OK, saya hargai kalau ada orang beriman pada Abhidhamma, tapi kalau memang sudah final dalam berpendapat bahwa Abhidhamma asli diajarkan Buddha terlepas dari bukti-bukti yang ada, sebaiknya tidak perlu repot-repot mengikuti diskusi yang berdasarkan penyelidikan karena hanya buang waktu. Jika mau ikut menyelidik, singkirkan asumsi, kita bahas yang objektif.
Ini fakta tentang Abhidhamma.
Ditinjau dari Abhidhamma Pitaka sendiri, isi dari Abhidhamma tidak ada menjelaskan apapun tentang siapa yang mengajarkan, kepada siapa, di mana, konteksnya apa, latar belakangnya apa. Sejauh yang saya lihat, isinya seperti catatan statistik, seringkali tidak ada penjelasan apa-apa sama sekali.
Ditinjau dari sutta-vinaya, walaupun istilah "Abhidhamma" kadang muncul (dan hampir semuanya dipasangkan dengan "Abhivinaya"), namun tidak pernah ada penjelasan atau rujukan tentang apa yang dimaksud. Yang paling masuk akal adalah dalam MN 103. Kintisutta, yang merujuk pada 37 bodhipakkhiya dhamma, bukan bahasan "citta, cetasika, rupa, dan Nibbana" sebagaimana di Abhidhamma Pitaka.
Ditinjau dari sejarah, seperti sudah panjang lebar didiskusikan, Abhidhamma muncul belakangan, sekitar setelah konsili II dan sebelum konsili III. Menyelidiki sekte-sekte awal lainnya, didapati sutta/agama - vinaya memiliki sangat banyak kemiripan isi dan makna, bahkan struktur pembagiannya. Sedangkan Abhidharma antara sekte memiliki konsep berlainan.
Berdasarkan fakta ini, secara logika tidak mungkin disusun kerangka berpikir "Yang dimaksud Abhidhamma adalah isi dari 7 buku Abhidhamma Pitaka, diajarkan oleh Buddha di Tavatimsa, merupakan karya awal, bukan karya belakangan".
Jadi balik lagi, saran saya, yang juga berdasarkan Abhidhamma, tidak perlu menyelidik, sebab saddha* adalah sobhanasadharana cetasika, dan ketika ada kegoyahan maka upekkhasahagatam uddhaccasampayutam mohamulacitta muncul, akusala tuh.
Saddhā/Sraddhā: srat (keyakinan) + dhā (menetapkan).
Menurut Atthasālinī, keyakinan ini eksklusif Buddhis.
Jika mendengar ajaran tentang Buddha, Dhamma, Sangha, dan yakin, maka itu adalah saddha.
Jika mendengar ajaran bukan Buddhism dan yakin, itu namanya pandangan salah/diṭṭhi.
-> Meyakini ajaran Buddha tentang paramattha dhamma = saddha; percaya penelitian sejarah = ditthi.