Apa yang Anda pahami tentang jalan tengah?
bagi saya, kamu ga lebih paham drpd saya, begitu sebaliknya... lucu sekali Anda suka sekali menilai, padahal kenal saya saja tidak....
Kompromi pada hal yang wajar, dalam hal ini bumbu makanan, tapi bukan pada hal yang jelas-jelas bisa dihindari (mengurangi sampai meniadakan daging hewan dalam menu santapan sehari-hari). Anda tidak bisa makan tanpa rasa manis, asin, asam dan pedas, tapi Anda bisa makan sayur dan buah dengan lezat tanpa membuat makhluk lain dibunuh secara sengaja. Benar?
wajar tidak wajar itu sangat subjektif.
meniadakan makan daging, jika mau ditiadakan tentu saja bisa.
mau meniadakan rasa, jika mau ditiadakan tentu saja bisa.
bagi saya keduanya adalah praktik ekstremis.
manusia omnivora, disuruh jadi herbivora.
coba saja singa dikasih makan sayur, atau dibalik kelinci disuruh makan daging.
ya bisa2 aja. tapi praktik ektremis
hal sama berlaku utk,
mau hidup tanpa rumah, bisa
mau hidup tanpa pakaian, bisa
mau hidup tanpa ngomong, bisa
mau hidup tanpa mandi, bisa
hehehe...
wajar bagi Anda belum tentu wajar bagi orang lain, semoga Anda paham.
tapi toh Anda mengaku bukan vegetarian...
Jujur katakan pada semua, berapa orang yang makan daging karena lobha... alih-alih beralasan mengikuti ajaran Gautama (tentang non-vegetarianisme maupun jalan tengah).
Jujur saja, semua disini makan daging karena suka, bukan karena ajaran.
Salam jujur dari hati.
hihihi...
jika tidak mau vegetarian, maka harus ngaku lobha. jika tidak maka berarti tidak jujur.
mantap...
apa yg kaum vegetarian tidak mengerti adalah: yg ditentang di sini adalah soal pandangannya yg meninggikan vegetarian shg merendahkan perbuatan makan daging. dan ini jelas2 berulang hingga pendukung vege sampe2 harus menuduh orang tidak vegetarian =
serakah thd daging. jika tidak ngaku berarti tidak jujur.
mungkin satu hal yg tidak kamu (Sunya) pahami adalah,
ketika kamu berpikir bisa lepas dari lobha thd daging, kamu masuk ke lobha baru yg lebih halus, yg lebih susah dilepas.