coba ke link ini...
http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/lotus3.htm
Dan ini kutipan dari halaman di link yang anda sebutkan:
"In studying Buddhist Sutras, some methods have to be used to analyse the nature of the teaching of each Sutra. According to Tien Tai School, the Buddha's Sutras are divided into Five Periods and Eight Teachings."
"Sometimes, The Five Periods are represented by an analogy of milk products: ...."
"According to the Tien Tai School, before lecturing the Sutra proper, one first examines its principles by means of the Five Profound Meanings."
dari
http://www.buddhistdoor.com/OldWeb/passissue/9710/sources/glosst-z.htm#tientai:
Tien Tai Sect
One of the Ten Great Sect in Chinese Buddhism. It was initiated by Hui Man in the dynasty of Bei-Chai, and was promoted by Chi-Hai in Tsui Dynasty. Mainly based on Lotus Sutra, Tien Tai Sect explains all universal phenomena with Three Dogmas. For the practices, it emphasizes cutting off Three Delusions, thus establishes the method of Three Meditations of One Mind.
Saudara dilbert,
Tanpa niat merendahkan keyakinan Tradisi Tien Tai (karena ini juga untuk semua tradisi), saya ingin mengajak kita mengingat lagi pesan yang sangat terkenal dari Kalama Sutra:
"Do not believe anything just because it is a legend.
Do not believe anything just because it belongs to a tradition.
Do not believe anything just because many people talk about it.
Do not believe anything just because it is written in the scriptures or books.
Do not believe anything just because it is a metaphysical argument.
Do not believe anything just because it agrees with your own ideas.
Do not believe anything just because it is based on superficial data.
Do not believe anything just because it agrees with your own prejudices.
Do not believe anything just because it has the support of an authority or a power.
Do not believe anything just because it is preached by missionaries or by your spiritual teachers.
When you hear anything, you have to examine it, think about it, and experience it. When you know for yourselves that certain things are wholesome and good, moral, beneficial to yourself and to others, only after that you should believe in them, accept them, and practice them."
Kita semua datang/mulai dari satu tradisi tertentu, mengenal dharma yang indah melalui seorang guru, membaca dari sutra tertentu, menganalisa dan mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman, dan kemudian menjalaninya sepenuh hati untuk meraih hidup yang lebih berarti. Sangat wajar jika setiap dari kita memiliki interpretasi masing-masing, teknik masing-masing, tujuan masing-masing. Tetapi di luar semua itu, dharma bersifat
universal. Tidak mahayana atau hinayana, seperti ini atau seperti itu, tidak dengan ini atau itu, dst. Bahkan.. saat kita menyadari dan mengalami benar "universal dharma," dikatakan bahwa itu hanyalah perahu yang kita gunakan untuk menyeberang ke sisi lain (prajnapramita), saat sampai di sisi lain tersebut kita akan melanjutkan perjalanan meninggalkan perahu itu.
Sedari awal teman-teman di sini telah berusaha mengungkapkan tentang "universal dharma" ini, setiap orang berusaha memberikan penjelasan kenapa menjadi tidak universal. Tanyakan kepada 100 orang, maka akan muncul 100 pendapat berbeda mengenai dharma. Jika setiap orang menjadi "secangkir teh yang penuh," maka 100 orang tersebut akan selalu berdebat siapa yang paling benar. Saya
tidak ingin mengatakan bahwa Theravadin keras kepala, menutup diri, picik, dsb.. saya sudah bertemu orang-orang Theravada yang membaca sutra-sutra mahayana dan merasa puas, malahan ada orang dari aliran tertentu yang katanya "mengenal dharma universal" selalu menjelekjelekkan tradisi lain. Demikianlah jika kita mencari perbedaan, maka perbedaan lah yang kita dapatkan. Tetapi apakah berarti semua sama? Tidak seperti itu juga, kita hanya perlu dapat membedakan dengan tepat.
Semoga.. diskusi ini bermanfaat, menjawab pertanyaan dan mengakhiri semua perdebatan dalam pikiran kita.
Salam,