//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tentang Praktik Blessing dan Amulet  (Read 21237 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #15 on: 01 May 2013, 12:28:57 PM »
^ ^ ^

Dulu juga saya pernah disuruh minum dari gelas bekas minum bhikkhu. Tapi ga jadi, karena saya ga ngerti. Saya kira gelas itu dikasih ke saya untuk dibawa ke dapur.. Kalo dipikir-pikir, seandainya diminum pun, barokahnya dimana coba? ;D

Trus, waktu sodara sy nikah, kan ada dana makan untuk bhante. Konon katanya, kalo cuci patta bhante, bisa cepat nikah lhooo....  :))  Aneh banget..
Nah, lucu2 khan?  ;D

Ayo ada cerita apalagi soal kepercayaan2 seputar bhante kayak di atas?  Yang mau cerita, monggo......
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline ge2004

  • Teman
  • **
  • Posts: 81
  • Reputasi: 7
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #16 on: 01 May 2013, 06:19:21 PM »
Namo Buddhaya

Terima Kasih kepada saudara2 se Dhamma yang sudah me-reply di posting ini. Jika memang ada yang kurang berkenan dengan hal ini, mohon di-maafkan. Dan kalau memang saya melakukan kesalahan, mohon bimbingannya.

Thanks
« Last Edit: 01 May 2013, 06:33:53 PM by ge2004 »
Sabbapapassa Akaranam
Kusalassupasampada
Sacittapariyodapanam
Etam Buddhana Sasanam

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #17 on: 01 May 2013, 07:51:51 PM »
click THANK YOU untuk Dhammadina dan Sanjiva

Offline Piggy

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • (^ .^) ~ salam k'nal.....
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #18 on: 01 May 2013, 08:12:30 PM »
:) Saya rasa sih, itu bukan kenyataan dunia saat ini. Jaman dulu juga kalo mau adain acara, pasti butuh modal. Tapi kalau mau galang dana, ya galang aja… tidak perlu bhikkhu nya dijadikan “pemanis”.

Saya tidak bilang kalo saya mencari festival demikian. Dan saya tidak merasa perlu mengikuti perayaan waisak dimanapun.

Kalo saya mau berbuat baik, akan saya lakukan tanpa embel-embel: "dalam rangka perayaan waisak", dan tanpa perlu mencari yang berbasis buddhis. Dan akan saya lakukan karena saya senang melakukannya, dan saya merasakan manfaat yang nyata dari perbuatan itu. Bukan demi sesuatu ga jelas yang berjudul “pertambahan deposit”.

se7 sm cece melia ;) 

berbuat suatu kebajikan sebaiknya disertai keikhlasan dan tanpa pamrih pada semua makhluk alam semesta tanpa term and condition/tanpa diskriminasi.......itulah metta karuna sejati.....

trims atas ketulusan dan kejujuran dr jawaban cece melia :)


kusala dan akusala citta datang silih berganti pd bathin seseorang bagaikan mendung dan cerah yg datang silih berganti, hal tersebut dapat diatasi dgn samadhi dan perhatian benar........satix3

Offline ge2004

  • Teman
  • **
  • Posts: 81
  • Reputasi: 7
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #19 on: 02 May 2013, 12:04:06 AM »
ughh.... saya tidak setuju dengan "cara marketing yang diiming-imingi blessing".

ughh lagi... kok seolah-olah kehadiran para bhikkhu dijadikan sarana pengumpulan dana...

ughh lagi dan lagi... harus sampe segitunyakah?? apa daya tarik Dhamma kalah telak dengan itu semua??



Hmmm, kenapa bisa kepikiran sejauh itu ya, saya tetap menghargai persepsi dan argumen semua. Yang penting dalam benak dan pikiran saya tidak berbuat seperti itu, just be positif thinking....atau mungkin memang saya tidak sebijaksana para sesepuh sekalian.
Sabbapapassa Akaranam
Kusalassupasampada
Sacittapariyodapanam
Etam Buddhana Sasanam

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #20 on: 02 May 2013, 06:00:36 AM »
Hmmm, kenapa bisa kepikiran sejauh itu ya, saya tetap menghargai persepsi dan argumen semua. Yang penting dalam benak dan[b] pikiran saya tidak berbuat seperti itu[/b], just be positif thinking....atau mungkin memang saya tidak sebijaksana para sesepuh sekalian.


Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pemimpin, segalanya diciptakan oleh pikiran.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #21 on: 02 May 2013, 06:08:58 AM »
Nah, lucu2 khan?  ;D

Ayo ada cerita apalagi soal kepercayaan2 seputar bhante kayak di atas?  Yang mau cerita, monggo......

sekitar prilaku umat buddhis,
jika ada bhikkhu yang punya 'kesaktian' datang berkunjung ke vihara, maka vihara itu ramai terus selama bhikkhu itu berkunjung, jika bhikkhu nya sudah pergi, sepi .... :(
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Piggy

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • (^ .^) ~ salam k'nal.....
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #22 on: 02 May 2013, 06:55:31 AM »
sekitar prilaku umat buddhis,
jika ada bhikkhu yang punya 'kesaktian' datang berkunjung ke vihara, maka vihara itu ramai terus selama bhikkhu itu berkunjung, jika bhikkhu nya sudah pergi, sepi .... :(

tak perlu jauh2 bhikkhu yg memiliki abhinna........wong bhikkhu yg terkenal seperti ajahn brahm saat datang ke indo saja dpt membuat para fansnya berbondong2 datang ke tempat beliau berkunjung.............di sini kita dapat melihat kecendrungan umat Buddha di indo masih lebih condong pd siapa bhikkhunya(penceramahnya) dibandingkan topik dhamma yg sedang dibahas saat itu......istilahnya masih tergantung pada vocal point dan point of interest.......sepertinya paradigma ini perlu diubah agar seseorang datang ke vihara dgn tujuan yg right to target
kalo koko adi sendiri termasuk yg mana  :D
kusala dan akusala citta datang silih berganti pd bathin seseorang bagaikan mendung dan cerah yg datang silih berganti, hal tersebut dapat diatasi dgn samadhi dan perhatian benar........satix3

Offline khiong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 478
  • Reputasi: 29
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #23 on: 02 May 2013, 10:33:39 AM »
tak perlu jauh2 bhikkhu yg memiliki abhinna........wong bhikkhu yg terkenal seperti ajahn brahm saat datang ke indo saja dpt membuat para fansnya berbondong2 datang ke tempat beliau berkunjung.............di sini kita dapat melihat kecendrungan umat Buddha di indo masih lebih condong pd siapa bhikkhunya(penceramahnya) dibandingkan topik dhamma yg sedang dibahas saat itu......istilahnya masih tergantung pada vocal point dan point of interest.......sepertinya paradigma ini perlu diubah agar seseorang datang ke vihara dgn tujuan yg right to target
kalo koko adi sendiri termasuk yg mana  :D
menurut saya justru ceramah Dharmanya yang bikin Bhikkhu tersebut terkenal. :))

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #24 on: 02 May 2013, 10:36:18 AM »
 [at] ge2004: sebelumnya, sori juga kalo ada kata-kata saya yang kurang berkenan yaa...

Hmmm, kenapa bisa kepikiran sejauh itu ya, saya tetap menghargai persepsi dan argumen semua. Yang penting dalam benak dan pikiran saya tidak berbuat seperti itu, just be positif thinking....atau mungkin memang saya tidak sebijaksana para sesepuh sekalian.

 Kenapa saya bisa kepikiran sejauh itu?

Sebetulnya ga jauh juga sih.. Karena yang saya baca: “waisak tanggal sekian, akan dihadiri dan diblessing oleh… (bhikkhu yang terkenal dengan blessing amulet ayam keberuntungan). Bagi yang ingin berdana, dapat ditujukan ke: BCA….”

Jadi, Pengumpulan dana tidak dijelaskan untuk apa. Hanya dijelaskan bahwa di vihara tsb ada acara waisak. Ada bhikkhu yang hadir, dengan deskripsi begini dan begini. Lalu dicantumkan nomor rekening kalau mau berdana. Jadi, ga jelas ini dananya untuk apa. Lalu apa hubungannya dengan bhikkhu tersebut? Karena justru yang dijelaskan adalah tentang bhikkhu tsb ::)

Namo Buddhaya

Terima Kasih kepada saudara2 se Dhamma yang sudah me-reply di posting ini. Jika memang ada yang kurang berkenan dengan hal ini, mohon di-maafkan. Dan kalau memang saya melakukan kesalahan, mohon bimbingannya.

