Sutra Dharani Meterai Peti Sarira Seluruh Tubuh Rahasia Hati Semua Buddha
Sarvatathagatadhisthanahrdayaguhyadhatukaranndamudradharanisutra.
Demikianlah yang telah Kudengar. Sang Buddha sedang berdiam di Kolam Kegemilangan Berharga di Taman Tanpa Kekotoran, Negeri Magadha. Ia dikelilingi oleh kumpulan tak terhitung para bodhisattva serta pratyeka buddha tingkat tinggi, dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, dan bukan manusia.
Pada saat itu hadirlah seorang Brahmana mulia dalam kumpulan itu yang bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam. Ia merupakan seorang bijaksana dengan pengetahuan mendalam. Semua orang senang berjumpa dengannya. Ia telah berlindung pada Tiga Permata dan senantiasa melaksanakan sepuluh tindakan bajik. Hatinya selalu diliputi belas kasih dan bijaksana. Ia selalu berharap agar semua makhluk berada dalam keadaan sejahtera serta berkelimpahan.
Brahmana yang bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam itu bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati Sang Buddha serta mengelilingi-Nya sebanyak tujuh kali (Pradaksina). Dipersembahkannya banyak bunga serta dupa pada Sang Buddha. Ia meletakkan jubah-jubah dan perhiasan sangat berharga di hadapan Sang Buddha. Ditundukkannya kepalanya sebagai tanda hormat ke Kaki Sang Buddha, lalu berdiri pada satu sisi seraya berkata, "Kami mengundang Yang Dijunjungi Dunia dan siapa saja yang hadir di tempat ini untuk menerima persembahan di tempat kediamanku besok pagi". Sang Buddha menerima undangan itu.
Sang brahmana memahami bahwa Sang Buddha menerima undangannya. Dengan segera ia kembali ke tempat kediamannya serta mempersiapkan seratus makanan dan minuman lezat malam itu. Dibersihkannya seluruh gedung dan ruangan, serta digantungkannya banyak panji-panji. Pagi berikutnya, ia membawa serta keluarganya sambil
membawa dupa dan bunga. Para pemain musik turut serta dalam rombongan tersebut. Mereka menghadap Sang Buddha dan berkata, "Telah tiba waktunya, silakan datang ke tempat kediamanku." Sang Buddha menyetujui apa yang dikatakan Brahmana Tanpa Kekotoran dan Suara Mendalam itu. Beliau mengumumkan pada semua yang hadir di tempat itu, Kalian semua hendaknya pergi ke rumah Brahmana ini guna menerima persembahan sehingga ia dapat memperoleh pahala Kebajikan Besar.Kemudian Buddha berdiri dari tempat duduk-Nya dan bersamaan dengan itu memancarlah cahaya aneka warna. Semua orang yang menyaksikannya ikut dan mulai berjalan.
Selanjutnya, sang Brahmana beserta keluarganya berjalan sambil membawa dupa serta bunga dengan penuh hormat. Demikian pula dengan naga surgawi, delapan kelompok makhluk dan Empat Maharaja Langit. Mereka berjalan di depan guna menjadi pembuka serta penunjuk jalan bagi Sang Buddha. Tidak berapa lama Sang Buddha berjalan, tibalah Ia di sebuah taman yang bernama Kaya.
Di sana terdapatlah Stupa tua yang rusak dan ditumbuhi oleh alang-alang dan rumput. Stupa itu terkubur dalam tumpukan ubin serta bebatuan. Ia nampak bagaikan seongok lumpur. Sang Buddha berjalan menuju stupa tersebut, yang memancarkan sinar gemilang. Terdengarlah suara pujian dari gundukan lumpur itu: "Bagus sekali, bagus sekali, Sakyamuni. Perjalanan-Mu hari ini merupakan saat yang sangat menguntungkan, dan engkau, wahai Brahmana, akan menerima pahala kebajikan luar biasa." Kemudian Sang Bhagava Buddha menghaturkan penghormatan pada Stupa itu dan berjalan mengelilingi-Nya searah jarum jam (Pradaksina). Sang Buddha mengambil jubah-Nya dan meletakkannya di atas gundukan lumpur tersebut. Ia menitikkan air mata dengan derasnya. Setelah menangis, Buddha tersenyum kembali. Pada saat itu, para Buddha dari sepuluh penjuru menyaksikan peristiwa tersebut dan meneteskan air mata pula. Mereka memancarkan sinar terang pada Stupa ini. Semua orang yang melihatnya menjadi gemetar dan bingung. Pada saat itu, Bodhisattva Vajrapani menitikkan air mata. Ia berjalan ke hadapan Sang Buddha dengan sikap hormat sambil membawa Vajranya dan bertanya:
"Mengapakah cahaya yang dipancarkannya begitu gemilang? Mengapakah Engkau menangis? Para Buddha dari sepuluh penjuru menampakkan diri dengan kecemerlangan yang sama. Kami berharap agar Tathagata menjawab pertanyaan-Ku di hadapan semua yang hadir di tempat ini."
