manusia biasa . menurut saya manusia biasa cuma ada di agama tetangga aja . di dalam ajaran buddha hanya ada yang sadar dan belom sadar , berusahalah terus untuk menjadi yang sadar . kita sebagai murid buddha sudah seharusnya sadar dan mulai belajar untuk melepas segala hal yang semu itu, bukannya terus menerus menuruti keinginan sehingga dikendalikan oleh yang semu-semu itu .
terus.. sebaiknya jangan kita berpikir pencerahan masih jauh, dengan berpikir pencerahan masih jauh, pikiran kita akan terus berkelana di masa depan, itu juga salah satu pandangan yang keliru . sebagai murid buddha, kita harus selalu berusaha untuk menjaga pikiran kita di saat ini, jangan biarkan pikiran kembali ke masa lampau atau melaju ke masa depan .
istilah manusia biasa jg terdapat dalam buddhism..berikut saya kutipkan sebuah kisah di jataka
"...........Tetapi petapa itu tidak bisa mendapatkan kegembiraan gaib karena ia diliputi dengan kesombongannya akan kelahiran mulianya. Selain menyadari bahwa petapa itu dikuasai oleh kesombongan, seorang Pacceka Buddha juga mengetahui bahwa ia bukan
manusia biasa. “Laki-laki ini (pikirnya) ditakdirkan menjadi seorang Buddha dan dalam kehidupannya kali ini ia akan mencapai kebijaksanaan sempurna. Saya akan membantunya untuk menaklukkan kesombongan dirinya dan membuatnya mengembangkan pencapaian.” Maka ketika ia sedang duduk di dalam gubuk daunnya, Sang Pacceka Buddha turun dari Gunung Himalaya, dan duduk di potongan batu tempat duduk petapa itu. Ia keluar dan melihat Sang Pacceka Buddha duduk di tempat duduknya; ia merasa bukan lagi seorang tuan bagi dirinya sendiri. Ia menghampiri beliau dan memetik jarinya sambil berkata, “Terkutuklah Anda, orang jahat yang tidak ada kebaikannya, orang munafik berkepala botak, mengapa Anda duduk di tempat dudukku?” “Orang suci,” katanya, “mengapa Anda dikuasai oleh kesombongan? Saya telah menembus kebijaksanaan dari seorang Pacceka Buddha. Dan saya bermaksud memberitahu Anda bahwa pada kelahiranmu kali ini juga, Anda akan menjadi Yang Maha Tahu. Anda ditakdirkan menjadi seorang Buddha! Di saat Anda telah melakukan kebajikan sempurna, setelah periode waktu tertentu berlalu, Anda akan menjadi seorang Buddha. Dan di saat menjadi Buddha, Anda akan bernama Siddharta.” Kemudian Pacceka Buddha itu memberitahunya tentang nama, suku, keluarga, siswa-siswa utama, dan sebagainya, dengan menambahkan, “Sekarang mengapa Anda begitu sombong dan bernafsu. Hal itu tidak pantas bagi dirimu,” demikianlah nasehat dari Pacceka Buddha. Ia tidak berkata apa-apapun terhadap perkataan ini, bahkan tidak memberikan hormat dan juga tidak menanyakan kapan atau dimana atau bagaimana ia bisa menjadi seorang Buddha. Kemudian sang tamu berkata, “Ketahuilah ukuran kekuatan kelahiranmu dan kekuatanku dengan ini. Jika Anda mampu, terbanglah di udara seperti yang kulakukan.” Setelah berkata demikian, beliau melayang di udara, membersihkan debu kakinya di atas ikat rambut yang dikenakan petapa itu di kepalanya, dan kemudian kembali ke Gunung Himalaya. Setelah kepergiannya, petapa itu dirundung dengan rasa duka. “Ada seorang suci,” katanya, “dengan badan yang demikian berat, terbang di udara seperti butiran debu yang dihembus angin! Orang yang demikian, seorang Pacceka Buddha, dan saya tadi tidak mencium kakinya dikarenakan kesombongan diriku akan kelahiranku, tidak bertanya kepadanya kapan saya akan menjadi Buddha. Apa yang bisa dilakukan kelahiran ini kepadaku? Di dunia ini, hal berupa kekuatan adalah suatu kehidupan yang bagus; tetapi kesombonganku ini akan membawaku ke alam Neraka. Saya tidak akan pernah pergi keluar mencari makanan lagi sampai saya mempelajari cara menaklukkan kesombonganku.” Kemudian ia masuk ke gubuk daunnya dan mengambil sumpah untuk menaklukkan kesombongan. Dengan duduk di tempat duduk yang terbuat dari ranting, pemuda bijak yang mulia itu menaklukkan kesombongannya, memperoleh kesaktian dan pencapaian meditasi, kemudian berjalan keluar dan duduk di tempat duduk batu yang berada di ujung jalan yang tertutup......."