//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MARRIED VS KARMA  (Read 6146 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline KOVIDKO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
MARRIED VS KARMA
« on: 23 December 2008, 10:04:25 PM »
 _/\_NAMO BUDDHAYA,..

Saya ingin Pencerahannya dari temen2 seDhamma,
tentang Married dan karma, yaitu :
case 1.
Sang BUDDHA selama dalam kehidupan yg lalu selama ber-ratus2 tahun selalu tetap berpasangan dgn
Yasodhara. dan kadang mengapa terjadi pasangan yg sudah menikah terjadi perceraian dan apakah nanti pasangan yg terjadi perceraian akan
berpasangan kembali di kehidupan yg akan datang.  :o :o

case ke 2.

dan juga bgmana jika pasangan yg memiliki PIL atau WIL,  apakah mereka karmanya tetap harus menjadi yg ke 2 ? :o :o


 _/\_ ^:)^ ^:)^ ^:)^

Offline Equator

  • Sebelumnya: Herdiboy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.271
  • Reputasi: 41
  • Gender: Male
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #1 on: 24 December 2008, 07:59:47 AM »
Case 1 : Dalam kasus tsb, mereka berdua bisa terus bersama adalah karena telah bertekad sebelumnya

Case 2 : Hidup itu tidaklah pasti, kehidupan orang yang satu akan bersinggungan dengan kehidupan orang laen, saat itu jikalau terjadi kecocokan dan usaha, maka akan terbuka peluang untuk berjodoh
Maka tak heran jikalau ada yang pasangan hidupnya bisa lebih dari satu (tapi ini tak disarankan oleh umat Buddha yang menganut azas pernikahan monogami)
Hati2lah dalam bertekad akan sesuatu, misalnya kasus bayi lahir dempet, itukan bisa saja mereka berdua dulunya mengikat tekad untuk selalu lengket terus, nah jadi deh mereka dempetan saat terlahir lagi..
Jadi banyak motivasi yang melatarbelakangi terjadinya itu..


Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

Offline Anestan

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.830
  • Reputasi: 106
  • Gender: Male
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #2 on: 24 December 2008, 08:09:38 AM »
IMO
case 1. itu berkat addithana (tekad) yang kuat, seseorang bisa berpasangan kembali.. kan ada sabda sang buddha yang menyebutkan bahwa pasangan akan selalu bersama di kehidupan yang akan datang dengan mempunyai, samma saddha,sila,caga,panna. dan juga karena ikatan karma tentunya.
case 2. saya pernah denger dhammadesana, perbuatan bermakna ganda. misal kita melakukan perbuatan buruk, berariti kita menanam kamma buruk dan seseorang yang kena perbuatan buruk kita, berarti dia menerima akibat dari kamma buruk dia juga...begitu juga dengan perbuatan baik...

CMIIW _/\_

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #3 on: 24 December 2008, 08:10:21 AM »
Bagaimana Dapat Bersatu Lagi di Kehidupan Mendatang?

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa(3X)

Dhammacārī sukhaṁ seti, asmiṁ loke paramhi ca’ti

Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma, maka akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

(Dhammapada 169)

Segala sesuatu yang kita perjuangkan di dunia ini, yang kita kerjakan dan yang kita lakukan, bila sudah memberikan hasil, maka dari hasil itu pula jika bisa dinikmati dengan sepenuhnya, akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Hampir semua orang bila apa yang dikerjakan, apa yang diperjuangkan dan apa yang dilakukan bila sudah mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan kesuksesan, maka diharapkan terus-menerus berjalan/ berlanjut. Benarkah demikian? Coba saja kita perhatikan ketika kita memulai membuka sebuah usaha misal usaha berdagang/berjualan apa saja, bila sudah berhasil/ sukses pasti menginginkan di waktu berikutnya demikian. Demikian juga terhadap bidang lainnya. Tidak itu saja sampai kehidupan rumah tangga suami-istri pun bila merasa cocok, serasi, sepadan, seucap dan sekata, maka diharapkan sampai usia tua tetap selalu berkumpul berdua.

