//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 183825 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #330 on: 26 November 2008, 08:35:10 PM »
Bodhisatva Ks**tigarbha itu ya,yang ikrar tentang,"Sampai neraka kosong baru mau menjadi Buddha?" (Maaf kalau salah...buta soal Mahayana...)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #331 on: 27 November 2008, 05:36:49 AM »

Terus ada lagi anggapan bahwa BUDDHA GOTAMA itu salah satu KAYA (ntah sambhogakaya, nirmanakaya atau dharmakaya) dari BUDDHA AMITABHA... berarti dengan demikian BUDDHA GOTAMA itu sudah MENCAPAI KEBUDDHAAN DARI JAMAN DAHULU (karena ada beberapa teks MAHAYANA juga menyatakan demikian). Jika demikian, berarti perjalanan hidup dari seorang petapa sumedha itu tidaklah berarti dalam konteks pembebasan seorang makhluk. KARENA DARI BUDDHA GOTAMA SUDAH MENJADI BUDDHA BERKALPA KALPA YANG LALU...

Dengan demikian saya, anda, kita kita ini antara 2 kemungkinan..
1. Dari dulu sudah mencapai KEBUDDHAAN, karena pada saatnya kita mencapai ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA, kita juga akan mengatakan hal semacam ini... BAHWA KITA SUDAH MENCAPAI KEBUDDHA-AN DARI JAMAN BERKALPA KALPA YANG DULU.
2. Ada kemungkinan bahwa kita ini TIDAK BAKALAN MENCAPAI KEBUDDHAAN, karena BUDDHA YANG ADA ITU DARI JAMAN DAHULU SUDAH ADA, yang terlahir dan kemudian mencapai KEBUDDHAAN itu adalah EMANASI DARI BUDDHA JAMAN DAHULU.

"Mencapai Ke-Buddhaan dari zaman dahulu" = sifat dasar kita adalah ke-Buddhaan, bahwa Tathagatgarbha itu ada dalam diri kita. Itulah mengapa dikatakan "Mencapai ke-Buddhaan dari zaman dahulu", karena sejak kelahiran kita yang tak berawal di Samsara ini, benih atau sifat dasar ke-Buddhaan selalu dan sudah ada dalam diri kita.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #332 on: 27 November 2008, 06:01:16 AM »
Untuk bro. dilbert, saya kutip satu bait dari Mahayana Mahaparinirvana Sutra (terjemahin sendiri ya, saya nggak sempet):

"You have asked what the Buddha-dhatu is, so listen with sincerity, listen with sincerity. I shall analyse and elucidate it for your sake. Nobly-born one, the Buddha-dhatu is termed 'Ultimate Emptiness' [paramartha-shunyata], and Ultimate Emptiness is termed "Awareness / Knowingness" [jnana]. So-called 'Emptiness' is neither viewed as Emptiness nor as non-Emptiness. The wise perceive Emptiness and non-Emptiness, the Eternal [nitya] and the Impermanent [anitya], Suffering [duhkha] and Bliss [sukha], Self [atman] and non-Self [anatman]. The Empty is the totality of samsara, and the non-Empty is Great Nirvana; non-Self is samsara, and the Self is Great Nirvana [maha-nirvana].

To perceive the Emptiness of everything and not to perceive non-Emptiness is not termed the Middle Way; to perceive the non-Self of everything and not to perceive the Self is not termed the Middle Way. The Middle Way is termed the Buddha-dhatu. For this reason, the Buddha-dhatu is eternal and unchanging. Because beings are enveloped in ignorance, they are unable to perceive it. Sravakas [less advanced followers of the Buddha] and Pratyekabuddhas [solitary Buddhas who generally do not teach] perceive the Emptiness of everything, but do not perceive the non-Emptiness; they perceive the absence of Self in all things but do not perceive the Self. For this reason, they do not attain the Ultimate Emptiness. Because they do not attain the Supreme Emptiness, they do not walk the Middle Way. Because they lack the Middle Way, they do not perceive the Buddha-dhatu."

(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Ini akan membuktikan bahwa anda sangat keliru dalam memahami Jalan Tengah-Nya Nagarjuna. Karena anda berat di satu sisi alias berat di Anatman (Shunyata)!!

Nah... sama kan Nagarjuna mendirikan Madhyamika, kemudian "direkrut" jadi patriark Zen.

