46.
Langit yang tak terbatas dan bumi yang luas dapat dapat dilihat dengan mudah oleh mata; namun seutas rambut tipis dapat menghalangi penglihatan. Hati yang penuh dengan cinta bisa menyebar ke alam semesta; namun sebuah pikiran penuh benci bisa mengempiskan hati tersebut dan membiarkan cinta mengering. Jangan meremehkan kekuatan dari sesuatu yang kecil. Orang suci selalu memberikan perhatian sepenuhnya pada pikiran yang paling remeh.
47.
Meskipun ratusan orang terpelajar diperkirakan gagal, orang bijak yang yakin dengan kemampuan dirinya akan bertahan dan berhasil. Bahkan jika ratusan orang yang sama diperkirakan akan berhasil, hanya orang yang memiliki pengetahuan serta tidak memiliki keyakinan-diri yang timbul alamiah dari kebijaksanaan akan gagal.
Pengetahuan hanya dari buku menumbuhkan keraguan dan keraguan menyebabkan kebingungan. Dalam keadaan demikian, tidak ada keyakinan-diri yang bisa terbangun. Namun kebijaksanaan menuntun pada keyakinan dan keyakinan membangkitkan wawasan dan pemikiran jernih. Pengikut Dharma berjalan pada jalan kebijaksanaan dengan tujuan menghilangkan keraguan dan menggunakan pengetahuan untuk manfaat yang baik.
48.
Tidak terlalu lama yang lalu, ketika seseorang jatuh dalam selokan, ia merasa sedemikian malunya sehingga ia bersumpah dengan darahnya untuk mmperbaiki kebiasaannya dan tidak akan jatuh lagi. Masa kini, ketika seseorang mendapatkan dirinya dalam selokan ia mengirim undangan pada orang lain untuk datang dan bergabung dengannya. Hal ini benar-benar menyedihkan bukan?
49.
Satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa kita tidak bisa memastikan apapun. Hanya fakta yang tidak berubah adalah fakta bahwa segala sesuatu terus menerus berubah. Orang suci membina kesabaran, tidak peduli situasi apapun yang terjadi padanya, mereka menunggu dengan tenang. Mereka juga memahami bahwa dalam persoalan hati bukan hanya obyek saja yang berubah, namun subjek juga, yang terbukti tidak pasti. Hasrat keinginan mungkin saja adalah hal yang paling mudah di rubah dibandingkan semuanya.
50.
Binalah kebiasaan tidur lebih awal. Ini merupakan rutinitas untuk mempertahankan pikiran yang kuat dan damai. Orang yang masih bangun hingga larut butuh memamerkan dan menghibur teman mereka. Atau pada kasus lain mereka merasa bosan dan membutuhkan kesenangan. Meskipun mereka tidur lebih lama, mereka tetap lelah ketika bangun, mereka tetap loyo pada tubuh dan pikirannya. Mereka tidak bisa bekerja atau berpikir dengan baik lagi. Orang yang mengikuti Dharma menemupuh hidup yang lebih penuh dan kaya. Mereka tidak membutuhkan orang lain sebagai dukungan. Kebiasaan baik seperti otot, semakin mereka diasah, semakin kuat jadinya.
51.
Semua sungai, besar dan kecil, jernih atau berlumpur, mengalir ke samudera dan samudera bereaksi dengan menghasilkan uap yang menjadi awan hujan dan memenuhi sungai. Demikianlah siklusnya.
Orang suci menunjukkan cinta dan penghargaan pada semua orang, kaya atau miskin, baik atau buruk. Orang-orang melihat keadilan yang sedemikian menyenangkannya, membalasanya dengan memuja orang suci tersebut dan berusaha meniru mereka. Ini, juga, merupakan siklus.
Melihat Dharma seperti sungai melihat samudera, sumber asalnya sangat alami dan ditakdirkan terus menerus diperbaharui. Melihat Dharma layaknya orang suci melihat orang-orang, obyek dari cinta dan balasan untuk mencintai.
52.
