//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah  (Read 19181 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« on: 18 June 2013, 05:55:48 AM »
BBCIndonesia.com - detikNews

Biksu Buddha di Thailand diminta mematuhi ajaran Buddha untuk tetap sederhana.

Badan nasional Buddha Thailand mengatakan mereka mengawasi aktivitas para biksu menyusul laporan tentang kehidupan mewah mereka.

Pengawasan ini dilakukan setelah muncul satu video yang menunjukkan para biksu melakukan perjalanan dengan jet pribadi.

Baru-baru ini, video di YouTube menampilkan seorang biksu yang mengenakan kaca mata hitam mahal, tas mewah serta headphone nirkabel.

Badan nasional Buddha mengatakan para biksu yang bergaya hidup mewah itu telah diperingatkan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan ajaran Buddha yang tidak mementingkan materialisme.

Direktur jenderal badan itu, Nopparat Benjawatananun mengatakan mereka telah melihat video tersebut.

Minuman beralkohol dan berhubungan seks
Thailand - negara dengan populasi beragama Buddha terbesar di dunia- menerapkan doktrin Buddha yang telah berusia 2.600 tahun melalui berbagai cara, termasuk melarang penjualan alkohol selama hari libur keagamaan.

Namun sejumlah upaya itu justru dilanggar oleh para biksu sendiri.

Tahun lalu, sekitar 300 dari 61.416 biksu Buddha di Thailand ditegur - sebagian di antaranya dicabut statusnya- karena berperilaku tidak layak, termasuk menenggak minuman beralkohol, berhubungan seks dengan perempuan sampai pemerasan.

Badan nasional Buddha juga menerima pengaduan terkait biksu yang mengendarai mobil dan tuduhan penggunaan ilmu hitam.

Nopparat mengatakan para biksu Buddha yang terekam di video bertindak "secara tidak layak dan tidak mematuhi ajaran Buddha untuk tetap sederhana dan menahan diri."

(bbc/bbc)
« Last Edit: 18 June 2013, 06:08:24 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #1 on: 18 June 2013, 07:09:14 AM »
wahh kalao begitu perlu pendataan yg lebih baik...
gimana kalau mereka diberi ID card gitu ? nahhh :o
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #2 on: 18 June 2013, 08:50:51 AM »
Seandainya ada link video youtubenya, tentu lebih seru lagi  ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #4 on: 18 June 2013, 09:51:07 AM »
Seandainya ada link video youtubenya, tentu lebih seru lagi  ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #5 on: 18 June 2013, 09:52:42 AM »
koreksi buat reporternya: bhikkhu, bukan biksu ;D

<joke>
mewakili bhante, saya coba menjawab bahwa bhante memilih tas louis vuitton karena tas ini warnanya coklat sesuai dengan peraturan vinaya. bhante memilihnya hanya disebabkan pada kepatuhannya dalam menjalankan vinaya yang baik dan benar. harap dimengerti...
</joke>
« Last Edit: 18 June 2013, 09:58:14 AM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #7 on: 18 June 2013, 10:26:07 AM »
Kembali ke hutan saja, jadi bhikkhu hutan ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #8 on: 18 June 2013, 10:39:46 AM »
koreksi buat reporternya: bhikkhu, bukan biksu ;D

<joke>
mewakili bhante, saya coba menjawab bahwa bhante memilih tas louis vuitton karena tas ini warnanya coklat sesuai dengan peraturan vinaya. bhante memilihnya hanya disebabkan pada kepatuhannya dalam menjalankan vinaya yang baik dan benar. harap dimengerti...
</joke>

hehehe.....
bisa jg berdalih 'cinderamata' dr umat ......
🙏

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #9 on: 18 June 2013, 10:52:56 AM »
 [at] morph: apakah memang ada aturan tentang warna tas? atau ini joke aja?

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #10 on: 18 June 2013, 11:02:24 AM »
koreksi buat reporternya: bhikkhu, bukan biksu ;D

<joke>
mewakili bhante, saya coba menjawab bahwa bhante memilih tas louis vuitton karena tas ini warnanya coklat sesuai dengan peraturan vinaya. bhante memilihnya hanya disebabkan pada kepatuhannya dalam menjalankan vinaya yang baik dan benar. harap dimengerti...
</joke>



[at] morph: apakah memang ada aturan tentang warna tas? atau ini joke aja?

joke saja kok :)) :))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #11 on: 18 June 2013, 11:14:18 AM »
[at] morph: apakah memang ada aturan tentang warna tas? atau ini joke aja?
sepertinya gak ada, mungkin ngikuti warna jubah aja...
mohon penjelasan pakarnya, om indra.

