//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 184864 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #450 on: 29 December 2008, 09:03:58 PM »

dan manakah yang lebih menyenangkan....
tidak terlahir atau terlahir.?
tidak berbentuk atau berbentuk?
tidak menjelma atau menjelma?
tidak berkondisi atau berkondisi?
tidak ada(lepas dari ruang dan waktu) atau ada(masih merupakan lingkungan ruang dan waktu)?


Quote from: chingik link=topic=5941
Ya, Dari sudut pada Mahayana sendiri memang merasa tidak saling bertabrakan. Karena hakikat dhamma itu adalah tanpa inti, sedangkan konsep2 yg dimunculkan itu hanya sebagai upaya kosala nyana utk membimbing para makhluk.  
cukup simple...jawab saja pertanyaan tsb...akan kelihatan bertabrakan atau tidak.^^  _/\_
nanti setelah jawab baru saya akan munculkan argumen ke-2....bertahap-tahap...biar jelas ^^


bebas dari dualisme, itu baru inti kebahagiaan sejati.
 jadi tetap saja tidak bertabrakan.
anda menyatakan
bebas dari dualisme adalah inti kebahagiaan sejati

bagaimana jika bebas dari lahir,sakit,tua dan mati?
apakah juga inti kebahagiaan sejati?.....^^.........
jika anda menjawab iya...maka tentu mengacu pada kesalahan pada pernyataan anda yang pertama.

jika anda menjawab tidak,mari kita buka kembali 4 kesunyataan mulia dan 3 corak umum.

jika anda menjawab tidak untuk kedua-dua nya dan berpikir....masuk diantara jawaban itu adalah tidak bebas dari dualisme...mari kita membahas paramatha sacca dan samuthi.

pertanyaan sederhana saja,apakah demikian sulit untuk dijawab............_/\_
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #451 on: 29 December 2008, 09:06:54 PM »

dan manakah yang lebih menyenangkan....
tidak terlahir atau terlahir.?
tidak berbentuk atau berbentuk?
tidak menjelma atau menjelma?
tidak berkondisi atau berkondisi?
tidak ada(lepas dari ruang dan waktu) atau ada(masih merupakan lingkungan ruang dan waktu)?


Quote from: chingik link=topic=5941
Ya, Dari sudut pada Mahayana sendiri memang merasa tidak saling bertabrakan. Karena hakikat dhamma itu adalah tanpa inti, sedangkan konsep2 yg dimunculkan itu hanya sebagai upaya kosala nyana utk membimbing para makhluk.  
cukup simple...jawab saja pertanyaan tsb...akan kelihatan bertabrakan atau tidak.^^  _/\_
nanti setelah jawab baru saya akan munculkan argumen ke-2....bertahap-tahap...biar jelas ^^


bebas dari dualisme, itu baru inti kebahagiaan sejati.
 jadi tetap saja tidak bertabrakan.



Yang diajarkan Sang Buddha sebagai adalah berhentinya nafsu keinginan yang merupakan sumber dari penderitaan.
"Kebahagiaan sejati", "bebas dari dualisme", masih dalam lingkup dualisme, juga.........


pernyataan yg bersifat verbal memang tak terhindarkan. Buddha tetap saja harus berbicara panjang lebar. Tapi itu utk kepentingan sang pendengar , buat Sang Buddha yg tercerahkan ya dak begitu la yaw..  ;))

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #452 on: 20 January 2009, 11:09:57 AM »
Sebelumnya saya ingin berterima kasih kpd Bro2 yg sedang discus di Thread ini, krn dgn membaca postingan anda2 maka saya dapat belajar banyak ttg Theravada dan jg Mahayana.

Meskipun begitu, ada bbrp yg tidak saya pahami dan ingin saya tanyakan.
Mohon bimbingannya.

Quote
Mau bukti kalau Bodhisattva turun ke dunia?

Lihat ayah, ibu, saudara dan teman-teman yang mengasihi anda dan ingin yang terbaik buat anda. Itulah contoh nyata para Bodhisattva yang hadir di dunia ini.

Mau tanya Bro Gandalf kalo yg diatas termasuk Bodhisattva, berarti Bodhisattva masih ada Tanha donk yah?
Krn uda pasti ayah, ibu dan teman2 kita gak semua nya bersih dari kilesa, bahkan mgkn tidak satupun yg terbebas dari kilesa apa lagi mempunyai Pemahaman Maha Tahu.
Dan apabila mereka termasuk Bodhisattva, berarti seharusnya rata2 manusia yg ada di muka bumi dapat mengerti ajaran Mahayana dari awalnya.
Mengapa justru para Arahat yg dikatakan sudah menghapus Kilesa malahan tidak mengerti dgn ajaran dalam Sutta Mahanaya?

Saya jadi agak bingung, apabila ada kesalahan dalam pengertian saya mohon di beri penjelasan.

 
Dan sutta2 Mahayana berasal dari Sabda Buddha Gotama sendiri, atau berasal dari ajaran2 Murid2 setelah Buddha parinirvana yah?
Soalnya saya melihat banyak nama yg terlibat spt Nagajuna,dll.
Kalo berasal dari Buddha Gotama, kenapa sampai bisa tidak masuk dalam Sutta Theravada?

Mohon bimbingannya.

_/\_
« Last Edit: 20 January 2009, 11:26:11 AM by BlackDragon »
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #453 on: 20 January 2009, 12:09:57 PM »
Sebelumnya saya ingin berterima kasih kpd Bro2 yg sedang discus di Thread ini, krn dgn membaca postingan anda2 maka saya dapat belajar banyak ttg Theravada dan jg Mahayana.

Meskipun begitu, ada bbrp yg tidak saya pahami dan ingin saya tanyakan.
Mohon bimbingannya.

Quote
Mau bukti kalau Bodhisattva turun ke dunia?

Lihat ayah, ibu, saudara dan teman-teman yang mengasihi anda dan ingin yang terbaik buat anda. Itulah contoh nyata para Bodhisattva yang hadir di dunia ini.

Mau tanya Bro Gandalf kalo yg diatas termasuk Bodhisattva, berarti Bodhisattva masih ada Tanha donk yah?
Krn uda pasti ayah, ibu dan teman2 kita gak semua nya bersih dari kilesa, bahkan mgkn tidak satupun yg terbebas dari kilesa apa lagi mempunyai Pemahaman Maha Tahu.
Dan apabila mereka termasuk Bodhisattva, berarti seharusnya rata2 manusia yg ada di muka bumi dapat mengerti ajaran Mahayana dari awalnya.
Mengapa justru para Arahat yg dikatakan sudah menghapus Kilesa malahan tidak mengerti dgn ajaran dalam Sutta Mahanaya?

Saya jadi agak bingung, apabila ada kesalahan dalam pengertian saya mohon di beri penjelasan.

 
Dan sutta2 Mahayana berasal dari Sabda Buddha Gotama sendiri, atau berasal dari ajaran2 Murid2 setelah Buddha parinirvana yah?
Soalnya saya melihat banyak nama yg terlibat spt Nagajuna,dll.
Kalo berasal dari Buddha Gotama, kenapa sampai bisa tidak masuk dalam Sutta Theravada?

Mohon bimbingannya.

_/\_
hi, bro Black
Maaf ya kalo saya nimbrun pertanyaan yg tertuju pd bro Gandalf. Mungkin dia sdg sibuk, blm sempat balas , so saya coba bantu dari apa yg saya pelajari.
Dalam perspektif Mahayana, Bodhisatva memiliki tingkatan yg berbeda-beda. Dgn kata lain, seorang pemula dapat membangkitkan cita-cita menjadi Buddha dan dia sudah disebut sebagai bodhisatva, namun dalam arti sbg bodhisatva pemula yg belum terkikis noda batinnya. Seiring dgn praktik pelatihannya, maka bodhisatva akan mencapai level yg lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga menjadi bodhisatva mahasatva. Jadi sangat wajar bila seorang bodhisatva pemula masih memiliki tanha. Namun ini tentu harus dikikis dari hari ke hari.

Mengenai ayah ibu kita disebut bodhisatva, ini tentu adalah perumpamaan yg bersifat kiasan. Namun bila direnungkan, hal ini sah sah saja, karena pada dasarnya ayah ibu kita memberi segala hal tanpa pamrih kepada kita, hal ini sangat selaras dgn sifat altruis yg dikembangkan seorang bodhisatva. Hal altruis inilah yg dijadikan inti dari apa yg dikiaskan bro Gandalf bhw ayah ibu kita adalah seorang bodhisatva.   

Ajaran Mahayana tentu adalah sabda Sang Buddha juga.
Mengenai tidak masuk ke Sutta Theravada, hal ini hanya bisa ditelusuri dari sisi sejarah perpecahan agama Buddha ke dalam beberapa sekte pada masa awal itu.

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #454 on: 21 January 2009, 01:07:43 AM »
Atas^
Thx Bro Cingik atas jawabannya, _/\_
tapi yg membuat saya bingung, di postingan sebelumnya dikatakan bahwa ajaran Mahayana terlalu Tinggi utk para Arahat di jaman Sang Buddha hidup sehingga Beliau tidak mengajarkan kpd mereka.

Tetapi di lain sisi anda juga mengatakan:

Quote
Dalam perspektif Mahayana, Bodhisatva memiliki tingkatan yg berbeda-beda. Dgn kata lain, seorang pemula dapat membangkitkan cita-cita menjadi Buddha dan dia sudah disebut sebagai bodhisatva, namun dalam arti sbg bodhisatva pemula yg belum terkikis noda batinnya. Seiring dgn praktik pelatihannya, maka bodhisatva akan mencapai level yg lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga menjadi bodhisatva mahasatva. Jadi sangat wajar bila seorang bodhisatva pemula masih memiliki tanha. Namun ini tentu harus dikikis dari hari ke hari.

Yg jadi pertanyaan saya knp umat awam yg berikrar (bodhisattva pemula) bisa memahami dan menjalankan ajaran2 di dalam Sutta Mahayana pdhl mereka masih mempunyai Kilesa dan Tanha,
sedangkan para Arahat yg diakui sudah mancapai Bodhisattva tgkt 7 dan sudah terlepas dari Kilesa, kenapa bahkan tidak bisa mengerti ajaran Mahayana sehingga Buddha tidak mengajarkan kpd mereka?

Dan apakah benar cerita bahwa Nagajuna yg mengambil sutta Mahayana dari alam Naga (kalo tdk salah ;D)?

Mohon diberi penjelasannya, sehingga saya dapat lebih memahami.
 _/\_

« Last Edit: 21 January 2009, 01:25:02 AM by BlackDragon »
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #455 on: 21 January 2009, 10:12:22 AM »
Atas^
Thx Bro Cingik atas jawabannya, _/\_
tapi yg membuat saya bingung, di postingan sebelumnya dikatakan bahwa ajaran Mahayana terlalu Tinggi utk para Arahat di jaman Sang Buddha hidup sehingga Beliau tidak mengajarkan kpd mereka.

Tetapi di lain sisi anda juga mengatakan:

Quote
Dalam perspektif Mahayana, Bodhisatva memiliki tingkatan yg berbeda-beda. Dgn kata lain, seorang pemula dapat membangkitkan cita-cita menjadi Buddha dan dia sudah disebut sebagai bodhisatva, namun dalam arti sbg bodhisatva pemula yg belum terkikis noda batinnya. Seiring dgn praktik pelatihannya, maka bodhisatva akan mencapai level yg lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga menjadi bodhisatva mahasatva. Jadi sangat wajar bila seorang bodhisatva pemula masih memiliki tanha. Namun ini tentu harus dikikis dari hari ke hari.

Yg jadi pertanyaan saya knp umat awam yg berikrar (bodhisattva pemula) bisa memahami dan menjalankan ajaran2 di dalam Sutta Mahayana pdhl mereka masih mempunyai Kilesa dan Tanha,
sedangkan para Arahat yg diakui sudah mancapai Bodhisattva tgkt 7 dan sudah terlepas dari Kilesa, kenapa bahkan tidak bisa mengerti ajaran Mahayana sehingga Buddha tidak mengajarkan kpd mereka?

Dan apakah benar cerita bahwa Nagajuna yg mengambil sutta Mahayana dari alam Naga (kalo tdk salah ;D)?

Mohon diberi penjelasannya, sehingga saya dapat lebih memahami.
 _/\_



Memahami sebuah prinsip ajaran tidak tergantung pada seberapa banyak kilesa yang dikikis. Ananda memahami dan mengingat semua kotbah Sang Buddha, namun Beliau baru sanggup mencapai Arahat setelah Sang Buddha wafat. Culapanthaka yang dianggap bodoh tidak perlu banyak menguasai pengetahuan dhamma sudah bisa mencapai Kearahatan mendahului Ananda.

 Namun ketika Buddha Gotama menjadi seorang bodhisatta pada kehidupan lampaunya, beliau banyak memahami dhamma dari para Buddha masa lalu, tapi tidak serta merta beliau mengikis habis noda batinnya, karena beliau memilih mencapai Sammasambuddha.

Pada dasarnya Sang Buddha bukan tidak mengajarkan ajaran Mahayana kepada para Arahat. Justru dari waktu ke waktu para siswa utama yg sudah menjadi Arahat sering mendengar wejangan dharma Sang Buddha tentang prinsip Mahayana. Salah satu contoh yg sdh umum, Dalam Sutra Intan, Y.A Subhuti berdialog dengan Buddha mengenai prinsip2 jalan Bodhisatva.
Namun tugas pengajaran prinsip Mahayana tidak diemban oleh para Arahat, karena sudah ada para bodhisatva dalam kapasitas ini. Sedangkan Arahat mengajarkan prinsip-prinsip Sravakayana. Itu pula yang menjadi salah satu faktor mengapa kitab-kitab Sravakayana tidak dicampur adukkan dengan kitab ajaran mahayana. Dan konsilinya juga berdiri sendiri tdk dicampur adukkan. 

Pada sisi lain, yang tidak diajarkan Buddha adalah kepada Arahat yang belum siap menerima prinsip Mahayana. Jadi kelompok Arahat memiiki kecenderungan batin yang berbeda-beda.

Mengenai Nagarjuna, memang terdapat kisah demikian. Tentang benar atau tidaknya kisah itu, ini sudah menyangkut ranah diluar nalar awam. Namun ajaran Buddha tidak menampik tentang kisah2 keajaiban. Sudah terlalu banyak kisah keajaiban dalam sutta2, jadi tidaklah mustahil bila Nagarjuna pergi ke istana Naga.



Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #456 on: 31 January 2009, 05:01:57 PM »
Bro. dilbert,

Kisah Bodhisatta terlahir kembali di neraka oleh karena akusala kamma-nya ada di naskah Apadana, Khuddaka Nikaya.

The Bodhisatta was born several times in the purgatories (Ap.i.299 ff).
(Dictionary of Pali Proper Names)

Ap. = Apadana.

“Insiden ini oleh beberapa naskah dicatat merupakan buah karma oleh karena mengejak orang suci di kehidupan lampau. (Lihat: Apadana I:299). Sang Bodhisatta pergi menuju neraka oleh karena perbuatannya, insiden ini adalah karena kematangan buah karmanya.”
(The Skill in Means)
 
_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #457 on: 31 January 2009, 05:31:59 PM »
Quote
Quote
Mau tanya Bro Gandalf kalo yg diatas termasuk Bodhisattva, berarti Bodhisattva masih ada Tanha donk yah?
Krn uda pasti ayah, ibu dan teman2 kita gak semua nya bersih dari kilesa, bahkan mgkn tidak satupun yg terbebas dari kilesa apa lagi mempunyai Pemahaman Maha Tahu.
Dan apabila mereka termasuk Bodhisattva, berarti seharusnya rata2 manusia yg ada di muka bumi dapat mengerti ajaran Mahayana dari awalnya.

hi, bro Black
Maaf ya kalo saya nimbrun pertanyaan yg tertuju pd bro Gandalf. Mungkin dia sdg sibuk, blm sempat balas , so saya coba bantu dari apa yg saya pelajari.

Mengenai ayah ibu kita disebut bodhisatva, ini tentu adalah perumpamaan yg bersifat kiasan. Namun bila direnungkan, hal ini sah sah saja, karena pada dasarnya ayah ibu kita memberi segala hal tanpa pamrih kepada kita, hal ini sangat selaras dgn sifat altruis yg dikembangkan seorang bodhisatva. Hal altruis inilah yg dijadikan inti dari apa yg dikiaskan bro Gandalf bhw ayah ibu kita adalah seorang bodhisatva.   


Terima kasih bro. chingik..... udah mbantu njawabin pertanyaan temen-temen di sini.... ya... kebetulan sebelumnya saya masih belum ada waktu. Karena pertanyaan bro black sudah dijawab, maka saya tidak menjelaskannya lagi.

Syair Nasehat Maitreya Mengenai Bakti pada Orang Tua:
"Di dalam keluarga ada 2 Buddha
Sayangnya, orang-orang di dunia tidak mengetahuinya
Tidak perlu menggunakan emas dan warna untuk memperindah
Juga tidak perlu menggunakan chandana untuk memahat
Hanya Lihatlah pada ayah dan ibumu yang sekarang ini
mereka adalah Shakyamuni dan Maitreya
Jika Engkau dapat membuat persembahan pada mereka,
di manakah kebutuhan untuk melakukan kebaikan dan kebajikan yang lain*."


*) Ini bukan berarti bahwa apabila kita berbakti pada ortu, kita tidak perlu berbuat baik pada yang lainnya lagi. Kalimat ini hanya menekankan pada besarnya kebajikan apabila kita berbakti pada ortu.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #458 on: 11 February 2009, 08:17:15 PM »
Quote
devadatta juga makan, minum dan pindapata
Ulang lagi:
Tentu tidak sama. Semua kualitas seorang Buddha sudah dijabarkan dalam naskah suci. Buddha adalah makhluk yg telah mencapai sabbanuta nana (pengetahuan mahatahu).
Buddha melakukan aktivitas sehari-hari,makan, minum, berpindapata, bukankah tampak seperti tidak ada beda dengan makhluk putthujana (Devadatta) ?[/u] namun tidak demikian bukan?

Terima kasih atas keterangannya mas Chingik,

Mengenai Sabbanuta nana (pengetahuan maha tahu) nampaknya diluar dari pembahasan mengenai Nirvana nih, kembali ke pertanyaannya bila Nirvana dan tidak Nirvana sama saja lantas apa bedanya dengan alam dewa? oh ya bukankah Nirvana dan Parinirvana beda? setahu saya Parinirvana adalah memasuki Nirvana dalam keadaan mangkat.
Yang saya tanyakan adalah Nirvana sesudah mangkat, bukan Nirvana sebelum mangkat.
Bila menurut mas Chingik sesudah Parinirvana sama saja dengan mereka yang tidak Parinirvana, apa bedanya?

mohon penjelasannya,

terima kasih

 _/\_

Tidak ada bedanya. Lalu bukankah sama saja dengan alam dewa? Juga tidak sama.

Apa yg dimaksud dgn : tidak ada bedanya, namun juga tidak sama?
Maksudnya: pemahaman ini diluar logika awam. Kondisi ini tidak dapat dijelaskan secara verbal. So, Hanya dapat diselami sendiri secara langsung. Sama seperti mempertanyakan rasanya minum air asin, hanya dapat dirasakan tetapi tidak dapat dijelaskan dengan sempurna.
Makanya dikatakan Buddha tidak benar2 Parinirvana, ini juga ditujukan pada mereka yg melekat pada anggapan Buddha telah parinirvana. Ketika kita melekat pada anggapan Buddha tidak parinirvana, ini juga bentuk pemamahan ekstrim. Sebagai gambaran umum maka dikatakan diluar konsep fenomena ada atau tiada, wujud maupun tanpa wujud
Seperti apakah itu? Tanduk kelinci. Kelinci masak bertanduk? silakan berzazen sendiri.  :P


mas chingik, beberapa lama saya menganggap ini bukan jawaban, saya berpikir untuk tidak menanggapi tulisan mas Chingik terakhir ini dan mencari jawaban dari yang lebih ahli, tetapi saya akhirnya tergelitik juga  :). Nampaknya Nirvana yang secara jelas dikatakan berada sangat dekat, dapat dibuktikan dan menuntun ke dalam batin, sesudah sampai pada mas Chingik menjadi tidak jelas, dibikin menjadi tidak jelas... apakah ini disebabkan bahwa mas chingik tidak begitu jelas mengenai apa yang dimaksud dengan nirvana?
kalau memang mas chingik (dan juga mas Gandalf) memiliki pengertian yang jelas mengenai Nirvana, tolong jelaskan bagaimana sih proses Bodhisattva mencapai Samyaksambuddha waktu di bawah pohon Bodhi, menurut Mahayana? apakah sama dengan Theravada?

saya menghargai jawaban mas Chingik...

terima kasih   _/\_
« Last Edit: 11 February 2009, 08:20:51 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #459 on: 11 February 2009, 09:15:21 PM »
[at] truthlover...

kalau tidak salah saya (CMIIW), proses bodhisatva mencapai samyaksambuddha dibawah pohon bodhi menurut mahayana dan theravada sama... hanya saja menurut mahayana pencapaian di bawah pohon bodhi adalah pencapaian nirmakaya seorang bodhisatva siddharta... sedangkan menurut mahayana (vajrayana kali...) ada lagi pencapaian samyaksambuddha dari sambhogakaya seorang bodhisatva... yang diabhiseka sampai empat kali baru mencapai annutara samyaksambuddha...
untuk lebih lengkapnya mungkin bro.chingik dan bro.gandalf yang tulis.. (karena saya pun baru tahu dari posting-an bro gandalf)... dan semakin tahu saya tentang MAHAYANA itu...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #460 on: 12 February 2009, 01:27:28 PM »
[at] truthlover...

kalau tidak salah saya (CMIIW), proses bodhisatva mencapai samyaksambuddha dibawah pohon bodhi menurut mahayana dan theravada sama... hanya saja menurut mahayana pencapaian di bawah pohon bodhi adalah pencapaian nirmakaya seorang bodhisatva siddharta... sedangkan menurut mahayana (vajrayana kali...) ada lagi pencapaian samyaksambuddha dari sambhogakaya seorang bodhisatva... yang diabhiseka sampai empat kali baru mencapai annutara samyaksambuddha...
untuk lebih lengkapnya mungkin bro.chingik dan bro.gandalf yang tulis.. (karena saya pun baru tahu dari posting-an bro gandalf)... dan semakin tahu saya tentang MAHAYANA itu...

Terima kasih keterangannya mas Dilbert, karena fokus diskusi kita masih Mahayana maka saya perlu tahu bila berbeda dimana perbedaannya, jadi kita bisa tahu dengan jelas dimana perbedaan prosesnya. Karena pengertian saya tentang Mahayana masih abu-abu.

Jadi saya tetap ingin tahu dari mas Chingik maupun mas Gandalf mengenai proses yang terjadi dibawah pohon Bodhi menurut mahayana, dan proses itu tertulis di kitab suci Mahayana yang mana?

 _/\_
« Last Edit: 12 February 2009, 01:32:00 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #461 on: 12 February 2009, 09:03:05 PM »
[at] truthlover...

kalau tidak salah saya (CMIIW), proses bodhisatva mencapai samyaksambuddha dibawah pohon bodhi menurut mahayana dan theravada sama... hanya saja menurut mahayana pencapaian di bawah pohon bodhi adalah pencapaian nirmakaya seorang bodhisatva siddharta... sedangkan menurut mahayana (vajrayana kali...) ada lagi pencapaian samyaksambuddha dari sambhogakaya seorang bodhisatva... yang diabhiseka sampai empat kali baru mencapai annutara samyaksambuddha...
untuk lebih lengkapnya mungkin bro.chingik dan bro.gandalf yang tulis.. (karena saya pun baru tahu dari posting-an bro gandalf)... dan semakin tahu saya tentang MAHAYANA itu...

Terima kasih keterangannya mas Dilbert, karena fokus diskusi kita masih Mahayana maka saya perlu tahu bila berbeda dimana perbedaannya, jadi kita bisa tahu dengan jelas dimana perbedaan prosesnya. Karena pengertian saya tentang Mahayana masih abu-abu.

Jadi saya tetap ingin tahu dari mas Chingik maupun mas Gandalf mengenai proses yang terjadi dibawah pohon Bodhi menurut mahayana, dan proses itu tertulis di kitab suci Mahayana yang mana?

 _/\_
Secara kronologi historycal dari masa kehidupan Pertapa Siddharta, Mahayana tetap berpegangan bahwa proses pencapaian Samyaksambuddha sama dgn konsep Theravada. Itulah sebabnya Mahayana tidak memungkiri ajaran Theravada (nikaya), karena memang itu adalah cakupannya. Cuma , ya Cuma saja..., ada satu aspek yg tidak pernah ada dalam konsep theravada adalah bahwa meskipun kronologitas pencapaian Kesempurnaan adalah sama dgn Mahayana, namun terdapat aspek lain yg dijabarkan secara lebih luas lagi dalam Mahayana, yakni pencapaian di bawah pohon bodhi ini hanyalah sebuah "lakon" utk memperkenalkan kemunculan seorang Buddha dan penyebaran dhammaNya kepada makhluk di dunia (lokadhatu) Saha ini.  Dengan pertunjukan ini, alur nya terus berlanjut ke pembabaran dhamma hingga Mahaparinirvana yg mana juga merupakan bagian dari alur pertunjukan seorang Buddha. Atas dasar inilah maka saya katakan bahwa sesungguhnya Mahaparinirvana Buddha tidak benar-benar disebut Mahaparinirvana. Mengapa? Karena utk selanjutnya Buddha akan memperkenalkan lagi ajaran dhamma di lokadhatu lain yang mana makhluk di sana belum mengenal dhamma. Tentu ini akan dilakukan sesuai dgn kondisi kematangan kemunculan Buddha dan kesiapan makhluk di sana utk mendapat ajaran dhamma. Bagi Mahayana, konsep seperti ini sah-sah saja, mengapa? Pertama,sesuai dgn ikrar seorang bodhisatta yg akan membebaskan semua makhluk hidup di semesta ini. Kedua, semesta ini tak terbatas luasnya dan tak terbatas jumlahnya. Lokadhatu di sini hanyalah setitik debu kecil di bandingkan dgn luasnya alam semesta. Jauh lebih aneh bila Buddha hanya mengajar dhamma kepada manusia di jambudipa sini saja, sedangkan jumlah jambudipa2 lain di semesta ini tak terhitung.
Jika meneliti pengumpulan paramita yg dilakukan seorang bodhisatta selama 4 asenkheya kalpa dan 100 ribu kalpa, atau dalam Mahayana menyebutkan 3 Maha asenkheya kalpa, maka cukup sepadan bila seorang Sammasambuddha melakukan ini semua.
   

