Tadinya kepikiran tidak memperpnjang topik ini lagi, hehe, tapi ternyata malah banyak yang memberikan pendapat2 yang luar biasa. Terima kasih...
Ohya, hanya mau menyampaikan sedikit analogi yang moga2 bermanfaat yg berkaitan dengan "membebaskan semua makhluk" (maaf utk bro markos, hanya bermaksud punya gambaran yang menyeluruh saja, minimal menambah wawasan yang moga2 bermanfaat). Pertama2, seperti yang pernah saya kutip, tidak ada kata2 ataupun ucapan Buddha yang tidak bertujuan menghindarkan kita dari dukkha dan membawa kita ke kebahagiaan. Kita juga perlu menyadari bahwa ucapan Buddha adalah sedemikian luar biasanya sehingga orang2 yang mendengarkan kata2 yang sama akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kecenderungan dan kapasitasnya masing2. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan Buddha sendiri, misalnya bagaimana dengan pembabaran dhamma yang sama, pendengar yang berbeda2 mendapatkan hasil yang sama ataupun berbeda, misal ada yang mencapai Sotapanna, ada yang Sakadagami, Anagami, maupun Arahat. Ada yang mendengar kedua kali atau lebih baru mencapai Arahat, dll. Itulah salah satu contoh kualitas Buddha yang luar biasa, yang sebenarnya di luar pemahaman kita yang masih sangat terbatas (mungkin pemahaman saya saja yang terbatas, beda dgn teman2).
Klo boleh saya share pengalaman pribadi (mohon maaf sebelumnya klo ada yang tidak sependapat), kita klo membahas ajaran Buddha hanya berdasarkan logika saja toh, tanpa mengaitkannya dengan batin kita, hal itu tidak akan membawa banyak manfaat. Kita sebaiknya mengaitkannya dengan batin kita, dengan pengalaman kita sendiri, menganalisanya, baru kita akan mendapatkan manfaat yang besar, minimal akan ada kemajuan dalam diri kita.
Sekarang, ttg membebaskan semua makhluk, ada hal yang mirip dengan itu dalam dana paramita. Secara kasar, bisa kita katakan dana paramita adalah kesempurnaan dalam dana (saya tidak tahu apakah ada definisi lain yang berbeda, tapi sementara kita pake ini dulu). Guru besar Shantideva (klo saya tidak salah ingat dalam karya beliau yang berjudul Bodhicaryavata) mengatakan bahwa Kesempurnaan dana tidak dicapai dengan membebaskan semua makhluk dari kemiskinan, bila demikian maka Buddha masih belum mencapai kesempurnaan dana, adalah suatu kenyataan bahwa masih banyak orang miskin di dunia dari zaman dulu sampai sekarang. Dana adalah kehendak untuk memberi. Nah, kemudian mungkin timbul pemikiran klo gitu, kehendak saja sudah cukup toh? Hal ini hanya menggambarkan kualitas generosity/dana kita yang perlu dipertanyakan. Bila kita benar2 mempunyai kehendak untuk memberi bahkan pada saat kita tidak punya sesuatu untuk diberi, maka pasti pada saat kita punya barang/hal tersebut kita akan memberi dengan senang hati. Masih banyak hal yang bisa dibicarakan ttg dana, namum kita tidak khusus membahas ttg dana, jd tidak akan diperpanjang. Namun, anologi inilah yang saya maksudkan dengan membebaskan semua makhluk dengan kesempurnaan aspirasi membebaskan semua makhluk.
Tapi, sekarang kembali ke diri kita sendiri, yang jelas membebaskan diri sendiri saja kita masih kacau balau (mungkin hanya saya sendiri yang dalam posisi menyedihkan ini), apalagi membebaskan orang lain, masih jauh, sangat jauh. Kita harus mengembangkan diri sendiri dulu diposisi yang pantas, bagaimana kita dapat membantu orang yang sama2 tenggelam dlm lumpur sampai leher seperti kita, selain kita keluar dulu dari lumpur itu. Bahkan dlm pesawat saja pramugari memperingatkan agar dalam keadaan darurat, kita memasang alat keselamatn ke diri kita dulu sebelum ke anak atau orng tua. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita mengembangkan aspirasi untuk menolong semakin banyak mungkin makhluk. Dan hal ini tentu saja terserah kepada masing2 dari kita cenderungnya punya aspirasi yang seperti apa, mungkin ada yang ingin memiliki kelahiran kembali yang lebih baik saja, mungkin ada yang ingin bebas dari samsara, mungkin ada yang ingin mencapai Arahat, mungkin ada yang ingin menjadi Buddha yang sempurna, yah terserah kepada pribadi masing2 cenderung ke apa, tidak ada yang menwajibkan kita. Namun apapun yang kita pilih, sebaiknya kita mempelajari, merenungkan dan memeditasikan/mempraktikkan hal2 yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kita tidak akan mencapai apa2 bila hanya mempelajari dhamma seperti menonton film, tidak mengaitkan dengan diri kita sendiri. Hanya pada saat mulai dikaitkan dengan diri kitalah baru dhamma akan mulai membawa manfaatnya dalam diri kita. Saya mengatakan hal ini adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri, karena saya tidak ada kualitas apapun utk mengajari yang lain.
Terima kasih