//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 568304 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1635 on: 21 January 2009, 12:11:59 PM »
BTW ini khusus thread buat MOMOD yak kakakakak
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1636 on: 21 January 2009, 12:14:15 PM »
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1637 on: 21 January 2009, 12:35:23 PM »
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1638 on: 21 January 2009, 12:40:10 PM »
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?

Menurut buku sih 4 Asankheyya dan 100.000 Kappa dalam menyempurnakan paraminya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1639 on: 21 January 2009, 12:46:18 PM »
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?

Menurut buku sih 4 Asankheyya dan 100.000 Kappa dalam menyempurnakan paraminya.
Setelah Mencapai Kesempurnaan dengan waktu begitu lama kenapa sang Tathagata membabarkan Dhammanya?

NB, mau cabut dulu banyak kerjaan cing :P
« Last Edit: 21 January 2009, 12:47:58 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1640 on: 21 January 2009, 01:15:51 PM »
Setelah Mencapai Kesempurnaan dengan waktu begitu lama kenapa sang Tathagata membabarkan Dhammanya?


Supaya orang bisa mengerti Dhamma dan juga terbebas dari Samsara.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1641 on: 21 January 2009, 01:19:06 PM »
Ok deh, hanya dirimu yg tau  :P
enggak donk, peserta lain tentu tau jg :) oo begitu, aye tau juga koq bocorannya  ^-^

Quote
Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti. ^-^

oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah    kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1642 on: 21 January 2009, 01:38:09 PM »
oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah   

_/\_
kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

justru OOT dari debat kusir, tapi back to topic ke MMD (meditasi universal :)) )
dalam meditasi nantinya kita akan melihat keterkondisian ini dg lebih jelas...
bagaimana pendepat sdr. bond?

atau pikiran sudah mengelabui shg kalau keluar dari debat pro & kontra, maka jadi OOT? ;)

metta
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1643 on: 21 January 2009, 01:52:07 PM »
oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah   

_/\_
kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

justru OOT dari debat kusir, tapi back to topic ke MMD (meditasi universal  yg bukan buddhisme :)) )
dalam meditasi nantinya kita akan melihat keterkondisian ini dg lebih jelas...
bagaimana pendepat sdr. bond?

 setuju, kalau memang benar2 bisa melihatnya

atau pikiran sudah mengelabui shg kalau keluar dari debat pro & kontra, maka jadi OOT? ;) entahlah  :P karena memang isinya juga banyak yg OOT  silakan anda menilai sendiri ^-^

metta
« Last Edit: 21 January 2009, 02:08:49 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1644 on: 22 January 2009, 01:15:48 AM »
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1645 on: 22 January 2009, 02:28:07 AM »
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1646 on: 22 January 2009, 02:33:42 AM »
Quote
"Tidak jadi menggaruk", "tidak jadi minum", "tidak jadi mandi", "tidak ingin namaskara"--KALAU itu memang benar-benar terjadi pada Anda, dan di sini saya mulai meragukan kejujuran Anda!--itu tidak lebih daripada REAKSI dari si aku lagi. ... Yang tadinya tanpa berpikir panjang dilakukan, sekarang segala sesuatu dinegasikan ... kedua-duanya adalah reaksi si aku terhadap suasana di sekitarnya.

Di dalam sadar yang sebenarnya, tidak ada yang seperti itu, tidak ada pola tertentu yang diikuti: kalau gatal, bisa menggaruk bisa pula tidak; kalau haus, bisa minum bisa pula tidak; kalau badan gerah, bisa mandi bisa pula tidak. ... Jadi sadar itu bukan berarti melahirkan suatu pola tingkah laku yang seragam dan bisa diprediksi lebih dulu, seperti perilaku orang yang selalu terseret oleh pikirannya.
pada saat anda marah...ketika anda melihat marah dan sadar....
apakah masih marah?...sy bukannya melihat "tidak jadi marah,dsb-nya"
karena yang saya alami...dimana keinginan itu muncul....tetapi diberi kesadaran didalamnya
maka tidak jadi berlanjut

ambil saja contoh sederhana pak hud.........
ketika dalam kesadaran penuh vipassana seperti yang anda maksudkan.....