Jika kamu memperlakukan orang lain sebagai yang lain, sebagai terpisah, atau orang yang berbeda dengan dirimu, kamu tidak akan menjadi adil atau pengasih dalam penilaianmu terhadap mereka. Namun jika kamu memperlakukan orang lain seperti jika mereka terjemahan dari dirimu, kamu akan memahami kesalahan mereka dan menghargai kualitas mereka.
Apa kita tidak mujur, bahwa ini merupakan cara Langit melihat bumi.
53.
Jika seseorang hanya melihat wujud permukaan dari materi dan tidak menembus sifat sejati dari realitas visual, ia buta secara spiritual.
Jika seseorang hanya mendengar makna sementara dari kebisingandan tidak menembus sifat sejati realitas pendengaran, ia tuli secara spiritual.
Bentuk dan suara hanyalah ilusi. Kita menggunakan penglihatan dan pendengaran untuk mencari esensi mereka dan memahami sifat sejati dari realitas.
54.
Arus pikiran sadar ego yang-tak-terhentikan tidak bisa menetap cukup lama untuk memahami kebenaran. Meski orang selalu mencoba menemukan ide untuk menghalangi arus tersebut, menggunakan pemikiran untuk menghentikan pikiran. Pemikiran seperti kucing liar. Kita tidak bisa menggunakan kucing liar untuk mengikat yang lain.
Bagaimana kemudian kita memasuki kondisi tanpa-pikiran? Kita memahami sifat tanpa-substansi baik yang-berpikir ataupun pikiran itu sendiri. Kita memahami dalam realitas tidak terdapat bahkan satu pun pikiran kecil dari suatu pemikiran, atau si pemikir juga. Ketika kita menjadi saksi atas kenyataan ini, penyaksian diri kita membebaskan kita dari belenggu pikiran tanpa-pikiran.
55.
Sifat paling mendasar dari tubuh itu jernih, damai dan tidak memiliki bahkan satu pikiran pun. Egolah yang berpikir; seperti halnya ego juga yang berpikir bahwa ia ingin tidak berpikir. Ego menyebabkan masalah dalam usaha menyelesaikannya. Untuk menghilangkan ego adalah mendengarkan suara tanpa-suara, melihat pandangan yang tak-terlihat, berpikir pemikiran yang tanpa-pemikiran.
56.
Ketika kita mencapai tahap pemkiran tanpa-pemikiran, seseorang mengira ia telah menyadari Dharma. Ia berpikir tentang pengalaman meditasinya dan bagaimana hal ini akan merubah cara berpikirnya mengenai lingkungannya. Ia berpikir bahwa hal ini benar-benar luar biasa bahwa ia telah mengendalikan pikirannya. Tidak tepat berkata bahwa ia memiliki lebih banyak untuk dipikirkan. Sebenarnya, ia berkurang [yang dipikirkannya]
57.
Semakin jernih tubuhnya, semakin terang Sifat Kebuddhaan seseorang bersinar. Pada awalnya, kita masih membutuhkan tubuh. Hal ini seperti lampu. Sifat Kebuddhaan seperti nyalanya. Namun kita masih tetap sadar akan bayangan-bayangan. Semakin kita mengalami kemajuan kita merasakan tubuh merupakan alam semesta itu sendiri dan Diri-Buddha kita bersinar meliputinya seperti matahari.
58.
Tidak ada awal untuk yang datang sebelumnya, dan tak ada akhir untuk yang datang kemudian. Inilah pemikiran yang menghentikan arus waktu dan menyesuaikannya. Inilah pemikiran yang menentukan bahwa malam mengikuti siang, dan mati mengikuti hidup, sesuatu kecil ketika yang lain besar. Apakah untuk alam semesta, besar atau kecil, terang atau gelap, masa depan atau masa lalu itu?
59.
Tindakan itu kecil; Pinsip itu besar. Tindakan itu beragam; Prinsip itu satu. Mereka yang hidup dalam prinsip, yang membiarkan maknanya mengalir melalui urat nadi utamanya, tidak pernah menyimpang darinya. Dalam apapun yang mereka lakukan, mereka mewujudkan prinsip tersebut. Apakah sibuk atau dalam istirahat mereka tidak pernah berdusta, tidak pernah manipulatif. Mereka tidak memiliki motif tersembunyi dan tidak membutuhkannya.
