//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..  (Read 29702 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kitaro Kurosaki

  • Teman
  • **
  • Posts: 63
  • Reputasi: 0
Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« on: 19 April 2011, 02:09:59 AM »
namo buddhaya,

pertanyaan simpel dari saya, sudah kita ketahui bahwa banyak umat buddha tradisi keturunan tionghoa pasti 95% memiliki altar dewa bumi, dewa langit, dkk beserta juga altar leluhur. nah, yang jadi pertanyaan saya, andaikan seorang umat buddha tradisi tersebut telah mengerti dhamma dan tidak ingin lagi berurusan dengan altar2x tersebut, bagaimana seh cara yang tepat untuk membuang altar2x itu secara buddhisme?? berbagai macam pendapat pun muncul, seperti "harus buang ke laut", "udah langsung bongkar saja", "gak boleh dibongkar, harus tetap dipasang", "harus dengan upacara khusus... ini..itu...bla..bla..bla" dan lain-lain.

yah, saya kira kita perlu membahas tentang cara untuk menyingkirkan altar2x secara budhisme karena beberapa kasus/permasalahan:
1. Terkadang kita sudah menjadi umat Buddha yang mengerti Dhamma, mungkin saja timbul perasaan aneh jika ada altar2x tersebut di rumah. Saya sendiri contohnya : rasanya kurang nyaman aja dengan kehadiran altar2x yang sama sekali tidak saya ketahui asal usulnya. kalau altar buddha, it's different bro. kalau soal altar dewa bumi,dkk.. entah kenapa kok gak nyaman aja.. rasanya seperti ada penunggunya, apalagi yg udah bertahun2x. Entah benar atau gak. yang jelas lebih nyaman deh gak ada altar2x itu. ini pendapatku secara pribadi lho..

2. Atau ada umat yang tinggal di rumah sewaan, tetapi tetap memasang altar dewa bumi, dkk. well, memang gak salah seh.. tetapi jika umat tersebut pindah rumah suatu saat karena masa kontrakan/sewaan telah habis, sering sekali umat tersebut meninggalkan begitu saja altar dewa bumi, dewa langit, dkk di rumah tersebut. yang dibawa paling2x altar leluhur. Tentunya ini sangat mengganggu bagi pemilik rumah dan calon penyewa rumah baru, apalagi calon penyewa rumah atau pemilik rumah bukanlah buddhist/tionghoa. tentunya akan menimbulkan konflik hanya gara2x umat yang otaknya gak bisa berpikir panjang dan dikendalikan oleh tradisi. Dan ini sudah terjadi di keluarga saya, oke saya langsung ceritakan saja :

STORY :
bibi saya menyewa sebuah rumah dan tinggal selama dua tahun. bibi saya ini tentu saja memasang altar dewa bumi,dewa langit, dkk. tentu tidak ketinggalan altar leluhur. nah setelah masa sewa rumahnya habis selama 2 tahun habis, bibi saya pun mencari rumah sewaan yang lain. Nah, masalahnya ini altar dewa bumi, dan dewa langit itu di tinggal di rumah tersebut. Kemudian bibi saya pindah ke rumah baru dan memasang kembali altar dewa bumi dan dewa langit yang baru. Bibi saya ini orang yang sangat ketat dengan tradisi. Walaupun ekonomi pas pasan, tak segan2x dia mengikuti tradisi yg sudah dipercaya. seolah2x bibi saya ini udah menjadi budak tradisi, walaupun dia sekolah sampai sma dan sangat cerdas selama SMA, tetapi pemikirannya tak ada bedanya dengan orang jaman dulu soal tradisi. maaf kata kolot banget deh kalau udah bicara tradisi. maaf oot dikit. back to story lagi.

