Tapi alasan kenapa bodhisatta tidak mencapai tingkat kesucian (Sotapanna, Sakadagami, Angami atau bahkan Arahat) dikarenakan dengan mencapai tingkat kesucian maka penyempurnaan 10 parami tidak akan terealisasi. Hal ini disebabkan pencapaian tingkat kesucian menyebabkan tidak akan terlahir di alam 4 rendah. Padahal, dikatakan, tempat paling baik menyempurnakan parami adalah di alam-alam penuh penderitaan.
Itu hanya sedikit yang kuketahui... mohon koreksi bila keliru...
coba saya koreksi ya... jika ternyata salah, mohon koreksi lagi...
tempat paling baik menyempurnakan parami apakah di alam penuh penderitaan ? Setahu pengetahuan saya tentang JATAKA, bodhisatta tidak pernah terlahir di alam peta, alam asura ataupun alam niraya (neraka), paling bawah hanya alam binatang (tirachanna). CMIIW...
Share sedikit info yg pernah didapet
Setelah mendapatkan Niyata-Vivarana (pengukuhan sebagai seorang Bodhisatta oleh seorang Samma Sambuddha), seorang Bodhisatta mendapatkan lima keuntungan, yaitu:
1. Ia tidak akan terlahir cacat
2. Ia tak akan terlahir di Neraka
3. Bila terlahir sebagai hewan, ukurannya tak akan lebih besar daripada seekor gajah, dan tak akan lebih kecil dari ukuran burung puyuh.
4. Bila terlahir di alam peta, ia hanya akan terlahir sebagai paradatu-pajivika peta, yaitu peta yang dapat menerima pemberian dari sembahyang dan sebagainya.
5. Ia tak akan terlahir sebagai wanita atau waria.
Sedangkan mengenai kelahiran dalam alam apaya, misalnya terlahir sebagai seekor merak berwarna keemasan seperti dalam Mora Jataka, dapat dilihat sebabnya dalam potongan cerita di bawah ini:
"Raja," jawab sang burung, "ada sebuah alasan yang sangat bagus untuk warna keemasanku. Di waktu yang lalu, saya menjalankan sebuah kerajaan yang memimpin atas dunia, bertahta tepat di kota ini; saya menjalankan Lima Sila, dan membuat semua orang di dunia melakukan hal yang sama. Karena itu saya terlahir kembali setelah meninggal di Alam surga tiga-puluh-tiga dewa (ed. Tavatimsa Bhumi); di sana aku hidup hingga batas usiaku, tetapi dikelahiran berikutnya saya menjadi seekor merak sebagai konsekuensi beberapa akibat perbuatan buruk; bagaimanapun, saya menjadi keemasan karena dulu saya pernah memegang teguh sila."Dan jika saya tidak salah, dalam penyempurnaan parami-adhitthana(tekad) termuat dalam jataka ketika Bodhisatta terlahir sebagai seekor burung puyuh (ada parittanya dalam buku paritta keluaran STI)
Menurut saya cukup jelas kiranya, bahwa kelahiran di alam rendah, bisa terjadi karena penyempurnaan parami, dan juga karena adanya perbuatan salah yg berbuah dalam bentuk kelahiran di alam rendah.
CMIIW
mettacittena