banyak meditasi ( ala buddhis ) nggak "berdampak" ama batiniah ssorg ?~
klo sering meditasi tapi pikirannya 'sama wae' ama aQ yg nggak pernah meditasi .. ya.. aamien dah klo gt.. *untung gw gak latah ikut2an meditasi"
bila hati saya bersedih, saya segera bermeditasi. dengan segera pula kesedihan itu berlalu. Dan saya tidak tahu, bagaimana mereka yang tidak berpraktik meditasi mengusir kesedihan dari dalam batinnya. Bagaimanakah mereka lepas dari lingkaran penderitaan itu?
Melalui praktik meditasi, saya belajar melihat dan memahami apa yang ada dan terjadi di dalam diri. Belajar untuk memahami, inilah penderitaan itu. Lalu dengan sedikit lagi meningkatkan ketajaman pikiran, saya belajar melihat, apa saja yang menjadi sebab-sebab penderitaan itu. bila hal itu dipertahankan, lama-lama terlihat juga, manakah kebahagiaan itu. karena itu muncul gairah karena melihat kebahagiaan. Seiring dengan berjalannya waktu, sebab-sebab bagi munculnya kebahagiaan pun terlihatlah. Selanjutnya, terserah kepada diri kita masing-masing, mana yang hendak kita capai, kebahagiaan atau penderitaan? kita sendiri yang harus memilih dan memutuskan. Karena kita punya kehendak bebas. Seandainya kita telah melihat sorga yang indah di depan mata kita, bila kita memang tidak ingin masuk ke dalamnya, tentu kita tidak akan masuk. seandainya kita melihat neraka yang mengerikan sekalipun, bila kita memang ingin lompat ke dalamnya, tentu kita akan berada di dalam neraka. itulah kehendak bebas. Meditasi tidak menjamin seseorang memilih hidup di dalam sorga. meditasi tidak menjamin seseorang selalu memilih hal yang benar. Tetapi meditasi menjamin kita "bisa melihat" hal yang benar. selanjutnya, terserah kepada pilihan kita.
Setelah sampainya batin pada jhana-jhana, semua nafsu ditinggalkan. oleh karena itu, dengan mudah seluruh godaan duniawi dikalahkan. tetapi, kekotoran batin hanyalah mengendap dan tidak benar-benar hilang. Tetapi, batin yang penglihatannya telah jauh lebih tajam, ia akan mengetahui perbuatan-perbuatan bodoh dan perbuatan-perbuatan cerdas. Dengan melihat segala ssuatu sebagaimana adanya, berarti ia memangkas akar-akar kebodohan dan berhenti menciptakan kecenderungan-kecenderungan jahat di dalam batinnya. ia mengerti bahwa kecenderungan jahata apapun, itu merupakan ciptaan pikiranya sendiri. dan hanya orang bodoh yang terus menerus menciptakan kecenderungan itu. lalu ia sampai pada kesucian. Kendatipun demikian, ia masih memiliki kehendak bebas. ia bisa memilih hal yang salah, bukan dengan kecenderungan jahatnya, melainkan dengan kehendak bebasnya.
kendatipun orang yang sudah suci, yang tidak memiliki kecenderungan-kecenderungan jahat, bisa saja ia kemudian memilih hal yang salah dengan sengaja, sesuai dengan kehendak bebasnya. oleh karena itu, akhirnya semua kehidupan ini ditentukan oleh diri kita sendiri, bukan oleh meditasi kita.
tetapi, orang yang TIDAK bermeditasi, bagaimanakah cara ia mampu melihat ke dalam kejadian batin yang terdalam? bagaimana cara ia melihat peri kehidupan setelah kematian, bagaimana cara ia melihat alam-alam lain selain alam yang bisa ia tangkap dengan bola matanya?
sekilas, pemeditas atau bukan tampaknya sama saja. yakni sama-sama hidup. sama-sama mengalami kebahagiaan dan penderitaan, tapi berbeda di dalam pengetahuan. Kebahagiaan seperti apa dan penderitaan seperti apa yang dialami keduanya, itu tidak akan sama. para meditator memahami kebahagiaan-kebahagiaan suci, dan lebih tertarik pada kebahagiaan-kebahagiaan suci ini, kendatipun dirinya masiahlah sangat jauh dari kesucian. tapi langkahnya sedang menuju ke sana. sedangkan mereka yang tidak bermeditasi, hanya mengerti kebahagiaan-kebahagiaan duniawi, dan hanya tertarik dengan kebahagiaan-kebahagiaan duniawi.