Masalah muncul ketika rumah lama bibi saya ternyata sudah ada penyewa baru. dan penyewa baru itu orang K tentunya pasti sangat2x gak nyaman dengan adanya kehadiran bekas altar dewa bumi, dkk. tentunya penyewa baru komplain kepada pemilik rumah, lalu pemilik rumah pun meminta bibi saya untuk membereskan altar2x tersebut sebagai pemilik dari altar2x itu. namun jawaban dari bibi saya, "Altar itu tidak boleh di lepas, karena...bla..bla..blaa". Jadi intinya bibi saya mempunyai pemikiran "Altar yang sudah dipasang tidak boleh di lepas lagi", entah benar atau gak seh. tetapi yang jelas ini menimbulkan sedikit konflik. Mama saya yang notabene umat K berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Saya tidak tahu persis kelanjutannya gimana, sepertinya mama saya membantu penyewa rumah baru untuk menyingkirkan altar2x tersebut. tentunya mama saya langsung menceritakan hal ini kepada saya, dan coba tebak, lagi2x kesempatan deh mama saya mempromosikan ajaran K yang dianggap simpel dan tidak repot. Lagi2x buddhisme dianggap sebagai agama yang repot dan menyusahkan. Sebal deh jadinya.. tapi saya ya coba tetap sabar aja deh.

Intinya, kesalahan saya anggap bersumber dari bibi saya. Saya tidak menyalahkan tradisi. Kita memang punya hak untuk melakukan tradisi, tetapi orang lain juga punya hak yang sama untuk tidak mengikuti tradisi tersebut. Dalam kasus tersebut, bibi saya memang punya hak untuk memasang altar di rumah sewaan selama masa sewa rumah masih berlaku. Tetapi ketika masa sewa rumah habis, bibi saya juga seharusnya wajib menghormati hak penyewa rumah baru yang tentunya tidak ingin mengikuti tradisi tersebut dengan cara membereskan altar2x yang telah dipasang, jadi biar lebih fair.

QUESTION :
Saya pun secara pribadi jika menjadi penyewa rumah atau pembeli rumah, tidak akan mau deh mendapatkan rumah dengan kondisi altar2x tak jelas yang di tinggalkan oleh pemilik lama. Tetapi andaikan jika, saya lagi apes/sial dapat rumah dengan kondisi terpasang altar2x gak jelas kayak gitu. kira2x gimana ya cara membuang altar tersebut secara buddhisme. Belum lagi ada altar2x dewa bumi,dkk yang sudah cukup berumur dan takutnya ada penunggunya pula tuh. katanya seh, entah benar atau gak. Dan belum lagi, kita jga belum tentu tahu aktivitas apa2x aja yang dilakukan pemilik lama terhadap altar tersebut.. bisa2x saja altar tersebut bekas praktik perdukunan, upacara yg aneh2x, dsb. nah ini yang buat saya bingung, jadi intinya gimana carannya menyingkirkan altar2x tersebut dengan cara yang sopan dan tentunya sesuai dengan buddhisme. agar tidak meninggalkan efek buruk pada kita di kemudian hari. mohon sarannya dan kalau ada pengalaman mohon share...


oke sepertinya itu dulu deh masalahnya. mohon bantuannya.
Terima kasih

namo Buddhaya

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #1 on: 19 April 2011, 02:49:27 AM »
 _/\_ salam kenal
saya mempunyai jawaban yang simple dengan penulisan yang simple pula, keluarga saya hidup dengan beragam keyakinan, buddha(saya) , kr****n (kakak saya dan suami) ka****k (orangtua saya dan kakak saya juga) , dan di rumah saya (kontrakan) ada altar kongco hian thian siang tee , kongco kwankong , altar boddhisatva alokistesvara . tapi tidak ada yg mempersalahkan , apalagi saya sebagai umat buddha saya juga biasa2 saja tidak merasa risi atau terganggu, agamaku ya agamaku, agama mereka ya agama mereka, kita saling menghormati,saling menghargai, disaat mertua saya datang dan tingal di tempat saya , dia seorang kr****n juga memasang salib di kamarnya. itu bukan hal yang patut di perdebatkan menurut saya.

soal altar yang di tinggalkan, baru kali ini saya tau orang yg meninggalkan altar di tempat sewaan (kontrakan),bahkan orang yg percaya tentang adat istiadat tidak akan pernah mengganti altar dan rupang dewa bumi dll.