Quote
Lindtner sendiri pasti sudah mempelajari semua karya yang "DIKATAKAN" karya Nagarjuna, tetapi orang yang NALAR dan LOGIKA-nya jalan

Hooo..... mempelajari kan belum tentu memahami........ Si Lindtner hanya mengkaji secara tekstual saja, tapi secara maknanya, apakah si Lindtner sudah cukup memahaminya?

La wong orang yang nalarnya jalan di bidang tertentu, belum tentu nalarnya jalan di bidang lain kok. Contoh nyatanya adalah banyak orang yang logikanya huebatt tapi malah pengikut tirthika.

La wong para Master Buddhis di Tiongkok dan Tibet yang hebat-hebat aja nggak mempertentangkan Shunyata dengan Tathagatagarbha kok, paling ada cuma segelintir aja. Apakah menurut anda para Master Buddhis tersebut ngawur?

Para Master Sukhavati tentu tahu dengan jelas konsep Shunyata. Coba deh kalau anda bertemu dengan para Bhiksu Sukhavati di masa sekarang ini kaya Ven. Chin Kung dsb.... tanya langsung deh sama Beliau....

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 27 November 2008, 06:05:10 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #333 on: 27 November 2008, 06:44:54 AM »
Quote
Coba anda baca dulu mulamadhyamikakarika, darimana bisa timbul pemikiran NAGARJUNA akan sesuatu hal seperti SURGA SUKHAWATI, ditambah lagi jalur jalur diluar ARAHAT ??


Anda yakin Nagarjuna nggak menyebutkan jalur-jalur di luar Arahat? Saya kutip Bodhicittavivarana dan Bodhisambhara karya Nagarjuna, yang katanya Lindtner itu PASTI karya Nagarjuna:

Though the Sravakas obtain a lesser enlightenment thanks to
indifference/ the bodhi of the Perfect Buddhas (Samyaksambuddha) is obtained by not abandoning living beings.


As long as they have not been admonished by the Buddhas,
Sravakas [who are] in a bodily state of cognition remain in a
swoon, intoxicated by samadhi
. But once admonished, they devote themselves to living beings in varied ways. Accumulating stores of merit and knowledge, they obtain the enlightenment of Buddhas.

(Bodhicittavivarana terjemahan Christian Lindtner)

The magnanimous [Bodhisattvas] do not abide in nirvana or samsara. Therefore the Buddhas have spoken of this as "the non- abiding nirvana"
The unique elixir of compassion functions as merit, [but] the elixir of sunyata functions as the highest. Those who drink it for the sake of themselves and others are sons of the Buddha.
Salute these Bodhisattvas with your entire being! Always worthy of honor in the three worlds, guides of the world, they strive to represent the lineage of the Buddhas.

(Bodhicittavivarana terjemahan Christian Lindtner)

Lalu Bodhisambhara Shastra:

Instructing through resort to the Hearer (Sravaka) Vehicle
Or through resort to the Pratyekabuddha Vehicle
Is undertaken where, on account of lesser abilities,
Beings are unable to accept instruction in the Great Vehicle.
.....
The grounds of the Hearers or the Pratyekabuddhas
If entered, become for him the same as dying.
Because he would thereby sever the bodhisattva’s
Roots of understanding and awareness.
...
Even at the prospect of falling into the hell-realms,
The bodhisattva would not be struck with fright.
The grounds of the Hearers and the Pratyekabuddhas, however,
Do provoke a great terror in him.

...
It is not the case that falling into the hell realms
Would bring about an ultimate obstacle to his bodhi.
The grounds of the Hearers and the Pratyekabuddhas, however,
Do create just such an ultimate obstacle.

...
Just as is said of he who loves long life,
That he becomes fearful at the prospect of his own beheading,
So, too, the grounds of the Hearers and Pratyekabuddhas
Should bring about a fearfulness of just this sort.

...
Even if one were to take up the vehicle of the Hearers
Or the vehicle of the Pratyekabuddhas,
And hence practiced solely for one’s own self benefit,
Still, one would not relinquish the enduring practice of vigor.

