[NEWS] Jual Obat Mahal, Dokter Dapat Bonus Mobil dari Perusahaan Farmasi

[sanjiva]

TRIBUNNEWS.COM,PALEMBANG--Kongkalikong penjualan obat ternyata menguntungkan semua pihak yang terlibat. Dokter mendapat jatah 10-20 persen dari harga obat yang diberikan perusahaan farmasi.

Sementara sales marketing yang menjembatani transaksi juga kecipratan bonus gaji berlipat. Konspirasi berlangsung secara terbuka di Palembang.

Sales perusahaan farmasi beramai-ramai mendatangi tempat praktik dokter membawa brosur obat dan penawaran kerjasama. Dokter tugasnya hanya menuliskan resep obat mahal produksi perusahaan tersebut.

Bila penjualan berlangsung lancar, perusahaan farmasi juga dengan mudah memenuhi permintaan dokter.

"Bisa sampai puluhan juta keluarkan uang untuk kebutuhan oknum dokter. Uang itu diperoleh dari jumlah obat yang laku dijual oleh dokter. Mau mobil baru, tinggal telepon," ujar Dayat, seorang sales distributor perusahaan farmasi, Jumat (8/2).

Bonus atau dana sponsor yang diberikan kepada oknum dokter tersebut dihitung berdasarkan keuntungan penjualan obat.

"Kami juga tidak sembarangan kasih. Kami hitung apakah dokter itu berhasil menjual obat dari kita dengan jumlah yang disepakati atau tidak. Kalau berhasil, baru kami berani kasih bantuan sponsorship," ungkapnya.

Pengakuan seorang dokter yang enggan disebutkan namanya, kongkalikong ini tambah berjalan mulus apabila sales menjalin kerjasama dengan dokter praktik yang langsung menyediakan obat untuk pasien (tidak dibeli di apotek). Bahkan, ada satu oknum dokter yang hanya menulis resep obat hanya dari dua merek.

Dokter harus menyediakan merek tertentu karena sebelumnya telah terjalin kesepakatan dengan sales obat. Kerjasama itu bervariasi, mulai dari satu sampai lima tahun.

Sales bisa memutuskan perjanjian apabila oknum dokter tak lagi mencantumkan obatnya di resep. Dampak yang dirasakan misalnya, sales menarik dan menghentikan pembayaran kredit mobil.

Menurut dokter sumber Tribun ini, sebenarnya setiap produsen obat itu telah memiliki buget promosi. Meski tidak menjalin kesepakatan dengan sales obat, dia tetap dibantu ketika butuh pinjaman mobil untuk menghadiri seminar di luar kota.

Obat yang ditawarkan oleh sales umunya merupakan golongan obat paten dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan obat generik. Dokter incaran tentu saja dokter yang memiliki jumlah pasien lebih banyak.

"Kami cari dokter yang pasiennya banyak atau dokter spesialis penyakit tertentu yang belum begitu banyak di Palembang. Ini yang akan melancarkan pencualan obat," tutur Tono.

Transaksi dan pemberian layanan ekstra bagi dokter dengan menjadi sponsornya tidak dilarang dalam bisnis penjualan obat. Ia berani memastikan transaksional seperti ini dilakukan oleh distributor obat mana pun.

Perbedaan konsep pemberian bonus dibedakan berdasarkan jenis perusahaan distributor obat. Khusus untuk perusahaan distributor berbendera luar negeri terikat oleh aturan yang melarang pemberian barang tertentu. Anak perusahaan farmasi internasional yang berbisnis di Indonesia tidak dapat melakukan transaksi sebebas distributor asal dalam negeri. Mereka terikat dengan aturan yang ditetapkan oleh perusahaan.

"Kalau untuk perusahaan internasional seperti saya ini tidak semua boleh dilakukan, kami terikat aturan, tidak sebebas perusahaan dalam negeri yang sampai berani memberikan DP mobil," ungkapnya.

Dia mengatakan, biasanya dokter minta tiket pesawat perjalanan ke luar kota dan luar negeri, akomodasi tertentu seperti biaya sewa kendaraan operasional selama berada di luar kota, penginapan hotel dengan tarif beragam.

Berbagai keperluan ini juga termasuk kepentingan seminar atau pun workshop resmi yang diselenggarakan lembaga tertentu. "Biasanya mereka (oknum dokter, Red) telepon atau ngabari ketika kita visit (ke tempat praktik dokter). Kalau mereka butuh sponsor untuk keperluan tertentu di luar kota, tidak pakai basa basi, langsung ngomong. Saya butuh Rp 10 juta misalnya, atau saya butuh tiket nih," tuturnya.

Pertanyaan muncul, kenapa para sales obat ini sanggup memberikan 'bantuan' dengan jumlah yang besar? Dari mana dana mereka peroleh? Ternyata selisih penjualan obat sangat signifikan. Perusahaan distributor tertentu memiliki angka diskon yang berbeda yang diberikan kepada dokter sebagai user mereka.

Jumlah diskon ini tidak seluruhnya dikeluarkan kepada sang dokter yang membeli obat tersebut. Marketing biasa memainkan angka keuntungan pada selisih diskon tersebut. Misalnya untuk satu merek obat mendapat diskon sebesar 50 persen dari perusahaan, jumlah itu tidak diberikan sepenuhnya kepada dokter.

Marketing hanya memberikan diskon harga 10, 15 atau 20 persen. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh akan menjadi lebih besar. Dari keuntungan inilah kemudian biaya 'servis' tadi diperoleh.

Sales bisa memperoleh untung besar dengan sistem seperti ini. Ia akan lebih cepat memenuhi target penjualan yang diberikan oleh perusahaan. Keuntungan yang diperolehnya bisa satu bulan gaji, bahkan lebih jika ia berhasil closing sesuai yang ditargetkan oleh perusahaannya.

"Dokter juga untung, mereka juga dapat sponsor dari kami. Kalau mau apa tinggal kontak," terangnya.

Sumber:
http://id.berita.yahoo.com/jual-obat-mahal-dokter-dapat-bonus-mobil-dari-185524505.html

Sepertinya sudah menjadi rahasia umum ya?    Udah lama mendengar praktek beginian.
Bagaimana komentar Anda?

[Hadisantoso]

sudah jadi rahasia umum.
mengerikan.

[suli]

pasien yg sdh kesusahan msh 'dikerjain' dgn meresepkan obat yg harganya mahal hanya utk keuntungan pribadi....jaman sekarang susah menemukan Dokter yang masih bekerja dengan hati nuraninya....maklum byk Dokter Instant (di Indonesia begitu, tp Dokter2 di LN sy tdk tau)....

[Mokau Kaucu]

pasien yg sdh kesusahan msh 'dikerjain' dgn meresepkan obat yg harganya mahal hanya utk keuntungan pribadi....jaman sekarang susah menemukan Dokter yang masih bekerja dengan hati nuraninya....maklum byk Dokter Instant (di Indonesia begitu, tp Dokter2 di LN sy tdk tau)....

Kalau diluar negeri, yang boleh diberikan oleh perusahaan farmasi terbatas pada membiayai dokter untuk mengikuti seminar, termasuk  akomodasi pesawat dan hotel nya.
Pemberian benefit berupai mobil, uang tunai, sampai golf membership , ya masih tabu disana.

Dokter bisa saja diminta menjadi konsultan resmi yang dibayar oleh sebuah perusahaan farmasi untuk membantu perusahaan farmasi tsb memberikan training/seminar; dan kalau tidak salah jika menjadi konsultan perusahaan tertentu, harus melaporkan kepada organisasi profesi.

Kalau di Indonesia, ya sementara ini tahu sama tahu aja deh.
Karena itu mengapa pengobatan alternatif menjadi sangat marak di Indonesia, padahal ngga ada standard baku yang bisa diandalkan.   Dan para calon pasiennya harus pandai pandai memilih.

Yang sedang heboh di Tv,  "Kalau miskin , dilarang sakit."
Kesimpulannya, : "jadilah orang kaya". 
Yang terjadi : "pemerataan korupsi"
 

[cumi polos]

ini ada karyawan, anaknya sakit batuk...

sama dokter disuruh rongsen 2X
habis itu check darah 1X lagi....
2 X ketemu dokter, bayar 2X....

tong pes lah .....

itulah caranya MEREKA menyedot duit orang miskin... ha ha ha....

 

oh kalau test darah, dokter dpt 30% lhoo...
sepertinya juga rongsen dst dst... sama

[DeNova]

iya bukan rahasia unu itu mah malah ada yang ditawarin uang tunai, tiket liburan ke LN setaon bisa berkali2....
bonus mobil, bonus uang tiap lembar resep yang ditulis....


lebih enak yang dari perusahaan langsung marketingnya daripada yang subdistributor atau dari distributor semacam PBF untuk diskon dan tawaran "hadiah"nya untuk membanu penjualan suatu brand tertentu....


yang lebih parahnya lagi ada dokter yang mempersyaratkan medrepnya tertentu kalau mau "brg jualannya" laku, seperti harus gender tertentu, penampilan, cara bicara dan bahkan yang mau ditemui diluar jam kerja    dokter yang jenis itu ada 1 yang udah ketangkep masuk koran larena terkenal praktek aborsinya 


pengalaman ini bener2 terjadi dan saya dengar sendiri waktu temenin temen yang medrep nungguin dokter praktek 

[sanjiva]

ini ada karyawan, anaknya sakit batuk...

sama dokter disuruh rongsen 2X
habis itu check darah 1X lagi....
2 X ketemu dokter, bayar 2X....

tong pes lah .....

itulah caranya MEREKA menyedot duit orang miskin, setengah kaya/miskin, dan kaya... ha ha ha....

 

oh kalau test darah, dokter dpt 30% lhoo...
sepertinya juga rongsen dst dst... sama

Sudah merangkap seperti salesman lab kesehatan juga selain makelar obat ya?   

Kalau rujukan ke Rumah Sakit dapat komisi juga nggak?

[sanjiva]

yang lebih parahnya lagi ada dokter yang mempersyaratkan medrepnya tertentu kalau mau "brg jualannya" laku, seperti harus gender tertentu, penampilan, cara bicara dan bahkan yang mau ditemui diluar jam kerja    dokter yang jenis itu ada 1 yang udah ketangkep masuk koran larena terkenal praktek aborsinya 
pengalaman ini bener2 terjadi dan saya dengar sendiri waktu temenin temen yang medrep nungguin dokter praktek 

Maksudnya apakah berupa sex gratuation seperti semacam kasus sapi impor begitu? 

Atau cuma 'bonus pribadi' dari medrepnya?

[DeNova]

Maksudnya apakah berupa sex gratuation seperti semacam kasus sapi impor begitu? 

Atau cuma 'bonus pribadi' dari medrepnya?

ya seperti mempersyaratkan medrepnya harus cewe, cantik, proporsional, gag pinter2 banget juga gpp asalkan bisa "dibawa" gitu....
susahnya si dokter pasiennya (yg notabene kesana cuma mau "aborsi") banyak banget jadi kalau masukin obat kesana pasti komisinya si medrep banyak dunk dan pastilah dipaksa untuk kesana tawarin produk...
akhirnya yang kesana org2 itu aja bahkan ada yg lebih gila kalau mau jadi medrep diseleksi dulu cantik gagnya (gag penting pandai tawarin, cantik aja cukup) diskriminasi banget.....

jadi CEWE aja gag cukup medrepnya harus CANTIK.... cowo cakep aja ditolak, akh dokternya pilih kasih padahal medrepnya yang "satu itu" ngantri ma kita cakep lho (kenalin kek ma yang jomblo )

[adi lim]

profesi yang memanfaatkan ajang bisnis.
bukan kesempatan dalam kesempitan, tapi kesempatan dalam keluasan meraup 'keuntungan'

[ryu]

apakah dengan HET (harga eceran tertinggi) masih juga bisa "dimain" kan?

[Sunya]

apakah dengan HET (harga eceran tertinggi) masih juga bisa "dimain" kan?

Kekhawatiran utama mungkin pada profesi dokter yang seharusnya memberi resep tepat sesuai penyakit, jadi agak bersifat promotif ke salah satu merek obat atau anjuran/rekomendasi medikasi lainnya. Kalau soal harga (HET) seharusnya tetap sesuai aturan (yang sudah ditetapkan pemerintah).

Salam.

[William_phang]

dari pengalaman saya beli obat antara di lokal dan di luar negeri.... untuk obat2 tertentu disini bisa lebih mahal 3x daripada di singapore atau malaysia.... udah sakit masih dipalakin...hehehehe

[M14ka]

Obat bukan belinya di apotek ya? Gmn tau dari dokter tu?

Medrep tu apa ya?

[sanjiva]

Obat bukan belinya di apotek ya? Gmn tau dari dokter tu?

Medrep tu apa ya?

Kan bisa ketahuan dari tiap resep obat pasien yang ada nama dokternya masing2.  Nah si dokter meresepkan apa tinggal direkap saja dan laporan ke pemberi komisi.

medrep = medical representatif, istilah lainnya detail man, orang yg menerangkan dan mempromosikan obat dari pabrik/PBF ke dokter.  Istilah singkatnya, sales farmasi. 

[suli]

Oya ngomong2 Obat Generik itu sebenarnya Obat apa ya?
Bbrp wkt ke belakang, prnh dgr himbauan pemerintah agar dokter membuat resep obat generik agar terjangkau oleh masyarakat bawah...
Dokter msh dpt 'jatah' ga kalo pake obat generik?

[sanjiva]

Oya ngomong2 Obat Generik itu sebenarnya Obat apa ya?
Bbrp wkt ke belakang, prnh dgr himbauan pemerintah agar dokter membuat resep obat generik agar terjangkau oleh masyarakat bawah...
Dokter msh dpt 'jatah' ga kalo pake obat generik?

Obat generik itu obat yang namanya mengandung bahan dasar obat itu tanpa merk dagang.
Misalnya pereda nyeri seperti Ponstan (merek dagang) nama generik bahannya adalah Asam Mefenamat dan dijual dalam bentuk kaplet.  Otomatis harganya lebih murah karena tidak ada promosi, biaya iklan, dll.  Juga biasanya obat generik ini patennya sudah habis sehingga tidak terkena lisensi paten yg mahal kepada pemilik hak ciptanya.  Contoh lain seperti asetaminofen / parasetamol nama bahan (generiknya), setelah dimerek-in kemudian dijual oleh farmasi sebagai Procold, Bodrex, Inza, dsb.

Karena obat generik  dijual seharga bahan baku ditambah sedikit keuntungan saja, pastilah dokter ga dapat jatah kalau meresepkan obat ini.  Makanya ada dokter yg ogah2an meresepkan obat ini, apalagi kalau ga diminta sama pasiennya. 

[Sunya]

Karena obat generik  dijual seharga bahan baku ditambah sedikit keuntungan saja, pastilah dokter ga dapat jatah kalau meresepkan obat ini.  Makanya ada dokter yg ogah2an meresepkan obat ini, apalagi kalau ga diminta sama pasiennya. 

Bahkan sebagian dokter merekomendasikan merek ternama (paten) dengan alasan lebih manjur. Padahal dari segi bahan baku tidak jauh berbeda.

[suli]

Obat generik itu obat yang namanya mengandung bahan dasar obat itu tanpa merk dagang.
Misalnya pereda nyeri seperti Ponstan (merek dagang) nama generik bahannya adalah Asam Mefenamat dan dijual dalam bentuk kaplet.  Otomatis harganya lebih murah karena tidak ada promosi, biaya iklan, dll.  Juga biasanya obat generik ini patennya sudah habis sehingga tidak terkena lisensi paten yg mahal kepada pemilik hak ciptanya.  Contoh lain seperti asetaminofen / parasetamol nama bahan (generiknya), setelah dimerek-in kemudian dijual oleh farmasi sebagai Procold, Bodrex, Inza, dsb.

Karena obat generik  dijual seharga bahan baku ditambah sedikit keuntungan saja, pastilah dokter ga dapat jatah kalau meresepkan obat ini.  Makanya ada dokter yg ogah2an meresepkan obat ini, apalagi kalau ga diminta sama pasiennya. 

Ohh...pantesan sy prnh berobat ke dokter trus diantara obat2yg dikasih ada yg ga ada merknya.....(kirain obat racikan dokter/apotik yg dikemas sendiri), sy ga perhatiin harganya sih soalnya digabung dgn obat2 lainnya.....kalo begitu obat generik berpeluang disalahgunakan dong ya Bro?

[sanjiva]

Ohh...pantesan sy prnh berobat ke dokter trus diantara obat2yg dikasih ada yg ga ada merknya.....(kirain obat racikan dokter/apotik yg dikemas sendiri), sy ga perhatiin harganya sih soalnya digabung dgn obat2 lainnya.....kalo begitu obat generik berpeluang disalahgunakan dong ya Bro?

Disalahgunakan bagaimana?

Mungkin bisa kalau dokternya yg langsung kasih obat (dalam arti menjual) pas pasien periksa ke dia. Si dokter kenakan harga yg mahal seperti obat paten padahal dikasihnya obat generik.  TApi kalau beli obatnya di apotik sih sepertinya tidak bisa disalahgunakan.  Malah pasien untungkan ga beli obat yg mahal seperti obat paten ?

[Sunya]

Malah pasien untungkan ga beli obat yg mahal seperti obat paten ?

Selama tidak ada kekurangan, efek samping dan kontra-indikasi, sebenarnya lebih baik membeli obat generik daripada obat paten. Bukan begitu?

 

[Lex Chan]

iya, ini udah berita lama..
aye pertama kali tahu beginian waktu masih SMA.

makanya dalam bahasa mandarin ada joke begini:
mandarin: 現在不養生，以後養醫生
pin yin: xian zai bu yang sheng, yi hou yang yi sheng
arti: kalau sekarang tidak menjaga kesehatan, nantinya membiayai hidup dokter

[sanjiva]

Selama tidak ada kekurangan, efek samping dan kontra-indikasi, sebenarnya lebih baik membeli obat generik daripada obat paten. Bukan begitu?

 

Tepat sekali rekan Sunya. 

iya, ini udah berita lama..
aye pertama kali tahu beginian waktu masih SMA.

makanya dalam bahasa mandarin ada joke begini:
mandarin: 現在不養生，以後養醫生
pin yin: xian zai bu yang sheng, yi hou yang yi sheng
arti: kalau sekarang tidak menjaga kesehatan, nantinya membiayai hidup dokter

Frontal sekali dan begitu pas. 

[suli]

Disalahgunakan bagaimana?

Mungkin bisa kalau dokternya yg langsung kasih obat (dalam arti menjual) pas pasien periksa ke dia. Si dokter kenakan harga yg mahal seperti obat paten padahal dikasihnya obat generik.  TApi kalau beli obatnya di apotik sih sepertinya tidak bisa disalahgunakan.  Malah pasien untungkan ga beli obat yg mahal seperti obat paten ?

Mksd sy disalahgunakan oleh org2 yg sembarang membeli obat utk dijual kembali....krn tdk ada merk sehingga memudahkan mrk utk 'memodifikasi' kemasan obat...
ada kasus kayak gt ga ya? atau cm pikiran sy aja? hehehe....

[hengki]

Ini gara2 pabrik obat yg membuat moral para dokter menjadi rusak. Ini saya sudah baca di Kompas kalau gak salah lebih dari sepuluh tahun yg lalu. Dulu dokter gak separah dokter skrg. Masih banyak dokter yg sungguh2 melayani pasien dgn Hati bukan demi uang. Tp skrg kebanyakan dokter motivasinya hanya Uang semata.
Sayang banget padahal dulu di Tiongkok ada dua profesi yg sangat dihormati yaitu Dokter/Sinshe dan Guru krn Dokter menyelamatkan nyawa manusia sedangkan Guru mendidik Moral dan Budi Pekerti Murid. Tp skrg dua profesi yg Mulia itupun sudah dicemari oleh Materi

[DeNova]

Mksd sy disalahgunakan oleh org2 yg sembarang membeli obat utk dijual kembali....krn tdk ada merk sehingga memudahkan mrk utk 'memodifikasi' kemasan obat...
ada kasus kayak gt ga ya? atau cm pikiran sy aja? hehehe....

wah sist kalau kasus gitu sih banyak tapi 'LEBIH SADIS" dari manfaatin obat generik, biasanya obat paten juga ada yang dijual "naked" alias dibuka tempatnya (blister, strip, dsbnya) trus langsung ditempatin ke plastik dikasih ma dokternya, padahal menurut undang2 kesehatan dokter gag boleh menyerahkan obat lho soalnya faramakologi obat, interaksi ma farmakokinetiknya obat, mereka gag pelajari atau kuasain jadi dokter2 baru sekarang sistemnya siapa yang bisa kasih FEE paling banyak ya itu yang ditulis dy di resep....


Kalau bbrp kasus di klinik 24 jam di t4 saya "LEBIH2 SADIS LAGI" kadang ada obat kadaluarsa (masa EDnya udah lewat jauh/warnanya udah agak pudar) dijual ke pasien, dengan dalih pengobatan murah 15 rb udah priksa dokter+ obat, tapi obatnya "gituan" semua, kadang2 saya prihatin banget ma sistem kesehatan Indonesia  [size=78%], malah kalau mereka curhat ke saya obatnya saya tukar ma persediaan obat saya di rumah (walau kadang obatnya adalah bentuk generiknya)[/size]

Disalahgunakan bagaimana?

Mungkin bisa kalau dokternya yg langsung kasih obat (dalam arti menjual) pas pasien periksa ke dia. Si dokter kenakan harga yg mahal seperti obat paten padahal dikasihnya obat generik.  TApi kalau beli obatnya di apotik sih sepertinya tidak bisa disalahgunakan.  Malah pasien untungkan ga beli obat yg mahal seperti obat paten ?

