Dear Gandalf
sebenarnya, masalah hinaya maupun bhavaviveka semua itu cuma samutti sacca yang kita berdebatkan.
apalah artinya?
"arahat adalah boddhisatva"
"arahat tidak terlahir atau terlahir"
"ini bhavaviveka ini hinaya"
sampai kapan terjerumus dalam ini?
"dhamma hanyalah rakit untuk menyeberang lautan samsara"dhamma di pakai untuk NIBBANA....bukan di genggam ataupun di peluk.
baik mahayana maupun theravada.......apa sudah lupa yang merupakan ajaran buddha?
”Ada kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: `Berakhirlah kata-kata Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.` Tetapi, Ananda, hendaknya tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi.”
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)lalu perhatikan baik-baik semangat buddha dan
"apa yang dia ajarkan selama 45 tahun"?hanya 1.....yakni
NIBBANADalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:
"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”
"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”Begitu juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :
"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"
"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”---------------------------------------------
bukankah inti ajaran buddha itu berhubungan langsung dengan 4 kesunyataan mulia?
coba lihat ketika sang buddha telah mencapai Anuttaro sammasambodhi(pencerahan sempurna)
apa yang diajarkan nya pertama kali?tidak lain 4 kesunyataan mulia yang ujung-ujung nya merealisasikan nibbana
karena memang sang buddha sudah tahu....itulah yang
terpentingmasalah vinaya maupun tatacara...sutta-sutta yang berbeda...memang ada perbedaan antara T dan M
sekali lagi theravada dan mahayana itu cuma merek RAKIT.....dan
"rakit di pakai untuk menyeberang"jadikanlah nibbana sebagai tujuan hidupmu. Katanya Arahat tanpa keinginan, sekarang malah mengatakan Arahat memiliki keinginan mengajar dhamma? Kalau dalam konteks bodhisatva, keinginan bodhisatva bukan atas dasar tanha, tapi "chanda, keinginan yg luhur". Silakan baca posting bro Gandalf.
Bro Marcedes mengatakan seorang arahat sejati akan memasuki kereta dengan tenang dan tanpa kerisauan atau kegelisahan. Dari apa yg saya baca, saya malah melihat bahwa jika tanpa kerisauan, Arahat seharusnya tidak perlu concern dgn kedatangan kereta. Tetapi seorang Bodhisatva juga bukan risau dgn pikiran "ini belum selesai" "ini kasihan ingin di tolong" dsb-nya.
Ibarat seorang dokter yg memberi pertolongan pada pasien yg jumlahnya sangat banyak, ketika kereta datang menjemput, dokter tidak akan ikut kereta dan pergi selamanya, tetapi dokter tetap akan datang lagi selama ada pasien yg menunggu beliau. Ibarat ketika jam kerja sudah selesai, dokter tetap akan tutup pintu, tetapi bila ada pasien datang esoknya, pintu akan dibukakan lagi. Itulah bodhisatva sejati. Bahkan kereta tetap dianggap sebagai hal yg ilusif, karena mana ada lagi yg disebut mati total hingga tidak ada apa apa lagi.
kereta yang saya maksud itu adalah kematian.
itulah bedanya boddhisatva....karena masih memiliki "tanha" yang ingin menolong terus menerus tentu itu adalah penderitaan.....seorang boddhisatva jika menjadi seorang dewa yang sakti...tidaklah terlalu masalah karena kesaktiannya...tetapi semua itu tidaklah kekal.
dokter juga bisa mati ^^...dan ketika dokter yang pintar itu mati dan terlahir lagi...apa masih sama kepintaran dan ilmu kedokterannya?
bisa saja setelah jadi boddhisatva menjadi orang miskin yang payah ataupun buta....lalu apa masih bisa menolong?....mungkin menolong dirinya saja sudah sulit..apakah itu bukan penderitaan?
apakah itu kebahagiaan?.......
dan itulah kenyataan "keinginan merupakan suatu penderitaan"....
karena keinginan seperti itu akan menyebabkan proses penjelmaan...penjelmaan adalah berkondisi
dan berkondisi tidak lah kekal....tidak kekal merupakan penderitaan.
bisa lihat di proses patticasammupada.
-----------------------------------------------------------------------------
seperti nya sahabat chingik tidak mengerti apa yang saya maksudkan.............arahat tetap memiliki keinginan tetapi keinginan itu hanya sebatas keinginan......saya jelaskan panjang lebar....harap di cermati.
tapi mau di cermati atau tidak juga tidak apa-apa...
arahat masih memiliki keinginan seperti makan,ingin kacamata, ingin tidur, ingin minum ,ingin mengajarkan dhamma,dsb-nya.
kita ambil satu contoh.....
"ingin kacamata"seorang arahat ketika mata nya sudah kabur atau bisa saja Silindris (Cylinder)....
nah menyebabkan khandha pada bagian perasaan sangat menderita.....menderita ini tentu berasal dari pusing,rabun,dsb-nya....karena mata silindris itu bukan seperti rabun..
(saya sendiri dijelaskan oleh seorang penderita silindris entah parah atau tidak....tapi memang menyebabkan penglihatan terganggu bahkan sampai pusing jika tidak pakai kacamata)
apakah hal ini wajar atau tidak bagi seorang arahat?
tentu saja wajar......kita tahu memang khandha kita tidak lah kekal....mulai dari jasmani...dan ketika jasmani ini menimbulkan rasa sakit....tentu yah di kenal sebagai SAKIT oleh VENDANA / PERASAAN...dan di kenal juga oleh PIKIRAN dan PENCERAPAN serta KESADARAN.
bahwa ini SAKIT-tidak menyenangkan,dsb-nya.
beda seorang arahat dan orang awam adalah di sini letak nya.
saya bahas orang awam dulu
ketika orang awam menerima rasa sakit....dan berpikir "aku sakit"....menerima rasa sakit itu sebagai "diri-ku yang sakit".
orang awam menilai rasa sakit itu....dengan "ini sakit sekali, ini tidak terlalu sakit"
dan ketika orang awam ingin memiliki kacamata sebagai OBAT AMPUH....
jika kacamata itu tidak ada...tentu orang awam yang melekat,maka akan semakin menderita..
"kacamata ku---hilang,....dari kacamata yang hilang.....(berpandangan bahwa kacamata itu MILIK-NYA)
tentu lah penderitaannya bertambah.......
karena keinginannya memiliki kacamata saat itu tidak ada.....ditambah penderitaan itu adalah MILIK-NYA
-----------
sekarang kita bahas arahat.
ketika arahat sakit dan pusing........mulai dari jasmani sampai 4 khandha lainnya semua proses nya sama....
tetapi beda-nya arahat ketika dirinya sakit......tidak menilai lagi "ini sakit sekali, ini tidak terlalu sakit"
dan hanya mencatat dalam pikirannnya bahwa "ini sakit"
dan sakit bukanlah milik-nya......karena memang khandha ini selalu berubah-rubah...
perhatikan baik-baik yang ini.
ketika seorang arahat sakit...dan
ingin memiliki kacamata..
dari pikirannya tahu bahwa ketika saya memakai kacamata, maka sakit ini akan sembuh.
apakah seorang arahat tidak mau memakai kacamata dengan alasan tidak ada keinginan?
dan membiarkan sakit itu terus berlanjut?
apakah arahat sebodoh itu?
jawabannya tidak.....perhatikan proses batin-nya
seorang yang bijaksana....tentu melihat peluang...jika bisa baik saat itu, mengapa di biarkan menderita?
vendana / perasaan yang begitu sakit....ketika ada peluang bisa berubah dari yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan.....tentu semua orang yang pintar bakalan merubahnya.
nah bagaimana kah jika tidak ada peluang / kacamata hilang?
ketika perasaan mencatat bahwa ini menderita......dan ketika kacamata yang di cari
tidak di temukan
vendana atau perasaan......ini menderita.....batin seorang arahat mencatat bahwa ini penderitaan.
tetapi(saat ini menderita) dan
"ingin" mengubahnya menjadi bahagia(karena ada kacamata) MERUPAKAN SUATU PENDERITAAN.
inilah disebut KEINGINAN SEBAGAI SUMBER PENDERITAAN.....karena kenyataan sudah tidak ditemukan kacamata itu.....dan "keinginan" mengubah vendana-nya...adalah penderitaan.
seorang pertapa seperti Ajahn Chah pernah mengatakan....bebek adalah bebek....ayam adalah ayam.
jika menginginkan ayam menjadi bebek dan bebek menjadi ayam...adalah suatu penderitaan.
makanya dalam meditasi vipassana...semua itu kita lihat sebagaimana adanya...tanpa ada keinginan
mengubahkita mencatat penderitaan adalah penderitaan, bahagia adalah bahagia...tapi semua itu sebagaimana adanya.
tanpa milik...tanpa AKU....
ketika kacamata seorang arahat tidak ditemukan..tentu dia berpandangan benar...bahwa memang KACAMATA itu bukan milik-AKU....jadi hilang tidak hilang...tidaklah masalah.
tetapi jika kacamata itu ada.
APAKAH dengan BERKEINGINAN memakai kacamata adalah TANHA?demikian jika vendana itu menderita.....apakah penderitaan itu adalah milik-nya?
tentu vendana yang menderita itu bukan milik...melainkan hanya di pandang sebagai bagian dari jasmani.
makanya....ketika ada kesempatan vendana itu baik...tentu di baik-kan saja..
tetapi ketika tidak ada kesempatan vendana itu untuk menyenangkan...
yah di biarkan saja.itulah tanpa kemelekatan
disinilah letak keinginan hanyalah keinginan....bukan "tanha" terus menerus berkeinginan.
semoga bisa di mengerti