//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: AJAHN BRAHM kontroversi  (Read 112708 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #120 on: 23 March 2013, 06:46:55 AM »
Sekarang banyak tokoh Buddhis yang terkenal hanya menjadi "barang dagangan" terlepas dari apa pun alasannya....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #121 on: 23 March 2013, 06:54:55 AM »
Sekarang banyak tokoh Buddhis yang terkenal hanya menjadi "barang dagangan" terlepas dari apa pun alasannya....

sekali lagi kata2 Sang Buddha dalam MN 47 Vīmaṁsaka Sutta terbukti:

8. “Ketika ia mengetahui hal ini, ia menyelidiki Beliau lebih lanjut sebagai berikut: ‘Apakah Yang Mulia ini telah memiliki reputasi dan mencapai kemasyhuran, sehingga bahaya [yang berhubungan dengan reputasi dan kemasyhuran] terdapat padanya?’ Karena, para bhikkhu, selama seorang bhikkhu belum memiliki reputasi dan belum mencapai kemasyhuran, maka bahaya [yang berhubungan dengan reputasi dan kemasyhuran] tidak terdapat padanya; tetapi ketika ia telah memiliki reputasi dan mencapai kemasyhuran, maka bahaya-bahaya* itu terdapat padanya.  Ketika ia menyelidikinya, ia mengetahui: ‘Yang Mulia ini telah memiliki reputasi dan mencapai kemasyhuran, tetapi bahaya [yang berhubungan dengan reputasi dan kemasyhuran]  tidak terdapat padanya.’

*MA: Bahayanya adalah keangkuhan, kesombongan, dan sebagainya. Bagi beberapa bhikkhu, selama mereka belum menjadi terkenal atau memiliki pengikut, maka bahaya ini tidak ada, dan mereka sangat tenang; tetapi ketika mereka telah menjadi terkenal dan memiliki pengikut, mereka bepergian dengan berperilaku tidak selayaknya, menyerang para bhikkhu lain bagaikan seekor macan menerkam sekumpulan rusa.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #122 on: 23 March 2013, 10:38:39 AM »
Untuk memastikan hal ini tentu harus dilakukan suatu auditing dari akuntan publik.
tapi dalam kutipan sutta di atas, sya pikir perbuatan ini termasuk salah satu dari kelompok penghidupan salah
"29, “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan salah? Menipu, membujuk, mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan: ini adalah penghidupan salah. '
membaca kutipan di atas, persepsi saya mengenai "penghidupan" itu berarti mencari duit atau materi untuk keperluan hidupnya sendiri.
cmiiw.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #123 on: 23 March 2013, 10:59:07 AM »
membaca kutipan di atas, persepsi saya mengenai "penghidupan" itu berarti mencari duit atau materi untuk keperluan hidupnya sendiri.
cmiiw.


ya saya sependapat, tapi jika seseorang mencari penghidupan adalah sulit untuk mendeteksi apakah hasilnya dipakai untuk diri sendiri atau diberikan kepada orang lain, dan lagi untuk jika hanya dibatasi untuk diri sendiri, maka ini akan berdampak pada kelonggaran lainnya, misalnya mencari penghidupan untuk diberikan kepada keluarga, kerabat, teman, dst. yg pada akhirnya membuat bhikkhu itu semakin jauh dari Dhamma.

Dan juga perlu diperhatikan bahwa Vinaya ditetapkan Sang Buddha selain sebagai bagian dari latihan kehidupan spiritual juga untuk melindungi bhikkhu tersebut dari bahaya, termasuk bahaya dipergunjingkan seperti ini.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #124 on: 23 March 2013, 12:40:26 PM »
IMO
Penghidupan berarti perbuatan untuk memelihara/menunjang hidup. Jadi kalau dikatakan hanya untuk keperluan pribadi dan bukan untuk orang lain, ya sah-sah saja dan ini tidak otomatis dikatakan bersifat egois atau "matre". Pindapata para bhikkhu adalah bentuk dari penghidupan untuk pribadi, usaha untuk menunjuang hidupnya, jika tidak mereka akan mati kelaparan.

