//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185515 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #585 on: 19 February 2009, 09:07:52 AM »
ajaran yang disempal sempal dan di-utak atik itu biasanya inkonsisten di dalam konsep ajarannya sendiri... TIDAK NYAMBUNG SENDIRI...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #586 on: 19 February 2009, 11:40:15 PM »
Quote
masalah nnya...Mahayana menulis arahat masih bisa merosot.....jadi maksud nya itu apa?
Theravada sendiri tidak pernah mengatakan arahat masih bisa merosot...

apa seorang arahat masih bisa menjadi perumah tangga....
dalam arti kesucian itu bisa pelan-pelan kotor kembali.. ^^

dalam arti lain Sammasambuddha masih bisa kotor?
apabila dialasankan menjadi Arahat tidak sama Sammasambuddha dalam pencapaian..
berarti hal ini menujukkan perbedaan Nirvana kelas Arahat dan kelas Sammasambuddha.?

kalau Theravada kan tidak ada beda nibbana arahat(savaka) dan nibbana sammasambuddha( arahat juga)
sedangkan mahayana ada beda?...tolong infonya
Tafsiran kemerosotan Arahat bukan pernyataan sepihak Mahayana. Hal ini sudah terjadi perdebatan dari berbagai sekte. Sarvastivada yg bagian dari pecahan Theravada juga menyatakan kemerosotan Arahat. Masing2 punya pandangan masing2, mereka saja saling berdebat Arahat jenis apa yg merosot, jenis apa yg tidak merosot. Merosot sebatas apa, dll.
Coba kaji juga ttg Arahat yg tidak sanggup menahan sakit dan memilih bunuh diri, apa karena ada kaitan dgn kekuatiran mengalami kemerosotan, saya sejujurnya blm tahu, tapi silakan kemukakan pandangan anda. NO problem. hehe..

Apakah ada contoh bahwa ada Arahat yg bunuh diri?
Setahu saya, di dalam Theravada, seorang Sotapana "saja" tidak akan bisa melakukan tindakan bunuh diri. Apalagi seorang Arahat?
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #587 on: 19 February 2009, 11:55:55 PM »
Batin seorang Arahanta bisa merosot? Itu sama saja memberi pernyataan bahwa Nibbana adalah sementara...
*geleng-geleng kepala*

Dalam Silavanta Sutta (Pali Canon), dijelaskan secara implisit bahwa seorang Arahanta tidak akan mengalami kemerosotan batin. Namun seorang Arahanta akan tetap teguh dalam perhatiaan dan kewaspadannya...


...

YA. Sariputta berkata : "Sahabatku Kotthita, seorang bhikkhu yang baik harus penuh dengan perhatian dalam mengamati kelima unsur kemelekatan sebagai tidak kekal, tidak memuaskan, penyakit, kanker, anak panah, menyakitkan, beban, asing, melenyap, kehampaan, dan tanpa substansi inti. Yang manakah lima unsur kemelakatan itu? Itu adalah pancakkhandha..."

...

"Seorang bhikkhu yang telah mencapai tingkat Arahat harus tetap penuh dengan perhatian untuk mengamati kelima unsur kemelekatan itu. Walaupun bagi seseorang yang sudah mencapai tingkat Arahat tidak lagi memiliki tugas yang harus dikerjakan, dan tidak ada hal lain yang perlu ditambahkan, namun tetap saja hal-hal ini jika diteguhkan dan dikembangkan akan membawa pada kehidupan yang menyenangkan di sini, saat ini, serta perhatian dan kewaspadaan."

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #588 on: 20 February 2009, 07:51:51 AM »
Quote
masalah nnya...Mahayana menulis arahat masih bisa merosot.....jadi maksud nya itu apa?
Theravada sendiri tidak pernah mengatakan arahat masih bisa merosot...

apa seorang arahat masih bisa menjadi perumah tangga....
dalam arti kesucian itu bisa pelan-pelan kotor kembali.. ^^

dalam arti lain Sammasambuddha masih bisa kotor?
apabila dialasankan menjadi Arahat tidak sama Sammasambuddha dalam pencapaian..
berarti hal ini menujukkan perbedaan Nirvana kelas Arahat dan kelas Sammasambuddha.?

kalau Theravada kan tidak ada beda nibbana arahat(savaka) dan nibbana sammasambuddha( arahat juga)
sedangkan mahayana ada beda?...tolong infonya
Tafsiran kemerosotan Arahat bukan pernyataan sepihak Mahayana. Hal ini sudah terjadi perdebatan dari berbagai sekte. Sarvastivada yg bagian dari pecahan Theravada juga menyatakan kemerosotan Arahat. Masing2 punya pandangan masing2, mereka saja saling berdebat Arahat jenis apa yg merosot, jenis apa yg tidak merosot. Merosot sebatas apa, dll.
Coba kaji juga ttg Arahat yg tidak sanggup menahan sakit dan memilih bunuh diri, apa karena ada kaitan dgn kekuatiran mengalami kemerosotan, saya sejujurnya blm tahu, tapi silakan kemukakan pandangan anda. NO problem. hehe..

Apakah ada contoh bahwa ada Arahat yg bunuh diri?
Setahu saya, di dalam Theravada, seorang Sotapana "saja" tidak akan bisa melakukan tindakan bunuh diri. Apalagi seorang Arahat?

Ada (coba tanya sdr. Wolverine utk referensinya)

Bagi saya, bunuh diri seorang Arahat dan putthujana adalah berbeda. Ketika seorang putthujana bunuh diri, ada "dirinya" yg menolak eksistensinya sendiri. Ketika seorang telah mencapai "sotapanna" saja, artinya orang tsb telah melenyapkan sakkaya-ditthi. di situ, tidak ada lagi "diri" yg menolak eksistensi lagi, walau aktifitas yg tampak di luar bagi kita putthujana di sana adalah bunuh diri. padahal setelah pandangan salah tentang adanya diri lenyap, "diri" mana yg mau di bunuh?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #589 on: 20 February 2009, 08:05:32 AM »
kutipan dari tesla :
Bagi saya, bunuh diri seorang Arahat dan putthujana adalah berbeda. Ketika seorang putthujana bunuh diri, ada "dirinya" yg menolak eksistensinya sendiri. Ketika seorang telah mencapai "sotapanna" saja, artinya orang tsb telah melenyapkan sakkaya-ditthi. di situ, tidak ada lagi "diri" yg menolak eksistensi lagi, walau aktifitas yg tampak di luar bagi kita putthujana di sana adalah bunuh diri. padahal setelah pandangan salah tentang adanya diri lenyap, "diri" mana yg mau di bunuh?


klo memang arahat tersbut melakukan bunuh diri, kenapa dia melakukan bunuh diri?.
Seperti pernyataan kebenaran dari hui neng pada kisah 2 orang yang berdebat (seolah-olah intelektual bijaksana) tentang bendera yang bergerak, mengada-ada dan mencari-cari, khayal, apalagi ditambah praktek-praktek berdasarkan pengajaran keyakinan takhayul untuk pencerahan, (seolah-olah) kebenarannya semakin oke punya.

semoga menambah wawasan pertimbangan

iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #590 on: 20 February 2009, 08:41:23 AM »
bisa diceritakan tentang 2 orang yg berdebat tentang bendera?

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #591 on: 20 February 2009, 08:46:39 AM »
kutipan dari tesla :
Bagi saya, bunuh diri seorang Arahat dan putthujana adalah berbeda. Ketika seorang putthujana bunuh diri, ada "dirinya" yg menolak eksistensinya sendiri. Ketika seorang telah mencapai "sotapanna" saja, artinya orang tsb telah melenyapkan sakkaya-ditthi. di situ, tidak ada lagi "diri" yg menolak eksistensi lagi, walau aktifitas yg tampak di luar bagi kita putthujana di sana adalah bunuh diri. padahal setelah pandangan salah tentang adanya diri lenyap, "diri" mana yg mau di bunuh?


klo memang arahat tersbut melakukan bunuh diri, kenapa dia melakukan bunuh diri?.
Seperti pernyataan kebenaran dari hui neng pada kisah 2 orang yang berdebat (seolah-olah intelektual bijaksana) tentang bendera yang bergerak, mengada-ada dan mencari-cari, khayal, apalagi ditambah praktek-praktek berdasarkan pengajaran keyakinan takhayul untuk pencerahan, (seolah-olah) kebenarannya semakin oke punya.

semoga menambah wawasan pertimbangan
ketika arahat melakukan bunuh diri....disitu ada 3 hal.
1.seperti perumah tangga yang dengan kebencian, atau tidak menerima kenyataan........ ini dicela oleh bijaksana

2.ketika menggorok leher(belum arahat), sesaat sebelum meninggal.... muncul perenungan yang dalam akhir nya melihat magga dan phala..dan mengikuti untuk mencapai arahat..

3.seorang arahat sudah mengetahui batas usia nya, dan akhir nya meninggal dengan berbagai cara.
seperti SangBuddha...beliau tidak meninggal seperti umat awam...tetapi meninggal dengan penuh kewaspadaan.
seperti Ananda...dengan melihat batas usianya dan sudah waktu nya....beliau meninggal dengan membakar diri...

Buddha saja membunuh diri nya dengan memasuki dan merenungkan jhana...sama seperti Ananda.
apakah bisa dikatakan Buddha dan Ananda bunuh diri?

Sariputta saja ketika mengetahui bahwa sudah waktu nya batas dari usia nya...lebih memilih langsung untuk berpisah dari Guru....

jadi seorang "arahat" mengetahui bahwa batas waktu
dan tidak memilih untuk mempercepat mengakhiri usia....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #592 on: 20 February 2009, 08:51:03 AM »
 [at] marcedes,
tambahan,
dengan cara apa?
cara-cara wajar/alamiah atau memaksakan kehendak dengan cara-cara tindakan yang dibuat-buat/dicari-cari?

 [at] encarta,
sori, cari di forum mahayana.
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #593 on: 20 February 2009, 08:54:57 AM »
[at] marcedes,
tambahan,
dengan cara apa?
cara-cara wajar/alamiah atau memaksakan kehendak dengan cara-cara tindakan yang dibuat-buat/dicari-cari?

 [at] encarta,
sori, cari di forum mahayana.
maaf, maksud dari postingan anda saya tidak mengerti. ^^
bisa diperjelas....sorry saya ini telat mikir.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #594 on: 20 February 2009, 11:54:43 PM »
Wah baru tahu neh ada arahat bunuh diri? :o
Setahu saya seorang Arahat mempunyai Batin yg stabil, walaupun jasmani nya menderita. :-?
Beneran kah? :-?
Atas alasan apa beliau bunuh diri?
atau penafsiran semata? ::)

 _/\_
« Last Edit: 20 February 2009, 11:56:48 PM by BlackDragon »
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #595 on: 21 February 2009, 07:47:59 AM »
 [at] mercedes,

kutipan dari : Re: Apa yang dipikirkan oleh Buddha Gotama?
sebenarnya dengan proses cara-cara jalan awam/umum, menanggalkan atta dengan tetap memakai jubah atta menemukan kebenaran sejati (the Truth) atau menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?
seperti guru Buddha, kasyapa, ananda, guru-gur Zen dan mereka yang tercerahkan, seperti yang ditanyakan umat buddhist seberapa lama sesungguhnya mereka mencapai pencerahan?
jawabannya bisa ada dari dua sudut pandang :
1. awam bilang dari jalan umum, proses yang panjang.
2. yang tercerahkan bilang saat pencerahan (mendapatkan pengetahuan kebenaran), tidak lagi melihat jalan yang panjang.
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.

Sesuatu itu.
sebab saat keluar dari realitas (keberadaan) kesadaran kehidupan pengetahuan kebenaran sejati tersebut (the Truth), seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal). Yang tercerahkan memandang segala sesuatu di dunia ini sudah dalam keadaan non dualisme atau sunya oleh karena yang tercerahkan sudah mendapatkan pengetahuan kebenaran dan menyelami kenyataan kebenaran yang sesungguhnya sehingga (sudah) dapat  membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta, tak terikat atau mengikatkan diri lagi kepada ciri dunia meskipun hidup berada, terlibat dan menggunakan segala apa yang ada di dunia.
Menjawab pertanyaan apakah seorang tercerahkan dapat mengalami kemerosotan, seperti syair 'sedetik manusia bisa menjadi Buddha, Buddha bisa menjadi manusia', (yaitu) ketika yang tercerahkan mengikatkan diri (menyenangi) lagi kepada yang terkondisi, duniawi/ciri yang sementara/khayal.



maksudnya mereka menjaga senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar selalu bersikap samadhi sampai waktu kehidupan mereka berakhir (secara alamiah), bukan memotong waktu kehidupan mereka menurut kehendak dan cara (yang dibuat/dicari-cari oleh) mereka. sebab waktu itulah saat yang paling menentukan, maha parinibana atau bukan, terseret lagi oleh arus khayal kepalsuan atta pikiran (skandhas).
Terserah mereka meninggal, mungkin secara wajar atau mungkin terseruduk mobil atau mungkin karena terjatuh atau mungkin terhukum mati dan sebagainya tetapi bukan oleh cara-cara yang dirancang sendiri lalu dikerjakan oleh mereka. (hal ini mungkin ada kemiripan kasusnya seperti juga pada cara pencerahan pengajaran guru-guru lain yang menyatakan mencapai pencerahan dengan melalui sadhana sex.)