(Bodhisambhara Shastra)

Bagaimana bro. dilbert??  :))  :))

Kedua teks di atas diakui Lindtner sebagai teks asli Nagarjuna lho....  ^-^  ^-^

 _/\_
The Siddha Wanderer

« Last Edit: 27 November 2008, 07:07:00 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #334 on: 27 November 2008, 07:58:48 AM »
bukankah di Amitabha Sutra itu Sang Buddha mengatakan bukan menunjuk bahwa melewati ribuan mil dari arah Barat terletak Sukhavati.jadi Buddha tidak menunjuk dengan tangan,lagipula di akhir Sutra,digambarkan Buddha daris egala penjuru arah memberikan pujian atas Sukhavati dan Buddha menutup dengan Mantra Hati Amitabha.
Oh iya.. yah, Sang Buddha hanya menunjuk. Oh ya mas Nyanadhana benarkah Sang Buddha mengatakan dalam Amitabha sutra bahwa surga Sukhavati melewati ribuan mil arah barat? Apakah pernyataan ini sumbernya jelas? dimana bisa saya dapatkan?

terima kasih atas koreksinya dan mohon penjelasannya.

bacalah Sukhavatiyuha Sutra,saya belum pernah mendapat tulisan Buddha menunjuk arah,setahu saya,waktu itu ada Request dari murid Buddha dan Buddha mengatakan melewati beratus koti ke arah barat......
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #335 on: 27 November 2008, 08:03:26 AM »

Terus ada lagi anggapan bahwa BUDDHA GOTAMA itu salah satu KAYA (ntah sambhogakaya, nirmanakaya atau dharmakaya) dari BUDDHA AMITABHA... berarti dengan demikian BUDDHA GOTAMA itu sudah MENCAPAI KEBUDDHAAN DARI JAMAN DAHULU (karena ada beberapa teks MAHAYANA juga menyatakan demikian). Jika demikian, berarti perjalanan hidup dari seorang petapa sumedha itu tidaklah berarti dalam konteks pembebasan seorang makhluk. KARENA DARI BUDDHA GOTAMA SUDAH MENJADI BUDDHA BERKALPA KALPA YANG LALU...

Dengan demikian saya, anda, kita kita ini antara 2 kemungkinan..
1. Dari dulu sudah mencapai KEBUDDHAAN, karena pada saatnya kita mencapai ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA, kita juga akan mengatakan hal semacam ini... BAHWA KITA SUDAH MENCAPAI KEBUDDHA-AN DARI JAMAN BERKALPA KALPA YANG DULU.
2. Ada kemungkinan bahwa kita ini TIDAK BAKALAN MENCAPAI KEBUDDHAAN, karena BUDDHA YANG ADA ITU DARI JAMAN DAHULU SUDAH ADA, yang terlahir dan kemudian mencapai KEBUDDHAAN itu adalah EMANASI DARI BUDDHA JAMAN DAHULU.

"Mencapai Ke-Buddhaan dari zaman dahulu" = sifat dasar kita adalah ke-Buddhaan, bahwa Tathagatgarbha itu ada dalam diri kita. Itulah mengapa dikatakan "Mencapai ke-Buddhaan dari zaman dahulu", karena sejak kelahiran kita yang tak berawal di Samsara ini, benih atau sifat dasar ke-Buddhaan selalu dan sudah ada dalam diri kita.

 _/\_
The Siddha Wanderer

saya tambahkan, Tathagatagarbha atau mungkin kita bisa sebut satu lagi Alaya Vijnana menyimpan semua informasi kita dari ribuan kehidupan masa lampau termasuk bibit pencerahan. Dalam pandangan Mahayana,Siddhatta dikatakan sudah mencapai pencerahan pada masa lampau,namun belum pencerahan final,jadi timbul tenggelam,dan pada masa Prince Siddhatta dikatakan pemenuhan dari semua sifat Buddha dalam diri.
6 tahun sengsara dikatakan sebagai upaya kausalya dari Buddha untuk menunjukkan bahwa praktik pertapaan yang keras tidak membawakan hasil,meskipun dikatakan cerah,namun pencerahan itu timbul dan tenggelam setiap kali nama rupa bermanifestasi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #336 on: 27 November 2008, 08:14:43 AM »
Kalau Ikrar dilakukan oleh seorang PUTHUJANA seperti saya, dan bahkan oleh individu sekaliber petapa sumedha, itu masih ok ok saja.

Ketika Ksitigarbha berikar,dia masih seorang putri kok,ini adalah ikrar yang mengangkat dirinya menjadi Bodhisatva.

Lantas darimana bisa muncul IKRAR-IKRAR oleh Para BODHISATVA dan para BUDDHA ??

kalau membaca referensi Sutra Mahayana menerangkan Bodhisatva berikrar adalah Buddha menceritakan dari awal riwayat Bodhisatva itu dan bagaimana ikrarnya membawa dia pada pencerahan nantinya.so bukan pada saat udah Bodhisatva tingkat ke tujuh baru berikrar. Ikrar adalah langkah pertama.