saya menyewa rumah, kemanapun saya pergi altar beserta lain2nya selalu saya bawa, dan tidak pernah saya membeli rupang / kimsin yang baru, soal memindahkan altar dan rupang tinggal anda berikan saja ke klenteng.. untuk apa hal seperti itu dibesar2 kan  _/\_

mohon maaf jika ada perkataan yg kurang berkenan dihati anda 

na paro param ni kubbetha, natimannetha kattacinam kanci, byarosana patighasanna dukkhamicheyya_/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #2 on: 19 April 2011, 05:43:11 AM »
namo buddhaya,

QUESTION :
Saya pun secara pribadi jika menjadi penyewa rumah atau pembeli rumah, tidak akan mau deh mendapatkan rumah dengan kondisi altar2x tak jelas yang di tinggalkan oleh pemilik lama. Tetapi andaikan jika, saya lagi apes/sial dapat rumah dengan kondisi terpasang altar2x gak jelas kayak gitu. kira2x gimana ya cara membuang altar tersebut secara buddhisme. Belum lagi ada altar2x dewa bumi,dkk yang sudah cukup berumur dan takutnya ada penunggunya pula tuh. katanya seh, entah benar atau gak. Dan belum lagi, kita jga belum tentu tahu aktivitas apa2x aja yang dilakukan pemilik lama terhadap altar tersebut.. bisa2x saja altar tersebut bekas praktik perdukunan, upacara yg aneh2x, dsb. nah ini yang buat saya bingung, jadi intinya gimana carannya menyingkirkan altar2x tersebut dengan cara yang sopan dan tentunya sesuai dengan buddhisme. agar tidak meninggalkan efek buruk pada kita di kemudian hari. mohon sarannya dan kalau ada pengalaman mohon share...


oke sepertinya itu dulu deh masalahnya. mohon bantuannya.
Terima kasih

namo Buddhaya

bongkar kemudian di bakar, lakukan semua dengan niat yang baik dan benar.
selesai.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #3 on: 19 April 2011, 06:14:38 AM »
Kalau memang mau dipindahkan. Saran saya ya minta izin sama dewa yang bersangkutan dulu kalau mau membongkar, sampaikan niat dengan tulus, karena para dewa pasti akan membantu anda kalau memang anda pengikut Sang Buddha dan Triratna. =)

Altarnya bisa disumbang atau dibakar, terserah anda. Rupangnya bisa juga kalau mau ditaruh di kelenteng.

Memang dalam paham Buddhis, objek perlindungan harus ditinjau secara matang. Tidak sembarangan dewa bisa masuk ke dalam suatu altar Buddhis. Misalnya dalam pohon silsilah Gelug atau Kagyu, hanya beberapa dewa yang memang benar-benar menjadi pelindung Dharma Sang Bhagava yang bisa masuk ke dalam jajaran altar Triratna, misal: Mahakala, Tseringma dsb. Kalau secara Mahayana Tionghoa, biasa ada altar dewa Sangharama (Guan Gong), 32 dewa(India) yang ada dalam sutra" Mahayana. Di Mahayana Jepang, dewi Amaterasu dan dewa Hachiman pun bisa masuk dalam jajaran mandala perlindungan karena mereka berikrar untuk melindungi Buddha Dharma.

Di samping semua itu, kalau anda punya rupang Buddha Sakyamuni saja, itu sudah sangat sangat cukup sebagai simbol penghormatan, tanpa ditambahi dewa A atau dewi B. Tapi kalau mau variasi, ya bolehlah ditambah dengan Bodhisattva, apalagi kalau memang anda ada kejodohan dengan Bodhisattva atau Pelindung Dharma tertentu, maka baik sekali kalau punya rupang atau gambar-Nya sebagai simbol penghormatan.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ChandraOyuget

