ngomong2 soal alam kalo pandangan Bhikkhu Buddhadasa tentang alam ini pandanga theravada bukan
:
Mari kita telusuri lebih jauh lagi. "Apa arti Empat Alam Rendah?"
Alam yang pertama adalah alam neraka. Kegelisahan sama dengan neraka (dalam bahasa Thai, secara literal artinya adalah "hati yang panas"). Kapan pun seseorang mengalami gelisah, emosi, sangat marah, ia otomatis terlahir sebagai penghuni neraka. Ini adalah kelahiran kembali yang spontan secara mental. Meskipun tubuh secara fisik berada di alam manusia, begitu kegelisahan muncul, pikiran jatuh ke alam neraka. Gelisah karena takut kehilangan kekuasaan, ketenaran, dan lain sebagainya adalah kondisi batin di alarn neraka.
Kehidupan di alarn binatang identik dengan kebodohan. Kapan pun seseorang melakukan perbuatan bodoh yang tidak bisa ditolerir, karena tidak paham bahwa Dharma dan Nibbana sangat dibutuhkan, bodoh karena tidak berani atau tidak niat mendalami Dharma
atau menutup diri terhadap ajaran Buddha karena percaya bahwa jika seseorang tertarik kepada Dharma ia akan menjadi kuno dan aneh, maka ia sedang berada di alam binatang. Ini adalah cara pandang seorang anak kecil, dan juga banyak orangtua mereka. Mereka mencoba untuk berpaling dan menjauh dari Dharma. Ini tentu saja sebuah bentuk kebodohan. Apa pun kebodohan yang ia lakukan, ia sama dengan makhluk penghuni alam binatang. la spontan, secara mental, terlahir di sana. Inilah alam rendah yang kedua.
Alam Rendah yang ketiga adalah peta, hantu yang kelaparan, yang memiliki keinginan yang sangat kuat dan tanpa henti. Ini adalah bentuk kelaparan mental yang kronis, bukan lapar karena tidak makan. Contohnya, seseorang ingin memiliki seribu rupiah, tetapi setelah ia mendapatkan seribu rupiah ia ingin memiliki sepuluh ribu rupiah. Setelah sepuluh ribu rupiah ia miliki, ia berharap untuk mendapatkan seratus ribu rupiah. Karena merasa tidak puas dengan seratus ribu rupiah, ia menginginkan satu juta rupiah atau seratus juta rupiah. Ini sama saja dengan mengejar tanpa pernah berhasil mendapatkan apa pun. Ia mengidap gejala kelaparan kronis. Ia sama saja dengan setan kelaparan yang memiliki perut sebesar gunung dan mulut sebesar lubang jarum. Mulut sekecil itu tidak akan pernah bisa membuatnya kenyang, dan ia akan selamanya lapar. Kebalikan dari kondisi batin penghuni alam peta yang serakah, adalah rasa puas. Seseorang yang memiliki 500 rupiah, puas dan bersyukur dengan 500 rupiah yang ia miliki. Dengan seribu rupiah ia juga berpuas diri dan bahagia. Namun jangan memegang gagasan bahwa untuk menjadi lebih puas dan bahagia seseorang harus miskin. Kebijaksanaan menyadarkan kita untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dengan benar. Dengan demikian, kita akan merasa puas setiap kali kita mendapatkan sesuatu. Kita menikmati usaha pencarian dan juga merasa puas dengan hasil yang didapatkan. Demikianlah prinsip hidup agar tidak terlahir di alam peta. Mengejar sesuatu dengan kemelekatan yang kuat jelas menjerumuskan kita ke alam peta. Berusaha mendapatkan sesuatu secara bijaksana bukan kemelekatan, bukan kondisi di alarn peta, melainkan hanya melakukan apa yang harus dilakukan.
Dengan demikian, keinginan untuk terbebas dari dukkha tidak termasuk keinginan yang berakar pada kemelekatan. Jangan sampaikan bahwa keinginan adalah kemelekatan atau keserakahan. Sebuah keinginan termasuk keserakahan jika dilandasi oleh kebodohan. Keinginan untuk mencapai nibbana adalah suatu kemelekatan jika diikuti dengan kebodohan, fanatisme, dan kesombongan. Menekuni meditasi pandangan terang tanpa memahaminya dengan benar dan lengkap adalah kemelekatan dan keserakahan, ini adalah bentuk ketidaktahuan yang menyebabkan dukkha sebab latihan meditasi ini kemudian menjadi sebuah kemelekatan. Tetapi, jika seseorang ingin mencapai nibbana setelah secara jelas dan bijaksana merasakan dukkha dan mengerti cara menghentikannya, dan kemudian terus menerus dan sungguh sungguh belajar serta berlatih meditasi pandangan terang dengan benar, maka keinginan untuk mencapai nibbana bukanlah kemelekatan dan ia tidak akan menderita. Jadi, keinginan tidaklah selalu merupakan kemelekatan, bergantung kepada landasannya. Jika landasannya adalah ketidaktahuan atau kekotoran batin, keinginan tersebut serupa dengan keinginan hantu kelaparan yang mengejar tanpa pernah menangkap. Kondisi ini adalah sebuah bentuk kelahiran kembali yang spontan di alam peta (alam setan kelaparan).
