//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhavaviveka "vs" Hinayana  (Read 185130 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #300 on: 25 November 2008, 10:41:35 AM »
[at] atas.
mengapa anda sekarang ini tidak terlahir di tanah suci yg anda maksud itu ?

Mengapa buddha gotama hanya mengajar di dunia saha ini? Karena kondisi yg saling bergantungan sudah memenuhi utk lahirnya seorang samma sambuddha.

Apakah ada sutra yg menuliskan kunjungan siswa gotama ke tanah suci? Apakah gotama sendiri pernah ke tanah suci? Jika tdk ada, bearti anda anda yg mengikuti petunjuk sekte sukhavati lebih hebat, krn bisa terlahir disana.
« Last Edit: 25 November 2008, 10:47:46 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #301 on: 25 November 2008, 12:51:53 PM »
 
Quote
[at] atas.
mengapa anda sekarang ini tidak terlahir di tanah suci yg anda maksud itu ?

lho, usia kehidupan saya belum berakhir, wajar toh kalo saya belum terlahir? Mengapa anda juga tidak terlahir di salah satu alam lain sekrang? prinsipnya sama saja.

Quote
Mengapa buddha gotama hanya mengajar di dunia saha ini? Karena kondisi yg saling bergantungan sudah memenuhi utk lahirnya seorang samma sambuddha.
Dan di semesta yg maha luas ini, hanya mengajar di sini? lebih memungkinkan mana bagi seorang Buddha yang memiliki abhinna dan kebijaksanaan sempurna sementara tidak bisa mengunjungi tata surya lain utk menyiarkan dhamma yang begitu indah??
Untung Mahayana telah menguak kemungkinan2 lain, sehingga kita merasa Buddha telah menggunakan keterampilan sempurna agar makhluk2 di tata surya lain dapat mendengarkan dhamma juga. Itulah kesejatian dari pencapaian seorang Sammasambuddha.

Quote
Apakah ada sutra yg menuliskan kunjungan siswa gotama ke tanah suci? Apakah gotama sendiri pernah ke tanah suci? Jika tdk ada, bearti anda anda yg mengikuti petunjuk sekte sukhavati lebih hebat, krn bisa terlahir disana.
Dalam Ekottaragama Sutra mencatat Maha Moggallana pergi ke Tisahassi Mahasahassi loka-dhatu lain dan hadir dalam pesamuan seorang Buddha lain di sana. Dalam Agama Sutra (dari sekte Dharmagupta) , ini satu2nya catatan tentang Buddha lain disamping Buddha Gotama pada masa sekarang.
Sang Buddha sendiri tentu dapat berkunjung ke tanah suci lain, dan di sutra pun sering mencatat Buddha lain mengutus Bodhisatva utk mengunjungi Buddha Sakyamuni.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #302 on: 25 November 2008, 01:41:12 PM »
[at] chingik.
Mengapa bukan buddha amitabha yang mengutus orang mengajar di dunia saha ini? Gak perlu buddha gotama lagi.. Logikanya krn amitabha skrg sedang masih mengajar dan di sutra mahayana gotama mengatakan ada amitabha di tanah suci lain, bearti amitabha duluan ada daripada gotama..

Terus pertanyaan saya lagi.. Mengapa sdr chingik terlahir skrg di dunia saha (yg menurut anda Tanah suci gotama). Darimana anda sebelumnya? 
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #303 on: 25 November 2008, 05:09:56 PM »
Quote
[at] chingik.
Mengapa bukan buddha amitabha yang mengutus orang mengajar di dunia saha ini? Gak perlu buddha gotama lagi.. Logikanya krn amitabha skrg sedang masih mengajar dan di sutra mahayana gotama mengatakan ada amitabha di tanah suci lain, bearti amitabha duluan ada daripada gotama..
Memang kondisinya dunia sini sedang akan muncul Buddha Sakyamuni, maka tentu Buddha Amitabha tidak perlu mengutus orang. Sebenarnya ada kok, hehe..ya Avokitesvara orangnya. Tentu semua ada semacam sistem aturan yg tidak kita pahami.   

