//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Sunya

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 57
16
secara pribadi, saya tidak ingin mengkomentari isi post.. tapi u/ bro sunya, terpikirkah oleh anda u/ bersosialisasi di sini ?
sekali2 main2 lah.. gak perlu post segala sesuatu yang semuanya serius.. bisa main di kafe jongkok dll..

Jika jujur, tujuan saya bergabung disini hanya berbagi pengetahuan spiritual. Sebagian anggota tidak mau menerima (sulit keluar dari kerangka berpikir dan keimanan selama ini), sikap mereka cenderung antipati bahkan (sepertinya tidak akan diakui) condong memusuhi.

Jujur lagi, forum ini (sudah pernah saya sampaikan kritiknya, pada topik Cesar Millan) terlalu eksklusif dan diskriminatif. Eksklusif dalam arti hanya mengakomodir bentuk kepercayaan tertentu, menghina atau merendahkan kepercayaan (agama) lain, dan sengaja menutup akses forum dari penganut agama yang bersangkutan (menghindari informasi dua arah, sifatnya sudah indoktrinasi atau cuci otak).
Diskriminatif; forum ini hanya mengakomodir aliran-aliran yang dipercayai/diyakini oleh (mungkin) pemilik forum, anti dialog, anti keragaman (pluralis). Bagi saya ini seperti sekelompok orang-orang yang kebetulan beragama Buddha saja, tapi tindakan dalam forum belum tentu mencerminkan sifat universal dan keterbukaan ajaran Buddha.

Mungkin itu, semoga bisa memberi efek positif ke forum, saya siap diberi reputasi minus lagi untuk tulisan di atas.

Terima kasih untuk bertanya (menjadi pemicu bagi saya untuk menjelaskan).

Salam.  _/\_

17
yang disebut "teman" , "sesama buddhist" "mahluk" tersebut tak lain dan tak lebih dari persepsi pikiran belaka. 

nb:
haiz....banyak amat org kek gini....

Setahu saya lebih banyak orang yang diskriminatif dan menyimpan ketidaksenangan dalam hati. Itu yang saya lihat dari beberapa pengguna forum ini, walau dapat dipastikan bahwa mereka akan menyanggahnya.

Bukan persepsi pikiran, tapi bentuk organisir dari ajaran dalam sebuah negara, yaitu agama. Semoga dipahami.  _/\_

18
Ketika anda memasukan artikel ini ke dalam sub forum Politik, ekonomi, Sosial dan budaya Umum , apakah anda tidak menggunakan persepsi? Mengapa anda tidak memasukannya ke dalam sub forum Lingkungan atau Kafe Jongkok ?

Persepsi forum, dimana penempatan sebuah artikel atau tulisan harus sesuai dengan sub-forum yang ada. Jika Anda punya pendapat pribadi tentang penempatan sebuah artikel, itu adalah hak Anda dan saya hargai. :)

Salam.  _/\_

19
anda enggak ya?? :jempol: deh

Yang disebut 'Anda' tersebut tak lain dan tak lebih dari persepsi pikiran belaka. :)

Jika seandainya ada sesuatu yang berdiri sendiri dan eksis secara independen, maka keliru dan gugurlah konsep anatta.

Melihat segala sesuatu apa adanya, melihat sesuatu tanpa dilandasi kemelekatan.

Semoga disadari dan terbebas dari ketidaktahuan.

Salam.  _/\_

20
Pikiran yang dilandasi kebencian selalu menanggapi segala sesuatu dengan kebencian. Teman bisa jadi musuh, sesama Buddhis pun bisa dicurigai. Menanggapi berita netral, sikap provokatif dan semangat sektarian agama yang muncul. Sadari perspektif diri sendiri, tidak menyalahkan fenomena luar yang tidak memiliki inti hakiki. Segala fenomena netral, menjadi sesuatu ketika dipersepsikan. Melihat sesuatu dengan landasan kebencian, segala sesuatu akan jadi pemicu kebencian. Tidak banyak makhluk yang sadar, bahwa ia sedang bermain dengan persepsinya sendiri. :)

 _/\_

21
TAUNGGYI, Myanmar — After a ritual prayer atoning for past sins, Ashin Wirathu, a Buddhist monk with a rock-star following in Myanmar, sat before an overflowing crowd of thousands of devotees and launched into a rant against what he called “the enemy” — the country’s Muslim minority.
 “You can be full of kindness and love, but you cannot sleep next to a mad dog,” Ashin Wirathu said, referring to Muslims.



“I call them troublemakers, because they are troublemakers,” Ashin Wirathu told a reporter after his two-hour sermon. “I am proud to be called a radical Buddhist.”
 
 The world has grown accustomed to a gentle image of Buddhism defined by the self-effacing words of the Dalai Lama, the global popularity of Buddhist-inspired meditation and postcard-perfect scenes from Southeast Asia and beyond of crimson-robed, barefoot monks receiving alms from villagers at dawn.
 
 But over the past year, images of rampaging Burmese Buddhists carrying swords and the vituperative sermons of monks like Ashin Wirathu have underlined the rise of extreme Buddhism in Myanmar — and revealed a darker side of the country’s greater freedoms after decades of military rule. Buddhist lynch mobs have killed more than 200 Muslims and forced more than 150,000 people, mostly Muslims, from their homes.
 
 Ashin Wirathu denies any role in the riots. But his critics say that at the very least his anti-Muslim preaching is helping to inspire the violence.
 
 What began last year on the fringes of Burmese society has grown into a nationwide movement whose agenda now includes boycotts of Muslim-made goods. Its message is spreading through regular sermons across the country that draw thousands of people and through widely distributed DVDs of those talks. Buddhist monasteries associated with the movement are also opening community centers and a Sunday school program for 60,000 Buddhist children nationwide.
 
 The hate-filled speeches and violence have endangered Myanmar’s path to democracy, raising questions about the government’s ability to keep the country’s towns and cities safe and its willingness to krack down or prosecute Buddhists in a Buddhist-majority country. The killings have also reverberated in Muslim countries across the region, tarnishing what was almost universally seen abroad as a remarkable and rare peaceful transition from military rule to democracy. In May, the Indonesian authorities foiled what they said was a plot to bomb the Myanmar Embassy in Jakarta in retaliation for the assaults on Muslims.
 
 Ashin Wirathu, the spiritual leader of the radical movement, skates a thin line between free speech and incitement, taking advantage of loosened restrictions on expression during a fragile time of transition. He was himself jailed for eight years by the now-defunct military junta for inciting hatred. Last year, as part of a release of hundreds of political prisoners, he was freed.
 
 In his recent sermon, he described the reported massacre of schoolchildren and other Muslim inhabitants in the central city of Meiktila in March, documented by a human rights group, as a show of strength.
 
 “If we are weak,” he said, “our land will become Muslim.”
 
 Buddhism would seem to have a secure place in Myanmar. Nine in 10 people are Buddhist, as are nearly all the top leaders in the business world, the government, the military and the police. Estimates of the Muslim minority range from 4 percent to 8 percent of Myanmar’s roughly 55 million people while the rest are mostly Christian or Hindu.
 
 But Ashin Wirathu, who describes himself as a nationalist, says Buddhism is under siege by Muslims who are having more children than Buddhists and buying up Buddhist-owned land. In part, he is tapping into historical grievances that date from British colonial days when Indians, many of them Muslims, were brought into the country as civil servants and soldiers.
 
 The muscular and nationalist messages he has spread have alarmed Buddhists in other countries.
 
 The Dalai Lama, after the riots in March, said killing in the name of religion was “unthinkable” and urged Myanmar’s Buddhists to contemplate the face of the Buddha for guidance.

http://www.kaskus.co.id/thread/51c597e9e374b4ef5500000a/biksu-wirathu-sebut-muslim-sebagai-anjing-gila
http://www.nytimes.com/2013/06/21/world/asia/extremism-rises-among-myanmar-buddhists-wary-of-muslim-minority.html?src=me&_r=1&
 

22
Tampaknya sudah tidak perlu diteruskan. Pandai berdebat tidak benar-benar membuat seseorang menjadi pintar dan bijaksana. :)

Salam bahagia untuk semua, semoga memang tidak ada kebencian terhadap makhluk lain seperti yang dinyatakan secara jujur oleh mereka.

Salam cinta kasih, terhadap Buddhis, Muslim, Kristiani, dan semua makhluk yang terlihat dan tak terlihat.  _/\_

23
baru dapat -2 udah merengek, sungguh dewasa pemikiran seseorang Master

Kepandaian Anda seharusnya diarahkan pada hal-hal yang baik, daripada membuat asumsi-asumsi yang tidak perlu. Salam.  _/\_

24
ga salah seh... cuma klo bisa caranya bener...dan klo bisa dptkan buah yg terbesar....

