kalo pake judul sama kan harus ada ijin dari penerbit sebelumnya, jadi terpaksa ganti semuanya untuk mengakali copyright
Thanks Om Indra atas info nya.
Jadi jelas sekarang soal copyright ini... berarti buku yg sama, bisa diterbitin dua penerbit, asal judul dalam bahasa indonesia dan covernya diganti abis ya....
Buku MPH sendiri, saya saksikan sendiri telah banyak jasanya.
Orang2 disekitar sy banyak yg terbantu diringankan masalah hidupnya dengan membaca buku MPH. Minimal, pikiran mereka menjadi lebih terbuka, mereka mendapatkan sudut pandang yg baru atas masalah pribadi mereka... Sbg catatan, semua pembaca MPH yg terbantu ini bukan berasal dari kalangan Buddhist.
Masalah mereka beragam: ada yg frustasi dgn tingkah suaminya, ada yg kecewa melihat tingkah laku anaknya, ada yg merasa terbebani dgn problema keluarga yg beruntun, ada yg merasa berat hidupnya krn masalah keuangan, dll...
::
Dear MoM Indra dan MoM William yang baik,
mengenai perihal copyright buku cacing sebaiknya bertanya langsung lah ke penerbit Awareness yang bersangkutan. Janganlah menyalah duga bahwa kita bisa menerbitkan buku seenaknya tanpa pandang copyright, apalagi menduga dan menuduh bahwa sebuah penerbit berani melakukan karya pembajakan (yang jelas melanggar sila ke-2).
Harap kita berhati-hati dalam dunia maya sekarang ini, jangan asal post. Sebab apa yang kita katakan tersimpan selamanya, dan jika itu tidak benar tentu saja akan berakibat parah.
Banyak orang yang akan salah pandangannya karena informasi MoM Indra yang belum tentu benar, apalagi kesan MoM william yang membenarkan.
Perlu diketahui bahwa hak copyright atas buku cacing ini ada di tangan penerbit ehipassiko-karaniya sesuai kontrak yang berlaku. Informasi selengkapnya mohonlah langsung menuding pihak ehipassiko, jangan menuding lewat belakang begini.
Dalam dunia modern ini kita harus pandai memilah informasi apalagi mengedarkannya, sebab semua yang tertulis dewasa ini mau se-ekstrem apa pun terdengar kredibel. Anehnya orang dengan nick yang tak jelas pun akan terdengar kredibel. Ini berbahaya sekali.
Dalam asumsi bahwa buku Dhamma tidak boleh dijual alias "haram" bagi anda, ya silakan anda melekat pada pandangan tersebut. Tapi mohon jangan pernah mendiskreditkan pihak yang berusaha mengubah pandangan hidup banyak orang dengan cara yang piawai.
Dharma adalah milik semua orang bukan sekte atau pandangan tertentu saja. Sebaiknya anda rekoleksi pandangan anda, sebab atta itu sungguh halus sekali.
Sebagai bahan pertimbangan saya akan memberikan contoh:
jika buku sutta dibagikan kepada umat non-buddhis secara gratis, tentu mereka tidak akan mau menerimanya, apalagi membacanya.
Jika kita bisa membawakan tema Dharma ini secara universal, menarik, menggugah hati, menyentuh, membawa ke kebenaran, maka orang itulah yang menilai dan mendapat keuntungan, tidak peduli apa kepercayaan dan pandangannya.
Itulah kebijaksanaan yang baik, bukan pandangan ekstrem.
Nah, apakah pandangan anda ekstrem? mohon kaji, sebab jika anda ekstrem, anda bukan Buddhis.
Salam sayang,
tasfan sadikin