60.
Tak ada satu pun di dunia ini diperoleh tanpa hasrat keinginan, tanpa motivasi. Engkau bisa melalui jalur kejujuran dan ketulusan dalam mengejar keinginanmu atau engkau bisa melalui jalur dusta dan memperoleh apa yang engkau inginkan dengan kepura-puraan salah. Cara yang satu atau yang lain, ketika engkau memperoleh obyek yang kamu inginkan engkau akan melekat padanya – setidaknya selama hingga engkau mulai menginginkan yang lain. Namun antara jalur ketulusan dan tipu muslihat terdapat suatu jalan di mana kedua cara tersebut dibutuhkan. Ini adalah jalur yang membimbing pada pemahaman hasrat keinginan duniawi sebagaimana adanya. Pada jalur ini motivasimu mati di dalam langkahnya sementara kamu bergerak maju dengan yakin.
61.
Kalau engkau memikirkan sesuatu, engkau memberikan keberadaan padanya. Obyek yang menimbulkan hasrat-keinginan hilang ketika mata pikiran tertutup untuknya. Mereka menyatu dengan sekitarnya.
Hal yang sama dengan emosi. Harapan, ketakutan, penilaian baik dan salah, dan perasaan senang atau sedih juga menghilang ketika pikiran tetap tidak terlibat dalam kejadian duniawi terjadi padanya. Kala keteraturan duniawi ditolak, pikiran kosong bisa mengenggam ruang yang tak terbatas. Kedamaian memperkuat getaran kemurnian, sinar surgawi, dan harmoni lingkungan ke segala penjuru.
62.
Semakin seseorang berusaha menggunakan paksaan untuk menghapus sebuah hasrat keinginan, semakin mereka memperkuat hasrat keinginan tersebut. Kekuatan tambahan hanya menambah kekacauan mereka. Mereka menjadi terobsesi dengan masalah tersebut. Semakin banyak orang berbicara tentang Dharma tanpa mengetahuinya, semakin mereka menambah kebodohan mereka. Mereka tumbuh dalam kebodohan ini dan menetapkan diri mereka sebagai menara kebenaran. Mereka seperti ikan yang berada di luar air yang berusaha mengajarkan yang lain untuk berenang, atau burung dalam sangkar yang menawarkan pelajaran cara terbang.
Jika kamu ingin menaklukkan sebuah hasrat keinginan, lepaskan topengnya. Segera, ia menjadi tidak penting – tak berharga untuk dipikir dua kali. Jika kamu ingin membincangkan Dharma, jadikan [Dharma] sebagai kebiasaan sehari-harimu. Tinggallah di dalamnya. Akrabkan dirimu dengan sifat dasar manusia dengan mengenali kesalahan dan pondasi hasrat keinginanmu. Dengan sendirinya, kamu akan memaafkan orang lain atas kesalahan mereka. Jadilah rendah hati dan lembut dalam cinta-mu demi kemanusiaan. Itu merupakan cara membuat sebuah contoh agar orang lain menirunya. Pembenaran-diri yang kaku tidaklah benar. Hal ini merupakan keterbatasan kaku spiritual.
63.
Mereka yang serius tentang Dharma mencari wawasan kebijaksanaan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Apakah sedang sibuk atau istirahat, apakah sendirian atau di antara keramaian, dalam setiap situasi mereka menyadari diri mereka, mereka berjuang untuk tetap waspada dengan sadar . Keawasan demikian tidak mudah. Namun sekali mereka terbiasa mempraktikkannya, hal ini menjadi begitu alamiah; aktivitas yang tak seorangpun di sekitarnya bahkan menyadari apa yang mereka capai.
64.
Jika kamu mengulangi sebilah rumput dari alam semesta, alam semesta tidak bisa lagi dikatakan lagi sebagai meliputi semuanya. Jika kamu menaruh sebuah pikiran kecil yang serakah atau bernapsu dalam pikiran yang murni, pikiran itu tidak bisa lagi dianggap tak-tercermar.
