//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185048 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #510 on: 16 February 2009, 11:43:53 AM »
Quote
tapi perpecahan itu terbentuk dari murid...bukan dari naskah kitab sucinya...
jelas kan....

lalu nagarjuna membawa kitab perpecahan itu untuk apa?...sudahkah pikir akibat nya belum..
bukan membawa perdamaian...bahkan dengan sengaja tertulis 2 aliran disitu.

Apa anda pikir Tripitaka Hinayana cuma ada versi Theravada doang?

Apa anda tidak tahu bahwa ada Tripitaka versi Sarvastivada maupun Mahasanghika? Yang notabene sejajar dengan aliran Theravada?

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #511 on: 16 February 2009, 11:45:37 AM »
Quote
Apakah Anda sudah pernah membaca tipitaka pali?, bahwa pencapaian arahat harus bebas dari kemelekatan apapun termasuk baik dan buruk. Darimana sumber kedamaian ekstrem itu?

Apakah bodhicitta hanya dimiliki araht mahayanis saja? atau orang yg menjalankan ajaran Sang Buddha dengan baik dan benar?

Pahami Bodhicitta, dan renungkan. Apa sih arti Bodhicitta itu?  ^-^  ^-^

Ini akan juga menjelaskan pencapaian Arhat.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #512 on: 16 February 2009, 11:49:15 AM »
Quote
Mereka yang tidak melihat dengan kejernihan hati mengenai ajaran Sang Buddha, entah itu mahayana, theravada atau bahkan vajrayana tentu saja berfantasi  chuckle

Coba perhatikan kalimat saya yg saya ulangi kembali "Kapan kata hinayana dan mahayana muncul? apakah sejak jaman Sang Buddha sudah ada?" coba perhatikan yg di bold.. Cheesy

saya tanya lagi ya, apakah seorang arahat mempermasalahkan theravada ,mahayana atau vajrayana? demikian juga apakah seorang bodhisatva mempermasalahkannya mengenai mana yg lebih tinggi?
Coba perhatikan tipitaka pali apakah ada menyebut hinayana lebih tinggi atau mahayana lebih tinggi?-->setau saya yg ditekankan ada pengikisan LDM. Atau pernakah Sang Buddha yg merupakan sumber informasi pernah mengatakan demikian?

Sekte2 muncul adalah suatu hal yg wajar, tapi jika salah satu sekte sudah membuat suatu statement sekte ini lebih tinggi dari itu atau yg ini lebih lengkap dari itu adalah suatu statement yg tidak pernah diucapkan para arahat ataupun para Buddha.

Nah kalau boleh saya mau nanya lagi, statement dari mana bahwa belajar theravada dulu lalu belajar mahayana lalu vajrayana yg lebih tinggi/lengkap. Adakah di tipitaka? atau hanya asumsi saja? jika ada tolong berikan referensinya..

Istilah Hinayana maupun Mahayana tidak terlalu jadi soal mau muncul kapan.... yang perlu dimaknai adalah makna dari kedua istilah tersebut.

Memang sedari awal saya tidak mempermasalahkan siapa yang lebih tinggi, karena semuanya merupakan suatu tahapan jalan.

Saya hanya mengemukakan pernyataan bahwa gini lho konsepnya Mahayana. Mau urusan beneran atau kagak, ya anda realisasi sendiri deh.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Ok saya setuju. Tetapi apakah kata hinayana ditujukan kepada theravada sesuai konsep mahayana? karena dalam tipitaka mahayana hanya merujuk kata hinayana bukan pada kata theravada. Jadi perbandingannya harus dilakukan hati2 karena arti hinayana tidak identik dengan theravada tetapi jika yg dimaksud theravada maka jelas disitu adanya konsep "mana yg lebih tinggi dan yg itu tidak" dan hal tersebut tidak pernah dikatakan para arahat atau para Buddha sehingga hal tersebut bukanlah ajaran Sang Buddha. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #513 on: 16 February 2009, 11:52:18 AM »
Quote
Apakah Anda sudah pernah membaca tipitaka pali?, bahwa pencapaian arahat harus bebas dari kemelekatan apapun termasuk baik dan buruk. Darimana sumber kedamaian ekstrem itu?

Apakah bodhicitta hanya dimiliki araht mahayanis saja? atau orang yg menjalankan ajaran Sang Buddha dengan baik dan benar?

Pahami Bodhicitta, dan renungkan. Apa sih arti Bodhicitta itu?  ^-^  ^-^

Ini akan juga menjelaskan pencapaian Arhat.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Anda sudah paham belum arti bodhicitta?, kalau sudah tolong dijelaskan agar yg lainnya sekiranya dapat mengerti arti arahat mahayanis yg Anda maksudkan.... ^-^

Saya ngak ngerti bodhiciita  :). Yang saya tau sucikan hati dan pikiran itulah ajaran semua Buddha  :)
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #514 on: 16 February 2009, 11:52:30 AM »
Quote
“Sekte Mahasanghika akan terbagi menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana,
Yang mengatakan bukan kesetujuan pun bukan kontradiksi."
(Manjusri Pariprccha Sutra)
nah yang bilang ini pun dari sesepuh siapa yah?.... ^^
mahayana lah.

Quote
jadi bisakah saya tarik kesimpulan "selama Sang Buddha selalu mau mengajarkan dhamma,di situ ada penderitaan bukan.?"

lalu, bagian mana yang dikatakan Sang Buddha telah bebas dari penderitaan?
nah, inilah yang saya sebut...mengajarkan bebas dari penderitaan tetapi dirinya sendiri menderita....
apakah Sang buddha pernah merasakan betul-betul bebas dari penderitaan?
saya yakin "tidak akan pernah bebas dari penderitaan"

jadi apakah yang diajarkan seorang buddha?...yakni terus menderita?
jadi kebalik bukan dengan 4 kesunyataan mulia.

lalu pada akhirnya bertabrakan pula dengan ajaran Theravada.

La wong Bodhisattva yang nolong terus menerus aja kagak menderita kok anda yang protess..... Penderitaan mamang ada tapi ya cuma penderitaan fisik, batin ya kagak menderita.

Quote
saya rasa tidak bakalan nyambung..Theravada mengajarkan

Segala bentukan adalah penderitaan, dan untuk bebas dari penderitaan adalah bebas dari bentukan.

sedangkan mahayana? ^^

Ya begitu...  ^-^  ^-^

Quote
coba renungkan ini..dan keinginan untuk mengajar terus menerus itu masuk mana yah dari 3 ini.^^

apalagi kalau bukan ketamakan. dimana merujuk pada "mau terus"

Terusnya hanya prosesss.......  ^-^  ^-^ Anda paham kusala chanda gak sih??

Kok yang dipikiran cuma lobha.... lobha............lobha....... ya anda terus menerus mencari nafkah buat anak istri anda supaya mereka hidup sejahtera dan berbahagia itu LOBHA ya? Ohhh... kalau gitu harus cepet2 dilenyapkan nih tuh LOBHA...... gak usah cari nafkah sekalian karena nambah LOBHA. Ngapain nunda2 untuk nglenyapin LOBHA. Gitu? Tentu tidak bukan?

Seorang Bodhisattva yang berikrar untuk menolong terus menerus..... apakah pada akhirnya tidak jadi Samyaksambuddha? Ya jadi dong!
oh. jadi bukan lobha yah???....ini lobha yang bersifat halus.
dan kalau tidak mau mencari makan dengan pikiran bodoh seperti itu disebut MOHA...tetapi tidak terikat kedua-dua nya disebut orang bijak lagi.
dan berusaha membuang jauh-jauh bisa saja menimbulkan kebencian....

makanya bikkhu punya banyak SILA yang jelas. agar betul-betul memusanakan LDM nya.

seperti nya anda bukan seorang meditator dan seorang teoriawan..sory kalau nebak-nebak saya minta maaf..
tapi jikalau memang demikian.. saya rasa tidak guna membahas masalah LDM yang sifat nya halus...karena bakalan tidak nyambung. ^^

loh boddhisatva tidak menderita? ataukah lupa akan penderitaan......


"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

anda katakan cuma penderitaan fisik ya?...
aduh,,,,jadi itu bukan penderitaan juga?......
belajar dulu ke basic 4 kesunyataan mulia saja dah.
sungguh tidak bakalan nyambung ngomong kalau begini. ^^

Quote
Renungkan Mahayana dengan cangkir yang tidak penuh, tapi dengan cangkir kosong. Renungkan... renungkan..... tanpa perenungan ataupun meditasi terhadap Ajaran, hanya dengan intelektualitas semata, maka hasilnya kebanyakan akan meleset.
cangkir saya hanya ingin saya isi yang berguna saja...tetapi sebelum di-isi saya tentu filter dulu.

dan 4 kesunyataan mulia itu merealisasikan kenyataan yang benar-benar kenyataan (paramatha)
masalah "kedamaian extrim" saya juga ingin post..tetapi sudah ada yang lebih dulu ^^

semoga diskusi ini bukan menambah kebencian, melainkan menambah wawasan semata.
waspada akan pikiran.


salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #515 on: 16 February 2009, 11:55:34 AM »
Quote
Quote
Quote
Secara kronologi historycal dari masa kehidupan Pertapa Siddharta, Mahayana tetap berpegangan bahwa proses pencapaian Samyaksambuddha sama dgn konsep Theravada.


Pertanyaan saya belum dijawab mas Chingik, ini tertulis di kitab suci Mahayana yang mana? atau ini cuma pendapat sendiri? Pencerahan menurut Theravada setelah Bodhisatta mencapai pencerahan maka itu adalah kehidupannya yang terakhir, apakah sama dengan Mahayana? Lantas persamaannya dimana? tolong penjelasannya.

Saya dapat mengerti kebingungan anda yg berpijak pada perspektif Theravada utk memahami pandangan Mahayana. Tetapi sekali lagi mohon dicamkan baik-baik bahwa saya tidak menjelaskan menurut pandangan Theravada. Sangatlah wajar bila bro yang berpijak pd pandangan Theravada merasa bahwa konsep pencerahan Theravada tidak sama Mahayana. Begitu juga Mahayana memang memiliki konsep yg berbeda, tetapi karena Mahayana menerima cakupan Theravada, maka pada sisi tertentu disebut sama. Nah, yg saya maksudkan sama itu adalah sisi tersebut, sedangkan pada aspek yg lebih luas lagi, Mahayana menyebutkan hal-hal yang tidak ada di dalam konsep Theravada. Aspek ini berbeda. Itu jelas. Ya, bro mungkin akan merasa puas bahwa benar saja memang beda. Ini tentu adalah pilihan kita masing-masing. Tetapi berbalik lagi pada pertanyaan awal bahwa apakah pencerahan itu sama dalam pandangan Mahayana, maka penjelasan yang bisa dikemukakan tetap seperti semula yakni Sama pada sisi kronologitas historikal, namun beda karena ada penjelasan dalam aspek yg lebih luas lagi. Apakah ini pendapat pribadi? Tentu tidak, sejauh saya mempelajari Mahayana, memang demikian adanya. Mengapa? Karena Mahayana tidak berdiri sendiri dgn mengabaikan sisi kehidupan Buddha yg tercatat dalam Agama Sutra (ataupun Nikaya Pali). Semua kotbah yg tercatat dalam kitab tersebut merupakan satu kesatuan yg tidak dapat dipisahkan bagi seorang praktisi Mahayana, karena semua ini tetap sangat dijunjung tinggi karena merupakan kotbah Hyang Buddha. Yang membedakannya adlah Mahayana sekaligus juga meyakini kotbah-kotbah yg tercatat dalam Sutra Mahayana. Sebagai contoh, Sutra Mahayana yakni Maharatnakuta Sutra bagian Varga UpayaKausalya, Salah satu Bodhisatva berdialog dgn Buddha mengenai kebingungannya tentang mengapa Buddha lahir dari sisi kanan ratu Mahamaya, mengapa Buddha saat mencapai pencerahan tidak membabarkan dhamma sebelum diminta oleh Brahma Sahampati, dan lain-lain yang mana pertanyaan2 tersebut merupakan pertanyaan yg berkaitan dgn  kotbah yg ada di dalam kitab Nikaya/Agama Sutra. Tidak hanya itu, dalam Mahasatyanirgrantha Nirdesa, menguraikan keagungan Buddha yg isinya selaras dgn kotbah-kotbah dalam Nikaya, hanya saja Sutra ini memberi uraian yg lebih luas hingga ke aspek Mahayanis.   


terima kasih atas jawabannya mas Chingik, penjelasan yang panjang lebar.

cuma pertanyaan lain timbul, bagaimana bila saya tambahkan Shinto kemudian saya klaim bahwa Shinto sebenarnya diajarkan Oleh Sang Buddha Kasyapa turun temurun dan hanya bertahan di Jepang? dan merupakan kesatuan dengan ajaran Sang Buddha Shakyamuni? saya kira sulit juga membantah klaim ini.

Tetapi pertanyaannya bila Tipitaka Pali lenyap, apakah yang menjadi patokan ajaran Mahayana?
Quote
Quote
Quote
Itulah sebabnya Mahayana tidak memungkiri ajaran Theravada (nikaya), karena memang itu adalah cakupannya. Cuma , ya Cuma saja..., ada satu aspek yg tidak pernah ada dalam konsep theravada adalah bahwa meskipun kronologitas pencapaian Kesempurnaan adalah sama dgn Mahayana, namun terdapat aspek lain yg dijabarkan secara lebih luas lagi dalam Mahayana, yakni pencapaian di bawah pohon bodhi ini hanyalah sebuah "lakon" utk memperkenalkan kemunculan seorang Buddha dan penyebaran dhammaNya kepada makhluk di dunia (lokadhatu) Saha ini. 

Aah saya mengerti, jadi pencapaian di bawah pohon Bodhi hanya sebuah sandiwara saja? begitukah?
Saya menyebutkan kata lakon dgn tanda petik dgn harapan agar anda memahami maksud yg saya kemukakan. Namun saya menangkap cara bro menanggapinya dgn sangat aburd. Atau memang ingin bertanya dgn sangat sangat serius? Saya pernah berdiskusi dgn seorang rekan yg tidak meyakini ajaran Buddha, namun ketika beliau mendengar hal-hal yg diluar pemahaman beliau, bagaimanapun juga beliau tidak akan bertanya tentang hal-hal yg seolah-olah sangat absurd. Dari mempelajari ajaran Buddha, kita sama-sama memahami bahwa Buddha adalah manusia yg sangat luar biasa karismatiknya. Ini tercermin dari kata-kata bijaknya. Dari sisi ini saja, seharusnya tidak perlu sampai memunculkan rasa curiga bahwa seorang Buddha sedang bersandiwara. Kalaupun ingin mengatakan sandiwara, maka sepatutnya konteks sandiwara itu dibedakan dgn tanda petik, karena tentu ini sangat berbeda. Singkatnya, Buddha tentu tidak mungkin bersandiwara. Bagi bro yg sudah terpaten dgn konsepsi Theravada, memang sulit menerima bahwa Buddha dapat muncul lagi di dunia lain dgn alur : "lahir, menjadi pertapa, mencapai pencerahan, membabarkan dhamma, Mahaparinibbana". Namun bagi Mahayana hal ini sejalan dgn ikrar agung dan tidaklah mustahil ini dilakukan seorang Buddha, mengapa? Seorang Buddha sudah tidak melekat lagi dgn Keakuan, karena tidak melekat lagi itulah maka apalah artinyan jika setelah Mahaparibbana lalu sampai suatu waktu muncul lagi dgn alur seperti di atas utk mengajar di sebuah lokadhatu yg msh asing sama sekali dgn dhamma? Mungkin Mahaparinibbana yg bro hendaki adalah padam total, namun ingatlah bahwa Buddha tidak pernah mengatakan bahwa mencapai nibbana itu sama dgn lenyap, jiak sama dgn lenyap bukankah sama dgn paham nihilis? Sedangkan bagi Mahayana, muncul lagi di suatu tempat pd satu kondisi yg tepat tidak menandakan bahwa Mahayana menganut paham kekal. Jika dikatakan paham kekal, maka seharusnya Buddha tidak perlu Mahaparinibbana, namun Mahayana lebih menganggapnya sebagai perubahan yg terus menerus, dan hakikat dhamma itu tetap ada karena dhammatanya, dan karena Buddha tidak melekat pd Keakuan itu pula maka Beliau bebas leluasa dgn kearifan sejati tetap akan membimbing orang yg kondisi karmanya selaras utk dibimbing Buddha.


Yang saya pernah baca dalam literatur Theravada, Sang Buddha menolak jika orang-orang beranggapan bahwa Sang Tathagata: ada setelah Parinibbana, tiada setelah Parinibbana, ada dan tiada setelah Paribbana, tidak ada dan juga bukan tidak ada dstnya....

Jadi nampaknya Theravada tidak mau berspekulasi mengenai keberadaan Sang Tathagata setelah Parinibbana.
Quote
Quote
Quote
Dengan pertunjukan ini, alur nya terus berlanjut ke pembabaran dhamma hingga Mahaparinirvana yg mana juga merupakan bagian dari alur pertunjukan seorang Buddha. Atas dasar inilah maka saya katakan bahwa sesungguhnya Mahaparinirvana Buddha tidak benar-benar disebut Mahaparinirvana. Mengapa? Karena utk selanjutnya Buddha akan memperkenalkan lagi ajaran dhamma di lokadhatu lain yang mana makhluk di sana belum mengenal dhamma.

Bila para Buddha tidak sungguh sungguh Maha Parinirvana, lantas siapakah yang sungguh-sungguh Maha Parinirvana? 
Sejatinya bagi mahayana, Mahaparinirvana yg berbentuk matinya seorang Buddha hanyalah perwujudan yg diperlihatkan atau hanya dipahami secara awam. Hakikat sejatinya Mahaparinirvana tidak lain adalah tidak lahir dan tidak mati. Konsep ini Mungkin ini akan menjadi bahasan yg terpisah lagi. Dalam kitab Mahayana membahas dgn sangat-sangat banyak.
muncul lagi kemudian lenyap lagi bila demikian mungkin saya sudah Buddha juga ya? dan saya hanya perwujudan sementara untuk menolong orang-orang yang patut ditolong....

Quote
Quote
Quote
Tentu ini akan dilakukan sesuai dgn kondisi kematangan kemunculan Buddha dan kesiapan makhluk di sana utk mendapat ajaran dhamma. Bagi Mahayana, konsep seperti ini sah-sah saja, mengapa? Pertama,sesuai dgn ikrar seorang bodhisatta yg akan membebaskan semua makhluk hidup di semesta ini.

Boleh tahu pembebasan mahluk hidup itu melalui jalan Bodhisattva kan? seperti apa pembebasannya?
Bentuk pembebasannya banyak juga dibahas dlm kitab ulasan Buddhavamsa (silakan baca sendiri RAPB), setelah saya baca, secara garis besar selaras dgn Mahayana. Intinya tidak lari dari 10 Paramita
.

Lho... mas Chingik kok mengutip RAPB? itu kan berdasarkan ajaran Theravada? menurut Theravada ada 10 parami, sedangkan menurut Mahayana hanya 6 parami, kan jelas beda mas Chingik?
Quote
Quote
Quote
Kedua, semesta ini tak terbatas luasnya dan tak terbatas jumlahnya. Lokadhatu di sini hanyalah setitik debu kecil di bandingkan dgn luasnya alam semesta. Jauh lebih aneh bila Buddha hanya mengajar dhamma kepada manusia di jambudipa sini saja, sedangkan jumlah jambudipa2 lain di semesta ini tak terhitung.

Saya setuju alam semesta luas, Jadi nanti Shakyamuni Buddha akan berpura-pura mencapai pencerahan dimana lagi?
Hahaha...saya harap bro tidak membuat pertanyaan yg kekanak-kanakan. 
Mengapa harus berpura-pura? Pada intinya, tujuan terpenting adalah menyelidiki makhluk derita mana yg kondisinya siap utk dibimbing agar dapat memasuki pintu dhamma. Itulah yg diutamakan Buddha. Jadi mau bilang pura2 atau tidak, itu terserah bro.  Yg Jelas, silakan renungkan sifat2 agung Buddha lalu pahami bhw jika hal itu memungkinkan bagi seorang Buddha utk datang lagi dan mengajar orang yg sangat kasian itu, maka why not ? Mungkin bro akan terpaku pada persoalan "masalahnya Buddha tidak mungkin datang lagi karena sudah Mahaparinibbana" , ya itu karena menyangkut keyakinan bro saja. Silakan


Bukan begitu lho mas Chingik, kan katanya nanti Shakyamuni Buddha bisa muncul lagi entah dimana. jadi Beliau seperti dewa dalam keyakinanan Hindu atau seperti Taoisme dong...dimana Buddha/ dewa akan turun ke dunia menolong orang yang patut ditolong... waah kita OOT nih,kan pertanyaan utamanya adalah bagaimana sih proses pencerahan yang dicapai oleh Shakyamuni Buddha di bawah pohon Bodhi? apakah berbeda atau sama dengan Theravada?

Quote
Quote
Quote
Jika meneliti pengumpulan paramita yg dilakukan seorang bodhisatta selama 4 asenkheya kalpa dan 100 ribu kalpa, atau dalam Mahayana menyebutkan 3 Maha asenkheya kalpa, maka cukup sepadan bila seorang Sammasambuddha melakukan ini semua.

Maksudnya melakukan apa? berpura-pura mencapai pencerahan lagi, padahal sudah tercerahkan?
Hahahah..

Lho, bila seseorang mencapai pencerahan pertama ya, itu memang benar, tapi masak.. pencerahan dicapai berulang kali?
bukankah itu pura-pura mencapai pencerahan, padahal ia sudah tercerahkan?

terima kasih mohon penjelasannya mas Chingik.

 _/\_
« Last Edit: 16 February 2009, 11:57:09 AM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #516 on: 16 February 2009, 11:57:31 AM »
Quote
tapi perpecahan itu terbentuk dari murid...bukan dari naskah kitab sucinya...
jelas kan....

lalu nagarjuna membawa kitab perpecahan itu untuk apa?...sudahkah pikir akibat nya belum..
bukan membawa perdamaian...bahkan dengan sengaja tertulis 2 aliran disitu.

Apa anda pikir Tripitaka Hinayana cuma ada versi Theravada doang?

Apa anda tidak tahu bahwa ada Tripitaka versi Sarvastivada maupun Mahasanghika? Yang notabene sejajar dengan aliran Theravada?

 _/\_
The Siddha Wanderer
kalau pun ada, silahkan post disini Tipitaka versi Sarvastivada, dan bagian mana yang menujukkan ada 2 versi.

saya,anda juga semua tahu bahwa Tipitaka dalam Theravada paling di akui kemurniannya(sangka ke 1) adalah 4 nikaya tertua,dsb-nya
memang pada konsili ke-3 barulah di tambahkan beberapa......seperti milinda ataupun lainnya
tetapi saya tidak melihat theravada menulis 2 sekter berbeda.

dan kata hinaya dalam mahayana itu artinya apa?
termasuk Theravada kan. atau tidak?.....


kalau mahasangsika kan mahayana
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #517 on: 16 February 2009, 12:01:45 PM »

Quote
Yang saya pernah baca dalam literatur Theravada, Sang Buddha menolak jika orang-orang beranggapan bahwa Sang Tathagata: ada setelah Parinibbana, tiada setelah Parinibbana, ada dan tiada setelah Paribbana, tidak ada dan juga bukan tidak ada dstnya....

Jadi nampaknya Theravada tidak mau berspekulasi mengenai keberadaan Sang Tathagata setelah Parinibbana.
jelas saja karena tidak mungkin mencapai pikiran yang menembus dan tidak terhalang jikalau memasukkan 2 konsep dalam pikiran..

mirip kata Ajahn Chah,,
jangan berpikir anda kecil, jangan berpikir anda sedang, jangan berpikir anda hebat....bebas kan dari pikiran seperti itu.....( inilah maksud dari "tidak terhalang" ) ^^



Quote
Lho, bila seseorang mencapai pencerahan pertama ya, itu memang benar, tapi masak.. pencerahan dicapai berulang kali?
bukankah itu pura-pura mencapai pencerahan, padahal ia sudah tercerahkan?

terima kasih mohon penjelasannya mas Chingik.

 Namaste
saya juga ingin tahu jawaban dari pertanyaan yang diberi [at]TruthLover.
apa ternyata memang buddha dalam pandangan Mahayana adalah aktor laga yang pandai berakting?

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #518 on: 16 February 2009, 12:02:58 PM »
Quote
Tapi bagi Mahayana, mereka tidak melekat pada konsep "menolong semua makhluk".

Bagaimanapun argumen anda, menurut Mahayana para Arhat melekat pada "kedamaian ekstrim" dan para Bodhisattva tidak melekat pada  "menolong semua makhluk".

Kalau anda sebagai Theravadin tidak cocok, it's OK. Tahu konsepnya, hargai dan hormati konsep Mahayana.

pointless, saya rangkum saja:

theravadin beropini: arahat tidak melekat, bodhisatta "mahayanist" melekati sumpahnya.
mahayanist beropini: arahat theravadin & mahayanist melekat pada kedamaian ekstrim, bodhisatta mahayanist tidak melekati sumpahnya.

perang opini aja... terserah deh... pegang yg cocok bagi masing2 saja
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #519 on: 16 February 2009, 12:06:17 PM »
Quote
Tidak usah seseorang sependapat dengan saya. Tapi hendaknya seseorang sebagai umat Buddhis sependapat dengan Guru Agung Buddha Sakyamuni.
pendapat Guru Agung Sakyamuni yg seperti apa? seperti Mahayanist atau seperti Theravadin?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #520 on: 16 February 2009, 12:10:54 PM »
Quote
Ini tuduhan serius, Arahat yang masih bisa merosot, bisa sebutkan contoh dan referensinya?

Baca Abhidharmakosa. Di sana ada sebutin Arhat yang masih bisa merosot dan ada yang tidak.....

Kalau Mahasanghika malah semua Arhat ada kemungkinan melakukan kemerosotan dalam 5 hal.

Jadi sebenarnya dalam aliran Hinayana sendiri telah ada indikasi tentang ketidaksempurnaan seorang Shravaka Arhat.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Mas Gandaaalf.......  :-[ Abidharmakosa itu kitab Mahayana juga mas...   _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #521 on: 16 February 2009, 12:15:28 PM »
Quote
Jika nibbana theravada dikatakan "kedamaian ekstrim" dan para savaka arahat itu dikatakan melekat pada kedamaian ekstrim. Bukankah para bodhisatva dan buddha dari jalur Mahayana juga melekat pada ikrar "menolong semua makhluk".

logika ajaran pembebasan sejati ajaran Theravada adalah pembebasan individu. Karena mengapa ? Hanya diri sendiri-lah yang bisa membebaskan diri sendiri, tiada orang yang bisa mensuci-kan diri orang lain. Oleh diri sendiri-lah kesucian itu bisa dicapai.

BUDDHA HAS SHOWN THE PATH OF LIBERATION, NOW DEPEND ON EACH INDIVIDUAL TO TAKE THE PATH AND JOURNEY HIMSELF.

Siapa yang sependapat dengan saya ? Cukup sependapat di dalam hati saja... dan anda akan semakin SADDHA (yakin) dengan yang mana ajaran pembebasan yang sejati.

Tapi bagi Mahayana, mereka tidak melekat pada konsep "menolong semua makhluk".

Bagaimanapun argumen anda, menurut Mahayana para Arhat melekat pada "kedamaian ekstrim" dan para Bodhisattva tidak melekat pada  "menolong semua makhluk".


pernyataan tentang Savaka Arahat (Theravada) yang melekat pada "kedamaian ekstrim" saya kembalikan dengan pernyataan serupa tentang bodhisatva dan buddha (Mahayana) yang melekat pada ikrar "menyelamatkan makhluk hidup".



Jangan langsung ceplas ceplos secara intelektual bales sana sini mboh gak karuan tapi akhirnya cuma main kata-kata saja.

Renungkan anda baru bisa paham..... Srotapanna aja belum nyampe.... mau sepenuhnya memahami pencapaian para Arhat dan Bodhisattva... hebatttt.

Tidak usah seseorang sependapat dengan saya. Tapi hendaknya seseorang sebagai umat Buddhis sependapat dengan Guru Agung Buddha Sakyamuni.


Ketika kehabisan kata-kata untuk "berdiskusi"/"berdebat" tentang topik, mulai-lah penyerangan pribadi dengan pernyataan pernyataan "Srotapana pun anda belum"...
Pertanyaannya ? Darimana di-kau tahu beta belum Srotapanna ? Bila beta katakan beta sudah Srotapanna, dengan apakah pula di-kau bisa me-negasi (menolak) pernyataan beta ?

Hendak-nya pernyataan-pernyataan yang "menyerang" pribadi orang lain yang TIDAK ADA DASAR sama sekali, dikurangi...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #522 on: 16 February 2009, 12:22:34 PM »
Thx Bro Chingik atas jawabannya,
tapi ada satu hal yg masih mengganjal pikiran saya.

