//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 183749 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #480 on: 15 February 2009, 01:20:33 PM »
Quote
Dari penjelasan Bro Gandalf, saya menangkap bahwa Hinayana/Theravada dan Mahayana telah ada sejak masa Sang Buddha, sehingga Ananda harus memilah2 mana yang harus tercatat dalam Theravada dan mana yang harus tercatat dalam Mahayana. Mohon Klarifikasi.

Yap. Kurang lebih begitu.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #481 on: 15 February 2009, 01:27:47 PM »
Kalau begitu, yang menjadi tanda tanya, kenapa dalam Tipitaka Pali tidak ada sedikitpun tersirat mengenai Mahayana ataupun Ajarannya? misalnya yang menyebutkan bahwa Arahat bukanlah Final Goal.

_/\_

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #482 on: 15 February 2009, 01:42:21 PM »
Kalau begitu, yang menjadi tanda tanya, kenapa dalam Tipitaka Pali tidak ada sedikitpun tersirat mengenai Mahayana ataupun Ajarannya? misalnya yang menyebutkan bahwa Arahat bukanlah Final Goal.

_/\_

Siapa bilang tidak ada? Ingat ikrar Sumedha di hadapan Buddha Dipankara? Itu sangat Mahayanis.

Bahkan apabila anda melihat tradisi Mahasanghika, maka banyak sekali ditemukan ucapan-ucapan yang sedikit menyiratkan Mahayana. Di kalangan Sarvastivada juga dikenal Arhat yang maish bisa merosot.

Hal-hal di atas menandakan bahwa Ananda mengetahui keberadaan Ajaran Mahayana.

Baik Sarvastivada maupun Mahasanghika mengakui Konsili Pertama.

Dan memang tampaknya Ananda dengan sangat baik membedakan antara Hinayana dan Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #483 on: 15 February 2009, 01:47:39 PM »
Bahkan apabila anda melihat tradisi Mahasanghika, maka banyak sekali ditemukan ucapan-ucapan yang sedikit menyiratkan Mahayana. Di kalangan Sarvastivada juga dikenal Arhat yang maish bisa merosot.

Ini tuduhan serius, Arahat yang masih bisa merosot, bisa sebutkan contoh dan referensinya?

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #484 on: 15 February 2009, 02:20:36 PM »
Quote
justru membimbing terus menerus muncul alur..maka ada "ke-aku-an" disitu....coba lihat patticasammupada lagi dah...
ada suatu ego disitu.....
kalau masih tidak percaya..coba tanya yang praktik langsung vipassana....kalau saya sendiri...menyatakan ada "ego" disitu.

berarti Anatta dalam mahanyana dan Theravada berbeda lagi ^^

Sudah saya katakan, kalau anda menyebutkan "menolong hanya menolong", maka "membimbing terus menerus HANYALAH membimbing terus menerus."

Memangnya kagak bisa orang menolong terus menerus dengan tanpa memiliki rasa Aku?? Yang seharusnya diperhatikan bukanlah "terus menerus" sebagai sebuah keinginan yang penuh dengan rasa haus. Kalau rasa "terus menerus" ini didasari oleh rasa haus dan nafsu, maka tentu ini bukan keinginan seorang Bodhisattva. karena keinginan macam ini hanya menimbulkan penderitaan saja.

Membimbing terus menerus ini harus dipandang sebagai sebuah tindakan yang apa adanya. Menolong ya menolong. Berhenti ya hanya berhenti. Terus menerus ya hanya terus menerus. Seperti bumi yang berputar terus menerus, tidak ada lobha yang menyebabkan bumi berputar bukan? Maka membimbing terus menerus harus dipahami sebagai "Hanya Tindakan". Hanya satu alasan kenapa para Bodhisattva membimbing terus menerus, yaitu Maitri Karuna.

Membimbing terus menerus dalam praktek Bodhisattva diiringi dengan maitri karuna dan keinginan [harapan] positif [chanda], bukan lobha.

Makhluk yang mampu membimbing terus menerus tanpa lobha hanyalah para Bodhisattva yang telah melewati tingkat Arahat, Tidak Tergoyahkan.

Kita sebagai umat awam yang berniat untuk membimbing terus menerus, maka tidak dipungkiri bahwa akan ada sedikit lobha dalam pikiran kita, Tapi ini tidak jadi soal, karena lobha akan terus terkikis seiring dengan pemahaman kita mengenai maitri karuna, anatman dan kusala chanda terus meningkat, tentu diiringi dengan praktek meditasi seperti Vipasyana dan Samatha.

Anatta dalam Theravada dan Mahayana tidak berbeda, hanya saja Mahayana lebih meluaskan konsep Anatman itu ketimbang Theravada. Anda tidak mau terima, it's OK.

Ketimbang saya menjudge ada "Ego" di mana-mana, mendingan saya nge-judge bahwa diri saya ini masih penuh dengan "Ego".

 _/\_
The Siddha Wanderer
jadi bisakah saya tarik kesimpulan "selama Sang Buddha selalu mau mengajarkan dhamma,di situ ada penderitaan bukan.?"

lalu, bagian mana yang dikatakan Sang Buddha telah bebas dari penderitaan?
nah, inilah yang saya sebut...mengajarkan bebas dari penderitaan tetapi dirinya sendiri menderita....
apakah Sang buddha pernah merasakan betul-betul bebas dari penderitaan?
saya yakin "tidak akan pernah bebas dari penderitaan"

jadi apakah yang diajarkan seorang buddha?...yakni terus menderita?
jadi kebalik bukan dengan 4 kesunyataan mulia.

lalu pada akhirnya bertabrakan pula dengan ajaran Theravada.

Quote
4. Cara terampil
Ini adalah cara terampil para Arhat yang memahami Mahayana dalam mewejangkan sabda Sang Buddha secara keseluruhan yang dimulai dari Hinayana kemudian masuk ke Mahayana. Sehingga ini menunjukkan bahwa sabda Sang Buddha pertama harus dipahami lewat Hinayana dulu, baru masuk ke Mahayana dan Vajrayana, tidak tercampur-campur tak karuan.
saya rasa tidak bakalan nyambung..Theravada mengajarkan

Segala bentukan adalah penderitaan, dan untuk bebas dari penderitaan adalah bebas dari bentukan.

sedangkan mahayana? ^^

Quote
Kata kuncinya padamnya LDM, kalau mengarah ke sana dan menghasilkan magga dan phala --->nibbana berarti sudah  benar tipitakanya dan aplikasinya . Coba renungkan sumber dari semua dukkha,samsara,tumimbal lahir.
coba renungkan ini..dan keinginan untuk mengajar terus menerus itu masuk mana yah dari 3 ini.^^

apalagi kalau bukan ketamakan. dimana merujuk pada "mau terus"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #485 on: 15 February 2009, 02:30:05 PM »
Quote
kalau jaman dulu saja...kapasitas arahat pada waktu itu yang dibimbing langsung oleh Buddha tidak mampu mempelajari mahayana..

sudah dikatakan dulu...Seorang Sammasambuddha sebelum mengajar..beliau sudah tahu sampai dimana kemampuan pendengarnya....
jadi kalau di analogikan contoh anda......Buddha gotama sudah memperkirakan tanaman mana yang menyerap banyak yang mana tidak......bukan asal menyebar air....nanti banjir loh ^^

jadi tidaklah mungkin Buddha gotama berbicara Sia-Sia didepan seseorang yang dia TAHU kalau orang tersebut tidaklah mungkin mengerti apa yang IA katakan....dengan kata lain bicara sia-sia

Tentu seorang Samyaksambuddha tahu sampai dimana kemampuan pendengarnya

Saya beri contoh gini deh....

Sang Buddha pergi dengan diiringi 1000 siswa Arahat dan 1000 orang Bodhisattva [baik umat awam maupun bhiksu]. Sang Buddha melihat bahwa ada potensi 500 Arahat memahami ajaran Beliau tentang Mahayana dan 200 Bodhisattva dapat memperoleh pemahaman baru apabila Beliau membabarkan Dharma di waktu dan tempat itu.

Maka tentu Sang Buddha kemudian membabarkan ajaran beliau tentang Mahayana. Dan memang benar ke-500 Arahat dan 200 orang Bodhisattva tersebut paham akan ajaran Sang Buddha.

Namun 500 Arahat lainnya yang masih melekat pada "kedamaian ekstrim" mereka, tentu tidak paham akan ajaran Sang Buddha tentang Mahayana....

Nah dari kisah di atas, maka yang terjadi adalah Sang Buddha tetap tahu sampai dimana kemampuan pendengarnya.

Hanya saja tentu, bisa saja tidak semua pendengarnya paham bukan? Dan ini adalah sebuah hal yang wajar....

Apabila ada 1000 murid yang saat itu hadir, apa mesti semuanya harus bisa paham?

Kalau hanya 500 saja yang akan bisa paham, apakah Sang Buddha tidak jadi memberikan ajaran-Nya?

Apakah hanya karena 500 Arahat lainnya nggak bisa paham, maka Sang Buddha tidak jadi mengajarkan ajaran Mahayana pada 500 Arahat dan 200 Bodhisattva yang bisa memahami?

Coba Renungkan!

Jadi tentu Sabda Sang Buddha TIDAK PERNAH SIA-SIA.

 _/\_
The Siddha Wanderer
jika sesuai yang anda katakan dimana belajar Theravada dulu baru mahayana....
lalu mengapa para sesepuh Theravada seperti Ajahn Chah,Luanta maha bowa tidak belajar mahayana?
ataukah mereka tidak sanggup?
berarti Ajahn chah,Luanta Maha bowa,Ajahn Mun Bhuridatto itu semua belum tamat dari Theravada?

logikanya kan kalau sudah tamat S1 pasti masih ada S2...lalu mengapa Ajahn Chah,dan lainnya tidak lanjut belajar Mahayana?

Nah di katakan bahwa "nagarjuna" mengerti Mahayana...jikalau demikian berarti Nagarjuna lebih bijaksana dibanding arahat.
Seharusnya nagarjuna "mampu" melihat ke depan efek akibat diambilnya kitab suci dialam NAGA.
dan yang pada akhirnya Sangha terbecah belah 2 menjadi demikian.

berarti ketika "nagarjuna" mengambil kitab suci dialam naga...tidak pakai pikir dulu kah?

dan jika memang dasarnya adalah belajar Theravada...coba perhatikan..
ketika seseorang mampu menguasai Theravada.....dengan baik lalu dengan abhina nya sendiri pergi kealam Naga lalu baca kitab disana. kemudian belajar disana.
dengan begitu tidak akan ada 2 mazhab yang membingunkan bukan?

tapi kenyataan
bahkan pemula bisa langsung ditabhiskan menjadi bikkhu Mahayanis.

seperti "jikalau anda belum S1(sarjana)"...seharusnya menjadi  S1(sarjana) terlebih dahulu barulah menjadi "S2(master)"
dan tidak mungkin menjadi S2 langsung...mengapa Mahayana tidak gabung saja ke Theravada.
dan berarti sisa "para S2/sesepuh mahayana" bisa belajar di alam DEWA.

justru kenyataan-nya tidak demikian. ketika belajar THERAVADA dan sampai pada akhirnya.
tidak bakalan ada LANJUTAN S2...lalu mengapa ada klaim ada lanjutan S2?
justru klaim tersebut berawal dari Mahayana sendiri.

« Last Edit: 15 February 2009, 02:34:06 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #486 on: 15 February 2009, 02:37:45 PM »
Quote
Sudah saya katakan, kalau anda menyebutkan "menolong hanya menolong", maka "membimbing terus menerus HANYALAH membimbing terus menerus."

saya yakin para praktek vipassana tidak akan berkata demikian...
entah anda pernah belajar vipassana atau tidak
tapi saya juga mengharapkan jawaban sama seperti [at]indra tentang Arahat dapat merosot.

salam metta. ^^
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #487 on: 15 February 2009, 02:46:12 PM »
Quote
Barangkali Bro Gandalf tahu mengapa Saddharma Pundarika Sutra tidak diulang oleh Ananda pada Konsili I, sehingga lolos dari Tipitaka Pali.

Ada 4 penyebab:

1. Beda tempat
Tipitaka Pali kan diulang di Goa Sattapani, sedangkan ajaran Mahayana diulang di Gunung Vimalasvabhava, jadi beda tempat

2. Memisahkan dengan ajaran Hinayana
Konsili di Goa Sattapani juga mengundang para Arhat yang belum mampu memahami Mahayana, maka tentu sabda Mahayana tidak diulang di sana. Ananda pergi ke Gunung Vimalasvabhava untuk mengulang sabda Mahayana di sana bersama dengan para Bodhisattva.

3. Diulang dan dilestarikan secara terpisah
Ajaran Hinayana dilestarikan dalam kelompok besar [beribu-ribu bahkan mungkin berpuluh-puluh ribu], sedangkan ajaran Mahayana dilestarikan dalam kelompok kecil / sedang [ratusan saja]. 2 kelompok ini memang berkembang secara terpisah dari awalnya.

4. Cara terampil
Ini adalah cara terampil para Arhat yang memahami Mahayana dalam mewejangkan sabda Sang Buddha secara keseluruhan yang dimulai dari Hinayana kemudian masuk ke Mahayana. Sehingga ini menunjukkan bahwa sabda Sang Buddha pertama harus dipahami lewat Hinayana dulu, baru masuk ke Mahayana dan Vajrayana, tidak tercampur-campur tak karuan.

 _/\_
The Siddha Wanderer
mari kita perhatikan 3 penyebab itu.

jika para Mahayana yang notabane nya memiliki "kebijaksanaan" yang "LEBIH" di banding yang mengikuti "Theravada"
mengapa "para sesepuh yang mengerti itu"
tidak melihat Ke masa depan dengan kemampuan nya Superiornya kalau bakalan ada kekacauan seperti ini?

jadi bisa donk para Theravada menyalahkan para sesepuh mahayana yang "bijak" itu dengan alasan.
kalau "orang bijak lebih tahu dari pada orang tidak bijak harusnya mengambil keputusan tepat hingga perbedaan pandangan yang sedemikian dalam kalangan Theravada dan Mahayana dapat dihindari"

kalaupun dengan alasan makanya Kitab itu disimpan di ALAM NAGA...lalu siapa yang bodoh mengambil kitab itu tanpa pikir panjang?
jikalau sudah Tamat S1(theravada) harusnya dengan sendiri memiliki Abhinna untuk ke Alam NAGA dan belajar disitu. ^^
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #488 on: 15 February 2009, 05:36:36 PM »
Kapan kata hinayana dan mahayana muncul? apakah sejak jaman Sang Buddha ada?

Setau saya kata "mahayana dan hinayana "muncul jauh setelah Sang Buddha parinibanna. Jadi jika arahat masih bisa merosot, sia2 dong yg jadi arahat pada jaman Sang Buddha.  #:-S

Sebenarnya ajaran Sang Buddha itu sederhana, hanya manusia yg membuat aliran aneh2 dan menjelimet agar terkesan eksklusive. mereka yg menciptakan perbedaan sehingga muncul kata "mahayana dan hinayana yg berpolemik" hanyalah ciptaan orang2 yg suka berfantasi ttg ajaran Sang Buddha. ^-^
« Last Edit: 15 February 2009, 05:46:00 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #489 on: 15 February 2009, 05:55:14 PM »
Bahkan apabila anda melihat tradisi Mahasanghika, maka banyak sekali ditemukan ucapan-ucapan yang sedikit menyiratkan Mahayana. Di kalangan Sarvastivada juga dikenal Arhat yang maish bisa merosot.

Ini tuduhan serius, Arahat yang masih bisa merosot, bisa sebutkan contoh dan referensinya?

jalur bodhisatta seperti contoh petapa sumedha yang berikrar di hadapan BUDDHA DIPANKARA itu BENAR, tetapi tidak dalam artian bahwa ARAHAT masih bisa merosot ataupun setelah mencapai kesucian arahat masih bisa lanjut lagi ke jalur bodhisatta dan mencapai sammasambuddha.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #490 on: 15 February 2009, 10:22:56 PM »
Quote
Jangan salah paham. Buddha tidak pernah tidak mengajarkan para Arahat tentang jalan Bodhisatva. Contoh saja, Setiap pembabaran dharma Budha selalu dihadiri serombongan besar Bhikkhu Arahat. Yang dimaksud Arahat tidak mengetahui jalan Bodhisatva adalah Arahat tidak sanggup memahami jalan Bodhisatva. Buddha tetap berkotbah tentang jalan Bodhisatva, namun para Arahat tidak memahaminya sehingga dianalogikan bahwa Arahat tidak mendengar ajaran Mahayana. Kotbah Sang Buddha seperti guyuran hujan dari angkasa, para makhluk ibarat tanaman yg terguyur, rumput kecil hanya sanggup menyerap air sedikit, pohon besar menyerap air hujan dgn lebih banyak, semua terguyur, namun kapasitas menerima air (ajaran) tergantung masing-masing tanaman. Begitu juga umat awam hanya sanggup menyerap ajaran lokiya, sedangkan mereka yg menjadi bhikkhu dapat memahami ajaran yg lebih tinggi sehingga menyerap lebih banyak ajaran Buddha seperti pohon besar. Demikian seterusnya semua ini tergantung pada kapasitas masing2.

Oh Jadi pada jaman Buddha ternyata ajaran Mahayana sudah di ajarkan dan ada murid yg bisa memahami  _/\_
Tapi bagaimanapun juga... Arahat (Bodhisatva tgkt 7) dgn batinnya yg jernih dimana mereka sudah menghapus kilesa, seharusnya bisa lebih memahami ajaran Mahayana.
Dibanding dgn kita (umat awam), yg mgkn juga sudah termasuk Bodhisatva, tp masih di bawah tgkt 7 pastinya kan. ::)

Quote
4. Cara terampil
Ini adalah cara terampil para Arhat yang memahami Mahayana dalam mewejangkan sabda Sang Buddha secara keseluruhan yang dimulai dari Hinayana kemudian masuk ke Mahayana. Sehingga ini menunjukkan bahwa sabda Sang Buddha pertama harus dipahami lewat Hinayana dulu, baru masuk ke Mahayana dan Vajrayana, tidak tercampur-campur tak karuan.

Jadi menurut Bro Gandalf ajaran Vajrayana lebih "tinggi" dibandingkan Teravada dan Mahayana?
Kelebihan Vajrayana apa yah dibanding Mahayana dan Teravada bro?

Quote
Nah di katakan bahwa "nagarjuna" mengerti Mahayana...jikalau demikian berarti Nagarjuna lebih bijaksana dibanding arahat.
Seharusnya nagarjuna "mampu" melihat ke depan efek akibat diambilnya kitab suci dialam NAGA.
dan yang pada akhirnya Sangha terbecah belah 2 menjadi demikian.

berarti ketika "nagarjuna" mengambil kitab suci dialam naga...tidak pakai pikir dulu kah?

Mau tidak mau saya harus setuju dgn pertanyaan diatas, saya pun bingung apabila Sutta2 Mahayana di taruh di alam Naga (entah oleh siapa) krn dgn alasan hanya bisa dimengerti oleh Bodhisatva, seharusnya Nagarjuna berpikir berkali2 sebelum membawanya ke alam dunia ini, yg hasilnya malah membawa pada perpecahan sangha, dan kebingungan bagi umat.

Quote
Kalau begitu, yang menjadi tanda tanya, kenapa dalam Tipitaka Pali tidak ada sedikitpun tersirat mengenai Mahayana ataupun Ajarannya? misalnya yang menyebutkan bahwa Arahat bukanlah Final Goal.

Siapa bilang tidak ada? Ingat ikrar Sumedha di hadapan Buddha Dipankara? Itu sangat Mahayanis.


Ikrar petapa Sumedha termasuk di sutta Theravada kah? atau hanya ada di sutta Mahayana?

Quote
point point inilah yang mendasari perbedaan pendapat antara Theravada dan MAhayana dimana pada Theravada dikatakan bahwa seorang Savaka Buddha adalah SUDAH FINAL (FINISH), sedangkan menurut Mahayana, para Sravaka masih bisa melanjutkan "perjalanan hidup" lagi dan menempuh karir bodhisatva hingga mencapai tingkat 10.


Gak semua Mahayana. Saudara Chingik boleh berpendapat semua Mahayana, tetapi saya pernah posting sebuah Sutra Mahayana yang menunjukkan bahwa Sravaka sudah final. Sutra tersebut ditunjukkan oleh seorang Bhiksu Mahayana yang mengajar di Taiwan. Beliau menunjukkan bahwa Mahayana awal hanya berpendapat pencapaian Samyaksambuddha lebih mulia.