Waspadalah dengan hal yang kecil. Kehadiran atau ketiadaan mereka merubah segala sesuatu.
65.
Pikiran meluas hingga ke alam semesta; tubuh menciut hingga ukuran seperti tikus. Menjadi tercerahkan adalah menghargai dinamika Dharma.
Ketika pikiran membubung hingga ruang tanpa batas, tubuh tetap terkurung dalam lingkungan fisik. Ia seringkali ditemukan bergegas-gegas dalam kegelapan.
66.
Betapa memboroskan waktu dan tenaga berjuang demi memperoleh obyek material yang dinginkan. Tak ada kepuasan akhir yang bisa dihasilkan dari memperolehnya sebab ketika pada puncak pencapaiannya, mereka tidak lagi menjadi obyek yang diinginkan. Mereka dihabiskan seperti kayu bakar dan “persembahan yang dibakar”. Kita meludahkan abu dalam mulut kita dan mencari pohon lain untuk ditebang.
Orang suci berjuang demi wawasan spiritual. Mereka mempertanyakan makna hidup. Memperoleh wawasan ini, mereka memperolah alam semesta. Di sini tak ada apapun yang tersisa untuk diinginkan, mereka diterangi tanpa [membutuhkan] api pengorbanan.
67.
Sebesar-besarnya alam semesta, ia dapat ditampung dalam pikiran. Sekecil-kecilnya tubuh, tidak ada isi dunia yang cukup untuk memuaskannya.
68.
Segala sesuatu di alam semesta memiliki Satu Sifat-Dasar. Manusia yang hidup di dalam Sifat-Dasar tersebut memiliki segala sesuatu yang mereka inginkan. Yang tercerahkan memiliki. Yang belum-tercerahkan berhasrat
69.
Orang yang menganggap dirinya lebih tinggi dibandingkan yang lain terus-menerus membuat penilaian dan melihat perbedaan. Ia secara kaku terikat pada pertentangan-pertentangan: baik atau buruk, benar atau salah. Jika ia mengikuti standar keadilan dirinya sendiri, ia akan terpaksa menolak setidaknya separuh dari isi dunia.
Orang yang mengikuti Dharma berjuang menyatukan dirinya dengan kemanusiaan lainnya. Ia tidak membeda-bedakan dan tidak memperhatikan perbedaan kualitas. Ia tahu bahwa Sifat Kebuddhaan adalah Satu, Kenyataan yang Tak-terceraikan. Orang yang mengikuti Dharma berjuang untuk tepat senantiasa sadar akan kesatuan dirinya dengan Yang Satu.
70.
Gunung, sungai dan bumi itu sendiri adalah bagian dari Yang Satu. Pikiran yang jernih bersifat transparan; semua keberadaan dapat dilihat melaluinya. Pikiran yang dikerumuni awan ilusi ego tidak melihat apapun kecuali dirinya sendiri.
Berjuanglah untuk menyadari bahwa engkau termasuk di dalam Yang Satu! Tubuhmu boleh berdiam dalam dunia material, namun pikiranmu akan memahami bahwa tidak ada apapun yang terpisah darinya sehingga bisa ia inginkan.
71.
Dalam ketenangan sempurna Dharma, hati melihat dan memahami segala sesuatu. Tidak ada kata-kata yang diucapkan oleh lidah, tidak ada suara yang didengar oleh telinga, tidak ada penglihatan yang dilihat oleh mata. Mereka yang hidup dalam Dharma hidup dalam hatinya. Sungguh aneh bahwa meskipun tubuh mereka akan membusuk, napas mereka selalu seperti harum angin sepoi yang sejuk. Alangkah menakjubkan berada di dekat mereka!
72.
Saya telah belajar sangat banyak dari orang-orang yang ditolak oleh masyarakat. Ya, ini benar. Terimalah saranku. JIka kamu ingin menemukan guru yang baik, carilah mereka yang telah ditolak karena buta, tuli atau bodoh.
73.