Akan menjadi penghidupan salah kalau melakukan menipu, membujuk, mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan (seperti kutipan Sutta) dalam usaha penghidupannya itu.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #125 on: 23 March 2013, 06:03:24 PM »
Bagian 1
Informasi bagi umat awam penyokong
 
Apakah anda tahu kalau Buddha tidak mengizinkan Bhikkhu dan Sämaêera untuk menerima uang?
Anda tentunya sudah menemukan bahwa mayoritas para bhikkhu menerima dan menggunakan uang. Inilah salah satu faktor yang akan menuju lenyapnya ajaran Buddha. Anda dapat mempertahankan ajaran Buddha agar tetap ada dengan cara membantu dan mempelajari bagaimana dan apa saja yang pantas untuk diberikan.
Dalam bagian ini kita akan menyebutkan poin-poin penting yang mana harus diingat seorang umat sehingga memungkinkan bagi seorang bhikkhu untuk mendapatkan keperluannya tanpa melanggar peraturan Vinaya.
1.   Jangan pernah memberikan uang pada para bhikkhu, tapi hanya memberikan keperluan-keperluan yang diperbolehkan seperti jubah, obat-obatan, buku-buku, atau tiket transportasi. Jika anda tidak mengetahui apa yang diperlukan bhikkhu anda dapat menanyakan langsung padanya atau mengundangnya sehingga jika dia memerlukan apapun dapat memintanya dari anda.
2.   Sejumlah däna (uang) untuk keperluan dapat dititipkan pada seorang kappiya[1] dan ia harus diberi instruksi untuk membeli dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada bhikkhu, sekelompok bhikkhu, atau Saògha dalam Vihära itu. Jangan menanyakan kepada bhikkhu, 'Kepada siapa saya harus berikan ini (uang)?' Jika anda menanyakan dengan cara ini maka itu tidaklah diperbolehkan bagi seorang bhikkhu untuk menunjuk seorang kappiya. Cukup dengan mengatakan, 'Bhante, saya ingin berdäna (dalam hal ini uang). Siapa kappiya bhante?'
3.   Setelah memberi instruksi kepada kappiya lalu beritahukanlah bhikkhu yang dimaksud dengan mengatakan, 'Saya sudah menitipkan sejumlah däna uang sebesar x kepada kappiya bhante. Ketika bhante membutuhkan sesuatu mintalah kepadanya dan dia akan menyerahkan atau memberikan barang yang diperlukan bhante.
4.   Jika anda sudah tahu siapa kappiya bhikkhu tersebut, anda cukup menitipkannya pada kappiya lalu menginformasikan kepada bhikkhu seperti nomor tiga
Bacalah dengan cermat keempat hal di atas dan perlu dicatat apa yang harus dikatakan. Prosedur-prosedur di atas diperbolehkan oleh Sang Buddha di mana yang disebut sebagai 'Kelayakan Meêéaka'. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam Bhesajjä Khandhaka dari Mahävagga dalam Vinaya Pièaka dan terjemahan untuk itu sebagai berikut:
Oh para bhikkhu, ada sebagian orang dengan keyakinan dan penghormatan yang mana jika mereka mempercayakan sejumlah uang di tangan kappiya dan memerintahkannya dengan mengatakan, ' Dengan uang ini berikan kebutuhan-kebutuhan yang layak buat bhikkhu ini'. Maka para bhikkhu saya ijinkan kalian untuk menerima apapun kebutuhan-kebutuhan yang layak yang didapatkan dari uang tersebut. Tetapi para bhikkhu, tidak dalam jalan apapun uang dapat diterima atau dicari.'
Juga peraturan yang disebut Räja Sikkhäpada, peraturan urutan ke-sepuluh dalam Kaèhinavagga atau Cïvaravagga di bagian Nissaggiya Päcittiya dari Pätimokkha memberikan informasi yang berhubungan. Terjemahannya sebagai berikut;
Sekiranya ada seorang Räja, pejabat kerajaan, brähmaêa, atau perumah tangga, mengirimkan däna jubah untuk seorang bhikkhu melalui seorang utusan, (berkata,) “Setelah membelanjakan sebuah jubah dengan däna jubah ini, berikanlah bhikkhu bernama ini dan itu dengan sebuah jubah”: Jika utusan itu, menghampiri seorang bhikkhu, berkata, 'Ini adalah däna jubah yang dikirimkan untuk kepentingan bhante. Tolong bhante terima däna jubah ini,” maka bhikkhu itu harus memberitahu utusan tersebut. “Kami tidak menerima däna jubah, sahabat. Kami menerima jubah (kain-jubah) yang sesuai menurut musimnya.”
 