eh btw cmiiw lah, aku belum mati....
tapi klo aku ada tiga pegangan, bukan hanya dua (proses 1 & 2 saja) yaitu :
1. Cara atau jalan, 2. Pengetahuan yang benar atau kebijaksanaan, dan terakhir 3. Keyakinan/iman. (The way, the truth, the life.)

semoga menambah wawasan pengetahuan benar atau pencerahan.
good hope and love
   
« Last Edit: 21 February 2009, 08:13:50 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #596 on: 21 February 2009, 08:30:59 AM »
Quote
menemukan kebenaran sejati (the Truth) atau menemukan/mendapatkan (pengetahuan kebenaran) baru dapat membedakan dan melepaskan segala kesia-siaan atta yang bersifat anicca dukkha anatta?

utk apa membedakan? adakah "atta" dapat menemui sesuatu diluar anicca-dukkha?

Quote
oleh karena itu mengapa yang tercerahkan tetap bersikap samadhi, senantiasa tidak lengah/berjaga/sadar.
Buddha & para Arahat selalu dalam keadaan sati (mindfullness) sampajana (awareness).
sati tidak sama dg samadhi

Quote
seorang yang tercerahkan kembali berada dalam keadaan yang terkondisi (sementara/khayal).
terkondisi bukanlah sementara atau khayal.

Quote
sebab waktu itulah saat yang paling menentukan, maha parinibana atau bukan, terseret lagi oleh arus khayal kepalsuan atta pikiran (skandhas).
ngawur...
ketika seseorang telah mencapai arahat, walau ia bunuh diri, itu tidak menandakan ia terseret oleh atta.

Quote
tetapi bukan oleh cara-cara yang dirancang sendiri lalu dikerjakan oleh mereka. (hal ini mungkin ada kemiripan kasusnya seperti juga pada cara pencerahan pengajaran guru-guru lain yang menyatakan mencapai pencerahan dengan melalui sadhana sex.)
bukti yg paling nyata adalah Buddha Gotama mengakhiri hidupnya dg masuk ke jhana berurutan, kemudian ke nirodha samapatti dan parinibbana (atas keinginannya sendiri).
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #597 on: 21 February 2009, 02:24:16 PM »
Wah baru tahu neh ada arahat bunuh diri? :o
Setahu saya seorang Arahat mempunyai Batin yg stabil, walaupun jasmani nya menderita. :-?
Beneran kah? :-?
Atas alasan apa beliau bunuh diri?
atau penafsiran semata? ::)

 _/\_


Mas Naga Hitam,

Menurut pandangan aliran "T", seorang Arahat meneruskan sisa kehidupan bukan berdasarkan kemelekatan terhadap kehidupan, tetapi disebabkan kesadaran sebagai bentuk belas kasihan terhadap mahluk lain, dengan mengetahui Ia dapat membimbing mahluk lain mencapai Nirvana seperti dirinya, selain itu untuk mereka yang kurang berkembang batinnya seorang Arahat dapat memberikan berkah dengan menerima dana yang diberikan oleh orang lain.

Seorang Arahat memasuki Nirvana, menurut aliran "T" disebut Parinibbana, karena merasa sudah cukup berbuat bagi mahluk lain, mereke Parinirvana dengan salah satu dari empat posisi, yaitu posisi duduk, berdiri, berbaring dan berjalan.

Dalam salah satu cerita dikatakan ada seorang bhikkhu senior yang ingin mendorong para yunior agar rajin berlatih, Ia memperagakan cara Parinirvana dengan berjalan, ceritanya demikian:

"Suatu ketika Bhikkhu senior ini melihat usia kehidupannya sudah habis, lalu bertanya kepada para yunior, "avuso, ada berapa macamkah cara Parinibbana yang anda ketahui?  para Bhikkhu ada yang menjawab saya perlnah melihat dalam posisi duduk bhantek, saya melihat dalam posisi berbaring, saya melihat dalam posisi tidur bhante>"

"Apakah ada diantara kalian yang pernah melihat Parinibbana dalam posisi berjalan? Semua bhikkhu menjawab 'belum bhante', 'nah kalau begitu perhatikan baik-baik, saya akan berjalan dari sini ke arah sana kemudian Parinibbana' (Beliau kemudian memasang garis, lalu kembali ke tempat semula) setelah kembali ke garis semula Beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis akhir Beliau langsung Parinirvana.