Makanya benar tuh...yang berikrar tuh yang masih puthujana... Sedangkan posisi Bodhisatva sendiri di dalam SUTRA INTAN dijelaskan dengan baik sekali bagaimana perilaku Bodhisatva yang sebenarnya. Coba baca SUTRA INTAN sendiri (Sutra Mahayana).

Jadi apakah individu sekaliber Bodhisatva Ks**tigarbha itu masih mengikuti IKRAR-nya kalau dipandang dari SUTRA INTAN ?

Sutra Intan tidak memuat catatan soal Ksitigarbha...namun saya akan menilik pandangan Bodhisatva secara universal maka Iya , Kisitigarbha masih memegang teguh ikrarnya karena beliau belum menjadi Buddha. sesuai ikrarnya...Kalau neraka tidak kosong,saya tidak akan menjadi Buddha.itu adalah ikrar tanpa kilesha kemelekatan melainkan Dhamma Chanda.

Memang kadang orang melihat inkonsistensi dalam beberapa Sutra Mahayana,seperti ada kalanya Sang Buddha berkata ada penyelamat dunia trus kita tinggal berdoa saja,dilain pihak Buddha berkata jadikan dirimu sebagai rakit sampai di ujung.namun lihatlah paduan ini. antara Ikrar Penyelamat Dunia dengan kekuatan diri sendiri menemukan jalan ke tempat Penyelamat Dunia ini.sinkron bukan?
Amitabha dengan 48 ikrarnya ketika menjadi Buddha dan memenuhi Paraminya, maka Ikrar tersebut bukan lagi ikrar kemelekatan seperti yang dipahami umat awam tapi itu adalah Pemenuhan Ucapan seorang Buddha. dalam satu ikrarnya ,orang yang memanggil namaku akan terlahir di Sukhavati. ini artinya memanggil nama Buddha Amitabha akan membangkitkan alaya vijnana Bodhicitta yang tersimpan dan terlahir di alam Buddha Amitabha(menurut Sukhavati Vyuha dan pemikiran Mahayana).

hm untuk sampai disini,kita harus bisa melihat segala sesuatu dari pola pikir Mahayana aliran sukhavati karena mereka memegang hanya 3 Sutra Amitabha,kalau anda ingin mencampurnya dengan Sutra Intan,maka aliran yang cocok,pastilah Zen Buddhisme.karena Zen berarti perenungan,dhyana,jadi kajilah Sutra Intan dengan membaca dan bawakan dalam dhyana(meditasi),semoga menemukan titik terang.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #337 on: 27 November 2008, 10:10:15 AM »
bukankah di Amitabha Sutra itu Sang Buddha mengatakan bukan menunjuk bahwa melewati ribuan mil dari arah Barat terletak Sukhavati.jadi Buddha tidak menunjuk dengan tangan,lagipula di akhir Sutra,digambarkan Buddha daris egala penjuru arah memberikan pujian atas Sukhavati dan Buddha menutup dengan Mantra Hati Amitabha.
Oh iya.. yah, Sang Buddha hanya menunjuk. Oh ya mas Nyanadhana benarkah Sang Buddha mengatakan dalam Amitabha sutra bahwa surga Sukhavati melewati ribuan mil arah barat? Apakah pernyataan ini sumbernya jelas? dimana bisa saya dapatkan?

terima kasih atas koreksinya dan mohon penjelasannya.
Memang kondisinya dunia sini sedang akan muncul Buddha Sakyamuni, maka tentu Buddha Amitabha tidak perlu mengutus orang. Sebenarnya ada kok, hehe..ya Avokitesvara orangnya. Tentu semua ada semacam sistem aturan yg tidak kita pahami.   

Ya saya mana tahu

darimana ada avalokitesvara kecuali kalau bukan "dikenalkan" di saddharmapundarika sutra...

Anda tidak tahu anda datang dari mana, tetapi anda tahu anda akan kemana ??

Ga perlu tahu darimana ada avokitesvara. Sama seperti juga ga perlu tau dari mana ada Buddha Gotama, sejauh dia mengajarkan dhamma, dialah orang yang pantas disebut para ariya.