Jika utusan itu berkata pada bhikkhu itu, “Apakah bhante memiliki seorang kappiya?” maka, para bhikkhu, jika bhikkhu itu menginginkan sebuah jubah, ia dapat menunjuk seorang kappiya — bisa seorang pelayan Vihära atau seorang umat awam — (berkata,) “Tuan, itu, adalah kappiya para bhikkhu.”
 
Apabila utusan tersebut, setelah memerintahkan kappiya itu dan pergi ke bhikkhu itu, berkata, “Saya telah memerintahkan kappiya yang bhante tunjukkan. Silahkan bhante pergi (kepadanya) dan ia akan memberikan bhante dengan jubah dalam musimnya,” maka bhikkhu, yang menginginkan sebuah jubah dan mendatangi kappiyanya, dapat mendesak dan mengingatkannya dua atau tiga kali, “Saya membutuhkan sebuah jubah.” Apabila (kappiya itu) memberikan jubah setelah didesak dan diingatkan dua atau tiga kali, itu baik.
 
Jika ia masih belum memberikan jubah itu, (bhikkhu itu) harus berdiri diam paling banyak empat kali, lima kali, enam kali untuk bertujuan pada itu. Jika (kappiya itu) memberikan jubah itu setelah (bhikkhu itu) berdiri diam untuk tujuan itu sebanyaknya empat, lima, atau enam kali, itu baik.
 
Jika ia masih belum mendapatkan jubah (hingga poin itu), maka apabila ia memberikan jubah setelah (bhikkhu itu) berusaha lebih lanjut daripada itu, maka itu harus diserahkan dan diakui.
 
Jika ia masih belum mendapatkan (jubah itu), maka bhikkhu itu harus pergi sendiri ke tempat dari mana däna jubah itu dibawa, atau mengirimkan seorang utusan (untuk berkata), “Däna jubah yang anda, kirimkan untuk kepentingan bhikkhu itu tidak memberikan manfaat bagi bhikkhu itu sama sekali. Semoga anda mendapatkan kembali apa yang menjadi milik anda. Semoga apa yang menjadi milik anda tidak hilang.” Inilah jalan yang sesuai.
 
 
Bagian 2
Kesalahan dalam penerimaan uang
 
Sebelum kemangkatannya Sang Buddha mengatakan bahwa jika ia telah tiada, Saògha, jika menginginkan, dapat menghilangkan peraturan-peraturan yang kecil dan kurang penting dari Vinaya. Beberapa bhikkhu mengutip ini sebagai alasan agar mereka dapat menerima uang, tetapi kutipan-kutipan yang terdapat dalam Sutta-sutta menunjukkan aturan yang melarang penggunaan uang bukanlah peraturan sepele atau kecil. Dalam kutipan tersebut aturan masalah uang menunjukkan pokok dan esensi bagi pencapaian pencerahan. Seperti terkutip dalam Maniculaka Sutta, Saóyutta Nikäya, Saëäyatana Saóyutta, Gämäni Saóyutta, Sutta nomor sepuluh.
 