  • Teman
  • **
  • Posts: 85
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #4 on: 19 April 2011, 08:02:44 AM »
namo buddhaya,

pertanyaan simpel dari saya, sudah kita ketahui bahwa banyak umat buddha tradisi keturunan tionghoa pasti 95% memiliki altar dewa bumi, dewa langit, dkk beserta juga altar leluhur. nah, yang jadi pertanyaan saya, andaikan seorang umat buddha tradisi tersebut telah mengerti dhamma dan tidak ingin lagi berurusan dengan altar2x tersebut, bagaimana seh cara yang tepat untuk membuang altar2x itu secara buddhisme?? berbagai macam pendapat pun muncul, seperti "harus buang ke laut", "udah langsung bongkar saja", "gak boleh dibongkar, harus tetap dipasang", "harus dengan upacara khusus... ini..itu...bla..bla..bla" dan lain-lain.

yah, saya kira kita perlu membahas tentang cara untuk menyingkirkan altar2x secara budhisme karena beberapa kasus/permasalahan:
1. Terkadang kita sudah menjadi umat Buddha yang mengerti Dhamma, mungkin saja timbul perasaan aneh jika ada altar2x tersebut di rumah. Saya sendiri contohnya : rasanya kurang nyaman aja dengan kehadiran altar2x yang sama sekali tidak saya ketahui asal usulnya. kalau altar buddha, it's different bro. kalau soal altar dewa bumi,dkk.. entah kenapa kok gak nyaman aja.. rasanya seperti ada penunggunya, apalagi yg udah bertahun2x. Entah benar atau gak. yang jelas lebih nyaman deh gak ada altar2x itu. ini pendapatku secara pribadi lho..

2. Atau ada umat yang tinggal di rumah sewaan, tetapi tetap memasang altar dewa bumi, dkk. well, memang gak salah seh.. tetapi jika umat tersebut pindah rumah suatu saat karena masa kontrakan/sewaan telah habis, sering sekali umat tersebut meninggalkan begitu saja altar dewa bumi, dewa langit, dkk di rumah tersebut. yang dibawa paling2x altar leluhur. Tentunya ini sangat mengganggu bagi pemilik rumah dan calon penyewa rumah baru, apalagi calon penyewa rumah atau pemilik rumah bukanlah buddhist/tionghoa. tentunya akan menimbulkan konflik hanya gara2x umat yang otaknya gak bisa berpikir panjang dan dikendalikan oleh tradisi. Dan ini sudah terjadi di keluarga saya, oke saya langsung ceritakan saja :

STORY :
bibi saya menyewa sebuah rumah dan tinggal selama dua tahun. bibi saya ini tentu saja memasang altar dewa bumi,dewa langit, dkk. tentu tidak ketinggalan altar leluhur. nah setelah masa sewa rumahnya habis selama 2 tahun habis, bibi saya pun mencari rumah sewaan yang lain. Nah, masalahnya ini altar dewa bumi, dan dewa langit itu di tinggal di rumah tersebut. Kemudian bibi saya pindah ke rumah baru dan memasang kembali altar dewa bumi dan dewa langit yang baru. Bibi saya ini orang yang sangat ketat dengan tradisi. Walaupun ekonomi pas pasan, tak segan2x dia mengikuti tradisi yg sudah dipercaya. seolah2x bibi saya ini udah menjadi budak tradisi, walaupun dia sekolah sampai sma dan sangat cerdas selama SMA, tetapi pemikirannya tak ada bedanya dengan orang jaman dulu soal tradisi. maaf kata kolot banget deh kalau udah bicara tradisi. maaf oot dikit. back to story lagi.

Masalah muncul ketika rumah lama bibi saya ternyata sudah ada penyewa baru. dan penyewa baru itu orang K tentunya pasti sangat2x gak nyaman dengan adanya kehadiran bekas altar dewa bumi, dkk. tentunya penyewa baru komplain kepada pemilik rumah, lalu pemilik rumah pun meminta bibi saya untuk membereskan altar2x tersebut sebagai pemilik dari altar2x itu. namun jawaban dari bibi saya, "Altar itu tidak boleh di lepas, karena...bla..bla..blaa". Jadi intinya bibi saya mempunyai pemikiran "Altar yang sudah dipasang tidak boleh di lepas lagi", entah benar atau gak seh. tetapi yang jelas ini menimbulkan sedikit konflik. Mama saya yang notabene umat K berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Saya tidak tahu persis kelanjutannya gimana, sepertinya mama saya membantu penyewa rumah baru untuk menyingkirkan altar2x tersebut. tentunya mama saya langsung menceritakan hal ini kepada saya, dan coba tebak, lagi2x kesempatan deh mama saya mempromosikan ajaran K yang dianggap simpel dan tidak repot. Lagi2x buddhisme dianggap sebagai agama yang repot dan menyusahkan. Sebal deh jadinya.. tapi saya ya coba tetap sabar aja deh.