Quote
Terus pertanyaan saya lagi.. Mengapa sdr chingik terlahir skrg di dunia saha (yg menurut anda Tanah suci gotama). Darimana anda sebelumnya? 
Ya saya mana tahu

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #304 on: 25 November 2008, 05:49:08 PM »


Mengenai Vasubhandu saya tidak tahu... Tetapi kalau Nagarjuna menulis hal seperti ini... Kelihatannya tidak sejalan dengan apa yang diungkapkan Nagarjuna di Mulamadhyamaka Karika yang oleh semua buddhist scholar, Nagarjuna dianggap sebagai Filosofer Terbesar Buddhis sepanjang masa.

Mulamadhyamaka Karika bagian yang mana bro?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #305 on: 25 November 2008, 10:06:21 PM »
Quote
Mengenai Vasubhandu saya tidak tahu... Tetapi kalau Nagarjuna menulis hal seperti ini... Kelihatannya tidak sejalan dengan apa yang diungkapkan Nagarjuna di Mulamadhyamaka Karika yang oleh semua buddhist scholar, Nagarjuna dianggap sebagai Filosofer Terbesar Buddhis sepanjang masa

Hahaha.... Nagarjuna yang tidak sejalan, atau batin anda yang tidak sejalan??  ^-^  ^-^

Bagi seorang Mahayana sejati, ia tentu akan memahami bahwa Tathagatagarbha dan Shunyata itu tidaklah saling bertentangan, karena pada hakekatnya SAMA.......

Namun kalau sampai ada orang yang menerima Shunyata tapi nggak bisa menerima Tathagatagarbha, dan demikian juga sebaliknya, maka ia akan terjerumus ke dalam pandangan nihilisme ataupun eternalisme.

Bahkan anda toh hanya mengajukan satu jenis penelitian dari satu orang saja yaitu Lindtner toh!  ^-^  ^-^  Lalu  atas dasar apa Lindtner mengatakan ini itu pasti karya Nagarjuna dan yang lain tidak ??.... la wong yang benar-benar pasti ajaran Sang Buddha itu yang mana saja juga masih belum dapat dibuktikan 100 %!

Dasabhumika Vibhasa Sastra itu diterjemahkan ke bahasa Tionghoa oleh Arya Kumarajiva (344 M – 413 M). Tentunya anda tau dong Arya Kumarajiva itu siapa?

Bahkan konon setelah Nagarjuna meninggal, Ia terlahir kembali di alam Sukhavati. Sebelum meninggal Nagarjuna berkata: "Sekarang aku akan pergi menuju Tanah Suci Sukhavati, namun aku akan kembali ke dalam tubuh ini lagi."
Anda bisa temui kata-kata ini di biografi Arya Nagarjuna di kalangan Vajrayana oleh Sera sMad  Geshe Lobsang Tharchin.

Mungkin ini berasal dari teks Pradipodyotana:
"Acarya Nagarjuna, dengan jalan Tantra, mengaktualisasikan tingkatan Vajradhara dalam waktu hidupnya, seperti dikatakan: 'Acarya yang hebat, Nagarjuna yang agung, berhadap-hadapan dengan tujuan-Nya, dan telah mengajarkan tentang pengetahuan dunia dari dalam diri sendiri, ini adalah samadhi Vajradhara agung, ia telah melangkah jauh di atas kebahagiaan para dewa dan manusia. ia telah melangkah jauh di atas kebahagiaan meditasi dari para heterodoks (tirthika), para Sravaka dan Pratyekabuddha........... ia pergi menuju Sukhavati dan menetap di sana, dengan memiliki delapan kekuatan sebagai kualitas-Nya."

Bahkan Sang Buddha sendiri dalam Lankavatara Sutra mengatakan bahwa Nagarjuna akan pergi menuju Sukhavati.

Lalu kalau Sukhavati-vyuhopadesa-nya (Amitayus-upadesha) Vasubandhu kan tidak ada penolakan tuh. Sejarawan iya-iya aja tuh....

Jadi ada dong master Zen India yang mengakui ke-Eksis-an Tanah Suci Sukhavati?

Bahkan sudah sangat meluas dalam sekte Tanah Suci, yaitu bahwa Nagarjuna dan Vasubandhu diakui sebagai Patriark Tanah Suci di India dan termasuk dalam kelompok 7 Patriark Tanah Suci.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 26 November 2008, 05:23:55 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #306 on: 25 November 2008, 10:25:23 PM »
Quote
Saya kira dalam hal KEINGINAN untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK ini sudah dijelaskan dengan baik sekali di dalam SUTRA INTAN. Pegang saja SUTRA INTAN-nya... Jangan pegang SUTRA yang lain... buat para MAHAYANIS, kalau anda PEGANG 2 sutra utama saja yaitu SUTRA HATI dan SUTRA INTAN... Itu sudah mencakup keseluruhan inti ajaran BUDDHA.