Sang Bhagava memberitahu Vajrapani, "Tak terhingga Dharma Meterai Rahasia Dharani Hati terdapat dalam Stupa Kumpulan Sarira Seluruh Tubuh Buddha ini. Stupa ini benar-benar dipenuhi tanpa celah sedikitpun, sebanyak biji wijen; dengan ratusan dan ribuan koti Tubuh Buddha, yang banyak-Nya juga bagaikan biji wijen. Ratusan dan ribuan koti kumpulan Sarira seluruh Tubuh Buddha, bahkan 84.000 Dharma bersemayam dalam stupa ini. Sembilan juta sembilan ratus ribu koti tak terhingga Sarira kepala Buddha juga terdapat di dalam-Nya. Karena musabab yang luar biasa inilah, tidak peduli di manapun Stupa ini berada, Ia memiliki daya batin yang manjur. Pahala kebajikannya sanggup mengabulkan seluruh dambaan duniawi."
Ketika hadirin mendengar apa yang dibabarkan Buddha tersebut. Mereka menghapuskan segenap kekotoran batin dan begitu pula dengan seluruh kekhawatiran dalam diri masing-masing. Mereka memperoleh mata Dharma yang murni. Mereka memperoleh buah hasil sesuai dengan kondisi batin dan timbunan pahala kebajikan mereka yang beraneka ragam. Beberapa orang mencapai tingkatan sakadagamin, shrotapanna, anagamin, arhat, pratyeka buddha, bodhisattva, avaivartas, serta kebijaksanaan sarvajnana. Selanjutnya ada pula yang mencapai tingkatan Bodhisattva pertama, kedua, hingga kesepuluh. Beberapa di antara mereka menyempurnakan enam paramita. Sang brahmana sendiri menghapuskan kekotoran batinnya dan merealisasi lima penembusan batin.
Ketika Bodhisattva Vajrapani menyaksikan hal yang ajaib ini, ia bertanya pada Sang Buddha, Bagus sekali, sungguh ajaib. Kami memperoleh manfaat pahala kebajikan luar biasa setelah mendengarnya. Jika kami mendengarkan Ajaran Kebenaran dan dengan segenap hati meyakininya, berapa besarkah jasa serta pahala kebajikan yang akan kami peroleh?
Buddha berkata, "Dengarlah wahai Vajrapani. Jika ada pria atau wanita serta empat kelompok siswa-Ku yang memiliki keyakinan di masa mendatang menuliskan Sutra ini, maka tindakan itu dapat disamakan dengan menyalin seluruh Sutra yang dibabarkan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha. Semua Buddha akan menjaganya laksana melindungi mata-Nya sendiri, atau bagaikan seorang ibu yang penuh belas kasih merawat anaknya. Apabila seseorang membaca Sutra ini, maka tindakan itu dapat disamakan dengan membaca semua Sutra yang dibabarkan para Buddha di masa lampau, sekarang, dan mendatang. Oleh karena itulah, sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, Yang Tercerahi, sebanyak biji wijen hadir semua-Nya tanpa celah sedikitpun. Mereka menampakkan diri guna melimpahkan berkah baik siang maupun malam pada orang ini. Semua Buddha yang jumlah-Nya bagaikan butiran pasir di sungai Ganga akan hadir, kendati para Buddha yang telah hadir sebelumnya masih belum meninggalkan tempat tersebut. Mereka datang bergiliran bagaikan pasir yang bergerak memutar dalam pusaran air. Mereka datang dan pergi tanpa henti. Jika seseorang mempersembahkan dupa, bunga, jubah indah, serta perhiasan yang elok dipandang pada Sutra ini, maka seluruh persembahan itu akan berubah menjadi bunga-bunga surgawi, jubah serta perhiasannya akan berubah menjadi benda-benda yang terbuat dari tujuh jenis permata di hadapan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha dari sepuluh penjuru alam semesta. Benda-benda ini akan berlipat ganda bagaikan Gunung Sumeru untuk dipersembahkan. Benih kebajikan yang mereka tanam juga sungguhlah besar."
Pada saat itu, para dewa, naga, delapan kelompok makhluk (Asta-Gatyah), manusia dan bukan manusia mendengar mengenai hal ini. Mereka merasa keheranan dan berkata satu sama lain, Begitu anehnya gundukan lumpur terbengkalai ini. Ia telah berubah wujud secara batin karena berkah para Buddha. Vajrapani bertanya pada Buddha kembali, "Yang Dijunjungi Dunia, mengapa Stupa Tujuh Permata itu menjadi gundukan lumpur sekarang?"