Benar bagi mereka sesuai ajaran mereka. Benar bagi Anda sesuai ajaran Anda. Apa yang mau dipertentangkan? Masing-masing punya keyakinan sendiri. :) Salam diversitas dan pluralisme untuk Anda.  _/\_

25
cari pahala waktu orangnya udah mati..saat orangnya belom mati...di cuekin..di siksa..di perkosa...tampaknya ada yg aneh deh...

Generalisir dan kebencian bukan sebuah hal yang baik. Orang yang terus mengingat keburukan orang lain, serta mengabaikan kebaikannya, maka selamanya ia berkubang dalam kebencian.  _/\_

26
Baru berkomentar begini diberi reputasi minus, sungguh dewasa pemikiran seseorang yang mengaku Buddhis. Terima kasih.  _/\_

27
maap Mr. positif..

anda membantu orang lain juga cari pahala ya, pantes sama... ^:)^

Maaf, saya bukan Mr. Positif.

Saya juga tidak membantu orang lain cari pahala atau cari apapun.

Semoga Anda berbahagia.  _/\_

28
Kebencian sudah di hati, melihat segala sesuatu selalu dari sudut pandang negatif. :)

Apa umat Buddha yang mencari karma baik juga salah? Mencapai nibbana untuk diri sendiri juga salah?  _/\_

29
Senin, 17/06/2013 12:02 WIB

Jakarta - Jenazah Marwah binti Hasan (57) dikuburkan di Jeddah, Arab Saudi. Dia menjadi korban kerusuhan saat pembuatan surat perjalanan laksana paspor (SPLP) di depan KJRI Jeddah. Sang anak, Khalifa, mengikhlaskan kepergian ibunya dan sepakat menguburkannya di Jeddah.

Marwah dikuburkan pada Kamis (13/6) lalu di pemakaman umum di Jeddah. Tapi, ada yang menarik dari proses penguburan itu. Dan hal yang menarik ini memang sudah menjadi kebiasaan di sana. Warga Saudi amat menghormati jenazah, karena mereka yakin akan mendapat pahala yang besar.

Dari proses penguburan Marwah, terlihat bagaimana warga Saudi begitu antusias. Mulai dari salat jenazah, ratusan jamaah di masjid ikut menyalati.

Kemudian, ketika tiba di pemakaman, ratusan orang sudah menyambut. Mereka kembali menyalatkan jasad TKI itu. Yang lebih mengagumkan, saat keranda jenazah digotong menuju ke liang lahat, seluruh orang yang ada di sana berebut menggotong.

"Ini memang kebiasaan di sini, cari pahala," terang Ahmad (32) warga Indonesia yang lama bermukim di sana.

Ratusan warga Saudi itu, sambil mengucap kalimat pujian kepada sang pencipta, bergantian menggotong keranda jenazah. Bahkan ada yang berlari mengejar iring-iringan dan memaksakan diri ingin menggotong.

Mereka tak kenal dengan siapa yang dikubur itu. Tapi, seperti biasa menurut Ahmad, warga Saudi memang biasa menunggu di tempat pemakaman. detikcom sempat melihat ratusan warga Saudi mulai dari remaja hingga orang tua yang juga berdoa bersama di lokasi penguburan.

Sayangnya tak boleh ada yang mengambil gambar di lokasi. "Di sini dilarang foto," bisik Ahmad.

Yang menarik, ratusan jamaah ini bukan orang biasa. Setelah selesai penguburan mereka pulang kembali ke mobil mereka. Mobil yang mereka naiki tidak sembarangan, mulai Mercedes-Benz terbaru, Fortuner, hingga SUV GMC.

"Dahulu, waktu tragedi Mina, banyak orang meninggal. Tapi semua warga Saudi di sini, berebut menggotong dan menguburkan jenazah," cerita Ahmad.

Selama ini, kisah di Saudi hanya soal kekerasan TKI dan perilaku majikan yang kejam. Tapi di sisi lain, ada juga kisah warga Saudi yang memuliakan sesama manusia hingga ke liang lahat.

http://news.detik.com/read/2013/06/17/120231/2275376/10/kisah-warga-saudi-berebut-menggotong-jenazah-tki-di-jeddah?991101mainnews

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 57
anything