Jadi, segala sesuatu yang kita nikmati atau yang kita miliki ingin selalu bersama kita seperti halnya anak-anak dan orangtua (suami-istri) selalu hidup bersama. Sebagian orang yang belum mengerti Dhamma banyak yang berpikir dan mereka mengharapkan bagaimana agar kehidupan suami-istri itu bisa berlanjut di kemudian hari/sesudah kita meninggal nanti. Hal ini sesungguhnya tidak asing lagi jika kita mengerti Dhamma bahwa dalam ajaran Sang Buddha kita tidak saja bisa ketemu/berjodoh dalam kehidupan sekarang, tetapi juga pada kehidupan yang akan datang setelah kita meninggal (pada kelahiran yang baru). Sebagai contohnya adalah Guru Agung kita Sang Buddha, dikisahkan bahwa sebanyak 500 kali kelahiran selalu hidup berpasangan dengan istrinya yang dalam kehidupan sekarang; yaitu Yasodhara.

Inginkah bapak/ibu bersatu kembali dalam kehidupan yang akan datang dengan pasangan bapak/ibu? Kalau ingin, ikutilah kisah berikut:

”Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di antara penduduk Bhagga, dekat Sungsumaragiri, di taman Rusa di Hutan Bhesakala. Suatu pagi Sang Buddha berpakaian, mengambil jubah atas dan mangkuk-Nya, lalu pergi ke tempat tinggal perumah tangga Nakulapita. Setelah tiba di sana, Beliau duduk di tempat yang telah disediakan. Perumah tangga Nakulapita dan istrinya, Nakulamata mendekati Sang Buddha. Setelah memberi hormat, mereka duduk di satu sisi. Kemudian, perumah tangga Nakulapita berkata kepada Sang Buddha, ”Yang Mulia, sejak istri saya, Nakulamata yang masih muda, di bawa ke rumah saya yang pada waktu itu juga masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.”

Kemudian Nakulamata sang istri itu berkata kepada Sang Buddha, ”Yang Mulia, sejak saya yang pada waktu itu masih muda dibawa ke rumah suamiku Nakulapita yang masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia secara sadar sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.”

Kemudian Sang Buddha berkata demikian, ”Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.

Bila keduanya memiliki keyakinan dan kedermawanan,

Memiliki pengendalian diri, Menjalani kehidupan yang benar,

Mereka datang bersama sebagai suami dan istri,

Penuh cinta kasih satu sama lain.

Banyak berkah datang kepada mereka,

Mereka hidup bersama di dalam kebahagiaan,

Musuh-musuh mereka dibiarkan merana,


Bila keduanya setara moralitasnya.

Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini,

Setara dalam moralitas dan ketaatan,

Mereka bersuka cita di alam dewa setelah kematian,

Menikmati kebahagiaan yang melimpah.”

(Aṅguttara Nikāya V, 55)

Sedangkan syarat lainnya Sang Buddha juga menjelaskan di dalam Sigalovāda Sutta, ada lima kewajiban suami dan istri sebagai pedoman kehidupan rumah tangga yang baik. Dengan lima cara seorang istri diperlakukan dengan baik oleh suaminya, yaitu: perhatian, ramah-tamah, setia, menyerahkan kekuasaan tertentu kepadanya, dan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.

Demikian juga seorang istri memperlakukan suaminya dengan lima cara, yaitu: melakukan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya, berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua belah pihak, setia, menjaga barang-barang yang ia bawa, serta pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

(Sigalovāda Sutta, Dīgha Nikāya)

Demikianlah hal-hal yang harus dilakukan agar pada kelahiran mendatang anda dapat bertemu kembali sebagai pasangan suami istri yang cocok.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline pendekar kuning

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 250
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #4 on: 24 December 2008, 09:50:56 AM »
case 1 ; sama sadha
case 2 ; pengendalian diri
simple aja

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #5 on: 24 December 2008, 02:42:21 PM »
_/\_NAMO BUDDHAYA,..

Saya ingin Pencerahannya dari temen2 seDhamma,
tentang Married dan karma, yaitu :
case 1.
Sang BUDDHA selama dalam kehidupan yg lalu selama ber-ratus2 tahun selalu tetap berpasangan dgn
Yasodhara. dan kadang mengapa terjadi pasangan yg sudah menikah terjadi perceraian dan apakah nanti pasangan yg terjadi perceraian akan
berpasangan kembali di kehidupan yg akan datang.  :o :o

case ke 2.

dan juga bgmana jika pasangan yg memiliki PIL atau WIL,  apakah mereka karmanya tetap harus menjadi yg ke 2 ? :o :o


 _/\_ ^:)^ ^:)^ ^:)^

Kamma bukan hukum balas membalas, yg kalau saat ini mempunyai PIL, lalu di kehidupan mendatang menjadi WIL, dsbnya.....