Thanks

Sebetulnya yang kurang sreg bagi saya adalah:

Bhikkhu kenapa bagi-bagi amulet.. kok nambah lagi tugasnya? Di posternya ada dua ayam pula diphotoshop di samping bhikkhu itu. Kalo saya jadi bhikkhu itu sih, saya malu ya… Sebetulnya saya belum pernah ketemu bhikkhu yang bagi amulet, tapi pernah ketemu bhikkhu yang baca garis tangan. Dan saya pernah posting ini, ada tentang garis tangan dan ahli jimat:

[…]
Bagian panjang tentang Moralitas

1.21. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dari keterampilan, penghidupan salah seperti membaca garis tangan,[28] meramal dari gambaran-gambaran, tanda-tanda, mimpi, tanda-tanda jasmani, gangguan tikus, pemujaan api, persembahan dari sesendok sekam, tepung beras, beras, ghee atau minyak, atau darah, dari mulut, membaca ujung jari, pengetahuan rumah dan kebun, ahli dalam jimat, pengetahuan setan, pengetahuan rumah tanah,[29] pengetahuan ular, pengetahuan racun, pengetahuan tikus, pengetahuan burung, pengetahuan gagak, meramalkan usia kehidupan seseorang, jimat melawan anak panah, pengetahuan tentang suara-suara binatang, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”’

1.22. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti menilai tanda-tanda permata, tongkat, pakaian, pedang, tombak, anak panah, senjata, perempuan, laki-laki, anak-anak, gadis-gadis, budak perempuan dan laki-laki, gajah, kuda, kerbau, banteng, sapi, kambing, domba, ayam, burung puyuh, iguana, tikus bambu,[30] kura-kura, rusa, Petapa Gotama menjauhi keterampilan demikian.”’

1.23. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti meramalkan: ‘Pemimpin[31] akan berjalan keluar – pemimpin akan berjalan kembali’, ‘Pemimpin kita [10] akan bergerak maju dan pemimpin musuh akan bergerak mundur’, ‘Pemimpin kita akan menang dan pemimpin musuh akan kalah’, ‘Pemimpin musuh akan menang dan pemimpin kita akan kalah’, ‘Demikianlah akan ada kemenangan di satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya’, Petapa Gotama menjauhi keterampilan demikian.”’

1.24. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti meramalkan gerhana bulan, matahari, bintang; bahwa matahari dan bulan akan bergerak sesuai jalur yang benar – akan bergerak tidak menentu; bahwa bintang akan bergerak sesuai jalur yang benar – akan bergerak tidak menentu; bahwa akan terjadi hujan meteor, suatu kebakaran dahsyat di angkasa, gempa bumi, guruh; matahari, bulan, dan bintang yang terbit, terbenam, gelap dan terang; dan ‘demikianlah akibat dari benda-benda ini’, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”’ [11]

1.25. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti meramalkan hujan yang baik atau buruk; panen yang baik atau buruk; keamanan, bahaya; penyakit, kesehatan, atau mencatat, menentukan, menghitung, komposisi syair, menjelaskan alasan-alasan, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”’

1.26. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana berpenghidupan dengan keterampilan seperti mengatur pemberian dan penerimaan dalam suatu pernikahan, pertunangan dan perceraian; [menyatakan waktu untuk] menabung dan belanja, membawa kebaikan dan keburukan, melakukan aborsi,[32] menggunakan mantra untuk mengikat lidah, mengikat rahang, menyebabkan tangan gemetar, menyebabkan tuli, mencari jawaban dari cermin, menjadi gadis-medium, dewa; memuja matahari atau Maha Brahma, meniupkan api, memanggil dewi keberuntungan, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”’