Jadi bedakan, memasuki Parinirvana adalah melepaskan semua kondisi tanpa sisa.
Sedangkan bunuh diri yang dilakukan oleh umat awam adalah membunuh sesosok mahluk hidup.
Gitu lho mas pendapat saya.


Mas Chingikkkkk..... abdi dicuekin euy  :) 
 
Quote
author=truth lover link=topic=5941.msg151763#msg151763 date=1234972212]
Kan dikatakan Arahat belum sungguh sungguh mencapai Nirvana? Jadi siapa sih yang dibimbing oleh Shakyamuni Buddha yang telah mengalami Nirvana seutuhnya seperti Sang Buddha?

Terima kasih atas penjelasannya.

Mana dong penjelasannya? siapa sih yang dibimbing hingga mencapai seperti Shakyamuni Buddha?


 _/\_
[/quote]
« Last Edit: 21 February 2009, 02:27:48 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #598 on: 21 February 2009, 02:59:15 PM »
mas Chingik nanya dong.

Kan dikatakan Arahat belum sungguh sungguh mencapai Nirvana. Jadi siapa sih yang dibimbing oleh Shakyamuni Buddha yang telah mengalami Nirvana seutuhnya seperti Sang Buddha?

Terima kasih atas penjelasannya.

 _/\_
Tenang aja, semua siswa Buddha telah dibimbing utk mencapai nirvana.  Karena ini memang ikrar dari Sang Buddha saat menjadi Bodhisatta.
Dalam Sutra BaoYuJing , Ketika Cahaya tubuh Buddha Sakyamuni memancar hingga ke sebuah semesta lain bernama dunia Padma, di sana Bodhisatva ZiGai bertanya kpd Buddha Padmacaksu, ........................................

Stop, stop, ...percuma deh kalo dilanjutin , karena bro sekali dengar terdapat sebuah dunia bernama Padma saja, batin bro sudah langsung antipati, apalagi penjelasan lanjutannya..huehue...
Benar kata bro Edward, Gak ada abisnya kalo dibahas...
Wong,  Avatamsaka Sutra yang bisa menjelaskan tentang kosmologi Buddhis yg ilustrasinya sama seperti galaksi2 temuan para ilmuan aja juga kagak diterima sama 'T', mau ngomong apa lagi...hehe..
 



Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #599 on: 21 February 2009, 08:22:15 PM »
 [at] om tesla:

wafatnya setelah keluar dr jhana ke 4 sih.

Quote from: Mahaparinibbana sutta
...
6.8. Kemudian Sang Bhagava memasuki jhana pertama. Dan meninggalkan jhana itu Beliau memasuki jhana kedua, ketiga, keempat. Kemudian meninggalkan jhana keempat Beliau memasuki Alam Ruang Tanpa Batas, kemudian Alam Kesadaran Tanpa Batas, kemudian Alam Kekosongan, kemudian Alam Bukan Persepsi dan juga Bukan Bukan-Persepsi, dan kemudian meninggalkan alam itu Beliau mencapai Lenyapnya Perasaan dan Persepsi.92

Kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: "Yang Mulia Anuruddha, Sang Bhagava telah meninggal dunia." "Belum, sahabat Ananda,93 Sang Bhagava belum meninggal dunia, Beliau mencapai Lenyapnya Perasaan dan Persepsi."

6.9. Kemudian Sang Bhagava, meninggalkan pencapaian Lenyapnya Perasaan dan Persepsi, memasuki ke dalam Alam Bukan Persepsi dan juga Bukan Bukan-Persepsi, dari sana Beliau memasuki Alam Kekosongan, Alam Kesadaran Tanpa Batas, Alam Ruang Tanpa Batas. Dari Alam Ruang Tanpa Batas, Beliau memasuki jhana keempat, dari sana masuk ke jhana ketiga, jhana kedua dan jhana pertama. Meninggalkan jhana pertama, Beliau memasuki jhana kedua, jhana ketiga, jhana keempat. Dan, akhirnya, meninggalkan jhana keempat, Sang Bhagava akhirnya wafat.
...
There is no place like 127.0.0.1

 

anything