lha, memang quote saya menyatakan bahwa MENURUT SAYA Buddhisme ZEn itu masih Murni... itu pendapat saya lo... Makanya kalau saya lihat semua quote-nya Master ZEN tentang Tanah Suci Sukhawati adalah dalam konteks RETORIKA... Tidak ada eksplisit dalam ZEN itu menyatakan bahwa Tanah Suci Sukhawati dan Tanah Tanah Suci Lainnya itu ada... yang ada dalam PIKIRAN...
Jika begitu.....
Master XuYun ketika dalam kesadaran meditatifnya bekunjung ke 'Tanah Murni" Maitreya di dalam surga Tusita . Padahal Beliau adalah pewaris silsilah Zen. Menurut anda master XuYun berbohong atau pikiran beliau menjadi sesat???
Saya kebetulan memiliki buku BIOGRAFI Master XU YUN... walaupun sudah pernah saya baca habis, tetapi saya lupa apakah ada hal seperti yang dikatakan oleh sdr.chingik... kalau berkenan, apakah di dalam Biografi Master XU YUN itu ada diungkapkan hal semacam ini.
KArena seingat pikiran saya, dalam salah satu quote di forum buddha (lupa forum yang mana), pernah ada quote dari seorang pendeta/bhiksu Mahayana yang dalam keadaan meditatif "KATANYA" mengunjungi Surga Sukhawati. Dalam perjalanannya menuju Surga Sukhawati, Bhiksu tersebut sempat singgah di Surga Tusita, dan kebetulan melihat bahwa Master Xu Yun itu terlahir di Surga Tusita.
Sedangkan informasi mengenai Master Xu Yun sendiri yang mengunjungi Tanah Suci Maitreya, saya lupa apakah ada atau tidak...
Sebagai informasi, bahwa Master Xu Yun dianggap sebagai pewaris dari 5 aliran Mahayana yang ada di China (Chan, Sukhavati, Vinaya, Tien Tai dan satu lagi lupa)...
Maksudnya Hua Yen?
Saya juga baca buku otobiografi yang dimaksud, dalam versi bhs indo. diterjemahkan oleh bro tan. Setahu saya tidak ada tentang ia mengunjungi Tanah Suci Maitreya.
Jika Hsu Yun dianggap sebagai pewaris 5 aliran Mahayana yang ada di Tiongkok, sy kira hanya krn ia hidup di jaman di mana kebanyakan master-master aliran Mahayana sedang vakum. Selain itu, sejak jaman era dinasti ming, aliran chan dan lain2nya saling berbaur satu sama lain. Buktinya adalah munculnya aliran Zen Obaku di Jepang, yang dipengaruhi oleh Chan masa dinasti Ming. Berbeda dengan Zen Soto dan Rinzai yang masuk ke Jepang pada era Dinasti Sung, Zen Obaku mengajarkan metode gabungan antara nienfo dan Chan. Hal ini menujukkan adanya perkembangan Chan pada masa Dinasti Sung yang cenderung memiliki metode yang unik tersendiri menjadi Chan pada Dinasti Ming yang melakukan asimilasi dengan aliran Tanah Suci (Pure Land).
Meski demikian, saya meragukan adanya Chan yang murni. Karena setidaknya kita mengenal beberapa model Chan. Dari Chan "era Boddhidarma" (Chan sebagaimana pertama kali dibawa oleh Bodhidharma), "era Tang" (Masa Sesepuh Keenam Huineng), "era Sung" (ditandai dengan munculnya aliran Lin Chi dan Sao Tung) hingga "era Ming" (Hanshan Deqing dan kawan-kawannya hingga era dinasti Ching) dan "era grassroot zen" (DT Suzuki, Alan Watts dsb; saat zen menyeberang ke Barat). Belum lagi kita mempelajari zen di korea dan vietnam.
Setiap era di atas seringkali ditandai oleh adanya perbedaan pandangan dan metode. Selain yang sudah saya sebutkan di atas ada contoh lain. Boddhidharma sendiri banyak dipengaruhi oleh filsafat Yogachara, namun Huineng ternyata banyak dipengaruhi oleh filsafat Madhyamaka. Bodhidharma terkenal sekali dengan kemampuan meditasi duduk menghadap tembok yang lama sekali, sedangkan Huineng terkenal dengan meditasi tanpa terikat pada postur apapun. Dengan demikian, ada ketidakkonssistenan paham luar antara apa yang diajarkan oleh Bodhidharma dengan yang diajarkan oleh Huineng.
Belum lagi kita menyinggung "grassroot zen" yang memang diadopsi untuk Barat yang memang suka pada hal-hal yang rasional. "Grassroot zen" lebih banyak berfokus memperkenalkan metode Koan, ketimbang metode-metode lain yang dikenalkan oleh Master Chan yang lain. Hal ini dikarenakan "grassroot zen" menyebar dari Jepang yang terkenal dengan dua aliran zen dominan (Soto dan Rinzai) yang masuk ke Jepang pada jaman Dinasti Sung. Oleh karena itu bentuknya lebih mirip dengan "chan era Dinasti Sung" yang diadopsi ke dalam bahasa modern yang logis, berbeda dengan "chan era ming" yang diwaris Xu Yun dan akhirnya sekarang diwakili oleh Master Sheng Yen, selain Zen Obaku di Jepang.
Dengan demikian sulit dikatakan adanya Chan yang murni, jika hanya melihat pada penampilan luarnya belaka. Jika sebatas hanya pada penampilan luarnya, maka Chan bisa mengadopsi bentuk apapun dan akan terus berubah jika dibutuhkan. Dalam Chan yang penting adalah transmisi ajaran inti yang hanya bisa dialami oleh yang menerimanya, bukan pada wujud luar yang hanya bersifat permukaan.