1.27. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dengan keterampilan demikian, penghidupan salah seperti menenangkan para dewa dan menepati janji terhadap para dewa, membuat jimat rumah tanah, memberikan kekuatan dan kelemahan, mempersiapkan dan menyucikan bangunan, memberikan upacara pembersihan dan pemandian, memberikan korban, memberikan obat pencahar, obat penawar, obat batuk dan pilek, memberikan obat-telinga, -mata, -hidung, salep dan salep-penawar, pembedahan mata, pembedahan, pengobatan bayi, menggunakan balsam untuk melawan efek samping dari pengobatan sebelumnya, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”[33] Ini, para bhikkhu, untuk hal-hal mendasar, persoalan kecil inilah, maka orang-orang biasa memuji Sang Tathagata.’

_________
Note: kalau mau lebih lengkap atau kalau mau baca catatan kakinya, silakan ke klik link berikut.

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_1:_Brahmajala_Sutta#Bagian_panjang_tentang_Moralitas
« Last Edit: 02 May 2013, 10:41:16 AM by dhammadinna »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #25 on: 02 May 2013, 10:57:56 AM »
Ketika mendengar blessing (kalau saya tidak salah duga, pakai air), saya jadi teringat cuplikan usang ini:

[...]
“Guru Gotama, sungai Bāhukā dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebebasan, sungai itu dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebaikan, dan banyak yang mencuci perbuatan jahat mereka di sungai Bāhukā.”

20. Kemudian Sang Bhagavā menjawab Brahmana Sundarika Bhāradvāja dalam syair:

   “Bāhukā dan Adhikakkā,
   Gayā dan Sundarikā juga,
   Payāga dan Sarassatī,
   Dan arus Bahumatī -
   Si dungu boleh saja mandi selamanya di sana
   Namun tidak akan menyucikan perbuatan gelap mereka.

   Apakah yang dapat dibersihkan  oleh Sundarikā?
   Dan Payāga? Dan Bāhukā?
   Sungai-sungai itu tidak dapat memurnikan pelaku-kejahatan
   Seorang yang telah melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan kasar

   Seseorang yang murni dalam pikiran selamanya memiliki
   Pesta musim semi, Hari Suci,
   Seorang yang baik dalam tindakan, seorang yang murni dalam pikiran
   Mengarahkan moralitasnya menuju kesempurnaan.

   Adalah di sini, brahmana, engkau harus mandi,
   Untuk menjadikan dirimu, sebuah perlindungan bagi semua makhluk.
   Dan jika engkau tidak mengucapkan kebohongan
   Juga tidak bekerja dengan mencelakai makhluk-makhluk hidup,
   Juga tidak mengambil apa yang tidak diberikan,
   Dengan keyakinan dan bebas dari kekikiran,
   Mengapa engkau perlu pergi ke Gayā?
   Karena sumur apapun akan menjadi sungai Gayā bagimu.”
[...]



Melihat 'jimat ayam', saya juga teringat cuplikan usang lainnya:

[...]
“‘Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dari keterampilan, penghidupan salah seperti membaca garis tangan, meramal dari gambaran-gambaran, tanda-tanda, mimpi, tanda-tanda jasmani, gangguan tikus, pemujaan api, [...] ahli dalam jimat, pengetahuan setan, pengetahuan rumah tanah, pengetahuan ular, pengetahuan racun, pengetahuan tikus, pengetahuan burung, pengetahuan gagak, meramalkan usia kehidupan seseorang, jimat melawan anak panah, pengetahuan tentang suara-suara binatang, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.
[...]

‘“Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dengan keterampilan demikian, penghidupan salah seperti menenangkan para dewa dan menepati janji terhadap para dewa, membuat jimat rumah tanah, memberikan kekuatan dan kelemahan, mempersiapkan dan menyucikan bangunan, memberikan upacara pembersihan dan pemandian, memberikan korban, memberikan obat pencahar, obat penawar, obat batuk dan pilek, memberikan obat-telinga, -mata, -hidung, salep dan salep-penawar, pembedahan mata, pembedahan, pengobatan bayi, menggunakan balsam untuk melawan efek samping dari pengobatan sebelumnya, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”[33]  Ini, para bhikkhu, untuk hal-hal mendasar, persoalan kecil inilah, maka orang-orang biasa memuji Sang Tathāgata.’
[...]”



