Nasikabatrachus sahyadrensis, katak ungu dari jaman dinosaurus yang menghebohkan ilmu pengetahuan"Kami tidak mengerti bagaimana katak itu berkerabat justru dengan katak-katak dari Seychelles," ujar Franky Bossuyt, seorang ahli biologi dari Universitas Brussels di Belgium, yang mendeskripsikan spesies itu bersama rekannya, S. D. Biju.
Biju dan Bossuyt menamakan spesies itu Nasikabatrachus sahyadrensis. Nasika dalam bahasa Sansekerta berarti hidung, batrachus berarti katak, dan Sahyadri adalah nama gunung tempat katak itu ditemukan. Ia tidak masuk keluarga katak manapun sehingga dibuatkan keluarga sendiri yakni Nasikabatrachidae, dengan jenis ini sebagai satu-satunya anggota.
Hubungan antara Nasikabatrachus dengan katak Sooglossidae di Seychelles menimbulkan dugaan bahwa katak-katak ini berevolusi sekitar 130 juta tahun lalu sebelum daratan besar yang disebut Gondwana terpecah-pecah. Menurut teori, ketika Gondwana terpecah, maka bagian yang sekarang menjadi India bergeser dan menabrak Asia, sedangkan Seychelles menyebar ke Samudra India.
Blair Hedges, ahli biologi evolusi dari Pennsylvania State University yang ikut menuliskan temuan Nasikabatrachus di journal Nature, mengatakan temuan ini sungguh unik. "Spesies baru ditemukan setiap waktu --sekitar 70 jenis hewan tiap tahun-- namun temuan sebelumnya selalu berhubungan dengan spesies lain yang sudah diketahui," ujarnya. "Yang satu ini tidak begitu. Ia tidak berhubungan dengan spesies lain, dan hanya berkerabat jauh dengan katak di Seychelles. Hal ini membuatnya sungguh luar biasa."
Saat ini dunia mengenal 29 keluarga katak yang terdiri dari sekitar 4.800 spesies. Hampir semuanya ditemukan pada abad 18 dan 19. Tidak heran bila penemuan Nasikabatrachus ini disebut sebagai temuan yang terjadi hanya sekali dalam satu abad, lanjut Hedges.
Tersembunyi di pegunungan terpencilKerabat terdekatnya adalah katak yang hidup di Seychelles.Nasikabatrachus ditemukan tepatnya di Ghats Barat, suatu pegunungan yang berjajar di selatan India dan ditutupi hutan tropis. Para ahli konservasi menyebut tempat itu sebagai "titik keanekaragaman hayati", suatu wilayah yang kaya akan hewan dan tumbuhan, meski saat ini mulai terancam kegiatan manusia.
Tekanan dari manusia, terutama dari sektor pertanian, telah mengurangi luas hutan hingga 10 persen dari luas awalnya. Namun ada wilayah-wilayah yang terpencil dan sukar dijangkau, yang mungkin menjelaskan mengapa keberadaan Nasikabatrachus baru diketahui baru-baru ini.
Dikatakan Bossuyt, orang-orang lain barangkali telah melihat Nasikabatrachus sebelumnya, namun tidak ada yang memperhatikannya. "Selain itu katak ini hidup bersembunyi di bawah tanah dan hanya keluar selama musim hujan (monsoon) yang hanya berlangsung dua minggu tiap tahunnya. Sesudah itu ia akan menghilang lagi," kata Bossuyt.
Katak dan benuaDalam tulisannya di Nature, Biju dan Bossuyt mengungkapkan penemuan katak ini dan hubungannya dengan katak sooglossids di Seychelles telah membantu para ilmuwan menggambarkan bagaimana katak berevolusi dan menyebar ke seluruh dunia.
Para ilmuwan percaya bahwa berpisahnya daratan purba yang luas mempengaruhi evolusi dan perkembangan katak. Sebagai contoh, India dahulu adalah bagian dari benua besar di belahan Bumi selatan yang disebut Gondwana, bersama dengan Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Kutub Selatan, Seychelles, dan Australia.
Menurut teori, pecahan yang membentuk Amerika Selatan dan Afrika terpisah sekitar 160 juta tahun lalu. Kutub Selatan dan Australia berpisah sekitar 130 juta tahun lalu, diikuti Madagaskar sekitar 90 juta tahun lalu, dan Seychelles serta India sekitar 65 juta tahun lalu. India sempat bergabung dengan Seychelles sebelum akhirnya berpisah.
India, ketika memisahkan diri, langsung bergerak ke utara dan terisolasi dari bagian dunia lain selama sekitar 10 juta tahun sebelum akhirnya menabrak dan bergabung dengan Asia 55 juta tahun lalu. Tabrakan itu membuat daratan Asia naik dan muncullah pegunungan Himalaya.
Berdasar keyakinan di atas (bahwa India dahulu merupakan bagian Gondwana), tidak heran bila para ilmuwan mengatakan katak baru ini pasti berhubungan dengan sesuatu dari belahan Bumi selatan. Hubungan itu sudah jelas, yakni ia memiliki kaitan geologis.
Di sisi lain, Nasikabatrachus kenyataannya adalah spesies unik yang berbeda dari katak lain. Artinya, walau terkait secara geologis, namun katak ini jauh kekerabatannya secara biologis dengan katak lain. Kerabat jauhnya hanya ditemukan di Seychelles. Dan itu mendukung teori bahwa India sempat bergabung dengan Seychelles, namun kemudian terisolasi selama jutaan tahun sebelum bergabung dengan Asia, kata Hedges.
"Saat kami menemukan makhluk unik yang berbeda dengan makhluk di tempat lain, hal itu mengindikasikan adanya keterasingan selama beberapa waktu, seperti isolasi yang terjadi pada kura-kura raksasa di Galapagos," ujar Hedges. "Menemukan katak unik di India menimbulkan dugaan daerah itu pernah terasing selama waktu yang cukup lama," lanjutnya.
Teori ini berlawanan dengan catatan fosil yang menunjukkan adanya kedekatan hubungan antara dinosaurus, kadal, katak, dan mamalia di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Lalu bagaimana katak ini bisa begitu berbeda, sementara binatang lainnya serupa dengan yang terdapat di tempat lain?
Sebuah teori baru menyebutkan barangkali meskipun terpisah, saat itu ada "jembatan-jembatan" yang menghubungkan India dengan tempat lain. "Jembatan itu bisa berupa gugusan pulau-pulau kecil yang memungkinkan beberapa spesies binatang --tapi tidak seluruhnya-- menyebar ke tempat lain," tulis Hedges dalam journal Nature.