Other Cloth Requisites. In addition to one's basic set of three robes, one is allowed the following cloth requisites: a felt sitting rug (see NP 11-15); a sitting cloth (see Pc 89); a skin-eruption covering cloth (see Pc 90); and a rains-bathing cloth (see Pc 91). The following articles are also allowed and may be made as large as one likes: a sheet; a handkerchief (literally, a cloth for wiping the face/mouth); requisite-cloth; bags for medicine, sandals, thimbles, etc., with a cord for tying the mouth of the bag as a carrying strap; bandages (listed in the Rules section of Chapter 5); and knee straps. The Canon makes no mention of the shoulder cloth (aṅsa) that many bhikkhus wear at present. It would apparently come under the allowance for requisite-cloths (parikkhāra-cola).

...

Making Robes: Dyeing. Robes of the following colors should not be worn: entirely blue (or green — the Commentary states that this refers to flax-blue, but the color nīla in the Canon covers all shades of blue and green), entirely yellow, entirely blood-red, entirely crimson, entirely black, entirely orange, or entirely beige (according to the Commentary, this last is the "color of withered leaves"). Apparently, pale versions of these colors — gray under "black," and purple, pink, or magenta under "crimson" — would also be forbidden. As white is a standard color for lay people's garments, and as a bhikkhu is forbidden from dressing like a lay person, white robes are forbidden as well. The same holds true for robes made from patterned cloth, although the Vinaya-mukha makes allowances for subtle patterns, such as the ripple pattern called "squirrel's tail" that Thais sometimes weave into their silk. The Commentary states that if one receives cloth of an unallowable color, then if the color can be removed, remove it and dye the cloth the proper color. It is then allowable for use. If the color can't be removed, use the cloth for another purpose or insert it as a third layer inside a double-layer robe.

The standard color for robes is brown, although this may shade into reddish, yellow-, or orange-brown. In an origin story, bhikkhus dyed their robes with dung and yellow clay, and the robes came out looking wretched. So the Buddha allowed six kinds of dye: root-dye, stem (wood) dye, bark-dye, leaf-dye, flower-dye, fruit-dye. The Commentary notes, however, that these six categories contain a number of dyes that should not be used. Under root dyes, it advises against turmeric because it fades quickly; under bark dyes, Symplocos racemosa and Mucuna pruritis because they are the wrong color; under wood dyes, Rubia munjista and Rottleria tinctora for the same reason; under leaf dyes, Curculigo orchidoidis and indigo for the same reason — although it also recommends that cloth already worn by lay people should be dyed once in Curculigo orchidoidis. Under flower-dyes, it advises against coral tree (Butea frondosa) and safflower because they are too red. Because the purpose of these dye allowances is that the bhikkhus use dyes giving a fast, even color, commercial chemical dyes are now accepted under the Great Standards.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #12 on: 18 June 2013, 11:59:59 AM »
^ ^ ^

 [at] Rico: soalnya saya memang biasanya liat tas bhikkhu, selimut, penutup kepala, dst, biasanya warnanya mirip jubah.. Penasaran aja, apa memang ada aturannya atau tidak ;D

 [at] Morph: thanks... nanti saya baca dulu pelan-pelan (soalnya inggris) hehe..
______________________

Mungkin rada OOT, tapi saya teringat tentang salah satu ebook DC, judulnya Otobiografi Phra Ajahn Lee Dhammadharo.

http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/biografi/Otobiografi%20Phra%20Ajahn%20Lee%20Dhammadharo.pdf

ini saya copas sedikit..
____________________________________

Saat masa penahbisan tiba, ayahku mempersiapkan semua yang diperlukan. Aku ditahbiskan di bulan purnama, hari ke enam penanggalan bulan, saat Visakha Puja. Seluruhnya berjumlah sembilan orang termasuk aku yang ditahbiskan pada hari itu. Dari jumlah tersebut, beberapa meninggal dunia, beberapa orang lepas jubah. Hanya tinggal dua orang saja yang masih sebagai bhikkhu, yaitu aku sendiri dan seorang sahabatku.

Setelah penahbisan, aku menghafalkan parita-parita, mempelajari Dhamma dan Vinaya. Membandingkan dengan apa yang kupelajari dalam kehidupan dan dengan bhikkhu-bhikhu yang ada membuatku sangat tidak nyaman, karena selain merenungkan mengenai kehidupan, kami keluar untuk bersenang-senang: main catur, bergulat, bermain-main dengan wanita, memelihara burung, menyabung ayam, terkadang makan di malam hari.

[...]Ini yang terjadi selama dua tahun. Kapan pun aku mempelajari buku vinaya yang berhubungan dengan biara, aku merasa gelisah. Aku merenung, “Jika kamu tidak ingin meninggalkan kehidupan kebhikkhuan, kamu harus meninggalkan vihara ini.” Pada permulaan masa vassa yang ke dua, aku bertekad, “Saat ini, aku bertekad melaksanakan ajaran-ajaran Sang Buddha dengan tekun. Semoga dalam tiga bulan yang akan datang, aku bertemu dengan seorang guru yang mempraktikkan Dhamma Sang Buddha dengan benar dan
mulia.”

singkat cerita, Ajahn Lee akhirnya bertemu dengan Ajahn Mun.
__________________________________

Aku melaksanakan latihan yang tetap bersama dengan Ajaan Mun selagi kami pergi berpindapatta. Sepanjang perjalanan, beliau terus-menerus memberikan aku pelajaran-pelajaran bermeditasi. Jika lewat di depan seorang gadis cantik, beliau berkata, “Lihat ke sana. Apakah kamu pikir dia cantik? Lihat lebih teliti. Lihat sampai ke dalamnya.” Apa pun yang kita lewati – rumah atau jalanan – beliau selalu menjadikannya obyek pembelajaran.