Buddha berkata pada Vajrapani, "Ini bukanlah gundukan lumpur sama sekali. Ia merupakan Stupa Agung Yang Sangat Indah. Stupa itu tidak muncul karena pengaruh karma buruk orang yang melihatnya. Stupa itu tak terlihat tetapi keseluruhan tubuh Buddha yang tersimpan di dalamnya tidak dapat rusak. Bagaimana mungkin Tubuh Vajra seorang Buddha dapat dihancurkan? Setelah Aku parinirvana, pada masa kemerosotan dan kekacauan; jika umat manusia melakukan tindakan-tindakan jahat, mereka akan terjerumus ke neraka. Mereka tidak meyakini Tiga Permata. Mereka tidak menanam akar kebajikan. Buddhadharma akan hilang karena hal ini. Tetapi Stupa yang kuat dan kokoh ini tidak akan hancur karena berkah kekuatan batin semua Buddha. Para makhluk yang diliputi pandangan salah diselubungi oleh karma buruk. Mereka menyia-nyiakan permata berharga dan tidak tahu bagaimana memanfaatkannya. Itulah yang menyebabkan aku menangis hari ini dan begitu pula dengan semua Buddha lainnya."
Buddha memberitahu lebih jauh pada Vajrapani, "Jika ada orang yang menyalin sutra ini dan meletakkannya ke dalam sebuah stupa, maka stupa itu akan menjadi Stupa Gudang Vajra semua Buddha. Ia juga merupakan Stupa Berkah Rahasia Hati Dharani Semua Buddha. Ia merupakan Stupa sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha. Ia juga merupakan stupa puncak mahkota (usnisha) dan Mata Semua Buddha. Stupa ini akan dilindungi oleh kekuatan batin semua Buddha. Apabila ada orang yang meletakkan Sutra ini ke dalam suatu stupa atau patung Buddha, patung itu akan menjadi terbuat dari tujuh permata, serta memiliki daya kekuatan sehingga dapat mengabulkan semua dambaan. Payung, tirai, jala, roda, piring, genta, alas, dan anak tangga akan tercipta dengan kekuatan. Benda-benda yang terbuat dari lumpur, kayu, batu, atau bata akan berubah menjadi Tujuh Permata berharga karena kekuatan Sutra ini. Semua Buddha akan menambahkan daya kekuatan-Nya yang tak terhingga dan tanpa henti memberkahi Sutra ini dengan sabda-sabda murni.Jika ada orang yang menghaturkan hormat di hadapan Stupa ini lalu mempersembahkan dupa dan bunga pada Stupa ini, kesalahan berat selama delapan juta kalpa akan dihapuskan. Ia akan terhindar dari semua bencana dalam kehidupannya. Ia akan terlahir kembali dalam keluarga yang beragama Buddha setelah akhir hidupnya. Apabila ada orang yang seharusnya terjerumus ke dalam neraka Avici, namun menghaturkan penghormatan pada Stupa ini satu kali saja atau berjalan mengelilingi-Nya searah jaruh jam, maka gerbang neraka akan tertutup baginya dan jalan menuju Bodhi akan terbuka. Semua Buddha akan memberkahi dengan kekuatan batin-Nya pada tempat-tempat di mana terdapat stupa-stupa atau gambar Buddha. Tidak ada angin topan, badai, dan halilintar yang membahayakan akan menimpa. Tidak ada ular berbisa, cacing berbahaya, serta hewan beracun lainnya akan dapat melukai. Tidak ada singa, gajah gila, harimau, serigala, dan lebah liar akan melukai. Tidak ada kepanikan yang disebabkan oleh makhluk halus yaksha, raksasa, putana, kritya, khumbandas, preta, pisacasa, mahluk mengerikan, atau penyakit ayan. Tidak akan ada penyakit baik karena serangan hawa dingin atau panas, tidak pula berjangkit penyakit lilou, tanzhu, borok, atau skabies. Seseorang akan terhindar dari bencana hanya dengan semata-mata memandang pada Stupa ini. Tidak ada wabah penyakit yang akan menimpa manusia, kuda, hewan, anak laki-laki dan perempuan. Mereka tak akan mengalami kematian tak wajar. Mareka tak akan terluka oleh senjata tajam, air, dan api. Mereka tidak akan dicelakai oleh para perampok, pencuri, ataupun musuh. Mereka tak akan menderita karena kelaparan atau kemiskinan. Tidak ada serangan gaib dan makhluk halus jahat serta mengerikan yang sanggup mencelakakan mereka. Empat Maharaja Langit beserta pengikutnya akan melindungi mereka seharian dan malam. Para Jenderal yaksha dari keduapuluh delapan bagian beserta matahari, rembulan, panji lima bintang, dan bintang-bintang berekor akan melindungi mereka seharian dan malam. Seluruh raja naga akan mengumpulkan uap air untuk membuat hujan turun pada waktunya. Seluruh makhluk surgawi, termasuk dari Surga Tavatimsa akan datang tiga kali guna menghaturkan persembahan."