Hahaha.... dari masalah keinginan... lagi-lagi malah lari ke Sutra Intan.

La wong tafsir anda aja terhadap kata-kata "KEINGINAN untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK" udah salah kaprah...  ^-^  ^-^  ^-^

Tuh tafsiran bro. chingik yang bagi saya lebih logika, lebih nalar, dan tentu lebih sesuai dengan pandangan Mahayana yang sejati-jatinya.

Dalam periode pembabaran, maka Sutra Intan dan Sutra Hati adalah periode ke-4 (Prajnaparamita) dari 5 periode. Pembabaran di masa ini belumlah lengkap. Kalau anda ingin melihat ajaran Mahayana yang sejati-jatinya, yang mencakup keseluruhan inti ajaran Sang Buddha, bacalah 2 sutra yang berasal dari periode ke-5 (akhir) pembabaran Dharma:

1. Saddharmapundarika Sutra
2. Mahayana Mahaparinirvana Sutra

Yang mengandung makna inti, yang merupakan dua sutra utama dalam Mahayana.

Bahkan pemutaran roda Dharma (Dharmacakra) Sang Buddha dibagi menjadi tiga tahap:
1. Ajaran Hinayana yang merupakan dasar (Empat Kebenaran Mulia)
2. Prajnaparamita (Sunyata)
3. Yogacara dan Tathagatagarbha

Jadi pemutaran roda Dharma yang paling terakhir adalah yang paling sempurna dan yang paling ultimit.

Tapi kalau misalnya anda tidak setuju, ya udah...  ^-^  ^-^

Quote
Kalau yang berkeinginan menjadi sammasambuddha itu mah bukan ARAHAT (SAVAKA BUDDHA)... contoh barangnya PETAPA SUMEDHA tuh

Pernyataan anda ini kan dari segi Hinayana Theravada...   dan ini board Mahayana, ya tentu saya bahasnya dari segi Mahayana... jadi menurut Mahayana, Arahat masih dapat memiliki "Chanda" untuk menjadi Samyaksambuddha.

Pernyataan anda ini jangan diulang-ulang terus. Saya dan teman-teman di sini sudah tahu persis bahwa pandangan Theravada seperti itu.

Dan perlu anda ketahui, di dalam Mahayana, memang dikenal 2 jenis tipe Bodhisattva:
1. Umat biasa yang berikrar menjadi Bodhisattva dan Samyaksambuddha (jadi sejak awal sudah masuk ke jalan Mahayana), dan pencapaian pertamanya adalah Bhumi pertama. Petapa Sumedha adalah contoh dari tipe Bodhisattva pertama ini.
2. Para Sravaka yang kemudian memasuki jalan Mahayana, pencapaian pertamanya sudah langsung Bhumi ketujuh. Contohnya adalah Mahakasyapa, Mahaprajapati, Yasodhara, dsb.

Jadi kalau di Theravada HANYA dikenal tipe 1, maka di Mahayana dikenal 2 tipe.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 26 November 2008, 05:48:20 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #307 on: 25 November 2008, 10:26:23 PM »
Mas Gandalf, mau nanya nih.. sebenarnya surga sukhavati apa benar di barat...?
The truth, and nothing but the truth...

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #308 on: 25 November 2008, 10:41:56 PM »
Quote
Semua ajaran Theravada itu terangkum di dalam Agama Sutta (versi Mahayana), dengan kata lain ajaran Theravada termasuk semua dalam ajaran Mahayana, jelas semua hal tentang alam kehidupan itu ada di dalam ajaran Mahayana. Hanya saja di ajaran Mahayana, kemudian bermunculan pula Tanah Tanah Suci yang sampai dikategorikan sebagai Surga (seperti Surga Sukhavati) dan bahkan ada yang mengatakan sampai pula 33 alam.

