Dharmaduta (Pembabar ajaran Sang Buddha, yang saja Para Bhikkhu/ni, Samanera/ri atau Pandita). Dalam kitab suci ANGUTTARA NIKAYA III : 184, Sang Buddha menyabdakan bahwa seorang Dharmaduta :
a. Haruslah menerangkan “dharma : kebenaran” selangkah demi selangkah dan tidak meloncat atau menyingkat bagian bagian tertentu sehingga akan mengurangi artinya.
b. Haruslah memberikan alasan alasan sehingga membuat para pendengarnya mengerti.
Haruslah memiliki “metta : cinta kasih universal” di dalam hatinya dengan harapan semoga para pendengar dapat memetik faedah dari khotbah “dharma: kebenaran” itu.
c. Tidak mengajar “dharma: kebenaran” untuk tujuan memperoleh keuntungan bagi dirinya.
d. Tidak mengajar “dharma: kebenaran” dengan menyerang orang lain. Dengan kata lain, ia tidak memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain. Disisi sebaliknya, dalam kitab suci ANGUTTARA NIKAYA III: 248, Sang Buddha menyabdakan bahwa manfaat dari pendengarkan “dharma : kebenaran” adalah:
1. Assutam sunati: Seseorang yang mendengarkan “dharma: kebenaran” adalah seperti mendengarkan hal hal yang belum pernah ia dengan sebelumnya.
2. Sutam pariyodapeti: Hal hal yang telah ia dengar sebelumnya tetapi belum jelas maka dengan mendengarkan “dharma: kebenaran” ia akan mengerti dengan lebih jelas.
3. Kankham vihanati: Mendengarkan “dharma: kebenaran” dapat menghilangkan keragu-raguan mengenai “dharma: kebenaran”
4. Ditthi ujum karoti: Mendengarkan “dharma: kebenaran” dapat memebrikan pengertian benar.
5. Cittamassa pasidati: Pikiran orang yang mendengarkan “dharma: kebenaran” akan menjadi terang dan bahagia.