Alam rendah yang terakhir adalah alam asura (alam setan pengecut). Pertama tama Anda harus tahu arti kata asura. Sura artinya "berani" dan a artinya "tidak". Jadi, asura artinya "tidak berani" atau "pengecut". Dengan pengertian ini, kapan pun seseorang menjadi pengecut tanpa alasan, ia spontan terlahir kembali sebagai makhluk asura. Takut kepada kadal kecil yang tidak berbahaya atau cacing tanah adalah ketakutan yang tidak beralasan dan merupakan sebuah bentuk dukkha. Perasaan takut yang berlebihan karena kekuatiran yang berlebihan sama dengan keadaan di alam asura. Kita semua takut pada kematian, tetapi ketakutan kita menjadi seratus atau seribu kali lebih besar karena pernyataan yang kita lebih lebihkan sendiri. Perasaan takut menghantui orang sepanjang waktu. Ketakutan seseorang terhadap, kelahiran kembali di alam neraka akhirnya bisa terjadi karena sebenarnya ia setiap hari telah merasakan keadaan di Empat Alam Rendah tersebut. Bukan hanya setiap hari, tetapi bulan demi bulan, dan bahkan tahun demi tahun. Jika kita bertindak dengan benar dan sekarang tidak jatuh ke dalam keadaan Empat Alam Rendah, dapat dipastikan bahwa kita tidak akan terlahir kembali di sana.
Penjelasan kondisi Empat Alam Rendah ini selaras dengan arti dan tujuan ajaran Buddha. Kesalahan memahami kondisi Empat Alam Rendah ini dapat digolongkan sebagai kepercayaan kepada takhayul. Hal yang paling menyedihkan dalam agama Buddha adalah cara kita yang tidak akurat dalam menafsirkan ajaran Buddha dan kesalahan kita menerapkannya. Tidak perlu mencari contoh takhayul di tempat lain. Dalam teks ada banyak referensi tentang orang orang yang menirukan kelakuan sapi atau anjing. Semuanya adalah hal yang umum di India pada zaman Buddha. Praktik demikian sudah tidak ada lagi di masa sekarang, tetapi tingkah laku yang ada sekarang masih sama bodohnya dan bahkan lebih tidak masuk akal. Tinggalkan semua takhayul dan masukilah Jalur Pernbebasan. Lenyapkan pandangan tentang adanya diri yang kekal, lenyapkan keragu raguan, dan lenyapkan kepercayaan kepada takhayul. Semuanya adalah syarat untuk mencapai Jalur Pembebasan dan memiliki mata Dharma, mata yang mampu melihat Dharma dan terbebas dari ilusi dan ketidaktahuan.
Ingat bahwa di dalam diri kita selalu ada sedikit ketidaktahuan dan ilusi dalam bentuk kepercayaan terhadap adanya diri yang kekal, keragu raguan, dan kepercayaan kepada takhayul. Kita harus bergerak maju dan membebaskan diri dari kebodohan ini untuk mencapai Jalur Pembebasan. Setelah tiba di Jalur Pernbebasan, akan ada sebuah jalur yang menurun menuju Nibbana. Seperti sebuah batu besar yang jatuh menggelinding dari puncak bukit, Anda pasti akan tiba di Nibbana. Jika Anda tahu apa itu Nibbana dan mengenal Jalur Pembebasan, jika Anda melatih diri untuk mencapai Nibbana, Amda harus mengerti bahwa tiga belenggu pertama harus dipatahkan sebelum mematahkan belenggu hawa nafsu (kamaraga), belenggu yang lebih rumit. Singkatnya, melenyapkan ketiga bentuk ketidaktahuan ini keegoisan, keragu raguan dalam menentukan tujuan hidup, dan kepercayaan kepada takhayul adalah kunci untuk mencapai Jalur Pembebasan. Anda dapat melihat bahwa pelepasan ini sangat bernilai dan bermanfaat secara universal dan dapat dilakukan oleh setiap orang. Ketiga bentuk ketidaktahuan ini adalah sumber dukkha. Segera setelah seseorang berhasil melenyapkannya, ia menjadi seorang Ariya, makhluk suci. Sebelumnya, ia adalah orang bodoh kebanyakan, yang tertipu dan terpedaya oleh dunia, seorang makhluk rendah. Dan ketika seseorang telah menjadi makhluk suci, ia akan terus maju hingga mencapai titik dimana ia tidak akan pernah kembali lagi hingga ia mencapai Jalur Pernbebasan dengan menjadi Sotapanna. Setelah itu, setelah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, ia akan terus maju hingga akhirnya mencapai Nihbana.
Latihan untuk membebaskan diri dari belenggu egoisme dan ilusi adalah dengan menyadari bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang berharga untuk dicengkeram dan melekat kepadanya. Hasil dari latihan ini adalah lenyapnya keragu raguan, kemelekatan yang membuta, dan keegoisan. Maka, Anda sebaiknya mulai menyadari ini saat ini juga sesuai dengan tingkat kemampuan masing masing. Jika Anda gagal dalam ujian, Anda tidak perlu menangis. Bulatkan tekad Anda untuk memulai lagi dan melakukan yang terbaik. Jika Anda lulus, jangan terlalu gembira, Anda harus menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang spesial. Ini artinya Anda mulai memahami ketidakmelekatan.
bersambung....