LOGIKA-nya kalau AJARAN THERAVADA RUNTUH (tidak benar) maka MAHAYANA sudah pasti RUNTUH dengan sendiri-nya... Lha wong, katanya THERAVADA sebagai DASARNYA... Tetapi Kalau MAHAYANA RUNTUH... belum pasti THERAVADA RUNTUH... tuh karena MAHAYANA runtuh di konsep konsep TAMBAHAN yang DITAMBAH-TAMBAHKAN...

Saya nggak ngurus mau runtuh atau kagak. Itu di luar Scope Pembahasan kita.

Yang kita bahas adalah apakah eksis tidaknya Sukhavati, Surga, neraka dsb... beserta arah-arahnya yang kalau boleh dibilang masih belum jelas itu!

Dan yang saya yang ingin tekankan di sini adalah sikap pandangan anda yang berat sebelah!

Jangan ngalor ngidul dulu! Yang saya ingin pertanyakan kenapa anda begitu heboh mempertanyakan Sukhavati itu arahnya nggak jelas lah, nggak eksis lah, kalau pernyataan "tanah Suci itu eksis" sendiri itu nggak murni lah, yang bener cuma retorika lah..

Lalu kenapa anda tidak mempertanyakan pandangan Theravada sendiri, padahal sudah jelas surga-nya juga arahnya nggak jelas, eksis apa kagak kita belum tahu, bahkan di Theravada diyakini bahwa Surga ini benar-benar merupakan suatu tempat yang benar-benar eksis........ wah berarti nggak murni dong??

Kan yang bener Surga Neraka itu cuma ada di pikiran kan yak.... seperti kata Bhante Buddhadasa?  ^-^  ^-^ Berarti Surga Neraka-nya Theravada itu cuma ada di pikiran yak? ILUSI doang kan?

Maka dari itu, seharusnya pertanyaan anda pada Sukhavati itu, dapat ditanyakan pula pada Surga-Neraka yang diyakini oleh Theravada.

Tapi anda malah mati-matian bela-belain Surga Neraka-nya Theravada pake konsep LOGIKA ALUR....  ^-^ La kalau gitu saya juga mau pake LOGIKA ALUR sama Sukhavati ah....  :))  :)) la emang make sense kok bagi saya Sukhavati itu.....  :))  :))

Sekali lagi, yang saya tekankan adalah pandangan berimbang, bukan masalah runtuh ataupun tidak.

Bagi saya pribadi, baik Surga Theravada maupun Sukhavati itu memang bisa saja benar-benar eksis dan, tentu, keduanya sangat MASUK LOGIKA saya. Kedua-duanya lo!

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 26 November 2008, 05:35:35 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #309 on: 25 November 2008, 10:59:01 PM »
Mas Gandalf, mau nanya nih.. sebenarnya surga sukhavati apa benar di barat...?

Lihat ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2469.0

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #310 on: 25 November 2008, 11:02:05 PM »
Mas Gandalf mau numpang nanya lagi nih, kebetulan saya baca "the large sutra on perfect wisdom (maha prajna paramita sutra?)" terjemahan Dr. Edward conze, isinya kok banyak menjelek-jelekkan jalan Arahat dan Pacceka Buddha? dan selalu memuji jalan Bodhisatva? contohnya halaman 115 berbunyi: Mara dengan menyamar sebagai Sang Buddha mengkhotbahkan, menguraikan, menganalisa, memperkuat ajaran (scriptures) yang berhubungan dengan tingkat Sravaka, lalu (bahasa Inggrisnya berat nih) menguraikan Discourses, discourses in prose, and verse mingled, predictions, verses, summaries, origins, thus was said, birth stories, expanded texts, marvels, texts and expositions.

Sedangkan di buku-buku Theravada tidak pernah mencela jalan Bodhisatva, bahkan dalam buku RAPB dijelaskan jalan Bodhisatva juga, yang merupakan sebuah pilihan yang boleh dilakukan dan baik ?

Mengapa demikian mas Gandalf?
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #311 on: 25 November 2008, 11:16:25 PM »
Mas Gandalf, mau nanya nih.. sebenarnya surga sukhavati apa benar di barat...?

Lihat ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2469.0

_/\_
The Siddha Wanderer

maksudnya ini ya mas Gandalf? penjelasan dari mas Chingik?

