//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - truth lover

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 26
1
Baru-baru ini timbul diskusi dengan mas Ihong yang sangat mengagumi master Lu Sheng Yen. Ada yang bisa memberi masukan seperti apakah kesaktiannya yang dikatakan orang-orang?

2
maaf mas truth; itu tidak berlaku dalam mahayana.

tapi karena ini forum study sutta/sutra, jadi boleh kan mas Ryu?

3
"Para bhikkhu dua hal ini memfitnah Tathagata. Yang manakah dua hal itu? Ia yang menerangkan sesuatu yang tidak dikatakan atau diucapkan oleh sang Tathagata sebagai dikatakan dan diucapkan oleh Tathagata.
dan ia yang menerangkan sesuatu yang dikatakan atau diucapkan oleh sang Tathagata sebagai tidak dikatakan atau diucapkan oleh Tathagata".

(AN 2.23 Abhasita Sutta: Apa yang tidak dikatakan)

4
Pengalaman Pribadi / Re: HELP: Pengen ngelepas susuk
« on: 30 March 2010, 04:58:35 PM »
kalau bhikkhu tidak berhasil, kayaknya saran mas dukun bagus tuh, kembali ke dukunnya, susun kata-kata yang baik, karena setiap dukun memiliki cara berbeda-beda memasukkan susuk dan juga memiliki cara berbeda juga mengeluarkan susuk. denger-denger ada yang dikepret pakai daun kelor seperti saran mas haa, ada pantang makan pisang mas seperti saran mas wen 78, ada yang pantang makan sate, ada yang pantang lewat dibawah tali jemuran dll, kalau dilanggar larangannya susuknya bisa copot.

susuk yang terbaik menurut orang jawa adalah: melatih personality sehingga disenangi semua orang.   susuk yang bagus lainnya adalah meditasi cinta kasih  ;D

5
apakah sutra ini langsung dari Sang Buddha? bila memang benar ada dikatakan demikian, coba perhatikan isinya, apakah di jaman  Sang Buddha di India pada waktu itu sudah ada bebek mandarin?

apakah Buddha mau mengajarkan hal-hal seperti itu? kok kayaknya seperti mengajarkan ilmu pelet yah. biasanya yang belajar ilmu pelet adalah praktisi magic murahan, entah black atau white.

6
ya hal itu memang hak masing2, hanya adalah tidak bijaksana apa yang bukan perkataan buddha dijadikan menjadi perkataan Buddha, itu hanya akan menjadi lelucon, sama seperti buku Anthony de mello yang memberikan ilustrasi dengan menggunakan tokoh2 agama yang terkenal pembaca mungkin akan memaklumi walau ceritanya bohong karena itu hanya ilustrasi, tapi apabila ada sebuah buku/sutra yang diyakini oleh seluruh umat buddha ternyata hanyalah sutra palsu walaupun ada manfaatnya tapi sungguh menggenaskan melihat wajah ajaran Buddha seperti ini.

_/\_

Lebih memprihatinkan lagi umat yang percaya begitu saja hanya karena itu tertulis di kitab suci..... (kalama sutta)



