OK, bagaimana dengan blessing percik yang biasa dilakukan itu? Bagaimana praktik dan pengertiannya?
Karena belum ada jawaban, saya akan coba jelaskan perbedaannya.
Ratanasutta itu sendiri adalah sebuah ajakan untuk semua makhluk agar hidup damai, memahami dhamma, dan memuji Tiratana. Tidak ada hubungannya dengan percik-memercik.
Kisah yang melatar-belakangi pembabaran Ratanasutta mengisahkan masa kelaparan di Vesali yang menyebabkan banyak orang meninggal. Entah karena orang-orang yang mati kelaparan di sana terlahir sebagai hantu di sana, atau mayat-mayat yang menarik makhluk-makhluk tersebut, kota tersebut jadi banyak gangguan hantu, dan tentu saja kalau banyak mayat yang tak terurus, otomatis penyakit menyebar, sehingga menyebabkan lebih banyak lagi kesusahan.
Para penduduk di sana meminta bantuan dari Buddha Gotama, yang kemudian ke sana bersama sejumlah bhikkhu, dan bersamaan dengan kedatangan Buddha dan Sangha ke sana, hujan yang sangat lebat turun membersihkan mayat-mayat dan kotoran. Kemudian Buddha menyuruh Ananda membacakan Ratanasutta ini keliling kota dan memercikkan air (dari patta Buddha sendiri) dan akibatnya para makhluk halus itu tidak lagi mengganggu.
Kisah ini terdapat hanya dalam komentar Sutta Nipata aliran Theravada. Padanan Ratanasutta, Svastyanagatha, tidak memiliki komentar serupa.
Nah, yang saya mau tahu acara blessing ini bagaimana penjelasan dan prinsipnya. Kalau saya pernah alami, sepertinya air itu dibacakan paritta, lalu yang terciprat akan jadi 'hoki', yang menyebabkan terbesitnya pikiran tentang kesamaan dengan pandangan mandi di sungai tertentu bisa mengubah kehidupan seseorang. Sama-sama 'air sakti', padahal bahkan komentar itu sendiri tidak menjelaskan tentang air yang bermuatan 'hoki', namun pembacaan sutta yang mengajak semua makhluk hidup memuji Tiratana.
Dan sekali lagi, terlepas apakah acara ini sesuai dengan dhamma, kurang sesuai, atau bahkan bertentangan, saya tidak punya kepentingan untuk menghalangi. Silahkan saja kalau mau ikutan.