Pada satu kesempatan yang Terberkahi tinggal di Räjagaha di mana tupai-tupai dan burung-burung diberi makan bernama Veluvana. Saat itu di Istana Räja, anggota kerajaan sedang mengadakan pertemuan dan di dalam pertemuan tersebut muncul perbincangan di antara mereka sebagai berikut;
Emas, perak, dan uang adalah layak bagi para bhikkhu yang merupakan putra-putra dari Pangeran Sakya (Buddha). Bhikkhu-bhikkhu tersebut yang merupakan putra-putra dari Pangeran Sakya menyetujui emas, perak, dan uang. Para bhikkhu yang merupakan putra-putra Pangeran Sakya menerima emas, perak, dan uang.
Namun pada saat itu Maniculaka sang kepala desa juga turut hadir dalam pertemuan itu dan ia mengatakan dalam pertemuan itu sebagai berikut;
Oo tuanku, janganlah berkata demikian. Emas, perak, dan uang tidaklah layak bagi para bhikkhu yang merupakan putra-putra Pangeran Sakya. Putra-putra Pangeran Sakya tidaklah menyetujui juga tidak menerima emas, perak, dan uang. Mereka telah melepaskan keterikatan pada emas,peermata, dan tanpa uang.
Tetapi Maniculaka Sang kepala desa tidak mampu meyakinkan pertemuan tersebut. Maka Maniculaka menjumpai Sang Buddha setelah menghampirinya, bersujud, dan duduk di satu sisi. Selagi duduk di satu sisi Maniculaka sang kepala desa berkata kepada Yang Terberkahi;
'Bhante, di Istana Räja para anggota kerajaan sedang berkumpul (dan ia mengulangi semua yang ia ucapkan seperti di atas) tetapi bhante, saya tak mampu untuk meyakinkan pertemuan tersebut.
'Bhante, dengan menjelaskan seperti itu apakah saya telah berbicara sesuai dengan apa yang Bhante katakan ataukah saya telah salah dalam menggambarkan apa yang Bhante katakan? Apakah jawaban yang saya berikan sesuai dengan ajaran atau akankan seseorang yang berbicara sesuai dengan ajaran ini menemukan alasan untuk mengecam saya?
'Anda benar, kepala desa, dengan menjelaskan secara demikian, dia adalah orang yang berbicara sesuai dengan kata-kataKu dan tidak salah dalam menggambarkannya. Anda telah menjawab sesuai dengan ajaran ini dan seseorang yang berbicara sesuai dengan ajaran ini tidak akan menemukan alasan untuk mengecam anda.
'Untuk itulah, kepala desa, emas, perak, dan uang tidaklah layak bagi para bhikkhu keturunan putra-putra Pangeran Sakya. Merekapun tidak menyetujui emas, perak atau uang, juga tidak menerima emas, perak dan uang. Mereka semua telah melepaskan kepemilikan terhadap emas dan permata dan juga tanpa uang
'Kepala desa, untuk siapapun emas, perak dan uang jika diperbolehkan maka baginya kelima kenikmatan indria dapat diperolehnya. Bagi siapapun kelima kenikmatan indria diperbolehkannya maka anda dapat memastikan', Dia tidak memiliki sifat bawaan seorang bhikkhu, dia tidak memiliki sifat bawaan dari putra seorang Pangeran Sakya.
'Kepala desa, inilah yang benar-benar Kukatakan, 'Seorang bhikkhu yang membutuhkan rumput, rumput dapat dicarinya. Bagi bhikkhu yang membutuhkan kayu, kayu dapat dicarinya. Bagi bhikkhu yang membutuhkan kereta, kereta dapat dicarinya. Tetapi kepala desa, saya juga katakan. Tidak dalam cara apapun emas, perak atau uang dapat diterima atau dicari.
Kutipan berikut diambil dari akhir Upakkilesa Sutta (Aòguttara Nikäya, buku ke-4, Rohitassa Vagga, Sutta no.10) menunjukkan bahwa penerimaan uang hanya menuju pada keberlanjutan kelahiran.
'Ternoda oleh nafsu badaniah, kemarahan dan terbutakan oleh kegelapan batin, beberapa bhikkhu dan brähmaêa menikmati kenikmatan kesenangan indriawi. Bhikkhu-bhikkhu bodoh dan brähmaêa tersebut meminum alkohol, terlibat hubungan seksual, menerima emas, perak dan uang dan mendapatkan kebutuhan mereka dengan penghidupan yang salah. Semua ini dikatakan pengkorupsi oleh Sang Buddha yang bercahaya bagaikan matahari.
Para bhikkhu dan brähmaêa yang terkorupsi oleh perubahan ini tidaklah murni, terkotorkan, tidak berkobar atau bercahaya. Tetapi malahan kebingungan, terbutakan, menjadi budak nafsu dan penuh dengan keserakahan. Mereka menambah ukuran kuburan dengan mengalami kelahiran lagi dan lagi.
Dalam Sutta ini Sang Buddha mengutip penerimaan uang sebagai kegemaran dalam pemuasan nafsu indria. Dalam Dhammacakkappavattana Sutta dengan jelas Sang Buddha memberi instruksi; 'Kedua jalan ekstrim ini bhikkhu, seharusnya dihindari oleh mereka yang meninggalkan kehidupan perumah tangga. Apakah kedua itu? Menggemari kesenangan indria yang mana rendah, cara perumah tangga, cara orang-orang pada umumnya, cara mereka yang tidak tercerahkan serta tidak bermanfaat dan penyiksaan diri yang mana menyakitkan, cara bagi yang belum tercerahkan dan tidak membawa manfaat.
Dalam pengajaran ini bahkan seorang umat awam yang telah mencapai tingkat pencerahan Anägämï menjalankan sepuluh sila secara alami dan tidak menerima uang juga tidak menggunakannya.
Sebagai contoh seorang Anägämï Ghaèïkära tanpa menggunakan permata, emas, perak atau uang dan menghidupi dirinya dengan mengambil tanah yang terkikis dari tepi sungai dan membuatnya menjadi kendi-kendi. Kendi-kendi tersebut ia tinggalkan di sisi jalan dan siapapun yang menginginkannya dapat menukarnya dengan barang yang sesuai seperti sejumlah beras atau makanan dan boleh mengambil kendi tersebut. Dengan jalan ini Ghaèïkära menghidupi dirinya dan kedua orang tuanya yang buta. (Lihat Ghaèïkära Sutta dari Majjhima Nikäya)
Ini menunjukkan bagaimana uang merintangi jalan kesucian dan bagaimana mereka yang benar-benar suci tidak menggunakan uang. Kutipan-kutipan di atas semua membuktikan penerimaan uang oleh bhikkhu bukanlah kesalahan kecil dan dapat membuat seorang bhikkhu tidak mampu mencapai Nibbäna.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.msg378255
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #126 on: 23 March 2013, 09:37:37 PM »
ya saya sependapat, tapi jika seseorang mencari penghidupan adalah sulit untuk mendeteksi apakah hasilnya dipakai untuk diri sendiri atau diberikan kepada orang lain, dan lagi untuk jika hanya dibatasi untuk diri sendiri, maka ini akan berdampak pada kelonggaran lainnya, misalnya mencari penghidupan untuk diberikan kepada keluarga, kerabat, teman, dst. yg pada akhirnya membuat bhikkhu itu semakin jauh dari Dhamma.