Intinya, kesalahan saya anggap bersumber dari bibi saya. Saya tidak menyalahkan tradisi. Kita memang punya hak untuk melakukan tradisi, tetapi orang lain juga punya hak yang sama untuk tidak mengikuti tradisi tersebut. Dalam kasus tersebut, bibi saya memang punya hak untuk memasang altar di rumah sewaan selama masa sewa rumah masih berlaku. Tetapi ketika masa sewa rumah habis, bibi saya juga seharusnya wajib menghormati hak penyewa rumah baru yang tentunya tidak ingin mengikuti tradisi tersebut dengan cara membereskan altar2x yang telah dipasang, jadi biar lebih fair.

QUESTION :
Saya pun secara pribadi jika menjadi penyewa rumah atau pembeli rumah, tidak akan mau deh mendapatkan rumah dengan kondisi altar2x tak jelas yang di tinggalkan oleh pemilik lama. Tetapi andaikan jika, saya lagi apes/sial dapat rumah dengan kondisi terpasang altar2x gak jelas kayak gitu. kira2x gimana ya cara membuang altar tersebut secara buddhisme. Belum lagi ada altar2x dewa bumi,dkk yang sudah cukup berumur dan takutnya ada penunggunya pula tuh. katanya seh, entah benar atau gak. Dan belum lagi, kita jga belum tentu tahu aktivitas apa2x aja yang dilakukan pemilik lama terhadap altar tersebut.. bisa2x saja altar tersebut bekas praktik perdukunan, upacara yg aneh2x, dsb. nah ini yang buat saya bingung, jadi intinya gimana carannya menyingkirkan altar2x tersebut dengan cara yang sopan dan tentunya sesuai dengan buddhisme. agar tidak meninggalkan efek buruk pada kita di kemudian hari. mohon sarannya dan kalau ada pengalaman mohon share...


oke sepertinya itu dulu deh masalahnya. mohon bantuannya.
Terima kasih

namo Buddhaya



Dimanapun seorang bijaksana membangun rumahnya,

Disitu ia sepantasnya memberi makan ke orang bijak,

Yang terkendali dalam menjalani kehidupan suci.

Juga kepada para Dewata di sana,

Dia harus memberikan persembahan.

Bila ia hormat, mereka akan menghormatinya.

Bila ia menghargai, mereka akan menghargainya.

Mereka akan menunjukkan kasih sayang kepadanya,

Seperti seorang Ibu kepada anaknya sendiri.

Seseorang yang dikasihi oleh para Dewata,

Selalu mempunyai keberuntungan yang baik.

(Udana VIII,6)

 _/\_

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #5 on: 19 April 2011, 08:22:43 AM »
saya siap menampung. dan mengganti ongkirnya+biaya yg anda bebankan
 _/\_
« Last Edit: 19 April 2011, 08:32:54 AM by andry »
Samma Vayama

Offline Kitaro Kurosaki

  • Teman
  • **
  • Posts: 63
  • Reputasi: 0
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #6 on: 19 April 2011, 10:10:40 AM »
Quote
bongkar kemudian di bakar, lakukan semua dengan niat yang baik dan benar.
selesai.

jadi boleh dong, main bongkar dan bakar begitu aja.