Quote
Ada beberapa penjelasan mengenai posisi barat. Dalam tolak ukur Buddhisme Mahayana, arah mata angin tidak melulu bersandar pada poros bumi. Dalam Buddhisme Mahayana khususnya Tantra, arah mata angin jika dikaitkan ke dimensi yang lebih luas, maka rujukannya sudah bukan pada sistem kompas konvensional. Melainkan bersandar pada rasi bintang. Tantra mengenal 28 rasi bintang. Karena dengan bersandar pada rasi bintang, maka orbital bumi tidak mempengaruh arah mata angin. Karena jika kita menunjuk ke arah barat, dengan bersandar pada posisi rasi bintang, maka arah barat tersebut tidak akan mengalami pergeseran. Dengan demikian, maka perjalanan ke luar angkasa tidak akan bingung di mana yang namanya arah barat, timur, utara atau selatan, karena para ilmuwan juga sudah mulai menggunakan rasi bintang utk memetakan mata angin universe. Sejauh titik sentralnya adalah bumi, tidak peduli perputaran poros, maka arah tersebut menjadi fix. Setidaknya, gambaran arah barat yg merujuk pada Sukhavati lebih kurang adalah seperti itu.
Penjelasan kedua, dalam Amitabha Sutra, ketika Buddha Sakyamuni memperkenalkan Tanah Murni Sukhavati, Beliau menunjuk ke arah Barat, kita tidak tahu hari apa dan jam berapa Beliau menunjuknya, namun intinya adalah ada satu kemungkinan bahwa pada detik-detik itu, Sukhavati pas bertepatan di arah barat dari posisi bumi, maka Sakyamuni menggunakan kesempatan ini untuk menceritakan tentang Buddha Amitabha yang sedang berada di sana.


Maaf mas Gandalf penjelasan mas Chingik nampaknya masuk akal, tapi Sang Buddha menunjuk begitu pada saat menunjuk dengan tangan, kan bila bumi berputar pada porosnya maka arahnya sudah berpindah lagi detik ke detik? mengapa Sang Buddha mengatakan arah ya? padahal arah kan bisa berubah? apa waktu itu Sang Buddha tidak mengerti bahwa bumi berputar pada porosnya? mengapa Beliau bukan mengatakan "di suatu tempat yang jauh dari sini.." jadi tak perlu menyebut arah. Bukankah Sang Buddha pengetahuanNya luas?

Mohon penjelasannya, terima kasih
The truth, and nothing but the truth...

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #312 on: 26 November 2008, 06:20:15 AM »
Quote
Dalam quote sebelumnya saya mengatakan bahwa saya juga masih setuju dengan konsep jneyavarana (penghapusan halangan paham) dari pencapaian sammasambuddha... karena kembali lagi LOGIKA/NALAR mengatakan bahwa memang "KUALITAS" seorang sammasambuddha itu berbeda dengan SAVAKA/PACCEKA, karena SAMMASAMBUDDHA harus menurunkan AJARAN (PIONER/PENCETUS/PENDAHULU). Tetapi tidak dalam artian bahwa seorang SAVAKA bisa mencapai ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA... Karena INGIN belum tentu sama dengan MAMPU...

Dalam konteks THERAVADA, jalur ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA bukan keluar masuk dari tingkat SAVAKA/PACCEKA, tetapi langsung dari bawah. Nah, di paham sebagaian MAHAYANIS mengatakan bahwa SAVAKA/PACCEKA itu masih belum sempurna (dalam hal ini THERAVADA sepakat bahwa kualitas SAVAKA/PACCEKA dibawah SAMMASAMBUDDHA) tetapi tidak mengharuskan mengatakan bahwa SAVAKA itu egosentris (hanya memikirkan penyelamatan diri sendiri)...


Koreksi:

di paham SEMUA MAHAYANIS mengatakan bahwa SAVAKA/PACCEKA itu masih belum sempurna.

Yah dalam Mahayana memang semua makhluk dikatakan MAMPU juga kok menjadi Samyaksambuddha....

Sama seperti pencapaian Arahat dalam Theravada, di mana semua makhluk yang INGIN mencapai tingkat Sravaka tentu MAMPU mencapai tingkat Sravaka.... entah di kelahiran yang mana.

Nah di Mahayana, maka semua makhluk yang INGIN mencapai tingkat Samyaksambuddha tentu MAMPU mencapai tingkat Samyaksambuddha.

La batas "MAMPU" anda itu kan cuma sebatas pandangan Theravada tok! Yang boleh saya bilang, "pandangan terbatas dari Hinayanis".

Quote
Logika-nya begini :
Anda belum bisa berenang. Apakah bisa menyelamatkan orang tenggelam ?? Tentu tidak bisa, karena anda sendiri tidak bisa berenang/menyelamatkan diri sendiri.
Kemudian anda belajar berenang. Ketika anda sudah bisa berenang/menyelamatkan diri sendiri. Apakah anda mutlak harus menyelamatkan orang lain ?? Tentu saja harus lihat konteks-nya... Kadang ada orang yang mau diselamatkan dan kadang ada orang yang tidak mau diselamatkan. TETAPI SYARAT UTAMA-nya tentu saja, ANDA SENDIRI HARUS BISA BERENANG DULU.

Ajaran BUDDHA dibabarkan untuk MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI. Dengan MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI DAHULU, nantinya anda akan membabarkan ajaran UNTUK ORANG LAIN MENYELAMATKAN DIRI MASING MASING.

Semua makhluk menginginkan kebahagiaan, maka dari itu mereka menginginkan sebuah "keselamatan' dari penderitaan bukan? Mana ada orang yang nggak mau "diselamatkan" dari penderitaan?  ^-^

Mau menolong atau menyelamatkan makhluk lain atau tidak, itu tergantung pada maitri karuna yang anda punya!

Sama seperti kita sebagai manusia, apakah MUTLAK harus kita membantu orang lain yang kesusahan? tidak bukan?

Tetapi ketika kita membantu orang lain, maka di sana akan datang sesuatu yang indah, sesuatu yang jauh lebih besar ketimbang ketika anda tidak membantu.

Ketika kita melihat ada orang tertabrak mobil dan sekarat, apakah MUTLAK harus kita menolongnya? Tidak bukan?

Tetapi ketika anda datang menolongnya, itu membuktikan kualitas dari maitri karuna seseorang.

Saya tanya dulu deh pada anda:

Menyelamatkan ini apakah mesti harus sampai ke Nirvana pada saat itu juga?

Apakah Bodhisattva dalam dalam karir-Nya mengumpulkan parami, tidak pernah menyelamatkan para makhluk?

Apakah ketika seseorang menolong orang dari kondisi kritis, membantu orang yang kesusahan, merawat hewan yang sekarat, membawa seorang yang sesat menuju jalan Buddha Dharma, memberikan anjuran Dharma pada seseorang sampai akhirnya kesedihan atau amarahnya lenyap; itu bukan berarti menyelamatkan makhluk?

Tapi itulah yang dilakukan para Bodhisattva di enam Bhumi pertama. Ia menyelamatkan makhluk dalam batas-batas duniawi.

Tahukah anda, bahwa kemampuan Bodhisattva yang tidak terbatas untuk menyebrangkan semua makhluk ke Nirvana itu dimulai dari tingkatan Bhumi ke-tujuh, yang memang sudah menghapus klesha (setara dengan Sravaka). Berarti otomatis ia telah menyelamatkan diri sendiri bukan?

Jadi:
1. Bodhisattva tingkat 1 - 6, menyelamatkan para makhluk dalam batas duniawi.
2. Bodhisattva tingkat 7-10, menyeberangkan para makhluk untuk sampai ke Nirvana, karena Bodhisattva pada tingkat ini sudah melenyapkan klesha.

Tentu menyebrangkan di sini bermakna "membabarkan Dharma yang sesuai dan tepat agar para makhluk dapat menyebrangkan dirinya sendiri sepenuhnya". Semua sekte dan paham agama Buddha menyetujui hal tersebut.

Untuk bro,truth lover... nyusul ya jawabannya... saya mau kuliah dulu...

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 26 November 2008, 06:40:09 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #313 on: 26 November 2008, 10:04:58 AM »
Mas Gandalf, mau nanya nih.. sebenarnya surga sukhavati apa benar di barat...?

Lihat ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2469.0

_/\_
The Siddha Wanderer

maksudnya ini ya mas Gandalf? penjelasan dari mas Chingik?