Dan juga perlu diperhatikan bahwa Vinaya ditetapkan Sang Buddha selain sebagai bagian dari latihan kehidupan spiritual juga untuk melindungi bhikkhu tersebut dari bahaya, termasuk bahaya dipergunjingkan seperti ini.
saya setuju dengan kedua point di atas..

namun saya suka melihat sesuatu dari esensinya. kalo memang niatnya gak baik, selalu ada celah dari peraturan yang bisa dipakai untuk kenyamanan diri seperti bhikkhu2 perokok dan pemegang kartu kredit & rekening bank. dalam hal ini, apabila memang tidak melakukan pelanggaran vinaya dan niat & hasilnya adalah baik, saya gak melihat ada masalah...

mengenai melindungi dari pergunjingan orang, memang benar memegang vinaya secara strict bisa mengurangi kemungkinan digunjingkan orang. namun ada garis batas dari apa itu kepantasan dan ketidakpantasan. garis batas ini berbeda2 tergantung sudut pandang dan latar belakang masing2.

saya melihat ada atau tidaknya gunjingan itu tidak sepenuhnya tergantung dari sang bhikkhu, melainkan juga faktor luar. Sang Buddha pun tak lepas dari pergunjingan orang. selama sang bhikkhu memiliki niat yang baik dan pelaksanaannya tidak melanggar peraturan, saya pikir sang bhikkhu harus jalan terus pantang mundur...

"It is not new, O Atula! It has always been done from ancient times. They blame one who is silent, they blame one who speaks much, they blame one who speaks little. There is no one in this world who is not blamed.

There never has been, there never will be, nor is there now, anyone who is always blamed or always praised."

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #127 on: 23 March 2013, 10:24:35 PM »
saya setuju dengan kedua point di atas..

namun saya suka melihat sesuatu dari esensinya. kalo memang niatnya gak baik, selalu ada celah dari peraturan yang bisa dipakai untuk kenyamanan diri seperti bhikkhu2 perokok dan pemegang kartu kredit & rekening bank. dalam hal ini, apabila memang tidak melakukan pelanggaran vinaya dan niat & hasilnya adalah baik, saya gak melihat ada masalah...

mengenai melindungi dari pergunjingan orang, memang benar memegang vinaya secara strict bisa mengurangi kemungkinan digunjingkan orang. namun ada garis batas dari apa itu kepantasan dan ketidakpantasan. garis batas ini berbeda2 tergantung sudut pandang dan latar belakang masing2.

saya melihat ada atau tidaknya gunjingan itu tidak sepenuhnya tergantung dari sang bhikkhu, melainkan juga faktor luar. Sang Buddha pun tak lepas dari pergunjingan orang. selama sang bhikkhu memiliki niat yang baik dan pelaksanaannya tidak melanggar peraturan, saya pikir sang bhikkhu harus jalan terus pantang mundur...