Kamma akan menciptakan trend dalam batin kita.
Trend inilah yg membentuk kita akan menjadi mahluk spt apa.
Itu kenapa jika terbiasa mengembangkan lobha, akan mendorong terlahir ke alam Peta atau Asura, dsbnya

Misal pada case 1, pasangan sudah menikah, lalu bercerai : sudah jelas ini adalah action, dimana biasanya :
1. tidak mau saling mengalah (mana/kesombongan, dosa)
2. ada yg selingkuh (lobha)
dsbnya........

Mengenai Sidhattha dan YAsodara, sudah dijelaskan oleh rekan2 diatas, namun sy ingin menambahi walau itu adalah tekad/adhitthana, namun tetap tercampur dengan lobha/kemelekatan, yg membuat upadana
disinilah asas keadilannya Hukum Kamma.
Kemelekatan membuat terlahir di alam samsara dan adhitthana membuat tetap pada jalur bodhisatva

Niyama/hukum tertib selalu fair, adil dan tidak berat sebelah

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #6 on: 24 December 2008, 02:44:09 PM »
Saya senang bisa membaca uraian Pak Markos yang begitu jelas
Sering-sering yah Pak..

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #7 on: 24 December 2008, 02:49:40 PM »
 [at] Lokkhi :

kita semua hanya saling mengkondisikan......
krn ada yg bertanya, maka ada yg menjawab
yg bertanya mendapat manfaat, demikian juga yg menjawab

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua yah

Offline Jubah Emas

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 15
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #8 on: 24 December 2008, 05:24:31 PM »
Dalam usaha mencari dan membina pasangan hidup, selain selalu berusaha melaksanakan empat sikap di atas, hendaknya jangan melupakan adanya beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan. Hal ini apabila terpenuhi akan menjadi faktor tambahan yang akan lebih membahagiakan kehidupan berumah tangga. Terdapat empat faktor yang membuat rumah tangga lebih berbahagia. Empat hal tersebut telah diuraikan dalam Anguttara Nikaya II, 60 yaitu bahwa pasangan hendaknya memiliki kesamaan dalam Keyakinan (agama), Sila, Kedermawanan, dan Kebijaksanaan.

•   Kesamaan Keyakinan (agama)
Perbedaan agama sering dianggap kecil oleh para pasangan baru. Muda-mudi apabila diingatkan tentang hal ini pun seakan tidak percaya. Mereka meremehkan adanya kenyataan ini. Padahal, perbedaan agama sering sudah menjadi masalah pada saat pacaran. Setiap hari Minggu, pasangan menjadi sulit menentukan akan mengikuti kebaktian di tempat ibadah yang mana. Ke vihara atau ke tempat lain. Kadang mereka malah tidak pergi ke mana-mana. Lebih parah lagi, mungkin, mereka memilih satu agama yang sama sekali berbeda dengan agama yang telah mereka anut selama ini. Sikap ini menunjukkan bahwa sering agama hanya dijadikan sekedar pengisi kolom dalam KTP saja, bukan sebagai pedoman hidup yang penting untuk diikuti.

Begitu pula apabila hubungan akan dilanjutkan dalam ikatan perkawinan. Menentukan tempat pemberkahan pernikahan menjadi beban ekstra mereka. Setelah memiliki anak pun masalah ini masih terus berlanjut. Pasangan akan terus terlibat dalam diskusi berkepanjangan dan mungkin perdebatan sengit tentang pembinaan agama bagi keturunan mereka. Bahkan di ambang kematian pun masalah ini akan timbul. Ketika seseorang sedang sakit keras, maka sering dijumpai ada beberapa orang yang terus berusaha mengajak si sakit pindah ke agama tertentu. Hal ini kadang justru membingungkan si sakit dan juga keluarganya. Tidak jarang, setelah meninggal, masalah perbedaan agama ini masih terus mengejar. Keluarga akan terlibat diskusi seru tentang agama yang akan digunakan untuk upacara penyempurnaan jenazah, sekaligus memilih tempat pemakaman ataupun kremasi jenazah. Masalah ini masih dapat ditarik lebih panjang lagi. Namun, intinya: perbedaan agama dalam keluarga akan menambah masalah yang tidak perlu!

