biasanya cara yg makin cepet, juga akan cepet hilang.......
ah, ini kan hanya perkiraan anda saja, bro markos.
Sang Buddha mahir dalam membimbing para siswa-Nya.
Hal ini dibuktikan dengan cerita seorang Raja yang menerima pemberian Sang Buddha, sebuah gambar tentang paticcasamupadda [Dua Belas Mata Rantai Sebab Akibat yang Saling Bergantungan] dan merealisasi pemahaman langsung setelah menganalisanya [dalam waktu relatif cepat].
Guru Buddha mengajarkan berbagai metode [84.000 Dharma] untuk dipraktikkan para Siswa-Nya [sesuai dengan kecerdasan, kapasitas, dan motivasi masing-masing] sampai sekarang. Satu lagi keunggulan Beliau, Beliau tidak pernah memaksakan murid-Nya untuk satu metode saja, namun intinya sama; me-realisasi Empat Kebenaran Arya [Four Noble Truths].
Cara Beliau mengajar Yang Arya Ananda [yang terkenal dahsyat ingatannya] tentu berbeda dengan cara Beliau mengajar Yang Arya Culapanthaka [yang sulit untuk menghapal kata]. Lalu para murid Beliau mengajar dengan metode masing-masing yang diterima dari Guru Agung ini.
Kalo anda punya Guru yang mewarisi silsilah Yang Arya Ananda, ya kemungkinan besar disuruh menghapal kitab-kitab suci, bisa jadi Tipitakadhara.
Kalo anda punya Guru yang mewarisi silsilah Yang Arya Culapanthaka, ya kemungkinan besar disuruh nyapu lantai dan bersih-bersih tiap hari.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai umat Buddha? ya, cari metode yang cocok buat pengembangan batin kita. Dan Guru yang memegang silsilah tak putus dari Sang Buddha, dan ahli dalam metode tersebut. Mungkin anda belum berkesempatan bertemu dengan para siswa Beliau yang memegang silsilah metode jalan cepat-Nya.
itu kenapa buddha perlu 4 asankeya kappa dan 100.000 kappa untuk merealisasi nibbana........
ya, karena belas kasih, jasa dan pengorbanan Beliau yang luar biasa, kita bisa mencicipi rasa Dhamma/Dharma saat ini. Jika tidak, mungkin kita sekarang berada di alam-alam rendah, jadi domba-domba yang hilang, dsb.
pikiran negatif memang bisa diubah dengan banyak hal, misal menahan diri, takut akan akibatnya, dan sebagainya.... namun yang terpenting adalah usaha untuk mengikisnya sedikit demi sedikit dengan berusaha menyadari proses pikiran setiap saat
setuju, intinya sesuai kata Suhu Sumedho,
Sati [Perhatian] dalam apa yang kita
pikirkan, ucapkan, dan lakukan.
Metode/cara untuk memahami hal ini yang bervariasi.
Terima kasih buat bro Markosprawira.
By : Zen