"It is not new, O Atula! It has always been done from ancient times. They blame one who is silent, they blame one who speaks much, they blame one who speaks little. There is no one in this world who is not blamed.

There never has been, there never will be, nor is there now, anyone who is always blamed or always praised."



IMO, niat tidak menentukan di sini, seorang yg punya niat gak baik pun bisa taat vinaya, sebaliknya seorang yg niatnya baik pun bisa melanggar vinaya. jadi terlepas dari apa niatnya, yg tidak mungkin diketahui orang lain, adalah tindakannya yg terlihat.

jika seorang yg perbuatan yg lurus dipergunjingkan, biasanya gunjingan itu tidak akan bertahan lama dan akan memudar dan lenyap dengan sendirinya. hal inilah yg dialami oleh Sang Buddha.

Pada masa Sang Buddha, aturan vinaya ditetapkan biasanya setelah adanya kritikan dari umat. Tentu saja pada Sang Buddha dulu belum pernah terjadi ada bhikkhu yg melelang dirinya, yang kalau ada, saya berspekulasi bahwa Sang Buddha akan menetapkan larangan pelelangan diri. kehidupan para bhikkhu/bhikkhuni sepenuhnya bergantung dari dana umat, dan umat suka melihat para bhikkhu/bhikkhuni yang memiliki moralitas yang baik serta sesuai aturan-aturan vinaya. bagi para bhikkhu/bhikkhuni yang taat vinaya, saya pun yakin bahwa umat akan gembira menanam jasa di lahan yg subur itu. Dan dengan demikian, para bhikkhu/bhikkhuni tidak perlu sampai harus melelang dirinya.

Jadi

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #128 on: 23 March 2013, 11:49:41 PM »
saya setuju dengan kedua point di atas..

namun saya suka melihat sesuatu dari esensinya. kalo memang niatnya gak baik, selalu ada celah dari peraturan yang bisa dipakai untuk kenyamanan diri seperti bhikkhu2 perokok dan pemegang kartu kredit & rekening bank. dalam hal ini, apabila memang tidak melakukan pelanggaran vinaya dan niat & hasilnya adalah baik, saya gak melihat ada masalah...

mengenai melindungi dari pergunjingan orang, memang benar memegang vinaya secara strict bisa mengurangi kemungkinan digunjingkan orang. namun ada garis batas dari apa itu kepantasan dan ketidakpantasan. garis batas ini berbeda2 tergantung sudut pandang dan latar belakang masing2.

saya melihat ada atau tidaknya gunjingan itu tidak sepenuhnya tergantung dari sang bhikkhu, melainkan juga faktor luar. Sang Buddha pun tak lepas dari pergunjingan orang. selama sang bhikkhu memiliki niat yang baik dan pelaksanaannya tidak melanggar peraturan, saya pikir sang bhikkhu harus jalan terus pantang mundur...

"It is not new, O Atula! It has always been done from ancient times. They blame one who is silent, they blame one who speaks much, they blame one who speaks little. There is no one in this world who is not blamed.

There never has been, there never will be, nor is there now, anyone who is always blamed or always praised."


jadi AB disini ga melanggar ya?

kalau ada vinaya gini menyebutkan :
 2. Meṇḍaka-sikkhāpada: terjemahannya telah diberikan di atas. Tidak ada tambahan informasi mengenai perijinan ini di kitab komentar. Semua yang harus dikatakan tentang hal ini dijelaskan dalam kitab komentar pada bagian Rāja-sikkhāpada. Baris terkahir dari perijinan ini layak untuk di ingat sebagai rangkuman dari semua peraturan mengenai uang: “Para bhikkhu, tidak dengan alasan apapun juga Saya mengijinkan uang untuk diterima atau dicari.”

trus :
Quote
Telah ditunjukkan [dalam peraturan] di atas bahwa tidaklah diperbolehkan untuk menyebabkan diterimanya atau ditempatkannya uang untuk vihara ataupun yang lainnya. Dengan demikian, pendangan tersebut tidak sesuai dengan Vinaya.