•   Kesamaan Kemoralan (sila)
Apabila agama telah sama yaitu Agama Buddha, maka hendaknya pasangan memiliki keserasian dalam tingkah laku. Pasangan hendaknya selalu berusaha bersama-sama melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis terdiri dari lima latihan kemoralan yaitu usaha untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan (Anguttara Nikaya III, 203). Pelaksanaan kelima latihan kemoralan ini akan banyak menghindarkan masalah dalam masyarakat dan rumah tangga. Dalam segala lapisan masyarakat, pelanggaran kelima latihan kemoralan ini akan dipandang sebagai kesalahan. Pelaksanaan kelima latihan kemoralan ini akan menjadikan seseorang diterima masyarakat dengan baik. Pelaksanaan latihan kemoralan ini dalam rumah tangga akan membebaskan seseorang dari rasa bersalah. Membuka wawasan komunikasi yang baik. Menghindarkan saling curiga dan was-was di antara pasangan.

•   Kesamaan Kedermawanan (caga)
Memiliki watak kedermawanan yang sama dimaksudkan agar masing-masing individu mengerti bahwa cinta sesungguhnya adalah memberi segalanya demi kebahagiaan orang yang kita cintai. Selama sikap ini masih belum tertanam baik-baik di pikiran setiap pasangan, masalah sebagai akibat tuntutan agar pasangan dapat memenuhi harapan kita akan selalu muncul.

•   Kesamaan Kebijaksanaan (pañña)
Kesamaan dalam kebijaksanaan diperlukan agar bila menghadapi masalah hidup, pasangan mempunyai wawasan yang sama. Wawasan yang sama akan mempercepat penyelesaian masalah. Perbedaan kebijaksanaan akan menghambat dan memboroskan waktu. Pasangan membutuhkan waktu lebih lama untuk adu argumentasi menyamakan sikap dan pola pikir terlebih dahulu sebelum memikirkan jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi. Kebijaksanaan yang dimaksud tentu yang sesuai dengan Buddha Dhamma.

Buddha Dhamma telah mengajarkan bahwa hidup ini berisikan ketidakpuasan. Penyebab adanya ketidakpuasan ini hanyalah karena keinginan sendiri yang tidak terkendali. Oleh karena itu, apabila seseorang dapat mengendalikan keinginannya maka ketidakpuasannya pun akan dapat segera diatasi. Lalu, akhirnya Dhamma memberikan jalan keluar untuk mengatasi dan mengendalikan keinginan. Dengan memiliki konsep berpikir seperti ini, maka tidak akan ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sesungguhnya, dengan melaksanakan hidup sesuai dengan Dhamma, kebahagiaan pasti akan dapat dirasakan.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #9 on: 24 December 2008, 05:34:17 PM »
_/\_NAMO BUDDHAYA,..

Saya ingin Pencerahannya dari temen2 seDhamma,
tentang Married dan karma, yaitu :
case 1.
Sang BUDDHA selama dalam kehidupan yg lalu selama ber-ratus2 tahun selalu tetap berpasangan dgn
Yasodhara. dan kadang mengapa terjadi pasangan yg sudah menikah terjadi perceraian dan apakah nanti pasangan yg terjadi perceraian akan
berpasangan kembali di kehidupan yg akan datang.  :o :o

case ke 2.

dan juga bgmana jika pasangan yg memiliki PIL atau WIL,  apakah mereka karmanya tetap harus menjadi yg ke 2 ? :o :o


 _/\_ ^:)^ ^:)^ ^:)^

sekedar menambahkan penjelasan dari sdr.markos...

Bahwa dalam berbagai hal, banyak orang yang menganggap bahwa KARMA / HUKUM KARMA itu melulu adalah KARMA KEHIDUPAN LAMPAU. Yang sering dilupakan adalah bahwa dalam kehidupan ini, satu hari yang lalu, satu minggu yang lalu, bulan lalu, tahun lalu, kita terus menerus melakukan perbuatan (baik melalui perbuatan fisik, ucapan dan kata-kata) yang berpotensi menimbulkan KARMA PHALA (Hasil) dan KARMA VIPAKA (Akibat). Perbuatan kita 1 menit yang lalu berpotensi menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan kita mendatang, misalnya dengan keputusan kita untuk memiliki PIL dan WIL. Jadi jangan terus menerus mau "menyalahkan" KARMA KEHIDUPAN LAMPAU, seolah olah bahwa apa yang terjadi pada saat sekarang ini MUTLAK TIDAK DAPAT DIRUBAH.

Untuk mengetahui tindakan kita dimasa lampau, lihatlah kondisi kita sekarang. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kita dimasa mendatang, lihatlah apa yang kita perbuat sekarang. Jadi intinya adalah NOW (Sekarang) ini apa yang harus kita perbuat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline KOVIDKO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #10 on: 25 December 2008, 12:20:58 AM »
Case 1 : Dalam kasus tsb, mereka berdua bisa terus bersama adalah karena telah bertekad sebelumnya

Case 2 : Hidup itu tidaklah pasti, kehidupan orang yang satu akan bersinggungan dengan kehidupan orang laen, saat itu jikalau terjadi kecocokan dan usaha, maka akan terbuka peluang untuk berjodoh
Maka tak heran jikalau ada yang pasangan hidupnya bisa lebih dari satu (tapi ini tak disarankan oleh umat Buddha yang menganut azas pernikahan monogami)
Hati2lah dalam bertekad akan sesuatu, misalnya kasus bayi lahir dempet, itukan bisa saja mereka berdua dulunya mengikat tekad untuk selalu lengket terus, nah jadi deh mereka dempetan saat terlahir lagi..
Jadi banyak motivasi yang melatarbelakangi terjadinya itu..
 _/\_terima kasih bahasannya...Anumodana :lotus:



Offline KOVIDKO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #11 on: 25 December 2008, 12:37:46 AM »
IMO
case 1. itu berkat addithana (tekad) yang kuat, seseorang bisa berpasangan kembali.. kan ada sabda sang buddha yang menyebutkan bahwa pasangan akan selalu bersama di kehidupan yang akan datang dengan mempunyai, samma saddha,sila,caga,panna. dan juga karena ikatan karma tentunya.
case 2. saya pernah denger dhammadesana, perbuatan bermakna ganda. misal kita melakukan perbuatan buruk, berariti kita menanam kamma buruk dan seseorang yang kena perbuatan buruk kita, berarti dia menerima akibat dari kamma buruk dia juga...begitu juga dengan perbuatan baik...

CMIIW
_/\_ANUMODANA COMMENTNYA :lotus: :lotus:

Offline KOVIDKO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #12 on: 25 December 2008, 12:47:51 AM »
Bagaimana Dapat Bersatu Lagi di Kehidupan Mendatang?

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa(3X)

Dhammacārī sukhaṁ seti, asmiṁ loke paramhi ca’ti

Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma, maka akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

(Dhammapada 169)

Segala sesuatu yang kita perjuangkan di dunia ini, yang kita kerjakan dan yang kita lakukan, bila sudah memberikan hasil, maka dari hasil itu pula jika bisa dinikmati dengan sepenuhnya, akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Hampir semua orang bila apa yang dikerjakan, apa yang diperjuangkan dan apa yang dilakukan bila sudah mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan kesuksesan, maka diharapkan terus-menerus berjalan/ berlanjut. Benarkah demikian? Coba saja kita perhatikan ketika kita memulai membuka sebuah usaha misal usaha berdagang/berjualan apa saja, bila sudah berhasil/ sukses pasti menginginkan di waktu berikutnya demikian. Demikian juga terhadap bidang lainnya. Tidak itu saja sampai kehidupan rumah tangga suami-istri pun bila merasa cocok, serasi, sepadan, seucap dan sekata, maka diharapkan sampai usia tua tetap selalu berkumpul berdua.

Jadi, segala sesuatu yang kita nikmati atau yang kita miliki ingin selalu bersama kita seperti halnya anak-anak dan orangtua (suami-istri) selalu hidup bersama. Sebagian orang yang belum mengerti Dhamma banyak yang berpikir dan mereka mengharapkan bagaimana agar kehidupan suami-istri itu bisa berlanjut di kemudian hari/sesudah kita meninggal nanti. Hal ini sesungguhnya tidak asing lagi jika kita mengerti Dhamma bahwa dalam ajaran Sang Buddha kita tidak saja bisa ketemu/berjodoh dalam kehidupan sekarang, tetapi juga pada kehidupan yang akan datang setelah kita meninggal (pada kelahiran yang baru). Sebagai contohnya adalah Guru Agung kita Sang Buddha, dikisahkan bahwa sebanyak 500 kali kelahiran selalu hidup berpasangan dengan istrinya yang dalam kehidupan sekarang; yaitu Yasodhara.

Inginkah bapak/ibu bersatu kembali dalam kehidupan yang akan datang dengan pasangan bapak/ibu? Kalau ingin, ikutilah kisah berikut:

”Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di antara penduduk Bhagga, dekat Sungsumaragiri, di taman Rusa di Hutan Bhesakala. Suatu pagi Sang Buddha berpakaian, mengambil jubah atas dan mangkuk-Nya, lalu pergi ke tempat tinggal perumah tangga Nakulapita. Setelah tiba di sana, Beliau duduk di tempat yang telah disediakan. Perumah tangga Nakulapita dan istrinya, Nakulamata mendekati Sang Buddha. Setelah memberi hormat, mereka duduk di satu sisi. Kemudian, perumah tangga Nakulapita berkata kepada Sang Buddha, ”Yang Mulia, sejak istri saya, Nakulamata yang masih muda, di bawa ke rumah saya yang pada waktu itu juga masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.”

Kemudian Nakulamata sang istri itu berkata kepada Sang Buddha, ”Yang Mulia, sejak saya yang pada waktu itu masih muda dibawa ke rumah suamiku Nakulapita yang masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia secara sadar sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.”

Kemudian Sang Buddha berkata demikian, ”Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.

Bila keduanya memiliki keyakinan dan kedermawanan,

Memiliki pengendalian diri, Menjalani kehidupan yang benar,

Mereka datang bersama sebagai suami dan istri,

Penuh cinta kasih satu sama lain.

Banyak berkah datang kepada mereka,

Mereka hidup bersama di dalam kebahagiaan,

Musuh-musuh mereka dibiarkan merana,


Bila keduanya setara moralitasnya.

Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini,

Setara dalam moralitas dan ketaatan,

Mereka bersuka cita di alam dewa setelah kematian,

Menikmati kebahagiaan yang melimpah.”

(Aṅguttara Nikāya V, 55)

Sedangkan syarat lainnya Sang Buddha juga menjelaskan di dalam Sigalovāda Sutta, ada lima kewajiban suami dan istri sebagai pedoman kehidupan rumah tangga yang baik. Dengan lima cara seorang istri diperlakukan dengan baik oleh suaminya, yaitu: perhatian, ramah-tamah, setia, menyerahkan kekuasaan tertentu kepadanya, dan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.

Demikian juga seorang istri memperlakukan suaminya dengan lima cara, yaitu: melakukan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya, berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua belah pihak, setia, menjaga barang-barang yang ia bawa, serta pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

(Sigalovāda Sutta, Dīgha Nikāya)

Demikianlah hal-hal yang harus dilakukan agar pada kelahiran mendatang anda dapat bertemu kembali sebagai pasangan suami istri yang cocok.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
_/\_ANUMODANA COMMENTNYA :lotus: :lotus:

Offline KOVIDKO

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 1
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #13 on: 25 December 2008, 12:48:17 AM »
case 1 ; sama sadha
case 2 ; pengendalian diri
simple aja
_/\_ANUMODANA COMMENTNYA :lotus: :lotus:

Offline kiman

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 348
  • Reputasi: 13
  • Gender: Female
  • HUM !
Re: MARRIED VS KARMA
« Reply #14 on: 25 December 2008, 12:48:40 AM »
weh berat... tapi seru... ikutan yah..

case 1: nggak, tergantung ikatan karma yg dibuat masing2 org (tekad).

case 2: nggak, karma nya akan terus/selalu berubah.

NB: PIL/WIL itu Pria Idaman Lainnya/Wanita Idaman Lainnya, betul ga?
U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY

 

anything