lalu anda ditanya kepada seseorang "apakah menjaga ucapan,pikiran,tindakan itu baik?"
jawaban apa yang anda berikan?



saya merasa belajar seperti ini,ibarat kembali ke seseorang yang tidak dapat lagi membedakan hal baik dan buruk..........
memang di satu sisi pikiran ini tidak lagi terjebak "ini baik"  "ini buruk" seperti plongg...
tetapi ada masalah dalam batin saya...(sulit saya jelaskan) hanya bisa saya katakan
"it's something wrong"

sekira nya anda dapat membimbing saya..._/\_

-------------------------------------------------
Quote
Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.

lalu bahiya sutta itu anda dapat dari mana?....
bagaimana jika saya katakan ananda yang mencapai tingkat kesucian arahat sebenarnya tidak punya motivasi untuk mengulang dhamma dan vinaya bersama Upali dan Maha Kassapa...
dan tertulis dalam bahiyasutta ataupun semua Tipitaka itu bohong dan karangan belaka?.....

_/\_

--------------------------------
Quote
Ini sudah saya jawab, tidak perlu diulang-ulang lagi. Jangan mencoba-coba memahami jalan pikiran seorang arahat, sebelum Anda sendiri menjadi arahat.
tidak ada masalah jika tidak ingin menjawab-nya..................ataupun tidak tahu..
sy anggap pertanyaan yang disimpan saja........

sekali lagi saya tidak ingin mengajak berdebat ataupun membenarkan argumen saya....
apa yang saya alami hanya sebagai pertanyaan atas mengapa ini. mengapa itu.........
dan saya hanya ingin belajar semua apa yang ada. _/\_

Good question untuk tulisan yang dibold merah...

Menyatakan sesuatu "meragukan" berdasarkan dari bagian yang "meragukan"... CIRCULAR LOGIC...
« Last Edit: 22 January 2009, 02:37:02 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1647 on: 22 January 2009, 10:22:56 AM »
Good question untuk tulisan yang dibold merah...

Menyatakan sesuatu "meragukan" berdasarkan dari bagian yang "meragukan"... CIRCULAR LOGIC...
pernyataannya diulang, replynya juga diulang ah:

gak semudah itu bang...
tentu saja kalo hanya itu alasannya (untuk meragukan), maka alasan itu gak cukup kuat...

penarikan kesimpulan itu didukung oleh banyak bukti2 lain, baik dari studi literatur ataupun catatan sejarah. peneliti menelusuri sejarah buddhism mulai dari banyaknya sekte2 ke belakang sampai kembali ke early buddhism sesudah Buddha tiada. begitu ditelusuri balik dan direkonstruksi, terlihat masing2 sekte memiliki penambahan2 tertentu sesuai dengan penekanan praktek masing2 (dan motif2 lain, contohnya gontok2an antar sekte), dan juga terlihat dari literatur yg segitu banyak ternyata memiliki bagian2 yg persis sama sehingga bisa disimpulkan tipitaka itu sendiri mengalami evolusi sejak awal sampai mencapai bentuknya yg sekarang. hampir seluruh peneliti tipitaka setuju ini, kecuali pihak religius yg memiliki iman kepada tipitaka.

tambahan lagi, pak hudoyo kan mengambil 2 sutta itu karena cocok dan bisa dibuktikan dengan pengalamannya sendiri.
kalo kita punya hipotesa dan teori, apalagi ada teori2 yg bertentangan, tentu cara terbaik membuktikannya adalah mengalami sendiri, mengambil hipotesa yg sesuai dengan hasil eksperimennya dan mengacuhkan teori yg tidak sesuai dengan hasil eksperimennya.

bila ternyata pengalaman atau pemikiran anda tidak sesuai dan berbeda dengan pak hudoyo, itu sah2 saja dan saya gak pernah membaca larangan untuk berbeda pendapat... anda bebas berpendapat seperti halnya pak hudoyo bebas berpendapat.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1648 on: 22 January 2009, 11:16:43 AM »
ini post dari SEMIT yang bikin Poll MMD :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg90098#msg90098

Rekan2, karena thread ini sudah cukup sepi, ijinkanlah saya memberikan kesimpulan dari Thread ini menurut pendapat saya.

