang saya anggap tidak sesuai, maka saya tulis bantahannya. Saya 'kan bukan fundamentalis yang membuta pada satu sisi.


Quote
Kalau kita ambil contoh dua sutta, Sigalovada sutta dan Anattalakkhana sutta.  Dalam hal mencapai kepadaman, manakah yang lebih luhur dan bertujuan di antara keduanya?
Setahu saya, Buddha mengajar secara bertingkat (anupubbikathā), dan topiknya relatif tergantung siswa. Tidak ada type-type keluhuran sebagaimana dikatakan di artikel.


Quote
Itukan kata2 anda.

Kalau kita baca tulisan JS maka keterangannya sudah cukup, yaitu bahwa Abidhamma dijelaskan Sang Buddha dengan mendalam dan terinci (Vitthâranaya) hingga selesai dalam satu kali pewejangan saja.  Perkara sebelum selesai dijelaskan hingga tamat, tetapi sudah ada dewa yg mencapai kesucian itu adalah urusan lain.

OK, jadi walaupun Abhidhamma bisa dipelajari sebagian-sebagian, bisa memberikan manfaat bagi manusia, tapi tidak diajarkan oleh Buddha kepada manusia, tidak juga diulang ke Ananda, dengan alasan "harus dalam sekali pewejangan selesai".
Saya tampung pendapatnya.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #26 on: 20 April 2013, 03:34:12 PM »
Apakah harus Sang Buddha sendiri yang mengulangi apa2 yang dikhotbahkanNya dalam 13 tahun terakhir kepada Ananda?
Oh, jadi argumennya: "Ananda bisa saja mengingat khotbah yang diulang bukan oleh Buddha sendiri".
OK, ditampung lagi.

Quote
Kembali ke no.(6), yang dipersoalkan dalam Kilahan dan Argumen ini adalah : Mengapa Sariputta yg menerima, bukan Ananda.  Dan sudah dijawab:  Karena peristiwa Abhidhamma ini di vassa ke-7 dan saat itu Ananda belum menjadi pelayan tetap Sang Buddha.
Aneh juga yah, diperlukan 3 bulan non-stop untuk membabarkan ke para deva, tapi cuma perlu waktu setelah makan siang untuk membabarkan ke Sariputta (yang adalah manusia). Dan katanya maunya sekali babar non-stop, tapi ternyata ke Sariputta berkali-kali dan tidak non-stop. Bagaimana ini?

Tapi saya pribadi tidak permasalahkan siapa yang menerima, tapi lebih pada pertanyaan mengapa tidak ada peredaran dan pembahasannya di antara sangha sejak pembabarannya di Tavatimsa, sampai dengan Mahaparinibbana?


Quote
Kalau menurut anda bukan itu, lantas apa arti dari ini menurut anda:
Dalam Vinaya Pitaka, Mahâvibhaõga, Dabbamalaputta Thera-vatthu tertulis:

...YE TE BHIKKHÛ ABHIDHAMMIKÂ TESAM EKAJJHAM SENÂSANAM PAÑÑÂPETI TE AÑÑAMAÑÑAM ABHIDHAMMAM SÂKACCHISANTÎTI...

...Para bhikkhu yang ahli Abhidhamma tergabungkan dalam satu kelompok (Dabbamallaputa Thera)8) mengatur tempat duduk untuk mereka dengan berpikir supaya mereka ini dapat saling mengadakan perbincangan tentang Abhidhamma...9)
Sekali lagi, saya tidak mengatakan tidak ada istilah "Abhidhamma" di dalam sutta-vinaya. Namun yang saya pertanyakan adalah isi dan pembahasan dalam Abhidhamma PITAKA yang tidak ada di dalam sutta-vinaya.

Orang bisa buat kitab apapun lalu mengklaim bahwa isi kitab tersebut adalah yang disebutkan dalam kelompok Dabba Mallaputta dalam vinaya, atau kelompok Mahamoggallana dalam  Mahagosingasutta. Namun klaim semacam itu tidak memiliki arti.



Quote
Apakah anda mau mengatakan bahwa George Lucas adalah umat sekte dharmakaya?
Bukan. Yang hendak saya katakan adalah kesamaan istilah tidak selalu merujuk pada hal yang sama.
Cult dhammakaya yang berpandangan fenomena kira-kira seperti The Force dalam Star Wars, mengatakan nibbana itu adalah atta sejati, yang disebut -dengan mendompleng istilah dari Agannasutta- "dhammakaya". Namun itu tidak berarti "Dhammakaya" dalam Agannasutta merujuk pada pandangan cult Dhammakaya tersebut.

Demikian pula kesamaan istilah "Abhidhamma" dalam sutta-vinaya, tidak serta-merta berarti merujuk pada Abhidhamma Pitaka.


Quote
Kembali anda membahas Kilahan (9) dan bukan Argumentasi.  Apakah anda sepakat dengan Argumen JS?  ;D
Sekali lagi, saya bukan fundamentalis yang membuta.


Quote
Jadi menurut anda Jhana pertama tidak ada ekaggata?

Mohon jelaskan faktor pathama jhana menurut anda.
"... vivicceva kāmehi vivicca akusalehi dhammehi savitakkaṃ savicāraṃ vivekajaṃ pītisukhaṃ paṭhamaṃ
jhānaṃ upasampajja vihāsiṃ."

"... dengan cukup terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, Aku masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan."

OK, ralat. Di sutta tertentu, ada dikatakan juga tentang cittekaggato.



Quote
Anda mengetahui perenungan seorang Sang Buddha?  :o
Saya mengetahui perenungan Buddha hanya sebatas apa yang tertulis di sutta, dan di sutta tidak dikatakan Bodhisatta merenungkan dhatuvibhanga menjelang pencerahan sempurna.


Quote
Pastilah anda paling tidak, sudah selevel dengan bhante Anuruddha.  ^:)^
Sayangnya tidak.


BTW, barusan saya sudah dapat jawaban yang saya cari, jadi tidak berniat lanjutkan. Terima kasih tanggapannya.
« Last Edit: 20 April 2013, 03:57:37 PM by Kainyn_Kutho »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #27 on: 20 April 2013, 08:27:39 PM »
satu thread lagi?!?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: ABHIDHAMMA: Sabda Murni Sang Buddha?
« Reply #28 on: 21 April 2013, 09:30:11 AM »
satu thread lagi?!?

Lagi apanya?!?  Thread ini sudah berumur 5 tahun lebih koq.  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »