//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185064 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #390 on: 05 December 2008, 12:07:47 AM »
http://www.geocities.com/bbcid1/bukusyukur.htm

semoga kita semua memiliki rasa katannu, istilah Pali untuk kata: bersyukur (gratitude). :)
mari menggunakan Dharma sebagai cermin bagi diri kita sendiri.  ;)
 _/\_


By : Zen
« Last Edit: 05 December 2008, 12:09:59 AM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #391 on: 05 December 2008, 11:52:05 AM »
Quote
baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?
Poin awal pembahasan topik ini memang ke arah situ. Karena ditanggapi dengan masalah perbedaan penafsiran, maka melebar menjadi sedemikian rupa.
ya, memang sejak awal Mahayana sudah menganggap T sama M sama2 merupakan ajaran Buddha. Yang menolak utk mengakuinya emangnya siapa?  ^-^
 :>-

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #392 on: 05 December 2008, 07:16:44 PM »
Quote
baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?
Poin awal pembahasan topik ini memang ke arah situ. Karena ditanggapi dengan masalah perbedaan penafsiran, maka melebar menjadi sedemikian rupa.
ya, memang sejak awal Mahayana sudah menganggap T sama M sama2 merupakan ajaran Buddha. Yang menolak utk mengakuinya emangnya siapa?  ^-^
 :>-

Menurut Theravada, arahat savaka adalah sudah final, setelah parinibbana, itulah kelahiran terakhir.

Menurut Mahayana, arahat sravaka setara bodhisatva tkt 7, dan bisa menempuh jalur bodhisatva lanjutan untuk mencapai annutara samyaksambodhi.

Apakah kedua hal ini sama?
Kalau menurut saya, dua pandangan ini berbeda.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #393 on: 05 December 2008, 07:25:36 PM »
Sambil berdiskusi soal ini, bagaimana singgah sebentar membaca kisah ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6821.0
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #394 on: 05 December 2008, 08:18:21 PM »
Sambil berdiskusi soal ini, bagaimana singgah sebentar membaca kisah ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6821.0

Berkenaan dgn kisah api, ada yg mau disampaikan oleh sdr.sobat dharma sehubungan dgn topik bhaviveka vs hinayana?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #395 on: 05 December 2008, 08:24:25 PM »
Pesan klasik: Jadilah "negeri bangsa yang
kelima" dalam cerita, yaitu tempat "di sana pembuatan api dilakukan sehari-hari, dan orang-orang
juga sibuk melakukan hal-hal lain."

Apa gunanya ilmu membuat api, jika orang-orang tidak menggunakannya untuk membuat api dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #396 on: 05 December 2008, 09:01:03 PM »
Quote
baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?
Poin awal pembahasan topik ini memang ke arah situ. Karena ditanggapi dengan masalah perbedaan penafsiran, maka melebar menjadi sedemikian rupa.
ya, memang sejak awal Mahayana sudah menganggap T sama M sama2 merupakan ajaran Buddha. Yang menolak utk mengakuinya emangnya siapa?  ^-^
 :>-

Menurut Theravada, arahat savaka adalah sudah final, setelah parinibbana, itulah kelahiran terakhir.

Menurut Mahayana, arahat sravaka setara bodhisatva tkt 7, dan bisa menempuh jalur bodhisatva lanjutan untuk mencapai annutara samyaksambodhi.

Apakah kedua hal ini sama?
Kalau menurut saya, dua pandangan ini berbeda.

Dalam persamaan ada perbedaan, dalam perbedaan ada persamaan.
Mosok belajar filosofi Zen aja ga bisa menembus pemahaman seperti ini? Bgm bisa merasakan satori? ^-^
 :P _/\_



Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #397 on: 05 December 2008, 10:38:27 PM »
Quote
baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?
Poin awal pembahasan topik ini memang ke arah situ. Karena ditanggapi dengan masalah perbedaan penafsiran, maka melebar menjadi sedemikian rupa.
ya, memang sejak awal Mahayana sudah menganggap T sama M sama2 merupakan ajaran Buddha. Yang menolak utk mengakuinya emangnya siapa?  ^-^
 :>-

Menurut Theravada, arahat savaka adalah sudah final, setelah parinibbana, itulah kelahiran terakhir.

Menurut Mahayana, arahat sravaka setara bodhisatva tkt 7, dan bisa menempuh jalur bodhisatva lanjutan untuk mencapai annutara samyaksambodhi.

Apakah kedua hal ini sama?
Kalau menurut saya, dua pandangan ini berbeda.

Dalam persamaan ada perbedaan, dalam perbedaan ada persamaan.
Mosok belajar filosofi Zen aja ga bisa menembus pemahaman seperti ini? Bgm bisa merasakan satori? ^-^
 :P _/\_




Bebek tetap bebek, ayam tetap ayam...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #398 on: 05 December 2008, 10:40:00 PM »
Pesan klasik: Jadilah "negeri bangsa yang
kelima" dalam cerita, yaitu tempat "di sana pembuatan api dilakukan sehari-hari, dan orang-orang
juga sibuk melakukan hal-hal lain."

Apa gunanya ilmu membuat api, jika orang-orang tidak menggunakannya untuk membuat api dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?



Justru dipergunakan, dipelajari, dipahami barulah sampai pada kesimpulan... BERBEDA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #399 on: 06 December 2008, 12:12:48 AM »
Maka biarkan perbedaan tetap ada, tanpa melupakan persamaan. Semoga segala sesuatu demikian adanya.


mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #400 on: 06 December 2008, 12:34:30 PM »
Menurut saya kekotoran batin mahluk-mahluk di jaman Sang Buddha lebih sedikit dibandingkan dengan kekotoran batin mahluk-mahluk di jaman sekarang. Bila di Jaman Sang Buddha saja ajaran Mahayana tidak cocok, apakah lebih cocok di jaman sekarang dimana kekotoran batin para mahluk lebih tebal?

Justru itu, semakin banyak kekotoran batin, maka Dharma Mahayana akan lebih cocok ketimbang Dharma Hinayana. Karena Dharma Mahayana itu sangat fleksibel.

Faktanya adalah di India, Dharma Mahayana-lah yang berkembang. Hinayana malah terdesak, nggak berkembang.

Di Tiongkok, juga, Hinayana nggak berkembang.

Bahkan Theravada-nya Mahaviharavasin (Hinayana) malah sempet kelabakan sama Theravada-nya Abhayagiri (Mahayana)...  ^-^  ^-^

Quote
Apakah menurut mas Gandalf orang yang mencapai Nirvana sesudah meninggal ada dalam kondisi samadhi? bila demikian berarti belum terlepas dari kondisi kan?, sedangkan mas Gandalf sendiri bilang Arahat mendapatkan pembebasan diri. Jadi keterangan mas Gandalf kontradiktif nih.

Kondisi yang mana dulu? Kalau kondisi jneyavarana, tentu Arahat belum terbebas. Kalau kondisi kleshavarana, maka Arahat sudah terbebas.

Nah Arahat masih memiliki kemelekatan akan kondisi "terlepas dari kondisi". 

Quote
"Pasti mau" berasal dari jawaban mas Gandalf kan? jadi saya anggap belum dijawab boleh nggak? karena kalau jawaban pribadi bisa "bias". Kalau jawaban pribadi kan bisa tanya juga kalau pasti tidak mau? bagaimana nasibnya?

Ya silahkan baca Saddharmapundarika Sutra.

Quote
Nah ini juga yang juga kontradiktif dari pernyataan mas Gandalf, bukankah dikatakan Arahat mendapatkan jalan pembebasan diri sendiri dari kondisi? terlepas dari kemelekatan? mengapa disini dikatakan Arahat kecanduan samadhi?
bila Arahat kecanduan Samadhi, maka Bodhisattva juga bisa dikatakan kecanduan Bodhicitta kan? demikian juga Sang buddha bisa dikatakan kecanduan Samyaksambodhi kan? lantas apa yang dimaksud dengan kebebasan diri, kebebasan dari kemelekatan dan kebebasan dari kondisi?

Mohon mas Gandalf jelaskan mengenai Nirvana satu-sisi, konsep apalagi tuh? saya belum pernah dengar.

terima kasih

Nirvana satu sisi adalah pandangan yang melekat pada Nirvana alias kemelekatan pada Nirvana. Maka dari itu Nirvana satu sisi seringkali dikatakan sebagai bukan Nirvana yang sesungguh-sungguhnya.

Samyaksambodhi adalah "Nirvana Tanpa Kemelekatan", di mana tidak ada dualisme lagi antara Samsara dan Nirvana. Bodhicitta adalah batin yang mengarahkan pada Samyaksambodhi.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Wah mas Gandalf memang hebat terima kasih penjelasannya, ternyata Arahat belum mencapai Nirvana yang sesungguhnya ya? lantas yang dibilang benar benar mencapai Nirvana yang sesungguhnya (Nirvana tanpa kemelekatan, yang tanpa dualisme samsara dan Nirvana) apakah Bodhisattva yang mencapainya atau hanya seorang Samyaksambuddha yang telah mencapai Nirvana yang sesungguhnya?

Quote
Quote
"Pasti mau" berasal dari jawaban mas Gandalf kan? jadi saya anggap belum dijawab boleh nggak? karena kalau jawaban pribadi bisa "bias". Kalau jawaban pribadi kan bisa tanya juga kalau pasti tidak mau? bagaimana nasibnya?

Ya silahkan baca Saddharmapundarika Sutra.

Oh ya mengenai Saddharma Pundarika Sutra setelah saya baca, ternyata tidak dibilang bahwa seorang Arahat pasti mau menjadi Bodhisattva, mas Gandalf kelihatannya agak menutupi bahwa yang ditulis di Saddharma Pundarika sutra yaitu, Sang Buddha "membohongi" para siswa supaya mencari jalan Arahat, dengan membohongi para Arahat bahwa inilah "tujuan", padahal tujuan belum sampai, yaitu Arahat masih harus menjadi Bodhisattva lagi. Tidak dikatakan ada Arahat pasti mau menjadi Bodhisattva.

Mas Gandalf tolong dong terangkan mengenai jneyavarana itu apa?

Quote
Nah Arahat masih memiliki kemelekatan akan kondisi "terlepas dari kondisi".

Nah ini dia mas Gandalf, keterangan mas gandalf ini berarti sama juga dengan Samyaksambuddha juga masih ada kemelekatan terhadap Samyaksamboddhi kan? atau kemelekatan terhadap kebebasan melalui pencapaian Samyaksambodhi kan?  atau bisa juga dikatakan "kemelekatan terhadap kebebasan dari hal-hal yang diluar Samyaksambodhi.." berarti Samyaksambodhi masih memiliki kemelekatan kan?

mohon penjelasan lebih lanjut nih mas Gandalf

terima kasih     _/\_

The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #401 on: 06 December 2008, 12:45:50 PM »
Quote
Justru arahat hinayana yg telah mencapai kondisi egaliter non dualisme yg katanya tiada nirvana dan samsara. Jika tiada samsara, apa yg mau diselamatkan oleh arahat? Justru bodhisatva ala mahayana yg masih berkutat pada penyelamatan makhluk hidup, krn masih membedakan nirvana dan samsara.
Jika Arahat hinayana benar-benar mencapai kondisi non dualisme, justru seharusnya dapat secara leluasa tetap memberi bimbingan kepada para makhluk samsara. Tetapi Arahat hinayana justru memilih mencapai parinibbana, sama seperti orang yg mendapatkan harta kekayaan lalu tidak mempedulikan kaum miskin papa. Bagaimana bisa disebut egaliter?
Dalam pandangan Mahayana, walaupun dikatakan tidak ada perbedaan samsara-nirvana dan tidak ada konsep penyelamatan, tidak berarti samsara itu tidak ada, makhluk itu tidak ada. JIka anggapan tidak ada samsara dan makhluk dan tidak ada perlu penyelamatan, maka apa bedanya dengan pandangan kaum Nihilis yg setelah mati segalanya sirna.
Yang benar-benar disebut egaliter non-dualisme adalah saat makan tidak melekat pada konsep makan, saat mewejangkan dhamma tidak melekat pada konsep mewjangkan dhamma, sehingga saat melakukan tugas penyelamatan, tidak melekat pada konsep penyelamatan. Saat berdiam dalam kondisi nirvana, tidak melekat pada kondisi itu, sehingga secara leluasa membimbing para makhluk samsara.

Mas Chingik, menurut yang saya baca, banyak sekali Arahat yang telah menyelamatkan mahluk lain untuk juga mencapai Nirvana dengan mencapai tingkat kesucian Arahat seperti mereka, yaitu dengan mengajarkan meditasi Vipassana.

Mengenai Arahat mencapai Parinirvana, saya rasa konsisten dengan ajaran anitya, yaitu kehidupan tidak kekal, manusia yang terlahir pasti akan mati seperti juga Sang Buddha. Jika dikatakan Arahat egois karena Parinirvana, maka secara tidak langsung mas Chingik juga menuduh Sang Buddha egois karena Beliau juga Parinirvana, kenapa Sang Buddha Parinirvana? mengapa tidak terus menyelamatkan mahluk hidup?

mohon penjelasannya mas Chingik,

terima kasih   _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #402 on: 06 December 2008, 01:02:43 PM »
Quote

 


semoga di mengerti _/\_


Inilah ARAHAT sejati...

 _/\_

Katanya Arahat tanpa keinginan, sekarang malah mengatakan Arahat memiliki keinginan mengajar dhamma? Kalau dalam konteks bodhisatva, keinginan bodhisatva bukan atas dasar tanha, tapi "chanda, keinginan yg luhur". Silakan baca posting bro Gandalf.

Bro Marcedes mengatakan seorang arahat sejati akan memasuki kereta dengan tenang dan tanpa kerisauan atau kegelisahan. Dari apa yg saya baca, saya malah melihat bahwa jika tanpa kerisauan, Arahat seharusnya tidak perlu concern dgn kedatangan kereta. Tetapi seorang Bodhisatva juga bukan risau dgn pikiran "ini belum selesai"  "ini kasihan ingin di tolong" dsb-nya.
Ibarat seorang dokter yg memberi pertolongan pada pasien yg jumlahnya sangat banyak, ketika kereta datang menjemput, dokter tidak akan ikut kereta dan pergi selamanya, tetapi dokter tetap akan datang lagi selama ada pasien yg menunggu beliau. Ibarat ketika jam kerja sudah selesai, dokter tetap akan tutup pintu, tetapi bila ada pasien datang esoknya, pintu akan dibukakan lagi. Itulah bodhisatva sejati. Bahkan kereta tetap dianggap sebagai hal yg ilusif, karena mana ada lagi yg disebut mati total hingga tidak ada apa apa lagi.

Mas Chingik, saya ingin memberi komentar sedikit, mengenai Arahat yang mengajar, kalau tidak salah motifnya Arahat mengajar adalah untuk menyelamatkan mahluk lain, karena kasihan sebab banyak mahluk yang masih memiliki kekotoran batin yang tebal. Agar banyak mahluk lain juga mencapai Nirvana seperti para Arahat. Dan ini tidak Beda dengan Sang Buddha yang berusaha mengajarkan mahluk lain jalan untuk mencapai Nirvana.

Ini pendapat saya berdasarkan apa yang saya baca, bagaimana pendapat mas Chingik?

mohon penjelasannya, terima kasih     _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #403 on: 06 December 2008, 01:05:42 PM »
Pesan klasik: Jadilah "negeri bangsa yang
kelima" dalam cerita, yaitu tempat "di sana pembuatan api dilakukan sehari-hari, dan orang-orang
juga sibuk melakukan hal-hal lain."

Apa gunanya ilmu membuat api, jika orang-orang tidak menggunakannya untuk membuat api dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?



Justru dipergunakan, dipelajari, dipahami barulah sampai pada kesimpulan... BERBEDA...

Alangkah baiknya jika kesimpulan itu muncul, jika Anda telah mencapai taraf seorang arhat dan/atau bodhisattva :) Bukan di saat sekarang, di mana saya dan Anda masih perlu banyak mempraktikkan "cara membuat api yang benar."
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #404 on: 06 December 2008, 03:11:02 PM »
Pesan klasik: Jadilah "negeri bangsa yang
kelima" dalam cerita, yaitu tempat "di sana pembuatan api dilakukan sehari-hari, dan orang-orang
juga sibuk melakukan hal-hal lain."

Apa gunanya ilmu membuat api, jika orang-orang tidak menggunakannya untuk membuat api dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?



Justru dipergunakan, dipelajari, dipahami barulah sampai pada kesimpulan... BERBEDA...

Alangkah baiknya jika kesimpulan itu muncul, jika Anda telah mencapai taraf seorang arhat dan/atau bodhisattva :) Bukan di saat sekarang, di mana saya dan Anda masih perlu banyak mempraktikkan "cara membuat api yang benar."

Nah ini lagi salah satu pernyataan RETORIKA (yang tidak bisa diketahui jawabannya) yang mengharuskan seseorang untuk mencapai tingkat ARAHAT/BODHISATVA atau membersihkan KILESA dsbnya untuk kemudian bisa "berdiskusi" tentang dharma.

BUDDHA GOTAMA dalam semua pembabaran dharma baik kepada para pencari kebenaran maupun kepada penganut dan pengajar ajaran lain, tidak pernah menggunakan KATA-KATA "OFENSIF" seperti ini. Semua penjelasan BUDDHA GOTAMA adalah berdasarkan kebenaran yang LOGIS. Seperti juga jawaban dari NAGASENA kepada RAJA MILINDA, alih alih menggunakan kata-kata RETORIKA yang METAFISIS ataupun yang TIDAK BERLOGIS, semua JAWABAN NAGASENA adalah berdasarkan LOGIKA yang tidak dapat dibantah bahkan dengan intelektual dan kebijaksanaan seorang puthujana.

Jika ketika semua jawaban berakhir pada keharusan untuk mencapai suatu tingkat kesucian tertentu, lantas siapa yang bisa memberikan jawaban tersebut ?

Coba tinggalkan dulu pola pikir keharusan untuk mengunakan kebijaksanaan seorang ARAHAT dsbnya... Pernyataan saya bahwa ARAHAT dalam HINAYANA (THERAVADA) adalah FINAL, tidak ada kelahiran lagi. APAKAH SAMA DENGAN pernyataan bahwa ARAHAT dalam MAHAYANA belum berakhir, hanya setara dengan bodhisatva tkt ke-7, masih ada jalur tambahan bagi ARAHAT yang ingin mencapai annutara sammasambuddha.
« Last Edit: 06 December 2008, 03:13:31 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything