Bro. truth lover, dalam Mahayana dikenal 2 silsilah dalam pencapaian:
1. Silsilah Hinayana (Srotapanna, Sakrdagamin, Anagamin dan Arahat)
2. Silsilah Mahayana (Bodhisattva Bhumi 1 sampai 10)
Nah, menurut Mahayana, tentu akan lebih baik bagi seseorang untuk langsung menapaki silsilah Mahayana dari awal, ketimbang harus mengikuti silsilah Hinayana dulu, baru masuk ke silsilah Mahayana.
Pencapaian Bodhisattva Bhumi ke-6 adalah setara dengan Pencapaian seorang Arahat. maka dari itu, dengan kata lain kita dapat berkata ada 2 macam Arahat:
1. Sravaka Arahat dengan silsilah Hinayana, di mana seseorang mencapai tingkat Arahat melalui Srotapanna, Sakrdagamin, Anagamin
2. "Sravaka Arahat" (Bodhisattva Bhumi 6) dengan silsilah Mahayana, di mana sesorang mencapai tingkat yang setara dengan Arahat, melalui jalan Bodhisattva (Bhumi 1 - Bhumi 5)
Dengan mengikuti silsilah Mahayana / Bodhisattva dari awal (Bhumi 1), maka akan semakin banyak makhluk yang dapat diselamatkan, daripada harus menunggu menjadi Arahat dalam silsilah Hinayana, kemudian baru dibangunkan oleh para Buddha dari samadhi mereka.
Lagi-lagi, Sang Buddha mengajarkan jalan Sravaka adalah karena upaya kausalya Beliau. Tidak semua orang cocok dengan jalan Bodhisattva bukan?
Setelah Sang Buddha mencapai peerangan Sempurna, Beliau sebenarnya langsung membabarkan Mahayana yaitu Avatamsaka Sutra, namun karena banyak makhluk yang tidak paham dan tidak mencapai kemajuan batin yang cukup berarti, maka Sang Buddha kemudian mengajarkan Agama sutra yang merupakan ajaran-ajaran Hinayana (Dasar).
Dan akhirnya memang bener, para makhluk tampaknya lebih sesuai dan cocok dengan pembabaran Agama sutra, sehingga banyak sekali yang mencapai tingkat kesucian Arahat. Ini juga dikarenakan tingkat pemahaman mereka memang bersesuaian dengan jalan Arahat.
Tapi setelah itu Sang Buddha juga membabarkan Mahayana, yang sebelumnya telah tertunda tersebut.
Bagaimana bila Arahat tidak mau menapaki jalan Bodhisattva? bagaimana nasibnya?
Seperti yang telah saya katakan, pasti mau. Hanya masalah waktu saja dan kesadarannya saja, karena bisa kita lihat, tingkat pemahaman Arahat itu berbeda-beda pula, pandangan Ananda dengan Mahakashyapa aja yang udah sama-sama Arahat masih aja tetap beda, belum lagi kasus Arahat bernama Purana yang nggak mau ikut Konsili Pertama beserta 500 bhiksu.
Maka dari itu, Sravaka Arahat yang benar-benar sadar dan mau menapaki jalan Bodhisattva ketika Sang Buddha masih hidup tidaklah banyak. Karena mereka tidak begitu paham akan Mahayana.
Kapan dong maunya dan pahamnya? Mungkin ketika mereka dibangunkan oleh para Buddha dari samadhi. Di situlah mereka kemudian akan lanjut ke Bodhisattva bhumi ketujuh.
Di waktu lalu saya mengatakan bahwa Arahat langsung progress jadi Bodhisattva tingkat tujuh, sama seperti Anagamin menjadi Arahat. Ya, memang. Dan untuk progress tersebut, Arahat perlu membangkitkan Bodhicitta, kehendak untuk menyelamatkan semua makhluk dan mencapai Samyaksambodhi, dan ini perlu waktu.
Loh, bukannya Arahat yang pencapaiannya tingginya segitu tentu dapat membangkitkan Bodhicitta dengan mudah? Kenapa perlu waktu?
Ini disebabkan karena Arahat sudah melekat pada Nirvana satu-sisi, dengan kata lain seperti yang Nagarjuna sebutkan, kecanduan "samadhi", maksudnya adalah mereka melekat dengan yang namanya Nirvana satu-sisi, menganggap itulah Pencapaian Tertinggi.
Sama seperti kita ketika kecanduan rokok. Sulit sekali kan rasanya untuk bisa lepas? Meskipun mau tapi lepasnya susah. Demikian juga dengan para Sravaka Arahat, waktu yang mereka butuhkan untuk membangkitkan Bodhicitta itu berbeda-beda, tergantung kapan mereka dapat melepaskan kemelekatan akan Nirvana satu sisi. Dan seorang Arahat pasti bisa melepaskan kemelekatan tersebut, hanya masalah waktu saja.
Maka dari itu alangkah baiknya memupuk Bodhicitta sedari awal melalui silsilah Mahayana, ketimbang melalui silsilah Hinayana yang ada kemungkinan untuk kecanduan "Nirvana satu sisi" yang banyak memakan waktu. Padahal waktu sedetikpun dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan banyak makhluk.
The Siddha Wanderer