7
Nah, ini sangat menarik. Tapi Bro ryu harus diperjelas apakah maksudnya "tidak bisa" atau "tidak boleh"? Kalau maksudnya "tidak bisa", coba diselidiki apakah benar yang menikah dalam naungan agama itu tidak bisa bercerai, tidak ada PIL/WIL.
Jika semata-mata "tidak boleh", kenapa tidak bolehnya, dan apa akibatnya kalau melanggar. Benarkah kemudian hukumannya terbukti, ataukah adanya nanti di lain kehidupan?
Kalau yang berhubungan dengan "nanti di kehidupan lain" tentu saja tidak bisa dibuktikan, jadi tidak bisa diselidiki kebenarannya.
Disini seseorang yang dalam sama keyakinan hendaknya bisa bersatu dan sehati membinan rumah tangga sesuai dengan firman yang di beritakan dan juga sesuai dengan perintah Tuhannya.
Apabila ada masalah maka sebaiknya dibicarakan dan bisa berkonsultasi dengan pembina agamanya, boleh juga dengan doa (kalau mau dibandingkan dengan bulu bebek maka lebih ke masuk akal yang ajaran ini karena ada landasan dari Kitab sucinya).
Quote
Kemudian ini lebih menarik lagi. Saya akan bicara terus terang.
Di mana pun ritual yang memberi iming-iming pernikahan harmonis, pasti menuntut hal lain selain ritual itu sendiri, seperti pasangan itu harus bertekad berubah, dll. Cara menyelidiki secara ilmiah itu tidak susah. Yang perlu diselidiki adalah hal-hal berikut:
1. apakah kalau pakai ritual tanpa hal lain, bisa berhasil.
2(a). apakah kalau menggunakan semua hal lain tanpa ritual, bisa berhasil.
  (b). apakah menggunakan hal lain + ritual, hasilnya berbeda dengan menggunakan hal lain saja.
  (c). apakah hal ritual itu bisa digantikan oleh alternatif lain yang tidak ada hubungannya dengan agama/kepercayaan
3. Jika keduanya tidak/belum berhasil, apa minimal ada perubahan tertentu.


Jika pakai ritual tanpa hal lain bisa berhasil, maka itu jelas ampuh. Ibarat rumah tangga lagi "perang dunia", diberi ritual, "tembak" dari jauh, langsung jadi "Romeo & Juliet". Tidak ada bantahan lagi tentang ini bahwa ritual itu manjur mujarab 100%.

No. 2 ini semua berkaitan. Jika memang bisa berhasil tanpa ritual (a) lantas apa gunanya ritual? Maka dibandingkan di (b). Jika benar ada perbedaan, misalnya perubahannya makin cepat (tadinya 2 minggu jadi 1 minggu), maka berarti ritual itu memberi manfaat.

Tetapi benarkah ritual adalah faktor religi ataukah sebetulnya faktor lain yang dikemas dalam "bungkus religi" (c)? Misalnya disuruh berdoa atau membaca paritta, dll, sebenarnya adalah sebagai latihan menenangkan diri atau mengalihkan perhatian dari kemarahan. Menenangkan diri dan mengalihkan perhatian tidak selalu dengan berdoa atau baca paritta. Bisa saja dengan hal lain seperti meditasi atau bahkan refreshing. Ataukah ritual itu benar-benar memiliki nilai spiritual eksklusif yang tidak ada gantinya di luar religi tersebut?

No. 3 ini kalau memang semua tidak berhasil, tetapi yang namanya suatu tindakan pasti menyebabkan akibat. Kita lihat apa saja akibatnya dari masing-masing usaha tersebut. Apakah membaik, memburuk, atau satu-satunya efek hanya buang-buang waktu.

Itu secara garis besar. Kalau secara detail, tentu saja harus dibahas menurut kepercayaan ritual itu lebih jauh.
ya oleh karena itu saya memberikan perbandingan ingin tahu sejauh apa ajaran Buddha itu mengajarkan Dhamma yang benar dengan membandingkan dengan ajaran lain, atau hanya tafsir dari orang2 yang tidak bertanggung jawab memainkan seakan2 perkataan Buddha tapi bukan perkataan Buddha.
Pembacaan Sutra, bulu bebek, patung dan doa seakan2 memberikan manfaat tapi apabila dijabarkan toh malah ada syarat2 lain yang membuat hal2 yang katanya bisa malah menjadi remang2 dengan HARUS ada sila lah, HARUS ada perenungan lah, HARUS ada niat dari yang membaca lah, HARUS ada keyakinan dari yang mau akur ah, ajdi saya rasa ini adalah dhamma remang2 bukannya Dhamma halus yang seperti papa bond bilang.