Walau saya tidak tahu datang dari mana, emangnya ga bisa tahu akan kemana ?
Dalam alur hukum kamma, setidaknya kita sudah bisa mendapatkan gambaran ke mana kita akan dilahirkan, sejauh kita mengikuti dengan BENAR instruksi yg diajarkan Buddha.
Kalo Anda masih ga punya gambaran akan terlahir di mana maka sungguh sia2 anda belajar dhamma.   :(

GOTAMA itu BUDDHA HISTORIS... Sedangkan avalokitesvara, amitabha dsbnya hanya "HIDUP" dari SUTRA...
Anda tidak tahu anda datang dari mana ? tetapi anda tahu anda akan terlahir di Tanah Suci Sukhawati (kalau sesuai petunjuk) ?
Kita bukan membahas dari segi apakah tokoh tersebut historis atau bukan. Tapi di dalam mendalami dhamma, mengapa harus melekat pada masalah historis atau bukan? Manakah yang lebih penting, nilai historis tetapi isi tidak bermakna, dibandingkan dengan "tidak diketahui secara historis tapi isinya memberi manfaat". Seharusnya berpijak dari sini maka selayaknya Dhamma di pahami secara insight, mengapa harus peduli apakah orang yg berbicara itu ada atau tidak ada, eksis atau tidak eksis? Misalnya jika Buddha Gotama eksis namun berbicara hal yang membawa kemerosotan, utk apa kita mengikutinya? Sejauh ucapan seseorang sesuai dengan dhamma itu maka itu baru menunjukkan makna sejati akan eksisnya seorang ariya. Meski seorang penjagal sekalipun, pastilah ada sifat baik dalam dirinya dan saat mengucapkan kata2 baik itu, maka kita layak menghormati ucapan baiknya.
Dalam Saddharmapundarika menyebutkan Avokitesvara tidak muncul dalam wujud yang tetap utk memberi bimbingan kepada para Makhluk. Coba baca Parinibbana Sutra, ketika Buddha Gotama berbicara kepada para dewa dan manusia:
Ananda, kini kami ingat bagaimana kami telah pernah menghadiri undangan dari kedelapan persidangan yang masing-masing dihadiri oleh beratus-ratus orang itu. Sebelum dimulai percakapan atau pembahasan, kami membuat wajahku mirip dengan wajah mereka, suaraku menyerupai suara mereka. Demikianlah kami mengajarkan mereka mengenai Dhamma, dan hal ini memberikan manfaat dan kegembiraan kepada mereka. Meskipun demikian, tatkala kami sedang memberikan Dhamma kepada mereka, mereka tak mengetahui siapa sebenarnya kami ini, dan mereka saling bertanya pada kawan-kawannya, "Siapa gerangan yang sedang berbicara kepada kita? Apakah gerangan ia seorang manusia atau dewa?" tanya mereka.

Sesudah Sang Bhagava mengajarkan Dhamma dan telah membimbing mereka, mereka menyadari manfaatnya dan gembira, lalu kami pergi. Setelah kami meninggalkan mereka, mereka belum juga mengetahui tentang kami, mereka saling bertanya: "Siapakah gerangan dia yang telah pergi itu? Apakah dia manusia atau dewa?" Ananda, begitulah delapan macam perhimpunan itu."

Pola ucapan Buddha dalam Mahaparinibbana Sutta ini mencerminkan akan keselarasan ttg Avalokitesvara dalam Samantha mukha varga.

Yang kita butuhkan adalah makna yang terkandung di dalamnya. Jika belum memahami prinsip Mahayana maka kajilah terus seperti orang yg sedang membeli emas. 
Itulah nilai luhur praktisi Mahayana, menyerap nilai baik karena nilai baik itu unirversal.
 
Kalau saya terlahir di Sukhavati, saya berjanji akan memberimu mimpi. Tapi saya rasa percuma, seandainya saya muncul di depan anda pun anda tak akan percaya. hehe..(just kidding).  :P

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #338 on: 27 November 2008, 10:51:37 AM »
 
Quote
Penunjukkkan Arah itu 'kan cuma sifatnya utk memudahkan pengertian saja.
Seperti misalnya pembagian wilayah kota madya DKI, ada Jakarta Barat, Jakarta Utara , Jakarta Timur. Memangnya ada Jakarta yang benar2 terletak di BARAT??? Bukankah dilihat dari arah utara, maka dia menjadi Selatan? Dilihat dari arah Barat, dia menjadi di Timur?

Nah ini yang saya juga bingung dengan pernyataan mas chingik. Apakah rumah mas Chingik bisa berpindah-pindah? tentu tidak kan? kecuali rumah mas chingik punya kaki. Jadi penilaian berbagai arah Jakarta tentu dinilai berasal darimana mas Chingik tinggal, demikian juga dengan kedudukan relatif bumi terhadap alam semesta.