Quote
Ada beberapa penjelasan mengenai posisi barat. Dalam tolak ukur Buddhisme Mahayana, arah mata angin tidak melulu bersandar pada poros bumi. Dalam Buddhisme Mahayana khususnya Tantra, arah mata angin jika dikaitkan ke dimensi yang lebih luas, maka rujukannya sudah bukan pada sistem kompas konvensional. Melainkan bersandar pada rasi bintang. Tantra mengenal 28 rasi bintang. Karena dengan bersandar pada rasi bintang, maka orbital bumi tidak mempengaruh arah mata angin. Karena jika kita menunjuk ke arah barat, dengan bersandar pada posisi rasi bintang, maka arah barat tersebut tidak akan mengalami pergeseran. Dengan demikian, maka perjalanan ke luar angkasa tidak akan bingung di mana yang namanya arah barat, timur, utara atau selatan, karena para ilmuwan juga sudah mulai menggunakan rasi bintang utk memetakan mata angin universe. Sejauh titik sentralnya adalah bumi, tidak peduli perputaran poros, maka arah tersebut menjadi fix. Setidaknya, gambaran arah barat yg merujuk pada Sukhavati lebih kurang adalah seperti itu.
Penjelasan kedua, dalam Amitabha Sutra, ketika Buddha Sakyamuni memperkenalkan Tanah Murni Sukhavati, Beliau menunjuk ke arah Barat, kita tidak tahu hari apa dan jam berapa Beliau menunjuknya, namun intinya adalah ada satu kemungkinan bahwa pada detik-detik itu, Sukhavati pas bertepatan di arah barat dari posisi bumi, maka Sakyamuni menggunakan kesempatan ini untuk menceritakan tentang Buddha Amitabha yang sedang berada di sana.


Maaf mas Gandalf penjelasan mas Chingik nampaknya masuk akal, tapi Sang Buddha menunjuk begitu pada saat menunjuk dengan tangan, kan bila bumi berputar pada porosnya maka arahnya sudah berpindah lagi detik ke detik? mengapa Sang Buddha mengatakan arah ya? padahal arah kan bisa berubah? apa waktu itu Sang Buddha tidak mengerti bahwa bumi berputar pada porosnya? mengapa Beliau bukan mengatakan "di suatu tempat yang jauh dari sini.." jadi tak perlu menyebut arah. Bukankah Sang Buddha pengetahuanNya luas?

Mohon penjelasannya, terima kasih
Penunjukkkan Arah itu 'kan cuma sifatnya utk memudahkan pengertian saja.
Seperti misalnya pembagian wilayah kota madya DKI, ada Jakarta Barat, Jakarta Utara , Jakarta Timur. Memangnya ada Jakarta yang benar2 terletak di BARAT??? Bukankah dilihat dari arah utara, maka dia menjadi Selatan? Dilihat dari arah Barat, dia menjadi di Timur?
Mengapa pemerintah propinsi DKI mengatakan arah ya? padahal arah kan bisa berubah? apa waktu itu pemerintah propinsi DKI tidak mengerti bahwa bumi berputar pada porosnya? mengapa pemerintah bukan mengatakan "di Jakarta situ lho..."  jadi tak perlu menyebut arah.

Yang namanya pelabelan istilah itu kadang ada yg bersifat utk memudahkan pemahaman manusia awam.  Sama seperti dalam ajaran Buddha mengatakan tentang "Tanpa Aku", mengapa seluruh Sutta diawali dengan "Demikianlah yg telah AKU dengar" , mengapa tidak mengatakan "Demikianlah yg telah Nama-Rupa dengar". Tidak aku , tapi masih selalu menyebutkan aku sedang ini aku sedang itu..
Begitu juga ketika menyebutkan arah barat, timur, itu juga utk pemahaman awam saja.
Saya yakin jika Buddha tidak menyebutkan arah pada waktu itu, maka sekarang pasti orang2 malah bertanya: Di mana arahnya? Kalau Buddha benar2 Tahu mengapa tidak bilang di mana arahnya? bla..bla..bla..



Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« Reply #314 on: 26 November 2008, 10:55:10 AM »
bukankah di Amitabha Sutra itu Sang Buddha mengatakan bukan menunjuk bahwa melewati ribuan mil dari arah Barat terletak Sukhavati.jadi Buddha tidak menunjuk dengan tangan,lagipula di akhir Sutra,digambarkan Buddha daris egala penjuru arah memberikan pujian atas Sukhavati dan Buddha menutup dengan Mantra Hati Amitabha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.