Back to topic ya..
"It is virtually impossible, and senseless anyway, to commit yourself to a daily meditation practice without some view of why are you doing it, what its value might be in your life, a sense of why this might be your way and not just another tilting at imaginary windmills."Hampir tidak mungkin, bahkan mustahil, untuk berkomitmen dalam latihan meditasi sehari-hari tanpa mempunyai alasan yang berharga untuk melakukannya. Suatu visi mengapa Anda melaksanakannya dan bukan hanya diam melamun.
"What is more, any superficial or romantic notions we might harbor of becoming a better person - more calm or more clear or more compassionate - don't endure for long when we face the turbulence of our lives, our minds and bodies, or even the prospect of getting up early in the morning when it is cold and dark to sit by yourself and be in the present moment. It's too easily put off or seen as trivial or of secondary importance, so it can always wait while you catch a little more sleep or at least stay warm in bed."
Terlebih lagi, pemahaman yang dangkal bahwa kita akan menjadi orang yang lebih baik – lebih tenang atau lebih jernih atau lebih memiliki kasih sayang – tidak bertahan lama saat kita menghadapi masalah kehidupan di dalam hidup kita, pada pikiran dan tubuh kita, atau bahkan membayangkan untuk bangun tidur di pagi buta saat masih dingin dan gelap untuk duduk bermeditasi. Tampaknya terlalu mudah untuk menjadikannya sebagai prioritas kedua, sehingga Anda bisa tidur sejenak kembali atau setidaknya tetap berada di ranjang yang hangat.
(sumber:
Wherever You Go, There You Are; Jon Kabat-Zinn)
-----------------
Kalau menurut potongan artikel di atas, kayaknya memang perlu visi yang jelas (
keinginan) untuk bermeditasi (sebagai jalan
untuk melenyapkan penderitaan).
Setelah baca bait yang kedua, saya jadi malu sendiri karena saya masih lebih memilih bobo daripada meditasi..