Sama seperti Sang Buddha mengatakan arah barat ketika itu Beliau berada di bumi bukan di planet lain kan?

Quote
Mengapa pemerintah propinsi DKI mengatakan arah ya? padahal arah kan bisa berubah? apa waktu itu pemerintah propinsi DKI tidak mengerti bahwa bumi berputar pada porosnya? mengapa pemerintah bukan mengatakan "di Jakarta situ lho..."  jadi tak perlu menyebut arah.

nah Itulah mas Chingik, suatu arah bisa ditetapkan bila ada titik referensi yang menjadi acuan, pemerintah DKI menetapkan batas wilayah tentu berdasarkan acuan yang tetap. Bila tak ada acuan yang tetap mungkinkah kita menetapkan arah?
 
Quote
Yang namanya pelabelan istilah itu kadang ada yg bersifat utk memudahkan pemahaman manusia awam.  Sama seperti dalam ajaran Buddha mengatakan tentang "Tanpa Aku", mengapa seluruh Sutta diawali dengan "Demikianlah yg telah AKU dengar" , mengapa tidak mengatakan "Demikianlah yg telah Nama-Rupa dengar". Tidak aku , tapi masih selalu menyebutkan aku sedang ini aku sedang itu..

Mas Chingik, maaf lho rasanya dimensi ruang adalah suatu perhitungan yang seharusnya agak eksak sifatnya, tentu berbeda dengan pelabelan.

Quote
Begitu juga ketika menyebutkan arah barat, timur, itu juga utk pemahaman awam saja.
Saya yakin jika Buddha tidak menyebutkan arah pada waktu itu, maka sekarang pasti orang2 malah bertanya: Di mana arahnya? Kalau Buddha benar2 Tahu mengapa tidak bilang di mana arahnya? bla..bla..bla..

Demikianlah kebingungan saya mas Chingik, jika Sang Buddha tidak mengatakan arah tentu tak ada pertanyaan saya seperti sekarang dan tak perlu ada spekulasi mengenai dimana adanya surga Sukhavati, sama seperti ketika Sang Buddha menolak mengatakan dimana adanya Nibbana.

Mungkin mas Chingik ada penjelasan lain mengapa Sang Buddha mengatakan surga Sukhavati berada di barat?

terima kasih sebelumnya lho atas segala penjelasannya, mohon penjelasan lebih lanjut.

Penjelasan yg bagaimanapun tidak akan memuaskan kecuali kita dapat benar2 melihat dgn jangkauan luas.
Sama seperti halnya Letak gunung sumeru, surga Tavatimsa, bagaimana menjelaskan ini secara logika? Jika tidak memahami ucapan Buddha dalam Amitabha Sutra lalu mengatakan itu sebagai palsu, maka terkesan aneh karena tidak bisa menjelaskan alam surga lain dalam Sutta-sutta sementara mengatakan itu benar.
Bentuk pertanyaan seperti ini tentu bukan kriteria yg tepat utk mensikapi isi kebenaran suatu kitab suci. Namun bagaimanapun, sikap kritis seperti itu tidak ditabukan. Silakan mencari, karena kebenaran terbuka utk siapapun, dan seandainya ada bukti kuat atas kepalsuan kitab itu, tentu saya juga senang karena saya juga salah satu orang yang tidak yakin secara membuta.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #339 on: 27 November 2008, 11:50:19 AM »
apakah pada saat buddha gotama dan para murid murid langsung beliau masih hidup, tdk diajarkan langsung ajaran ala MAHAYANA yg paling pamungkas katanya.. Apakah berarti murid langsung beliau tidak "berkualitas" untuk menerima ajaran Mahayana, sehingga harus dititipkan di alam Naga untuk kemudian menunggu para arya mahayana mengambilnya..

Apa karena Gotama tidak mengajarkan Mahayana, makanya ajaran MAHAYANA tdk muncul dlm ajaran para sesepuh sama sekali.
Atau sebenarnya ajaran Mahayana sudah dibabarkan sejak jaman Buddha Gotama msh hidup, tetapi ajaran para sesepuh meng eliminasi ajaran MAHAYANA, mungkin dgn alasan para MAHAYANIS (sebagaimana dikutip sdr.gandalf) bahwa para Sravaka gagal memahami ajaran Mahayana?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #340 on: 27 November 2008, 12:07:49 PM »
Mas Gandalf mau numpang nanya lagi nih, kebetulan saya baca "the large sutra on perfect wisdom (maha prajna paramita sutra?)" terjemahan Dr. Edward conze, isinya kok banyak menjelek-jelekkan jalan Arahat dan Pacceka Buddha? dan selalu memuji jalan Bodhisatva? contohnya halaman 115 berbunyi: Mara dengan menyamar sebagai Sang Buddha mengkhotbahkan, menguraikan, menganalisa, memperkuat ajaran (scriptures) yang berhubungan dengan tingkat Sravaka, lalu (bahasa Inggrisnya berat nih) menguraikan Discourses, discourses in prose, and verse mingled, predictions, verses, summaries, origins, thus was said, birth stories, expanded texts, marvels, texts and expositions.