Tapi beli obat di apotek juga hendaknya para pasien juga harus berhati2 karena minggu kemaren waktu saya ke apotek, saya menemui seorang nenek yang ngotot nukarin obatnya ke apotek saya padahal belinya gag disitu karena ternyata beli di apotek "tetangga" obatnya palsu, anehnya bentuknya mirip dengan yang asli, cuma bedanya di bungkusnya yang udah agak "cacat" dan tulisannya yang kabur..... Oleh karena itu kalau beli obat di apotek sebaiknya perhatikan juga jika biasanya obat A misal harganya 5rb/biji trus ada tawaran obat A harganya 5rb/strip waspadai obat itu palsu...
sebaiknya beli obat di apotek langganan yang anda percaya bahwa obat yang mereka jual, aman, asli dan juga jangan lupa perhatikan tanggal EDnya yah 

[suli]

wah sist kalau kasus gitu sih banyak tapi 'LEBIH SADIS" dari manfaatin obat generik, biasanya obat paten juga ada yang dijual "naked" alias dibuka tempatnya (blister, strip, dsbnya) trus langsung ditempatin ke plastik dikasih ma dokternya, padahal menurut undang2 kesehatan dokter gag boleh menyerahkan obat lho soalnya faramakologi obat, interaksi ma farmakokinetiknya obat, mereka gag pelajari atau kuasain jadi dokter2 baru sekarang sistemnya siapa yang bisa kasih FEE paling banyak ya itu yang ditulis dy di resep....


Kalau bbrp kasus di klinik 24 jam di t4 saya "LEBIH2 SADIS LAGI" kadang ada obat kadaluarsa (masa EDnya udah lewat jauh/warnanya udah agak pudar) dijual ke pasien, dengan dalih pengobatan murah 15 rb udah priksa dokter+ obat, tapi obatnya "gituan" semua, kadang2 saya prihatin banget ma sistem kesehatan Indonesia  [size=78%], malah kalau mereka curhat ke saya obatnya saya tukar ma persediaan obat saya di rumah (walau kadang obatnya adalah bentuk generiknya)[/size]

Tapi beli obat di apotek juga hendaknya para pasien juga harus berhati2 karena minggu kemaren waktu saya ke apotek, saya menemui seorang nenek yang ngotot nukarin obatnya ke apotek saya padahal belinya gag disitu karena ternyata beli di apotek "tetangga" obatnya palsu, anehnya bentuknya mirip dengan yang asli, cuma bedanya di bungkusnya yang udah agak "cacat" dan tulisannya yang kabur..... Oleh karena itu kalau beli obat di apotek sebaiknya perhatikan juga jika biasanya obat A misal harganya 5rb/biji trus ada tawaran obat A harganya 5rb/strip waspadai obat itu palsu...
sebaiknya beli obat di apotek langganan yang anda percaya bahwa obat yang mereka jual, aman, asli dan juga jangan lupa perhatikan tanggal EDnya yah 

Wah ternyata banyak ya kejadiannya.....manusia jaman sekarang ga boleh liat ada kesempatan ya...langsung 'bertindak' ga peduli yg dihadapi adalah org2 yg sudah kesakitan & kemalangan......Wah kalo kejadiannya ditempat kerja Sis De Nova sendiri jd bikin dilema ya......di 1 pihak hati nurani berontak melihat hal2 seperti itu, tp di pihak lain atasan yg berkuasa.....dilema ga Sis?hehe.....
Tanggal ED obat kadang terlihat, kadang dicari sampe diputar2 jg ga ketemu....apakah itu artinya palsu ya?

[Sunya]

Tapi beli obat di apotek juga hendaknya para pasien juga harus berhati2 karena minggu kemaren waktu saya ke apotek, saya menemui seorang nenek yang ngotot nukarin obatnya ke apotek saya padahal belinya gag disitu karena ternyata beli di apotek "tetangga" obatnya palsu, anehnya bentuknya mirip dengan yang asli, cuma bedanya di bungkusnya yang udah agak "cacat" dan tulisannya yang kabur..... Oleh karena itu kalau beli obat di apotek sebaiknya perhatikan juga jika biasanya obat A misal harganya 5rb/biji trus ada tawaran obat A harganya 5rb/strip waspadai obat itu palsu...
sebaiknya beli obat di apotek langganan yang anda percaya bahwa obat yang mereka jual, aman, asli dan juga jangan lupa perhatikan tanggal EDnya yah 

Kasus ini aneh juga (secara perniagaan). Beli di tempat lain, tahu obatnya palsu, malah bersikeras menukarkan ke toko/apotik lain.