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #462 on: 12 February 2009, 09:26:59 PM »
[at] truthlover...

kalau tidak salah saya (CMIIW), proses bodhisatva mencapai samyaksambuddha dibawah pohon bodhi menurut mahayana dan theravada sama... hanya saja menurut mahayana pencapaian di bawah pohon bodhi adalah pencapaian nirmakaya seorang bodhisatva siddharta... sedangkan menurut mahayana (vajrayana kali...) ada lagi pencapaian samyaksambuddha dari sambhogakaya seorang bodhisatva... yang diabhiseka sampai empat kali baru mencapai annutara samyaksambuddha...
untuk lebih lengkapnya mungkin bro.chingik dan bro.gandalf yang tulis.. (karena saya pun baru tahu dari posting-an bro gandalf)... dan semakin tahu saya tentang MAHAYANA itu...

Terima kasih keterangannya mas Dilbert, karena fokus diskusi kita masih Mahayana maka saya perlu tahu bila berbeda dimana perbedaannya, jadi kita bisa tahu dengan jelas dimana perbedaan prosesnya. Karena pengertian saya tentang Mahayana masih abu-abu.

Jadi saya tetap ingin tahu dari mas Chingik maupun mas Gandalf mengenai proses yang terjadi dibawah pohon Bodhi menurut mahayana, dan proses itu tertulis di kitab suci Mahayana yang mana?

 _/\_
Secara kronologi historycal dari masa kehidupan Pertapa Siddharta, Mahayana tetap berpegangan bahwa proses pencapaian Samyaksambuddha sama dgn konsep Theravada. Itulah sebabnya Mahayana tidak memungkiri ajaran Theravada (nikaya), karena memang itu adalah cakupannya. Cuma , ya Cuma saja..., ada satu aspek yg tidak pernah ada dalam konsep theravada adalah bahwa meskipun kronologitas pencapaian Kesempurnaan adalah sama dgn Mahayana, namun terdapat aspek lain yg dijabarkan secara lebih luas lagi dalam Mahayana, yakni pencapaian di bawah pohon bodhi ini hanyalah sebuah "lakon" utk memperkenalkan kemunculan seorang Buddha dan penyebaran dhammaNya kepada makhluk di dunia (lokadhatu) Saha ini.  Dengan pertunjukan ini, alur nya terus berlanjut ke pembabaran dhamma hingga Mahaparinirvana yg mana juga merupakan bagian dari alur pertunjukan seorang Buddha. Atas dasar inilah maka saya katakan bahwa sesungguhnya Mahaparinirvana Buddha tidak benar-benar disebut Mahaparinirvana. Mengapa? Karena utk selanjutnya Buddha akan memperkenalkan lagi ajaran dhamma di lokadhatu lain yang mana makhluk di sana belum mengenal dhamma. Tentu ini akan dilakukan sesuai dgn kondisi kematangan kemunculan Buddha dan kesiapan makhluk di sana utk mendapat ajaran dhamma. Bagi Mahayana, konsep seperti ini sah-sah saja, mengapa? Pertama,sesuai dgn ikrar seorang bodhisatta yg akan membebaskan semua makhluk hidup di semesta ini. Kedua, semesta ini tak terbatas luasnya dan tak terbatas jumlahnya. Lokadhatu di sini hanyalah setitik debu kecil di bandingkan dgn luasnya alam semesta. Jauh lebih aneh bila Buddha hanya mengajar dhamma kepada manusia di jambudipa sini saja, sedangkan jumlah jambudipa2 lain di semesta ini tak terhitung.
Jika meneliti pengumpulan paramita yg dilakukan seorang bodhisatta selama 4 asenkheya kalpa dan 100 ribu kalpa, atau dalam Mahayana menyebutkan 3 Maha asenkheya kalpa, maka cukup sepadan bila seorang Sammasambuddha melakukan ini semua.
  