Kitab komentar mengilustrasikan hal utama yang terlibat dalam peraturan-peraturan ini dalam sebuah cerita fiktif. Hal ini berkaitan dengan situasi di mana donor tidak memperdulikan penolakan dari bhikkhu dan meninggalkan uangnya di depan sang bhikkhu dan kemudian pergi. Hal ini memperlihatkan bahwa:

1.       Jika sang bhikkhu berkata, “Taruh di sini,’ maka itu termasuk pelanggaran Nissaggiya Pācittiya karena menerimanya.
2.       Jika sang bhikkhu ingin membeli sesuatu dan berkata, ‘Ambil ini,’ maka itu adalah pengaturan yang tidak diperbolehkan (jika dananya legal).
3.       Peraturan ini bagaikan berjalan pada seutas tali tambang, di mana sedikit salah ucapan saja akan mengakitbatkan terjadinyanya pelanggaran.

Ceritanya adalah sebagai berikut:

            Seandainya seseorang menaruh seratus atau seribu koin di depan kaki seorang bhikkhu dan berkata, “Ini untuk bhante” dan sang bhikkhu menlokanya dengan berkata, ‘Hal ini tidak diperbolehkan/dibenarkan,” tetapi orang tersebut menjawab, “Saya telah memberikannya kepada bhante” dan kemudian pergi.

            Kemudian, jika ada orang (umat) lain yang datang dan bertanya, “Bhante, ini apa?” Maka dia dapat diberitahu apa yang telah dikatakan oleh donor dan bhikkhu. Jika orang tersebut berkata, “Bhante, biar saya simpan supaya aman, beritahu saya sebuah tempat yang aman.” Maka, setelah menaiki sebuah gedung bertingkat tujuh, sang bhikkhu dapat mengatakan, ‘Ini tempat yang aman’ tetapi dia tidak boleh berkata, ‘Taruh di sini.’ Hanya dengan mengatakan demikian saja, uang itu bisa menjadi legal atau tidak legal (dalam kitab sub-komentar Vimativinodana dikatakan: Jika sang bhikkhu berkata, ‘Taruh di sini,’ itu artinya adalah menerima uang tersebut dan termasuk pelanggaran Nissaggiya Pācittiya). Kemudian, sang bhikkhu dapat menutup pintu dan menguncinya.

            Jika suatu saat seorang pedagang datang dengan membawa barang dagangannya seperti mangkuk dan jubah bhikkhu dan berkata, “Ambil ini bhante,” kemudian bhikkhu tersebut dapat berkata, ‘Teman, saya membutuhkan ini dan ada  dana untuk mendapatkanya, tetapi sekarang di sini tidak ada kappiya.’ Dan jika pedagang tersebut berkata, “Saya akan menjadi kappiya bhante, buka pintunya dan berikan pada saya.” Kemudian, setelah membuka pintunya, sang bhikkhu harus berkata, ‘Dananya ditaruh di ruangan ini,’ dia tidak boleh berkata, ‘Ambil ini.’ Maka, tergantung pada apa yang diucapkannya, hal itu menjadi seseuatu yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Kemudian, jika pedagang tersebut mengambil koin-koin tersebut dan memberikan kebutuhan bhikkhu yang diperbolehkan kepada sang bhikkhu, maka hal itu diperbolehkan. Jika pedagang tersebut mengambil koinnya terlalu banyak, maka sang bhikkhu dapat berkata, ‘Saya tidak jadi mengambil barang daganganmu, silakan pergi!’
« Last Edit: 23 March 2013, 11:52:29 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #129 on: 24 March 2013, 10:58:15 AM »
IMO, niat tidak menentukan di sini, seorang yg punya niat gak baik pun bisa taat vinaya, sebaliknya seorang yg niatnya baik pun bisa melanggar vinaya. jadi terlepas dari apa niatnya, yg tidak mungkin diketahui orang lain, adalah tindakannya yg terlihat.
komplitnya sih niat, cara dan hasilnya baik. batasan mengenai cara tentunya adalah vinaya.
kalau tidak melanggar vinaya, ya gak masalah.

jika seorang yg perbuatan yg lurus dipergunjingkan, biasanya gunjingan itu tidak akan bertahan lama dan akan memudar dan lenyap dengan sendirinya. hal inilah yg dialami oleh Sang Buddha.