Waduh jadi tambah bingung neh :o :o :o

Sblmnya thx atas jawabannya.

 _/\_
« Last Edit: 15 February 2009, 10:41:40 PM by BlackDragon »
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #491 on: 16 February 2009, 06:12:12 AM »
Quote
Ini tuduhan serius, Arahat yang masih bisa merosot, bisa sebutkan contoh dan referensinya?

Baca Abhidharmakosa. Di sana ada sebutin Arhat yang masih bisa merosot dan ada yang tidak.....

Kalau Mahasanghika malah semua Arhat ada kemungkinan melakukan kemerosotan dalam 5 hal.

Jadi sebenarnya dalam aliran Hinayana sendiri telah ada indikasi tentang ketidaksempurnaan seorang Shravaka Arhat.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #492 on: 16 February 2009, 06:32:01 AM »
Quote
jika sesuai yang anda katakan dimana belajar Theravada dulu baru mahayana....
lalu mengapa para sesepuh Theravada seperti Ajahn Chah,Luanta maha bowa tidak belajar mahayana?
ataukah mereka tidak sanggup?
berarti Ajahn chah,Luanta Maha bowa,Ajahn Mun Bhuridatto itu semua belum tamat dari Theravada?

logikanya kan kalau sudah tamat S1 pasti masih ada S2...lalu mengapa Ajahn Chah,dan lainnya tidak lanjut belajar Mahayana?

Nah di katakan bahwa "nagarjuna" mengerti Mahayana...jikalau demikian berarti Nagarjuna lebih bijaksana dibanding arahat.
Seharusnya nagarjuna "mampu" melihat ke depan efek akibat diambilnya kitab suci dialam NAGA.
dan yang pada akhirnya Sangha terbecah belah 2 menjadi demikian.

berarti ketika "nagarjuna" mengambil kitab suci dialam naga...tidak pakai pikir dulu kah?

dan jika memang dasarnya adalah belajar Theravada...coba perhatikan..
ketika seseorang mampu menguasai Theravada.....dengan baik lalu dengan abhina nya sendiri pergi kealam Naga lalu baca kitab disana. kemudian belajar disana.
dengan begitu tidak akan ada 2 mazhab yang membingunkan bukan?

tapi kenyataan
bahkan pemula bisa langsung ditabhiskan menjadi bikkhu Mahayanis.

seperti "jikalau anda belum S1(sarjana)"...seharusnya menjadi  S1(sarjana) terlebih dahulu barulah menjadi "S2(master)"
dan tidak mungkin menjadi S2 langsung...mengapa Mahayana tidak gabung saja ke Theravada.
dan berarti sisa "para S2/sesepuh mahayana" bisa belajar di alam DEWA.

justru kenyataan-nya tidak demikian. ketika belajar THERAVADA dan sampai pada akhirnya.
tidak bakalan ada LANJUTAN S2...lalu mengapa ada klaim ada lanjutan S2?
justru klaim tersebut berawal dari Mahayana sendiri.

Ini adalah pertanyaan konyol.

Apabila Nagarjuna tidak mengambil Sutra Mahayana.... Anda pikir tidak akan ada perpecahan Sangha??

Lah 18 sekte awal yang konsepnya berbeda-beda anda pikir itu apa?

Kalau gak ada Mahayana, mungkin zaman sekarang akan ada 18 sekte agama Buddha yang sedang bertarung dan gontok-gontokan.

Tahu 18 sekte awal itu apa saja?

Malah Theravada yang katanya banyak orang murni itu justru menurut Mahasanghika adalah sekte yang dengan seenaknya menambahi Vinaya yang diajarkan Sang Buddha! Nah lho? Jadi yang bikin Sanghabheda itu siapa?

Coba renungkan! Belajar sejarah, pahami, baru tanyakan!

La Ajahn Chah, Luangta Maha Boowa, Ajahn Mun Bhuridatto ada kejodohan gak bertemu ajaran Mahayana?

Apakah mereka seorang Arhat masih belum tentu bukan? Apakah mereka mempunyai kemampuan lebih [abhinna] anda juga gak tahu pastinya bukan?