Obyek dunia material adalah tiang pentas, seting dan karakter dalam sebuah drama-mimpi. Ketika seseorang terbangun, panggung menghilang. Aktor dan penonton juga menghilang. Bangun bukanlah mati. Apa yang berada dalam mimpi bisa mati dalam mimpi; naumun si pemimpi yang memiliki keberadaan nyata tidak akan hilang bersama mimpi. Semua yang dibutuhkan olehnya adalah berhenti bermimpi, tidak lagi dibuai oleh imaji mimpi, dan menyadari bahwa ia hanyalah seorang pemimpi.
74.
Kebanyakan orang hanya melihat perubahan. Untuk mereka segala sesuatu datang dan pergi keberadaannya. Sebentar atau lama, apa yang baru menjadi lama, apa yang berharga menjadi tidak berarti. Ego mereka menentukan sifat hakikat segala sesuatu.
Ketika keberadaan dibatasi dalam keterbatasan demikian, dalam masa sesaat, kekuatan untuk mengendalikan manusia dan benda-benda dilihat secara alamiah sebagai penghikmatan ego. Dan mengapa tidak? Bukankah ego adalah penguasa soal perubahan? Tentu saja, ketika ia mendatangi Satu Hal Yang Tidak Pernah Berubah, ego secara ajaib menjadi tidak peduli. Mereka berlarian untuk mengikuti setiap mode dan gaya. Mereka menyukai pelawak, mencoba dengan susah payah mendapatkan lelucon baru. Hidup mereka tergantung pada menjaga penonton [agar tetap] tertawa.
Benar-benar lucu pengakuan mereka bahwa mereka bebas, berkuasa dan terkendali. Dalam kenyataannya mereka tidak lebih dari budak tak berdaya sebuah ilusi.
75.
Terdapat dua cara melihat Dharma: Cara Langsung, yaitu jalan di mana ilusi yang menghalangi dihancurkan dengan kesadaran yang menghantam; dan Cara Bertahap, yaitu jalan di mana ilusi dihilangkan secara akumulasi, dengan usaha berkelanjutan. Dengan cara yang satu ataupun yang lain, halangan pasti dihancurkan.
76.
Pikiran Kebuddhaan memuat alam semesta. Dalam alam semesta ini hanya ada satu substansi Kebenaran yang murni, absolut dan tak-ceraikan. Konsep dualitas tidak ada.
Pikiran kecil hanya berisi ilusi keterpisahan, atau bagian-bagian. Ia membayangkan obyek yang banyak sekali dan memaknai kebenaran dalam kata-kata pertentangan relatif. Besar dimaknai oleh kecil, baik oleh jahat, murni oleh tercemar, tesembunyi oleh terungkap, penuh oleh kosong. Apakah pertentangan itu? Ini merupakan arena kekejaman, konflik dan kekacauan. Di mana dualitas dilampaui kedamaian bertahta. Ini adalah kebenaran definitif Dharma.
77.
Meskipun, pada kenyataannya, Kebenaran Dharma tidak bisa dinyatakan dalam kata-kata, para guru terus berbicara dan berbicara, mencoba menjelaskannya. Saya menyimpulkan bahwa menjadi sifat manusia untuk mengatakan bahwa sesuatu tidak bisa dijelaskan dan kemudian menghabiskan beberapa jam mencoba menjelaskannya. Tidak heran jika orang-orang pergi menjauhi. Baik, kita bisa menjadi lebih menghibur. Kita bisa menambah kisah-kisah memukau dan menarik perhatian pendengar kita dengan jaminan yang merayu. Tentu saja, kita hanya menumpuk ilusi demi ilusi. Namun apa yang akan hal itu lakukan dengan Dharma?
78.
Seseorang yang sedang sendirian tidak bisa melakukan percakapan. Sebuah drum harus dikosongkan isinya agar suaranya menggema. Ketiadaan jumlah. Kata-kata terbatas. Penafsiran berbeda. Apa yang tak dikatakan juga berkaitan. Kebenaran absolut tidak bisa dinyatakan dalam kata-kata. Ia harus dialami.
Dan kemudian, dalam kesunyian yang menggugah, kita mengungkapkan dengan baik bahwa kita telah dibangunkan oleh Dharma.