[DeNova]

Wah ternyata banyak ya kejadiannya.....manusia jaman sekarang ga boleh liat ada kesempatan ya...langsung 'bertindak' ga peduli yg dihadapi adalah org2 yg sudah kesakitan & kemalangan......Wah kalo kejadiannya ditempat kerja Sis De Nova sendiri jd bikin dilema ya......di 1 pihak hati nurani berontak melihat hal2 seperti itu, tp di pihak lain atasan yg berkuasa.....dilema ga Sis?hehe.....
Tanggal ED obat kadang terlihat, kadang dicari sampe diputar2 jg ga ketemu....apakah itu artinya palsu ya?

biasanya kalau gag diprint di blister atau stripnya ya di"plat" di blisternya atau stripnya, diraba aja pake ujung jari sist, ntar kan ada yang berbeda kalau istilah org Semarang "jeglong" lha itu bisa dibaca eDnya 

Kasus ini aneh juga (secara perniagaan). Beli di tempat lain, tahu obatnya palsu, malah bersikeras menukarkan ke toko/apotik lain.

Karena dipikir apotek saya lumayan ramai hari itu so kalau complaint gag bakal ketahuan  , sialnya dy waktu diminta kasih bukti penjualan yaitu kuitansi pembelian brg tsb di t4 kami gag ada, padahal dy ngakunya belinya hari sebelumnya, ngotot sih sampai saya bantuin cari datanya di kompi dan emg hari itu gag ada penjualan obat tsb karena obat mahal jadi lakunya jarang2 dan biasanya yg beli juga tertentu 

[kullatiro]

Sekarang ini paling menyebalkan kalau dokter minta MRI, sedikit sedikit MRI.

Ya ampun cuma keseleo ada ligamen yang terkoyak; jaman dulu bagaimana sebelum ada MRI, cuma x ray saja.

Wa lihat dokter dokter sekarang minta ampun semuanya tidak fisik kita sakit kantong kita juga jadi sakit.

Melihat cara dokter dokter seperti ini asuransi wa pikir di perluas saja dari asuransi jiwa dan penyakit kritis tambah asuransi kesehatan biar kalau ada apa apa asuransi yang cover.

satu hal lagi memeriksa penyakit kita di dunia maya terutama wikipedia, juga obat obat yang kita makan bisa di cek di wikipedia; cara penangan penyakit dari tindakan awal apa saja.

kaki wa ini tindakan pertama sebenarnya ada kompres dengan es dll. setelah itu di cast (gips) setelah di gips (kadang ada yang gagal gips nya seperti wa) ada cara wraping (balut perban, ini juga ada 2) ada yang memakai semi elastis bracer ( karena yang di rumah wa ada nya elastis ankle support jadi itu yang wa pakai ke kaki kiri wa).

[sanjiva]

Sekarang ini paling menyebalkan kalau dokter minta MRI, sedikit sedikit MRI.

Ya ampun cuma keseleo ada ligamen yang terkoyak; jaman dulu bagaimana sebelum ada MRI, cuma x ray saja.

Wa lihat dokter dokter sekarang minta ampun semuanya tidak fisik kita sakit kantong kita juga jadi sakit.

Itu karena investasi pengadaaan alat MRI itu belum impas (break even) bro, makanya perlu sering2 digunakan untuk menghasilkan uang bayar cicilannya. 

Jaman dulu bukan cuma belum ada MRI, USG yang lebih sederhana saja belum ada.  Tapi anehnya, dokter2 dulu bahkan mampu mendeteksi bayi sungsang di dalam perut pasiennya. 

[pengelana_abadi]

ciyus neh dokternya sedikit2 suruh MRI ?
kalau benar parah banget !
mau merusak badan pasien ya dokter itu ?

[Top1]

ciyus neh dokternya sedikit2 suruh MRI ?
kalau benar parah banget !
mau merusak badan pasien ya dokter itu ?

Mau tanya apa bahaya-nya MRI?

[Indra]

http://www.buzzle.com/articles/mri-side-effects.html

http://trusted.md/blog/tyler24476/2006/01/05/mri_side_effects#axzz2MpWo0GyY

[sanjiva]

ciyus neh dokternya sedikit2 suruh MRI ?
kalau benar parah banget !
mau merusak badan pasien ya dokter itu ?

(Oknum) dokternya mana mau perduli, yang penting menghasilkan uang lebih banyak.  Sama halnya seperti dokter yang meresepkan obat yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasiennya karena ingin mengejar omzet dari perusahaan farmasi.  Tinggal si pasien yang menerima akibat dari efek samping obat2 itu.

[sanjiva]

[ Ironi ] Dokter Dianggap Lebih Jahat Dibanding Polantas

Dokter Dianggap Lebih Jahat Dibanding Polantas


JAKARTA - Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning mengatakan dalam banyak hal dan kesempatan dokter itu lebih jahat dibanding polisi lalu lintas (Polantas). Seorang Polantas menurut Ribka Tjiptaning mengeluarkan surat bukti pelanggaran (Tilang) kepada pelanggar lalu lintas dalam keadaan sehat.

"Kalau dokter orang sakit yang dia "Tilang"," kata Ribka Tjiptaning, dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertema "Rakyat Miskin Sakit, Siapa" Bertanggungjawab," di press room DPR, gedung Nusantara III, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (7/3).

Belum lagi dalam proses memastikan penyakit yang diderita oleh seseorang. Menurut Ribka, terlihat sekali seorang dokter tidak mempercayai ilmu yang dia peroleh selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

"Semua pendeteksian penyakit termasuk hanya masalah panas badan harus melalui hasil laboratorium. Setelah ditelusuri, ternyata siapa pun dokter yang mengeluarkan perintah pemeriksaan laboratorium terhadap pasien karena mendapat bagian sebesar 15 persen dari keseluruhan biaya laboratorium yang dibayar oleh pasien," kata politisi PDI Perjuangan itu.

Ribka juga menceritakan temuannya di salah satu rumah sakit yang neoliberalisme dengan memberlakukan syarat khusus dalam merekrut tenaga dokter spesialis.

"Dokter spesialis bisa dia terima bekerja di sebuah rumah sakit kalau dalam satu bulan dia menyatakan sanggup mencari sedikitnya lima pasien yang pengobatannya harus melalui bedah atau operasi," tambahnya.

Selain itu, dia juga menceritakan sikapnya selaku pimpinan di Komisi IX DPR yang dari awal menolak keberadaan claster rumah sakit berlabel internasional yang dibangun dalam areal kawasan rumah sakit milik pemerintah seperti yang terjadi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

"Satu ruang fasilitas bagi rumah sakit internasional yang dibangun dengan biaya APBN itu sesungguhnya bisa dimanfaatkan oleh lima orang pasien di kelas III. yang diperuntukkan bagi pasien tidak mampu. Tapi karena berlabel internasional maka fasilitas tersebut hanya dinikmati oleh satu pasien. Ini tindakan menzalimi orang namanya," tegas dokter Ribka Tjiptaning. (fas/jpnn)

sumber:

Spoiler: ShowHide

http://www.jpnn.com/read/2013/03/07/161680/Dokter-Dianggap-Lebih-Jahat-Dibanding-Polantas

[Mokau Kaucu]

[ Ironi ] Dokter Dianggap Lebih Jahat Dibanding Polantas

Dokter Dianggap Lebih Jahat Dibanding Polantas




Selain itu, dia juga menceritakan sikapnya selaku pimpinan di Komisi IX DPR yang dari awal menolak keberadaan claster rumah sakit berlabel internasional yang dibangun dalam areal kawasan rumah sakit milik pemerintah seperti yang terjadi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

"Satu ruang fasilitas bagi rumah sakit internasional yang dibangun dengan biaya APBN itu sesungguhnya bisa dimanfaatkan oleh lima orang pasien di kelas III. yang diperuntukkan bagi pasien tidak mampu. Tapi karena berlabel internasional maka fasilitas tersebut hanya dinikmati oleh satu pasien. Ini tindakan menzalimi orang namanya," tegas dokter Ribka Tjiptaning. (fas/jpnn)

sumber:

Spoiler: ShowHide

http://www.jpnn.com/read/2013/03/07/161680/Dokter-Dianggap-Lebih-Jahat-Dibanding-Polantas

Ironi juga kalau banyak yang berobat ke Luar Negeri, lalu dibilang menguras devisa, padahal karena keluarga pasien tidak puas dengan kondisi rumah sakit lokal.

Bikin kelas International supaya pasien mampu tidak berobat keluar negeri, disebut menzalimi.
Yang mampu pergi berobat keluar negeri, dibilang menguras devisa.

Semuanya disalahkan , cuma dia yang benar. 

[sanjiva]

Ironi juga kalau banyak yang berobat ke Luar Negeri, lalu dibilang menguras devisa, padahal karena keluarga pasien tidak puas dengan kondisi rumah sakit lokal.

Bikin kelas International supaya pasien mampu tidak berobat keluar negeri, disebut menzalimi.
Yang mampu pergi berobat keluar negeri, dibilang menguras devisa.

Semuanya disalahkan , cuma dia yang benar. 

Lebih ironi lagi, walau berobat ke LN, biayanya bisa lebih rendah ketimbang berobat di RS Indonesia.  Belum lagi resiko di'macam2in' ga ada kalo berobat di luar.  Makanya banyak yang memilih untuk operasi di Penang ketimbang di Jakarta.