Pada waktu itu, aku berusia dua puluh enam tahun. Saat itu adalah masa vassa ke limaku dan aku merasa masih muda, beliau selalu memberi aku pelajaran-pelajaran dan peringatan-peringatan. Beliau memerhatikan kemajuanku. Tetapi ada satu hal yang membuatku bingung, yang berhubungan dengan jubah-jubah dan keperluan-keperluan lain yang biasa didanakan oleh umat awam. Kadang-kadang beliau meminta apa pun barang bagus yang aku dapat dan diberikan kepada orang lain. Aku tidak mengerti mengenai hal ini. Kapan pun aku mendapat barang bagus atau baru, beliau memerintahkan aku untuk mencuci dan mencelupnya dalam air dengan tujuan untuk membuang warna aslinya. Katakan aku mendapat saputangan atau handuk putih baru yang bagus: beliau memerintahkan aku untuk mencelupnya dengan warna coklat dari cairan inti kayu pohon nangka. Kadang-kadang beliau sampai harus memerintahku beberapa kali, dan jika aku tidak mematuhinya, beliau mencelupnya sendiri. Beliau lebih suka mencarikan jubah-jubah yang tua, lapuk, menambalnya sendiri, dan kemudian memberikannya kepadaku untuk dipakai.

Pada suatu pagi, aku pergi berpindapatta bersama-sama dengan beliau, melewati kantor polisi. Kami melewati seorang wanita yang sedang membawa barang-barang ke pasar, tetapi pikiranku dalam kondisi yang baik: pikiranku tidak menyimpang dari jalur yang kami telusuri. Aku mengendalikannya dengan baik. Lain waktu, ketika aku berjalan sedikit di belakang beliau – beliau berjalan cepat, tetapi aku berjalan pelan-pelan – aku melihat beliau mendatangi, celana panjang polisi bekas yang dibuang di sisi jalan. Beliau menendang celana panjang itu sepanjang jalan – aku berpikir sepanjang jalan mengenai hal ini.

Akhirnya ketika beliau mencapai pagar di sekitar kantor polisi, ia membungkuk, mengambil celana panjang dan mengikatkan di bawah jubahnya. Aku bingung. Apa yang ingin ia lakukan dengan sampah bekas seperti itu? Setelah kami kembali ke gubuk, ia meletakan celana panjang itu di tali jemuran. Aku menyapu dan lalu menyiapkan tempat duduk. Setelah kami selesai makan, aku memasuki kamarnya dan merapikan tempat tidurnya. Suatu hari beliau menegurku, beliau mengatakan aku tidak rapi dan tidak pernah menaruh barang di tempat yang tepat – tetapi beliau tidak pernah berkata kepadaku di mana tempat yang tepat itu.

Meskipun aku berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkan beliau, ia masih bersikap keras kepadaku selama masa vassa itu. Beberapa hari kemudian celana panjang itu telah menjadi tas pundak dan ikat pinggang: aku melihatnya tergantung di tembok. Dan beberapa hari sesudahnya, beliau memberikan barang itu kepadaku untuk digunakan. Aku ambil dan melihatnya, banyak tambalan dan sulaman. Dengan semua barang bagus yang tersedia di sini, mengapa ia memberikan aku barang seperti ini?
« Last Edit: 18 June 2013, 12:09:26 PM by dhammadinna »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #13 on: 18 June 2013, 12:11:57 PM »
Sungguh luar biasa bhikkhu dutangga (arahat) seperti Ajahn Mun  ^:)^ ^:)^

Kelihatan sekali beliau menghindari kemelekatan terhadap semua hal, termasuk barang2 miliknya yg notabene sudah diberikan dan didanakan umat.
« Last Edit: 18 June 2013, 12:14:09 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Biksu Thailand ditegur karena hidup mewah
« Reply #14 on: 18 June 2013, 12:44:23 PM »
koreksi buat reporternya: bhikkhu, bukan biksu ;D

<joke>
mewakili bhante, saya coba menjawab bahwa bhante memilih tas louis vuitton karena tas ini warnanya coklat sesuai dengan peraturan vinaya. bhante memilihnya hanya disebabkan pada kepatuhannya dalam menjalankan vinaya yang baik dan benar. harap dimengerti...
</joke>

Tambahan; "kacamata yg saya pakai hanyalah untuk melindungi mata ku agar tidak rusak terkena sinar matahari yg sangat menyilaukan,dan kacamata ini adalah kw3 yg didanakan umat..."

Sebenarnya agak miris liat bhikkhu thai yg datang kesini cuma jadi dukun doang,
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

 

anything