Tambahan syarat dari TL selain mantra tersebut dijamin manjur:

- HARUS sudah dan selalu saling akur
- HARUS sudah dan selalu saling pengertian
- HARUS sudah dan selalu saling memaafkan
- HARUS sudah dan selalu saling melupakan perselisihan
- HARUS sudah dan selalu saling menyayangi
- HARUS sudah dan selalu saling menerima
- HARUS sudah dan selalu saling senyum
- HARUS sudah dan selalu saling ramah

jamin deh

 :))

8
[at] kainyn, boleh tidak membandingkan dengan ajaran lain? jadi sudi banding nih ceritanya.

Kalau menurut saya, jika hanya sebagai contoh perbandingan, tidak apa. Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa.



gunanya perbandingan, orang menjadi tahu perbedaannya, setelah kita bantu supaya tahu perbedaannya (hanya mengungkapkan perbedaan),  mereka sendiri akan menentukan yang mana yang mengena di hati mereka.

akan baik sekali jika Dhammacitta mau memulai hal ini.
kalo gitu bro aja yg jadi ketuanya hehe, tapi ingat pesan bro kainyn "buat perbandingan ga papa, Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa"
 ;D
Setuju mas, biarkan  masing-masing mengungkapkan kebenaran. Biarkan masing-masing mengungkapkan tolok ukur kebenaran mereka masing-masing, toh pembaca sendiri akan memilih kebenaran yang cocok bagi mereka. Tak ada yang bisa memaksa orang lain menerima kebenaran yang tidak cocok bagi mereka kan? Salut nih sama mas Chingik.

9
Quote
Quote
maksudnya? pertanyaannya sederhana mas, mungkinkah kesaktian Buddha hanya setingkat atau bahkan dibawah Arahat? 
tidak ada maksud bandingkan Buddha dan Arahat dalam hal tingkat kekuatan batin.
Yg saya maksudkan adalah Samyaksambuddha dalam Tantrais bisa berbeda2 krn jenis nirmanakayanya sehingga seperti keadaan seorang Arahat yg satu sama lain bisa berbeda2 juga dlm hal kekuatan batin. bukan berarti membandingkan Buddha dan Arahat.
 

Itulah mas, sekarang banyak orang yang mengaku Buddha, jadi kita perlu pelajari dan selidiki, siapa tahu mereka memang benar-benar Buddha, kita berbuat baik mencegah orang lain berbuat buruk kepada mereka kan?
Quote
Quote
Itulah sebabnya kita berusaha mempelajari seperti apakah kesaktian seorang Buddha? Kalau tak ada batasan-batasan pengertian mengenai bagaimanakah Buddha itu, mas Chingik atau saya juga bisa mengaku-ngaku telah menjadi Buddha, ya kan?
batasan pengertian itu tentu ada sesuai dengan versi masing2, ya kan? Kalo mencampur adukkan ya wajarlah jadi kontradiktif pd sisi tertentu.

Justru itu, kita hanya membandingkan kesaktian mereka, jadi tak perlu berargumen kan? Sebut saja si A kesaktiannya begini, si B kesaktiannya begini, lalu biarkan masing-masing pembaca menilai ya kan?

Quote
Dari 3 aliran yg berbeda masing2 punya batasan pengertiannya, tergantung kita refer ke mana. So, seorang Theravadin tdk perlu dan tdk dipaksa utk setuju pencapaian seorang Tantrais, begitu juga sebaliknya, tetapi semua tetap melihat dari perbuatannya. Seperti nasihat Buddha yg kira2 begini "seseorang tidak terlahir mulia karena dari keluarga brahmana, tapi dari perbuatannya". maksudnya pengakuan seseorang sbg apa bukanlah hal yg penting. Sehingga ketika orang heboh dgn berita di sana ada Arahat, di sini ada Buddha, ya kita tidak kemudian menjadi terpancing.
   

Iya memang saya setuju, kita disini hanya membandingkan kesaktian, tak perlu mengatakan mana Buddha benar mana Buddha tak benar, mana Buddha buruk mana Buddha baik, karena kalau kita begitu berarti kita menghakimi, begitu kan maksudnya?

pernah menonton film Sun Go Kong mengenai Buddha hitam? Yang hatinya lebih jahat dari TL? Apakah kita biarkan publik beranggapan ada Buddha demikian?

Quote
Quote
Apakah bila seseorang yang cuma memiliki sedikit kesaktian, bahkan kesaktiannya jauh dibawah Arahat utama kemudian boleh disejajarkan dengan Buddha?
iya bro setuju, ga boleh. Tapi misalnya suatu ketika kita hidup di masa seorang Buddha yg sesungguhnya, apakah menurut anda Buddha tersebut akan setuju saat kita memaksa menunjukkan kesaktiannya hanya utk memenuhi rasa penasaran kita?
Tak perlu mas, seorang Buddha akan tahu apakah Ia perlu menunjukkan kesaktian atau tidak terhadap kita.

Quote
saya rasa tidak akan berhasil karena Buddha tau apa isi pikiran kita, begitu juga bila kita bertemu dgn Buddha palsu, mereka tetap bisa berkelit. Kita hanya bisa gigit jari , hehe..
ya bisa berkelit untuk menunjukan ketidak mampuannya.

kembali ke topik, apa saja kesaktian yang ditunjukkan oleh mereka yang mengaku dirinya Buddha?


10
[at] kainyn, boleh tidak membandingkan dengan ajaran lain? jadi sudi banding nih ceritanya.

Kalau menurut saya, jika hanya sebagai contoh perbandingan, tidak apa. Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa.



gunanya perbandingan, orang menjadi tahu perbedaannya, setelah kita bantu supaya tahu perbedaannya (hanya mengungkapkan perbedaan),  mereka sendiri akan menentukan yang mana yang mengena di hati mereka.

akan baik sekali jika Dhammacitta mau memulai hal ini.

11
Quote
Bhikkhu Maha Moggallana dibunuh, dicincang dan bagian tubuhnya disebar-sebarkan, tetapi kemudian bagian-bagian tubuh yang sudah dicincang itu bersatu kembali dan beliau hidup kembali. Ada catatan show kesaktian beliau yang lebih daripada ini?

Sesama Arahat saja bisa berbeda-beda kekuatan batinnya. Jadi tidak bisa jadi patokan

menurut saya kalau Buddha kesaktiannya sama dengan Arahat maka ia disebut Arahat bukan Buddha, menurut mas chingik apa yang membedakan Buddha dengan Arahat?
Umumnya dikatakan bahwa kekuatan Batin semua Buddha adalah setara.  Tetapi tidak demikian pada para Arahat, yang mana kekuatan batin para Arahat berbeda-beda satu sama lain.
Tetapi berkenaan dengan topik yg dikemukakan utk membandingkan kesaktian para Buddha, perlu diketahui dulu bahwa dalam Tantra telah memberi penjelasan tambahan bahwa ada sisi yang berbeda dalam mengkategorikan jenis2 Samyaksambuddha sehubungan dengan adanya jenis2 nirmanakaya yg berbeda-beda juga. Karena telah dijelaskan bahwa ada perbedaan ini, maka berarti sudah tidak masuk ke ranah tentang "Kekuatan batin yg setara di antara semua Buddha".  Atas dasar ini, dikatakan bahwa seperti halnya Arahat -->kekuatan batin masing2 berbeda.
maksudnya? pertanyaannya sederhana mas, mungkinkah kesaktian Buddha hanya setingkat atau bahkan dibawah Arahat? 

Quote
Saya sendiri belum memahami banyak ttg Tantra, tapi dengan adanya penjelasan ttg ada Samyaksambuddha yg berbeda2 karena jenis kelahiran Nirmanakayanya yg berbeda2 juga, maka saya dapat mengerti mengapa Tantra menyebutkan terdapat Samyaksambuddha lain dalam dunia ini setelah Buddha Gotam. Setidaknya telah dijelaskan bahwa Samyaksambuddhanya itu memiliki konteks yg berbeda seperti halnya Buddha Gotama. Karena berbeda maka menjadi absurd utk membandingkan kekuatan batinnya.
Itulah sebabnya kita berusaha mempelajari seperti apakah kesaktian seorang Buddha? Kalau tak ada batasan-batasan pengertian mengenai bagaimanakah Buddha itu, mas Chingik atau saya juga bisa mengaku-ngaku telah menjadi Buddha, ya kan?