Hanya share numpang lewat saja. Tidak bermaksud menghalangi orang berbuat baik. Lagipula tentunya Luang Pu dan bhante terkenal lainnya pasti lebih tahu apa yang harus diajarkan ke umat.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #26 on: 02 May 2013, 11:21:58 AM »
Ketika mendengar blessing (kalau saya tidak salah duga, pakai air), saya jadi teringat cuplikan usang ini:

[...]
“Guru Gotama, sungai Bāhukā dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebebasan, sungai itu dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebaikan, dan banyak yang mencuci perbuatan jahat mereka di sungai Bāhukā.”

20. Kemudian Sang Bhagavā menjawab Brahmana Sundarika Bhāradvāja dalam syair:

   “Bāhukā dan Adhikakkā,
   Gayā dan Sundarikā juga,
   Payāga dan Sarassatī,
   Dan arus Bahumatī -
   Si dungu boleh saja mandi selamanya di sana
   Namun tidak akan menyucikan perbuatan gelap mereka.
Harap dibedakan antara mandi di sungai berharap supaya jadi suci dan 'hapus dosa2nya', dengan pemercikan air pemberkahan. 

Setahu gw tidak ada blessing bhikkhu dengan mandi di sungai, jadi pemaparan sutta di atas tidak tepat utk kasus ini.  Yang ada cuma pemercikan air.

Lagipula blessing dengan pemercikan air sudah ada sejak jaman Buddha dan dicontohkan Buddha sendiri dengan menyuruh bhante Ananda pada peristiwa Ratana Sutta. 

Dengan demikian, blessing dengan pemercikan air merupakan tradisi buddhis dari jaman Buddha.

 _/\_
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #27 on: 02 May 2013, 11:31:04 AM »
Harap dibedakan antara mandi di sungai berharap supaya jadi suci dan 'hapus dosa2nya', dengan pemercikan air pemberkahan. 
Bisa dijelaskan pemercikan air ini untuk apa?

Quote
Setahu gw tidak ada blessing bhikkhu dengan mandi di sungai, jadi pemaparan sutta di atas tidak tepat utk kasus ini.  Yang ada cuma pemercikan air.
Saya tidak menyamakan percik dan mandi, tapi menekankan pada 'keampuhan air'.


Quote
Lagipula blessing dengan pemercikan air sudah ada sejak jaman Buddha dan dicontohkan Buddha sendiri dengan menyuruh bhante Ananda pada peristiwa Ratana Sutta. 
Boleh diceritakan di sini dalam rangka apa percikan + Ratanasutta dilakukan, supaya jelas di sini?


Quote
Dengan demikian, blessing dengan pemercikan air merupakan tradisi buddhis dari jaman Buddha.

 _/\_
Walaupun tidak ada tradisinya dulu, bukan berarti satu 'ritual' salah. Dan sebaliknya, walaupun ada kasusnya dalam tradisi Buddhis jaman dulu, belum tentu pasti pelaksanaannya sesuai.

Silahkan penjelasannya.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #28 on: 02 May 2013, 12:20:42 PM »
[...]
Karena sumur apapun akan menjadi sungai Gayā bagimu.”
[...]

 :lotus:

bagus....

Saya googling, ternyata dari Majjhima Nikaya 7 (Perumpamaan Kain - Vatthūpama Sutta)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17327.5
« Last Edit: 02 May 2013, 12:22:32 PM by dhammadinna »

Offline ge2004

  • Teman
  • **
  • Posts: 81
  • Reputasi: 7
Re: Tentang Praktik Blessing dan Amulet
« Reply #29 on: 02 May 2013, 12:56:35 PM »
Ketika mendengar blessing (kalau saya tidak salah duga, pakai air), saya jadi teringat cuplikan usang ini:

[...]
“Guru Gotama, sungai Bāhukā dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebebasan, sungai itu dianggap oleh banyak orang dapat memberikan kebaikan, dan banyak yang mencuci perbuatan jahat mereka di sungai Bāhukā.”