Sedangkan di buku-buku Theravada tidak pernah mencela jalan Bodhisatva, bahkan dalam buku RAPB dijelaskan jalan Bodhisatva juga, yang merupakan sebuah pilihan yang boleh dilakukan dan baik ?

Mengapa demikian mas Gandalf?

Bolehkah tahu mas Gandalf, apakah kira-kira sebabnya mengapa kitab suci Mahayana menjelek-jlekkan jalan Sravaka dan Pratyeka, serta selalu memuji-muji jalan Bodhisatva?
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #341 on: 27 November 2008, 12:13:03 PM »
Quote
Penjelasan yg bagaimanapun tidak akan memuaskan kecuali kita dapat benar2 melihat dgn jangkauan luas.
Sama seperti halnya Letak gunung sumeru, surga Tavatimsa, bagaimana menjelaskan ini secara logika? Jika tidak memahami ucapan Buddha dalam Amitabha Sutra lalu mengatakan itu sebagai palsu, maka terkesan aneh karena tidak bisa menjelaskan alam surga lain dalam Sutta-sutta sementara mengatakan itu benar.
Bentuk pertanyaan seperti ini tentu bukan kriteria yg tepat utk mensikapi isi kebenaran suatu kitab suci. Namun bagaimanapun, sikap kritis seperti itu tidak ditabukan. Silakan mencari, karena kebenaran terbuka utk siapapun, dan seandainya ada bukti kuat atas kepalsuan kitab itu, tentu saya juga senang karena saya juga salah satu orang yang tidak yakin secara membuta.

Ya saya juga nggak mengerti lho mas Chingik, seandainya surga Sukhavati tidak disebutkan arah seperti Nirvana, tentu saya tak tergelitik untuk bertanya kepada mas Chingik, pengetahuan dan pandangan mas Chingik sungguh luas, terima kasih atas keterangannya mas.
 _/\_
The truth, and nothing but the truth...

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #342 on: 27 November 2008, 03:47:57 PM »
apakah pada saat buddha gotama dan para murid murid langsung beliau masih hidup, tdk diajarkan langsung ajaran ala MAHAYANA yg paling pamungkas katanya.. Apakah berarti murid langsung beliau tidak "berkualitas" untuk menerima ajaran Mahayana, sehingga harus dititipkan di alam Naga untuk kemudian menunggu para arya mahayana mengambilnya..

Apa karena Gotama tidak mengajarkan Mahayana, makanya ajaran MAHAYANA tdk muncul dlm ajaran para sesepuh sama sekali.
Atau sebenarnya ajaran Mahayana sudah dibabarkan sejak jaman Buddha Gotama msh hidup, tetapi ajaran para sesepuh meng eliminasi ajaran MAHAYANA, mungkin dgn alasan para MAHAYANIS (sebagaimana dikutip sdr.gandalf) bahwa para Sravaka gagal memahami ajaran Mahayana?


Menurut Mahayana,ada periode pembabaran Dhamma dimulai dari Agama Sutra menuju Sutra Mahayana,jadi ada jejak pencerahan seseorang yang membawakan dia terakhir pada pencapaian Jalan Besar.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #343 on: 27 November 2008, 06:52:09 PM »
apakah pada saat buddha gotama dan para murid murid langsung beliau masih hidup, tdk diajarkan langsung ajaran ala MAHAYANA yg paling pamungkas katanya.. Apakah berarti murid langsung beliau tidak "berkualitas" untuk menerima ajaran Mahayana, sehingga harus dititipkan di alam Naga untuk kemudian menunggu para arya mahayana mengambilnya..

Apa karena Gotama tidak mengajarkan Mahayana, makanya ajaran MAHAYANA tdk muncul dlm ajaran para sesepuh sama sekali.
Atau sebenarnya ajaran Mahayana sudah dibabarkan sejak jaman Buddha Gotama msh hidup, tetapi ajaran para sesepuh meng eliminasi ajaran MAHAYANA, mungkin dgn alasan para MAHAYANIS (sebagaimana dikutip sdr.gandalf) bahwa para Sravaka gagal memahami ajaran Mahayana?