Quote
Dari segi ini, walaupun saya bukan seorang Tantrais, saya dapat memahami bahwa masih cukup proporsional teori mereka, karena telah memberi penjelasan tambahan itu. Sisanya ya kita ehipassiko saja melalui meditasi.

Tapi bgmapun juga, saya tetap lebih refer pd penjelasan saya sebleumnya bahwa kita memang perlu bersikap waspada dgn pengakuan pencapaian seseorang, singatnya , kita bersandar pada 4 nasihat Buddha.
 _/\_     


Apakah bila seseorang yang cuma memiliki sedikit kesaktian, bahkan kesaktiannya jauh dibawah Arahat utama kemudian boleh disejajarkan dengan Buddha?

12
Apalagi kesaktian bhikkhu Mahamogallana ya?

13
Bhikkhu Maha Moggallana dibunuh, dicincang dan bagian tubuhnya disebar-sebarkan, tetapi kemudian bagian-bagian tubuh yang sudah dicincang itu bersatu kembali dan beliau hidup kembali. Ada catatan show kesaktian beliau yang lebih daripada ini?

Sesama Arahat saja bisa berbeda-beda kekuatan batinnya. Jadi tidak bisa jadi patokan

menurut saya kalau Buddha kesaktiannya sama dengan Arahat maka ia disebut Arahat bukan Buddha, menurut mas chingik apa yang membedakan Buddha dengan Arahat?

14
mas kainyn memang bijaksana, saya kadang-kadang mengkhayal, kapankah kita semua dapat berdiskusi tanpa over reaktif bila orang mengemukakan pendapat yang menyinggung keyakinan kita? atau bahkan terkesan menyalahkan dan juga menggurui. mungkinkah impian saya menjadi kenyataan?

 8->
:) Bisa dimulai sekarang dari diri sendiri. Kalau Bro truth lover melakukannya, minimal sudah ada 1 orang yang begitu. Nanti orang lain mencontoh, tambah banyak lagi yang begitu. Lama-lama impian itu terwujud juga. Dan seperti pernah saya bilang juga, pilihlah lawan diskusi yang tepat, karena tidak semua orang bisa cocok dengan kita.

OK, BTT ke bebek + sutra.

dari sebelumnya saya begitu kok, buktinya mas Kainyn yang terkesan menggurui saya nggak marah kan? Mudah-mudahan ada orang lain yang mencontoh ya?

sekarang ke bebek, pertanyaan besar:

bila dicoba mungkinkah terjadi? wallahuallam, tapi kalau yang percaya jampi-jampi boleh mempertimbangkan untuk mencoba
tapi imannya harus lebih  kuat biar lebih manjur  :))

15
Iya mas Dilbert, saya setuju yang dikatakan mas Ryu, kalau "kita" sudah percaya buta, bila ada hal-hal yang tidak benar atau tidak masuk diakal diungkapkan oleh orang lain mengenai keyakinan "kita", "kita" bukan berterima kasih, "kita" malah meradang, marah-marah lalu membuat berbagai pembenaran.

Umumnya bila "kita" sudah percaya buta, akan cenderung paranoid dan super sensitif seperti orang kebakaran jenggot bila orang lain mengungkapkan hal-hal tersebut. Tak terlintas dalam benak  "kita" untuk merenungkan dan menganalisa kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain.


Oleh karena itu, kalau mau berbagi, cobalah susun kata-kata yang tidak menyinggung. Juga mengajak berpikir, bukan terkesan menyalahkan dan menggurui.


mas kainyn memang bijaksana, saya kadang-kadang mengkhayal, kapankah kita semua dapat berdiskusi tanpa over reaktif bila orang mengemukakan pendapat yang menyinggung keyakinan kita? atau bahkan terkesan menyalahkan dan juga menggurui.

mungkinkah impian saya menjadi kenyataan?

 8->

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 26
anything