Lagipula kalau mereka Arhat, belum tentu juga merupakan seorang Arhat yang mampu memahami Mahayana? Ingat contoh kisah Arhat yang mampu memahami Mahayana dan yang tidak mampu memahami Mahayana?

Quote
seperti "jikalau anda belum S1(sarjana)"...seharusnya menjadi  S1(sarjana) terlebih dahulu barulah menjadi "S2(master)"
dan tidak mungkin menjadi S2 langsung...mengapa Mahayana tidak gabung saja ke Theravada.
dan berarti sisa "para S2/sesepuh mahayana" bisa belajar di alam DEWA.

Pertanyaan anda ini sudah dijawab dulu-dulu. Silahkan cari.

Apa anda pikir penganut Mahayana tidak melewati S1 dulu? Apakah anda pikir umat awam yang mengambil ikrar Bodhisattva itu nggak lewat S1? Terus kenapa ya kalau mau S1 nggak mesti belajar di aliran Theravada dulu?

Jawaban: Karena di aliran Mahayana sudah ada kurikulum belajar aliran Hinayana tanpa menyimpangkan seseorang ke jalur Arhat aliran Hinayana, namun kurikulum itu menuntun ke Bodhisattva tingkat tujuh (Arhat) yang diajarkan dalam Mahayana.

Silahkan lihat Lamrim lebih jelasnya, karena di sana diajarkan tentang konsep2 Hinayana tanpa harus masuk ke aliran Hinayana terlebih dahulu!

Ingat, seorang Bodhisattva harus mampu menguasai jalan Shravaka dan Pratyeka Buddha karena ini merupakan dasar. Ya, Hinayana merupakan dasar dari agama Buddha.

Quote
justru kenyataan-nya tidak demikian. ketika belajar THERAVADA dan sampai pada akhirnya.
tidak bakalan ada LANJUTAN S2...lalu mengapa ada klaim ada lanjutan S2?
justru klaim tersebut berawal dari Mahayana sendiri.

Kalau saya bilang Hinayana yang nge-klaim kalau tidak ada S2 gimana??  ^-^  ^-^  ^-^

La S1 yang bener itu aja masih ditanyakan kok. Tuh ada Sarvastivada, Mahasanghika, Sautantrika, Haimavata selain Theravada.

Nah kalau pakai logika ekstrim..... maka ada yang ngelulusin pake ijazah palsu tuh...

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 16 February 2009, 07:15:03 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #493 on: 16 February 2009, 06:35:47 AM »
Quote
jalur bodhisatta seperti contoh petapa sumedha yang berikrar di hadapan BUDDHA DIPANKARA itu BENAR, tetapi tidak dalam artian bahwa ARAHAT masih bisa merosot ataupun setelah mencapai kesucian arahat masih bisa lanjut lagi ke jalur bodhisatta dan mencapai sammasambuddha.

Yap, karena ikrar tersebut ada di Tipitaka Pali.....

Apabila Theravada tidak mengakui demikian, itu wajar sekali. sangat wajar.

Tapi apabila Mahayanis melihat ikrar tersebut, sangat jelas ikrar itu sangat Mahayanis dan tidak ada yang perlu diinterpretasikan macam-macam karena kalimat ikrar Sumedha sudah sangat jelas dan eksplisit maksudnya...

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #494 on: 16 February 2009, 06:39:08 AM »
Quote
Kapan kata hinayana dan mahayana muncul? apakah sejak jaman Sang Buddha ada?

Setau saya kata "mahayana dan hinayana "muncul jauh setelah Sang Buddha parinibanna. Jadi jika arahat masih bisa merosot, sia2 dong yg jadi arahat pada jaman Sang Buddha.  Relieved

Sebenarnya ajaran Sang Buddha itu sederhana, hanya manusia yg membuat aliran aneh2 dan menjelimet agar terkesan eksklusive. mereka yg menciptakan perbedaan sehingga muncul kata "mahayana dan hinayana yg berpolemik" hanyalah ciptaan orang2 yg suka berfantasi ttg ajaran Sang Buddha. chuckle

Maka...... 18 sekte agama Buddha juga dapat dikategorikan sebagai ciptaan orang2 yg suka berfantasi ttg ajaran Sang Buddha. Apakah begitu???

Wah....kalau begitu..... kan Theravada masuk......  gimana nih?  ^-^  ^-^

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.