Bro. dilbert, tentu Sang Buddha pada masa hidupnya mengajarkan Mahayana. Apalagi Sutra-sutra Mahayana seperti Astasahasrika Prajnaparamita dan Saddharmapundarika diduga telah muncul sejak sekitar tahun 100 SM, yang berarti sebelum Pali Kanon ditulis!

Beberapa Sutra Mahayana bahkan dibabarkan pada para Sravaka, seperti Ullambana Sutra dan sebagian Saddharmapundarika Sutra.

Namun apabila masuk ke pembahasan Mahayana yang lebih mendalam, maka para Sravaka yang belum masuk ke jalan Mahayana, tidak dapat memahaminya.

Perkecualian bagi para Sravaka murid Sang Buddha yang batinnya telah mengarah menuju Mahayana seperti Subhuti dan Shariputra. Mereka dapat memahami sabda Mahayana dari Sang Buddha dengan jelas.

Bahkan konon Ananda pula yang mengingat sabda-sabda Mahayana Sang Buddha, meskipun ia sendiri tidak paham akan sabda tersebut.

Ngomong-ngomong, Para Bodhisattva pun juga murid langsung beliau kan?

Coba deh... apakah anda sudah baca sejarah Mahayana yang ditulis Jetsun Taranatha yang saya posting beberapa waktu lalu?

Ajaran Mahayana itu ditransmisikan secara oral melalui sekumpulan bhiksu yang jumlahnya tidak banyak, sedangkan ajaran Hinayana ditransmisikan melalui sekumpulan bhiksu yang sangat banyak, misalnya Konsili-Konsili.

Dan ketika kira-kira Konsili Sarvastivada diadakan di Kashmir, bersamaan dengan itu mungkin pertama kalinya ditulislah Sutra-sutra Mahayana oleh sejumlah bhiksu tersebut. Sutra-sutra tersebut disembunyikan di alam Naga.

Nah... apa sih alam Naga ini? Alam Supranatural? Bukan! Yang dimaksud di sini adalah manusia ras Naga yang memang dikenal di India kuno, di mana tempat tinggal mereka tergolong terpencil. Maka dari itu cocok untuk menyimpan Sutra-sutra Mahayana.

Ajaran Mahayana disembunyikan bukan karena muridnya tidak berkualitas, namun Sang Buddha melihat bahwa ajaran Mahayana belum saatnya untuk disebarkan secara luas. Salah satu kemampuan Sang Buddha adalah Beliau tahu kapan waktu yang tepat ajaran-Nya disebarluaskan, sama seperti Sang Buddha juga mengetahui kapan dan Dharma apa yang harus Beliau ajarkan di waktu dan tempat tertentu.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #344 on: 27 November 2008, 07:02:13 PM »
Quote
Bolehkah tahu mas Gandalf, apakah kira-kira sebabnya mengapa kitab suci Mahayana menjelek-jlekkan jalan Sravaka dan Pratyeka, serta selalu memuji-muji jalan Bodhisatva?

Sutra-sutra Mahayana tidak selalu "merendahkan" (bukan menjelek-jelekkan lah) para Sravaka dan Pratyekabuddha. Dalam banyak kali, Sutra Mahayana juga memuji kualitas-kualitas batin seorang Arhat Sravaka. Ini bisa dilihat dari kutipan Mahaparinirvana Sutra yang saya berikan di waktu lalu.

Sang Buddha dalam sutra-sutra Mahayana tampak "merendahkan" para Sravaka, ini tak lain adalah upaya kausalya Beliau, agar para makhluk tidak terikat dalam usaha pembebasan diri sendiri menjadi para Sravaka dan agar para Sravaka berniat untuk menapaki jalan Mahayana.

Di lain sisi, Bodhisattva juga harus menguasai pencapaian Sravaka, namun Ia tidak terikat olehnya:
"In his seeking of the Buddha Way the Bodhisattva should study all dharmas and realize all forms of wisdom, namely the so-called wisdom of the Hearers (Sravakas), Pratyekabuddhas and Buddhas"
(Mahaprajnaparamita-Upadesha oleh Nagarjuna)

Sutra-sutra Mahayana selalu memuji jalan Bodhisattva karena jalan Bodhisattva menuju pada Anuttara Samyaksambodhi.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

 

anything