Pada masa Sang Buddha, aturan vinaya ditetapkan biasanya setelah adanya kritikan dari umat. Tentu saja pada Sang Buddha dulu belum pernah terjadi ada bhikkhu yg melelang dirinya, yang kalau ada, saya berspekulasi bahwa Sang Buddha akan menetapkan larangan pelelangan diri. kehidupan para bhikkhu/bhikkhuni sepenuhnya bergantung dari dana umat, dan umat suka melihat para bhikkhu/bhikkhuni yang memiliki moralitas yang baik serta sesuai aturan-aturan vinaya. bagi para bhikkhu/bhikkhuni yang taat vinaya, saya pun yakin bahwa umat akan gembira menanam jasa di lahan yg subur itu. Dan dengan demikian, para bhikkhu/bhikkhuni tidak perlu sampai harus melelang dirinya.

Jadi
dalam cerita2 ya tentunya selalu keliatan ideal, hitam putih.
saya menilai dunia ini tidak ideal, tidak hitam putih.

idealnya pejabat yang lurus, tidak kkn itu seharusnya karirnya lancar. kenyataannya mungkin karirnya gak naik2, kalau gak dipecat.
idealnya yang taat vinaya maka dana mengalir lancar. kenyataannya mungkin yang difavoritkan umat adalah yang lucu, gaul dan pinter ngomong.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #130 on: 24 March 2013, 11:02:38 AM »
jadi AB disini ga melanggar ya?

kalau ada vinaya gini menyebutkan :
 2. Meṇḍaka-sikkhāpada: terjemahannya telah diberikan di atas. Tidak ada tambahan informasi mengenai perijinan ini di kitab komentar. Semua yang harus dikatakan tentang hal ini dijelaskan dalam kitab komentar pada bagian Rāja-sikkhāpada. Baris terkahir dari perijinan ini layak untuk di ingat sebagai rangkuman dari semua peraturan mengenai uang: “Para bhikkhu, tidak dengan alasan apapun juga Saya mengijinkan uang untuk diterima atau dicari.”

yang seperti ini gampang dikilahkan atau disiasati. duitnya bisa diterima pejabat yayasan. duitnya dicari oleh yayasan. acaranya diiklankan umat awam. semuanya diatur oleh pihak ketiga. bhikkhu hanya menerima undangan, dan datang memenuhi undangan. tidak ada yang dilanggar.

sekali lagi, peraturan itu gampang dicari celahnya. yang penting itu adalah esensinya, apakah perbuatan itu didasarkan dan dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, memperkaya diri sendiri, kenyamanan diri sendiri ataukah untuk kepentingan yang lebih mulia...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #131 on: 24 March 2013, 11:14:47 AM »
yang seperti ini gampang dikilahkan atau disiasati. duitnya bisa diterima pejabat yayasan. duitnya dicari oleh yayasan. acaranya diiklankan umat awam. semuanya diatur oleh pihak ketiga. bhikkhu hanya menerima undangan, dan datang memenuhi undangan. tidak ada yang dilanggar.

sekali lagi, peraturan itu gampang dicari celahnya. yang penting itu adalah esensinya, apakah perbuatan itu didasarkan dan dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, memperkaya diri sendiri, kenyamanan diri sendiri ataukah untuk kepentingan yang lebih mulia...

Jadi kalau demi kepentingan mulia boleh lah melanggar, betul begitu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #132 on: 24 March 2013, 11:57:43 AM »
Jadi kalau demi kepentingan mulia boleh lah melanggar, betul begitu?
di sini tidak ada yang dilanggar.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #133 on: 24 March 2013, 01:20:47 PM »
idealnya yang taat vinaya maka dana mengalir lancar. kenyataannya mungkin yang difavoritkan umat adalah yang lucu, gaul dan pinter ngomong.

lama kelamaan menjurus ke pelawak atau badut  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: AJAHN BRAHM kontroversi
« Reply #134 on: 24 March 2013, 01:22:45 PM »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

 

anything