Mengenai apakah MMD Buddhism atau bukan, pertama kita harus menilai apa yang menjadi acuan MMD.

MMD mengacu pada pemikiran Krisnamurti, anak kesayangan tokoh Theosofi, bahkan dianggap sebagai "the golden boy"nya aliran Teosofi.
selain dari pemikiran Krisnamurti (disingkat JK untuk lebih mudahnya), MMD juga mengacu pada dua sutta dari Tipitaka, yaitu bahiya sutta dan Malunkyaputta sutta (ini berdasarkan pernyataan pendirinya).

Sekarang mari kita bahas dari sisi ajaran JK.

Ajaran JK mengajarkan hal yang kurang lebih sama dengan ajaran kebatinan jawa, yaitu selalu sadar dan waspada.
Tumpuan pemikiran JK bersumber pada atta (dalam bahasa sanskrit disebut atma) atau jiwa atau roh.
JK berpendapat segala hal yang kita lakukan bersumber pada atma, atmalah yang menjadi penyebab sehingga kita melakukan segala hal yang kita lakukan ini. penyebab segala keburukan yang kita lakukan bersumber pada atma.

Ajaran agama Buddha selalu mengajarkan bahwa setiap mahluk tidak memiliki atma (jadi ajaran Sang Buddha berpaham an-atma). Lantas apakah yang menyebabkan mahluk bergerak, berpikir dsbnya? Sang Buddha mengajarkan bahwa disebabkan oleh karena mahluk hidup memiliki nama-rupa. atau jasmani dan faktor-faktor batin.

cara meditasi yang diajarkan JK, yaitu hanya berpatokan pada sadar dan waspada yang dipraktekkan oleh MMD hanya memenuhi dua aspek dalam meditasi yang diajarkan Sang Buddha (sati dan sampajanna). Saya tidak tahu persis bagaimana cara Annie Besant dan C.W.Leadbeater mengajarkan meditasi pada Krisnamurti muda. Tetapi yang saya ketahui berdasarkan ajaran Sang Buddha menurut Tipitaka Pali, Sang Buddha mengatakan bahwa pencapaian arus hanya bisa dicapai jika kita melaksanakan Jalan Ariya berunsur delapan. Sesuai dengan sutta berikut:

§ 107. The Buddha: 'The stream, the stream,' it is said. Now what is the stream?
Sariputta: Just this noble eightfold path is the stream: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration.

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Just this noble eightfold path is the stream...'Streamwinner, streamwinner,' it is said. Now what is a streamwinner?

Sariputta: Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'
                        — SN 55.5


§ 107. Sang Buddha: “Arus, arus,’ demikian dikatakan. Apakah arus itu?

Sariputta: Hanya Jalan Ariya berunsur delapan ini merupakan arus: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Sang Buddha: Jawaban yang benar, Sariputta, jawaban yang benar. Seperti juga jalan Ariya berunsur delapan adalah arus…’ pemenang-arus, pemenang-arus.’ Dikatakan demikian. Apakah yang dimaksud dengan pemenang-arus (sotapanna)?

Sariputta: Siapapun yang memiliki jalan mulia berunsur delapan dikatakan sebagai seorang ‘pemenang-arus.’

Sang Buddha: jawaban yang baik, Sariputta, jawaban yang benar Sariputta, siapapun yang memiliki jalan Ariya berunsur delapan ini disebut seorang ‘pemenang-arus.’

—   SN 55.5

Jadi seorang pemenang-arus harus memiliki jalan Ariya berunsur delapan, baru bisa dikatakan sebagai pemenang-arus (Sotapanna).

Dengan demikian bisa dikatakan tak ada jalan kesucian (vipassana / pandangan terang) jika tidak memiliki jalan Ariya berunsur delapan. Ini adalah perkataan Sang Buddha.

Coba perhatikan sutta ini selaras dengan sutta-sutta yang lain.

Selanjutnya kita bahas mengenai apakah MMD sejalan dengan ajaran Sang Buddha? Sudah dikatakan bahwa pendiri MMD hanya berpatokan pada dua sutta dalam Tipitaka, yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta dalam Tipitaka.

Kedua sutta ini hanya ada dalam kitab suci Tipitaka Pali yang menjadi panduan aliran Theravada, kedua sutta ini tak ditemukan pada kitab suci aliran Mahayana, maupun pada aliran Tantra dll. Jadi jelas MMD tidak sejalan dengan Mahayana, Tantra maupun aliran agama Buddha yang lain.

Sekarang Jika MMD mengaku sebagai aliran Buddhis yang mengacu pada Theravada berdasarkan kedua sutta, tentu kita perlu tahu lebih dahulu apa yang dimaksud dengan Dhamma oleh Sang Buddha ketika Beliau pertama kali memutar roda Dhamma.

Dalam Dhammacakkappavattana sutta, Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang Beliau ajarkan, inilah yang dimaksud dengan Dhamma (perlu dimengerti mengenai arti Dhamma dalam pengertian eksklusif ajaran Sang Buddha) atau Dhamma sebagai pengertian inklusif yang hanya diterjemahkan sebagai kebenaran (the truth), baca link ini,
Oleh saudara Hendra Susanto sudah menjelaskan dengan baik mengenai Dhamma.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4653.45 reply #54.

Bila kita kembali mengingat mengenai apa yang dimaksud Dhamma oleh Sang Buddha, Kita kembali pada khotbah pertama kepada lima pertapa, peristiwa ini disebut pemutaran roda Dhamma. Mengapa demikian? Karena disinilah Sang Buddha mengajarkan kembali Dhamma yang telah dilupakan oleh manusia dalam waktu yang lama. “Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha Kassapa telah lama lenyap”. Oleh karena itu peristiwa ini disebut pemutaran kembali Roda Dhamma (yang tak dapat dihentikan oleh siapapun, entah Manusia, Dewa maupun  Brahma).

Yaitu pengungkapan kembali Dhamma yang dapat membawa mahluk-mahluk pada pencapaian Nibbana.

Dhamma seperti apakah yang diajarkan oleh Sang Buddha pada waktu khotbah pertama di Isipatana?  Mari kita kutip sebagian isi dari khotbah pertama yang disebut Dhammacakkappavattana sutta:

Thus I heard. On one occasion the Blessed One was living at Benares in the Deer Park at Isipatana (the Resort of Seers). There he addressed the bhikkhus of the group of five.
"Bhikkhus, these two extremes ought not to be cultivated by one gone forth from the house-life. What are the two? There is devotion to indulgence of pleasure in the objects of sensual desire, which is inferior, low, vulgar, ignoble, and leads to no good; and there is devotion to self-torment, which is painful, ignoble and leads to no good.
"The middle way discovered by a Perfect One avoids both these extremes; it gives vision, it gives knowledge, and it leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana. And what is that middle way? It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration. That is the middle way discovered by a Perfect One, which gives vision, which gives knowledge, and which leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana.


Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Benares, di taman rusa di Isipatana, Beliau memberi khotbah kepada kelima Bikkhu.

“Bhikkhu, ini adalah dua ekstrem yang sebaiknya tidak dilakukan oleh mereka yang pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga. Apakah yang dua itu? Kehidupan yang mengikuti kesenangan terhadap objek-objek nafsu indria, yang rendah, tidak mulia, kasar dan tidak akan membawa pada kebaikan; dan ada yang  mengikuti penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia dan tidak membawa pada kebaikan.

“jalan tengah yang ditemukan oleh Sang Tathagata menghindari kedua hal ekstrem ini; memunculkan penglihatan, memunculkan pengetahuan, memunculkan kedamaian, memunculkan pengetahuan mendalam, penerangan sempurna, Nibbana.

Bagaimanakan jalan tengah itu? Yaitu jalan Ariya berunsur delapan, yaitu pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Inilah jalan tengah yang telah ditemukan oleh Sang Tathagata, yang menimbulkan penglihatan, menimbulkan pengetahuan, yang membawa pada kedamaian, pengetahuan mendalam dan penerangan sempurna, Nibbana.

(ket: disini Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang bersifat jalan tengah yang mempraktekkan Jalan Ariya berunsur delapan.)

"Suffering, as a noble truth, is this: Birth is suffering, aging is suffering, sickness is suffering, death is suffering, sorrow and lamentation, pain, grief and despair are suffering; association with the loathed is suffering, dissociation from the loved is suffering, not to get what one wants is suffering — in short, suffering is the five categories of clinging objects.
"The origin of suffering, as a noble truth, is this: It is the craving that produces renewal of being accompanied by enjoyment and lust, and enjoying this and that; in other words, craving for sensual desires, craving for being, craving for non-being.
"Cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is remainderless fading and ceasing, giving up, relinquishing, letting go and rejecting, of that same craving.
"The way leading to cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration.

"'Suffering, as a noble truth, is this.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, can be diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, has been diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before.

“Dukkha sebagai kebenaran Ariya adalah demikian: lahir adalah dukkha, umur tua adalah dukkha, sakit adalah, kematian adalah dukkha, kekecewaan dan ratap tangis adalah dukkha, kesedihan dan putus asa adalah dukkha, berkumpul dengan yang tak disukai adalah dukkha, berpisah dengan yang disenangi adalah dukkha, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha, singkatnya, dukkha adalah kelima unsur kemelekatan.

 “asal mula atau penyebab dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: kemelekatan yang menyebabkan kelahiran kembali disertai keserakahan dan pemuasan nafsu, dan ia menikmati ini dan itu, dengan kata lain, kemelekatan terhadap nafsu indria, keinginan terlahir kembali, keinginan tak terlahir kembali.

“Lenyapnya dukkha, sebagai kebenaran mulia adalah demikian: redup dan berhenti tanpa sisa, melepas, membebaskan diri dari, menolak  keinginan tersebut

“Jalan untuk menghentikan dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: yaitu  Jalan Ariya berunsur delapan. Yakni, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar 

“Dukkha sebagai Kebenaran Ariya adalah demikian. “inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul berhubungan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

“Ini adalah dukkha, sebagai kebenaran Ariya, dapat diselami.’ Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul padaku berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya. ‘Inilah dukkha sebagai Kebenaran Ariya telah diselami, ‘Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya  yang muncul berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

Menarik untuk dikaji, mengapa disebut sebagai kebenaran ariya? Karena hanya seorang Ariya puggala yang telah menyelami Empat Kebenaran Ariyabagi seorang puthujana Empat Kebenaran Ariya hanya merupakan sebuah konsep.

Jadi bagi puthujana Empat Kebenaran Ariya adalah seperti pengetahuan mengenai buah peach atau apricot, kita mungkin tahu bentuknya, tahu warnanya tahu rasanya (yang digambarkan orang-orang) tapi tak pernah mencicipi sehingga tidak benar-benar menyelami rasanya.

"As long as my knowing and seeing how things are, was not quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, I did not claim in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, with its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. But as soon as my knowing and seeing how things are, was quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, then I claimed in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. Knowing and seeing arose in me thus: 'My heart's deliverance is unassailable. This is the last birth. Now there is no renewal of being.'"

“Selama pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu belum menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, Aku tidak mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Tetapi setelah pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, maka Aku mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Pengetahuan dan penglihatan muncul padaKu: ‘Pembebasan yang Kualami tak tertandingi. Inilah kelahiranKu yang terakhir kali. Tak ada kelahiran kembali bagiKu.

That is what the Blessed One said. The bhikkhus of the group of five were glad, and they approved his words.

Inilah khotbah yang disampaikan Sang Buddha. Kelima bhikkhu yang mendengarkan merasa gembira, dan mereka menyetujui perkataannya.

Disini kita melihat Sang Buddha mengatakan Dhamma yang Beliau ajarkan adalah pengetahuan yang melihat ketiga fase dari Empat Kebenaran Ariya. Jelas bahwa Dhamma yang Beliau maksudkan adalah Dhamma yang melihat Empat Kebenaran Ariya, dan Dhamma tersebut muncul bersamaan dengan munculnya penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya.

Keadaan apakah yang memunculkan empat Kebenaran Ariya, penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya? Tidak lain dari pengalaman Nibbana itu sendiri.

Selanjutnya dikatakan bahwa Kondanna juga dapat menyelami Empat Kebenaran Ariya, dan mengalami Nibbana untuk pertama kalinya, oleh karena itu Sang Buddha menjuluki beliau Anna yang berarti tahu.

Sekarang kita mengambil kesimpulan:

-   Sang Buddha tidak mengatakan seseorang harus Buddhist baru bisa mencapai pencerahan (mencapai kesucian/mengalami Nibbana) karena Kondanna juga sebelumnya bukan pengikut Sang Buddha, tetapi membuka batinnya terhadap kebenaran dan mencapai kesucian (demikian juga para Arahat yang lain sesudahnya)

-   Tetapi Sang Buddha memberi pengarahan yang tegas dan konsisten, bahwa kesucian yang dimaksud adalah kesucian yang “menyelami” Empat Kebenaran Ariya.

-   Kesucian yang sesungguhnya dicapai dengan menjalankan hingga akhirnya dipenuhi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Seorang Ariya pasti diliputi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Dhamma yang diajarkan Sang Buddha memiliki aspek Empat Kebenaran Ariya yang bisa diselami dan Jalan Ariya berunsur delapan yang dipraktekkan dan dimiliki

-   Dhamma (kebenaran) ini tidak ada dalam agama lain... dengan kata lain tak diajarkan dalam agama lain..!!!

Bila kita kaitkan dengan Dhammanussati maka menjadi jelas bahwa yang dimaksudkan Dhamma yang membawa kearah kebebasan oleh Sang Buddha. Adalah Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya Berunsur Delapan.

Kembali lagi dengan MMD, Jika benar dikatakan bahwa MMD tidak ada Jalan Ariya Berunsur Delapan, maka MMD tidak akan membawa kepada kesucian Sotapanna dan tak akan menyelami Empat Kebenaran Mulia, dll.

Lantas bagaimanakah yang disebut meditasi Vipassana? Meditasi Vipassana menuju atau mengarah pada kebebasan (Nibbana), jika suatu meditasi tidak bisa membawa meditator kepada kesucian, kebebasan / Nibbana maka meditasi itu bukan meditasi Vipassana.

Jadi Kesimpulan saya, terlepas dari hasil Polling ini

MMD Jelas TIDAK SESUAI dengan Buddhism

Maaf, agak sedikit panjang.  _/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1649 on: 22 January 2009, 11:18:09 AM »
ini pernyataan om Nyana :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg90243#msg90243

maukah kamumengatakan Buddha mengambil ajaran Vedanta(not Hinduisme) lalu bikin ajaran baru namanya agama Buddha?

silahkan pelajaran sendiri sebagai seorang Buddhist atau seorang agama Buddhist.pilih mana?

Terkadang kita tidak bisa keluar sendiri dari pemahaman kita akan agama,terbelenggu dalam sebuah agama tanpa bisa mengambil esensi dari agama itu sendiri.

Apa yang saya pelajari setelah saya melihat esensi MMD is just that...whatever Pak Hudoyo mau bicara dan ngebanyol apapun di internet.tapi esensi dari MMD itu sendiri ketika kamu mempraktekan,maka kamu akan mendapat knowledge.

One thing,bila MMD bagus,jalankan,bila MMD tidak membawa manfaat hanya pertentangan batin,lepaskan.


Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))