Quote
Lebih lanjut Bhavaviveka dalam Tarkajvala juga menyanggah klaim Hinayana dengan ofensif, yaitu dengan mengatakan bahwa Sutra-Sutra Mahayana memang bukan diperuntukkan untuk kaum Hinayana [Sravaka], tetapi untuk para Bodhisattva. Wajar saja kalau Hinayana tidak tahu.

Sebagai klimaks Bhavaviveka mengutip Simsapavana Sutra:
“Ananda, Dharma yang kumengerti tetapi tidak kuajarkan padamu lebih banyak daripada dedaunan di hutan pohon simsapa ini.”

Di sana jelas bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan semua Dharma pada kaum Sravaka. Yang tidak diajarkan pada kaum Sravaka itu, diajarkan sang Buddha pada para Bodhisattva.

Kisah hutan Simsapa ini juga disebutkan dalam Mahaparinirvana Sutra:

Kasyapa berkata pada sang Buddha: “O Bhagava! Ketika Sang Buddha berada di tepi sungai Gangga, di hutan Simsapavana, Pada waktu itu, sang Tathagata mengambil satu dahan pohon simsapa yang kecil dengan beberapa daun di batang tersebut dan berkata pada para bhiksu:
“Apakah daun yang berada di dalam genggaman tangan-Ku banyak atau semua daun dari rerumputan dan pepohonan di seluruh hutan banyak?”
Semua bhiksu menjawab: “O Bhagava! Dedaunan dari rerumputan dan pepohonan dari seluruh hutan sangat banyak dan tidak dapat dihitiung. Apa yang Tathagata pegang di tangan-Nya sangat sedikit dan tidak berharga untuk disebutkan.”
“O para bhiksu! Pengetahuan yang aku ketahui adalah seperti dedaunan dari rerumputan dan pepohonan di muka bumi; apa yang Aku berikan pada semua makhluk bagaikan daun dalam genggaman tangan-Ku.”
Sang Bhagava kemudian berkata: Hal-hal yang tidak terbatas yang diketahui oleh Tathagata adalah merupakan ajaran-Ku apabila mereka mencakup Empat Kebenaran Mulia. Jika tidak, maka akan ada 5 Kebenaran.”
………..
Bodhisattva Kasyapa berkata pada Buddha: “Jika semua hal tersebut berada dalam Empat kebenaran Mulia, mengapa Anda mengatakan bahwa mereka belum dibabarkan?”
Sang Buddha menjawab: “O pria yang berbudi! Meskipun mereka berada di dalam Empat kebenaran Mulia, kita tidak dapat mengatakan bahwa mereka telah dibabarkan. Mengapa tidak? O pria yang berbudi! Ada 2 macam kebijaksanaan berkaitan dengan pengetahuan Kebenaran Mulia. Yang pertama adalah tingkat menengah dan yang lainnya adalah tingkat superior. Apa yang dinamakan sebagai kebijaksanaan tingkat menengah adalah para Sravaka dan Pratyekabuddha; apa yang dimaksud sebagai tingkat superior adalah para Buddha dan Bodhisattva.


Dikatakan bahwa karena Kausala nya, maka Buddha Sakyamuni tidak mengajarkan sutta2 mahayana kpd para arahat pada jaman Beliau hidup.
Karena Sang Buddha mengetahui bahwa para arahat tsb tidak dapat memahami Ajaran Mahayana.
Dan Beliau mengajarkan sutta2 Mahayana hanya kpd Bodhisatva yg berada di suatu surga (saya lupa) :)
Tapi secara jelas di dalam Mahayana para Arahat diakui sebagai Bodhisatva tingkat 7.
Yg jadi pertanyaan saya:
Apabila arahat sudah mencapai Bodhisatva tingkat 7, mengapa masih tidak bisa memahami ajaran sutta2 Mahayana???
Dan aneh nya lagi, apabila Arahat (Bodhisatva tingkat 7) saja tidak dapat memahami, mengapa skrg malah banyak umat2 awam yg bisa menjelaskan ttg isi sutta2 Mahayana, yg menandakan mereka MENGERTI dan MEMAHAMI?
Seperti anda dan Bro Gandalf, yg saya rasa paham sekali ttg ajaran Mahayana.

Mohon diberi penjelasan, krn saya benar2 ingin mengerti.

 _/\_

Jangan salah paham. Buddha tidak pernah tidak mengajarkan para Arahat tentang jalan Bodhisatva. Contoh saja, Setiap pembabaran dharma Budha selalu dihadiri serombongan besar Bhikkhu Arahat.
Quote
Yang dimaksud Arahat tidak mengetahui jalan Bodhisatva adalah Arahat tidak sanggup memahami jalan Bodhisatva. Buddha tetap berkotbah tentang jalan Bodhisatva, namun para Arahat tidak memahaminya sehingga dianalogikan bahwa Arahat tidak mendengar ajaran Mahayana. Kotbah Sang Buddha seperti guyuran hujan dari angkasa,
para makhluk ibarat tanaman yg terguyur, rumput kecil hanya sanggup menyerap air sedikit, pohon besar menyerap air hujan dgn lebih banyak, semua terguyur, namun kapasitas menerima air (ajaran) tergantung masing-masing tanaman. Begitu juga umat awam hanya sanggup menyerap ajaran lokiya, sedangkan mereka yg menjadi bhikkhu dapat memahami ajaran yg lebih tinggi sehingga menyerap lebih banyak ajaran Buddha seperti pohon besar. Demikian seterusnya semua ini tergantung pada kapasitas masing2. 

Wah saya jadi bingung nih mas Chingik, berdasarkan beberapa hal:

Jika Arahat tak mampu memahami jalan Bodhisattva lantas apakah mahluk yang lebih rendah dari Arahat yang mampu memahami jalan Bodhisattva? jika jalan Arahat merupakan penghalang untuk memahami jalan Bodhisattva, mengapa Sang Buddha mengajarkan jalan Arahat? bagaimana dengan mahluk non Arahat seperti kita, mampukah memahami jalan Bodhisattva?

mohon penjelasannya

 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #523 on: 16 February 2009, 12:27:08 PM »
Quote
Tapi bagi Mahayana, mereka tidak melekat pada konsep "menolong semua makhluk".

Bagaimanapun argumen anda, menurut Mahayana para Arhat melekat pada "kedamaian ekstrim" dan para Bodhisattva tidak melekat pada  "menolong semua makhluk".

Kalau anda sebagai Theravadin tidak cocok, it's OK. Tahu konsepnya, hargai dan hormati konsep Mahayana.

pointless, saya rangkum saja:

theravadin beropini: arahat tidak melekat, bodhisatta "mahayanist" melekati sumpahnya.
mahayanist beropini: arahat theravadin & mahayanist melekat pada kedamaian ekstrim, bodhisatta mahayanist tidak melekati sumpahnya.

perang opini aja... terserah deh... pegang yg cocok bagi masing2 saja
kedua-dua nya tidak perlu di nilai dulu ^^...
tapi coba belajar basic tentang 4 kesunyataan mulia....kan kita semua sepakat 4 kesunyataan mulia adalah hukum paramatha(absolut)....

dari sanalah titik awal melihat pandangan...mana yang cocok sesuai kenyataan,bukan sesuai pikiran
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #524 on: 16 February 2009, 12:38:40 PM »
Quote
Oh Jadi pada jaman Buddha ternyata ajaran Mahayana sudah di ajarkan dan ada murid yg bisa memahami  Namaste
Tapi bagaimanapun juga... Arahat (Bodhisatva tgkt 7) dgn batinnya yg jernih dimana mereka sudah menghapus kilesa, seharusnya bisa lebih memahami ajaran Mahayana.
Dibanding dgn kita (umat awam), yg mgkn juga sudah termasuk Bodhisatva, tp masih di bawah tgkt 7 pastinya kan. Roll Eyes

Ini karena para Arhat menurut Mahayana masih memiliki kemelekatan akan "kedamaian ekstrim". Inilah yang menyebabkan ada beberapa dari para Arhat Hinayana yang lebih sulit memahami jalan Bodhisattva ketimbang umat awam seperti kita-kita ini.


Jika nibbana theravada dikatakan "kedamaian ekstrim" dan para savaka arahat itu dikatakan melekat pada kedamaian ekstrim. Bukankah para bodhisatva dan buddha dari jalur Mahayana juga melekat pada ikrar "menolong semua makhluk".
logika ajaran pembebasan sejati ajaran Theravada adalah pembebasan individu. Karena mengapa ? Hanya diri sendiri-lah yang bisa membebaskan diri sendiri, tiada orang yang bisa mensuci-kan diri orang lain. Oleh diri sendiri-lah kesucian itu bisa dicapai.

BUDDHA HAS SHOWN THE PATH OF LIBERATION, NOW DEPEND ON EACH INDIVIDUAL TO TAKE THE PATH AND JOURNEY HIMSELF.

Siapa yang sependapat dengan saya ? Cukup sependapat di dalam hati saja... dan anda akan semakin SADDHA (yakin) dengan yang mana ajaran pembebasan yang sejati.

Jika dikatakan melekat, saya mau nambahin mas Dilbert nih, pakai baju juga melekat kan? makan nasi juga melekat kan? pandangan salah dll adalah kemelekatan kan? lantas apa yang tidak melekat di dunia ini? Jika demikian cita-cita Bodhisattva juga suatu bentuk kemelekatan yang harus dilepaskan.

Ke-Buddha-an juga adalah suatu bentuk kemelekatan yang harus dilepaskan dong... (jadi manusia biasa lagi?) kalau begitu suami jangan melekat pada isteri dan sebaliknya, warga negara jangan patuh hukum karena menimbulkan kemelekatan dsbnya.

Inikah yang dimaksud kemelekatan? apa batasan kemelekatan? mas Dilbert, saya prihatin dengan orang-orang yang demikian mudah mengucapkan kata kemelekatan tanpa mengerti batasannya.

 _/\_
« Last Edit: 16 February 2009, 12:47:25 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

 

anything