lha kan di mahayana dikenal banyak sammasambuddha lain yang jumlahnya tak terhitung... Katanya BUDDHA SAKYAMUNI tidak benar benar parinibbana tetapi ke alam lain meneruskan pembabaran dhamma kepada makhluk makhluk lain...
Baru tahu saya ada Siddharta mencapai penerangan sempurna di jambudipa itu disebut sebagai LAKON... Siapa sutradaranya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #463 on: 12 February 2009, 09:30:53 PM »
Quote
lha kan di mahayana dikenal banyak sammasambuddha lain yang jumlahnya tak terhitung... Katanya BUDDHA SAKYAMUNI tidak benar benar parinibbana tetapi ke alam lain meneruskan pembabaran dhamma kepada makhluk makhluk lain...
Baru tahu saya ada Siddharta mencapai penerangan sempurna di jambudipa itu disebut sebagai LAKON... Siapa sutradaranya ?

ya Buddha sendirilah sutradaranya. Pertanyaan macam apa pula ini...hehe..

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #464 on: 12 February 2009, 10:12:29 PM »
Quote
lha kan di mahayana dikenal banyak sammasambuddha lain yang jumlahnya tak terhitung... Katanya BUDDHA SAKYAMUNI tidak benar benar parinibbana tetapi ke alam lain meneruskan pembabaran dhamma kepada makhluk makhluk lain...
Baru tahu saya ada Siddharta mencapai penerangan sempurna di jambudipa itu disebut sebagai LAKON... Siapa sutradaranya ?

ya Buddha sendirilah sutradaranya. Pertanyaan macam apa pula ini...hehe..
bukan pertanyaan aneh,tetapi memang Mahayana berprinsip demikian..
dikatakan Gotama sebelum lahir menjadi Siddharta sudah mencapai nirvana dari kalpa-kalpa yang lalu..


dari sini ditarik kesimpulan kalau memang Nibbana versi Theravada dan Nirvana versi Mahayana sudah jelas berbeda.

Quote
Kemudian Sang Buddha bersabda :"Aku juga seperti ini. Sejak Aku menjadi Buddha pada beratus ribu koti nayuta Asamkhyeya Kalpa yang tak terhingga dan tak terbatas yang telah lalu, demi semua umat, dengan Kekuatan-Ku Yang Bijaksana telah Aku nyatakan bahwa Aku harus masuk Nirvana, dan meskipun begitu, tidak ada Seorang pun yang menuduh-Ku secara Hukum bahwa Aku telah berbuat kebohongan."

Pada saat itu, Sang Buddha yang ingin memaklumkan Ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam Syair :

"Sejak Aku mencapai KeBuddhaan,
Kalpa-Kalpa yang telah Aku lalui,
Adalah beribu-ribu koti
Asamkhyeya tahun yang tak terbatas.

Tiada henti-hentinya Aku berkhotbah Hukum Kesunyataan dan mengajar
Berkoti-koti mahluk yang tanpa hitungan jumlahnya
Agar mereka memasuki Jalan KeBuddhaan;
Sejak saat itu adalah beribu kalpa yang tak terhitung.

Demi untuk menyelamatkan semua umat,
Dengan Cara Yang Bijaksana Aku bentangkan Nirvana,
Bahkan sesungguhnya Aku tidak Moksha,
Tetapi selamanya berada di sini mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan.

Aku tinggal di dunia ini selama-lamanya,
Dengan menggunakan segala Kekuatan-Kekuatan Ghaib-Ku
Agar mahluk-mahluk yang menyeleweng,
Meskipun Aku di dekatnya, mereka tidak melihat-Ku..........dan seterus nya

jadi selama ini masih ada sejuta sammasambuddha yang telah mencapai kebuddha-an tetapi tidak pernah Nibbana...hanya ke suatu alam...dan memakai sambhogakaya atau apalah...untuk mengajarkan dhamma...

jadi sebelum buddha bertekad.....mencapai kebuddhaan pada 4 assengkya kappa dan 100.000 kalpa yg lampau...dia sudah mencapai ke-buddha-an.?
mohon info benar nya...mungkin yang saya kutip ini salah.
« Last Edit: 12 February 2009, 10:15:47 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!