20. Kemudian Sang Bhagavā menjawab Brahmana Sundarika Bhāradvāja dalam syair:

   “Bāhukā dan Adhikakkā,
   Gayā dan Sundarikā juga,
   Payāga dan Sarassatī,
   Dan arus Bahumatī -
   Si dungu boleh saja mandi selamanya di sana
   Namun tidak akan menyucikan perbuatan gelap mereka.

   Apakah yang dapat dibersihkan  oleh Sundarikā?
   Dan Payāga? Dan Bāhukā?
   Sungai-sungai itu tidak dapat memurnikan pelaku-kejahatan
   Seorang yang telah melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan kasar

   Seseorang yang murni dalam pikiran selamanya memiliki
   Pesta musim semi, Hari Suci,
   Seorang yang baik dalam tindakan, seorang yang murni dalam pikiran
   Mengarahkan moralitasnya menuju kesempurnaan.

   Adalah di sini, brahmana, engkau harus mandi,
   Untuk menjadikan dirimu, sebuah perlindungan bagi semua makhluk.
   Dan jika engkau tidak mengucapkan kebohongan
   Juga tidak bekerja dengan mencelakai makhluk-makhluk hidup,
   Juga tidak mengambil apa yang tidak diberikan,
   Dengan keyakinan dan bebas dari kekikiran,
   Mengapa engkau perlu pergi ke Gayā?
   Karena sumur apapun akan menjadi sungai Gayā bagimu.”
[...]



Melihat 'jimat ayam', saya juga teringat cuplikan usang lainnya:

[...]
“‘Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dari keterampilan, penghidupan salah seperti membaca garis tangan, meramal dari gambaran-gambaran, tanda-tanda, mimpi, tanda-tanda jasmani, gangguan tikus, pemujaan api, [...] ahli dalam jimat, pengetahuan setan, pengetahuan rumah tanah, pengetahuan ular, pengetahuan racun, pengetahuan tikus, pengetahuan burung, pengetahuan gagak, meramalkan usia kehidupan seseorang, jimat melawan anak panah, pengetahuan tentang suara-suara binatang, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.
[...]

‘“Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, berpenghidupan dengan keterampilan demikian, penghidupan salah seperti menenangkan para dewa dan menepati janji terhadap para dewa, membuat jimat rumah tanah, memberikan kekuatan dan kelemahan, mempersiapkan dan menyucikan bangunan, memberikan upacara pembersihan dan pemandian, memberikan korban, memberikan obat pencahar, obat penawar, obat batuk dan pilek, memberikan obat-telinga, -mata, -hidung, salep dan salep-penawar, pembedahan mata, pembedahan, pengobatan bayi, menggunakan balsam untuk melawan efek samping dari pengobatan sebelumnya, Petapa Gotama menjauhi keterampilan dan penghidupan salah demikian.”[33]  Ini, para bhikkhu, untuk hal-hal mendasar, persoalan kecil inilah, maka orang-orang biasa memuji Sang Tathāgata.’
[...]”



Hanya share numpang lewat saja. Tidak bermaksud menghalangi orang berbuat baik. Lagipula tentunya Luang Pu dan bhante terkenal lainnya pasti lebih tahu apa yang harus diajarkan ke umat.

Saudara Sedhamma Sekalian, mohon maaf saya tidak pernah menyebutkan atau menjanjikan kalau Luang Pu akan bagi-bagi amulet di acara waisak ini (kok jadi pada berpikir ada bagi2 amulet???). Tidak juga menyebutkan dan menjanjikan bahwa dapat blessing dari Luang Pu pasti bisa sukses. Dan karena yang datang kali ini adalah Luang Pu Suang bhikkhu senior dari Thailand yang sangat dihormati (plus Luang Pu Rut dan nanti lebih dari 30 Bhikkhu yang hadir) tentunya dalam poster acara, kita kedepankan sosok Luang Pu Suang. Gak mungkinkan Luang Pu Suang yang datang, yang kita kasih profil diposter ketua panitia waisak kan ? Jadi mohon jangan ditarik kemana-mana (bagi yang tidak suka ya tidak masalah, karena setiap orang punya pemikiran sendiri).

Sabbapapassa Akaranam
Kusalassupasampada
Sacittapariyodapanam
Etam Buddhana Sasanam

 

anything