Quote
Kalau memang mau dipindahkan. Saran saya ya minta izin sama dewa yang bersangkutan dulu kalau mau membongkar, sampaikan niat dengan tulus, karena para dewa pasti akan membantu anda kalau memang anda pengikut Sang Buddha dan Triratna. =)

Altarnya bisa disumbang atau dibakar, terserah anda. Rupangnya bisa juga kalau mau ditaruh di kelenteng.

minta izinnya itu yg buat saya bingung.. dan makhluk yg bersemayam di altar itu apakah uda 100 % pasti dewa ??  :-? Apa perlu di tambah baca paritta y supaya makhluk tersebut senantiasa berbahagia ??

Quote
itu bukan hal yang patut di perdebatkan menurut saya.

bukan mau berdebat bro, cma mau tahu aja gimana cara yg benar dan tepat untuk membongkar altar. karena bisa saja'kan terjadi lagi kasus yg serupa?? kalau ada kasus serupa, jadi bisa langsung kasih solusi. lagi pula umat buddha gak wajib toh punya altar2x kayak gitu.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #7 on: 19 April 2011, 10:11:09 AM »
Quote
1. Terkadang kita sudah menjadi umat Buddha yang mengerti Dhamma, mungkin saja timbul perasaan aneh jika ada altar2x tersebut di rumah. Saya sendiri contohnya : rasanya kurang nyaman aja dengan kehadiran altar2x yang sama sekali tidak saya ketahui asal usulnya. kalau altar buddha, it's different bro. kalau soal altar dewa bumi,dkk.. entah kenapa kok gak nyaman aja.. rasanya seperti ada penunggunya, apalagi yg udah bertahun2x. Entah benar atau gak. yang jelas lebih nyaman deh gak ada altar2x itu. ini pendapatku secara pribadi lho..
justru saya heran kok umat buddha merasa aneh kalau ada altar dewa bumi? wajar mah

be flexible aja lagi........sy aja biasa cari masukan lewat cam si.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #8 on: 19 April 2011, 10:15:43 AM »
Quote
minta izinnya itu yg buat saya bingung.. dan makhluk yg bersemayam di altar itu apakah uda 100 % pasti dewa ??  :-? Apa perlu di tambah baca paritta y supaya makhluk tersebut senantiasa berbahagia ??
mau dewa atau penunggu nya peta, tetap harus di hormati...

misalkan kasus saya, di toko gudang sering ada tuyul 2 orang berkeliaran....nah tuyul tersebut masuk ke gudang karena izin dari penunggu di gudang saya,,tuyul tersebut juga bantu bisa bantu jagain barang....hahahaha tanpa bayaran lagi.

paling setiap tahun sogokan nya pisang 1 sisir sama onde ondel.. :))
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #9 on: 19 April 2011, 10:22:06 AM »
Mau minta-minta sama patung dewa dewa atau minta sama siapa saja, kalau memang kondisi memungkinkan, bisa tercapai...

Hanya satu saja yang tidak bisa diminta, KESUCIAN... Bahkan Buddha-pun tidak bisa menolong kita untuk mencapai kesucian.

Buddha had shown his path to liberation, we must journey the path ourselves.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #10 on: 19 April 2011, 10:54:48 AM »
jadi boleh dong, main bongkar dan bakar begitu aja.


kenapa tidak boleh ? siapa larang ? emang ada petunjuk yang sesuai utk tidak boleh bongkar !

Dutiyampi, tapi lakukan semua dengan niat yang baik dan benar.

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #11 on: 19 April 2011, 10:57:50 AM »
Mau minta-minta sama patung dewa dewa atau minta sama siapa saja, kalau memang kondisi memungkinkan, bisa tercapai...

Hanya satu saja yang tidak bisa diminta, KESUCIAN... Bahkan Buddha-pun tidak bisa menolong kita untuk mencapai kesucian.

Buddha had shown his path to liberation, we must journey the path ourselves.

andaikan tidak minta2 pun,
memang kondisi memungkinkan, tetaplah bisa tercapai.
kammadayada, kammasaka, kammayoni, kammabandhu, kammapatisarana  8)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #12 on: 19 April 2011, 11:24:50 AM »
andaikan tidak minta2 pun,
memang kondisi memungkinkan, tetaplah bisa tercapai.
kammadayada, kammasaka, kammayoni, kammabandhu, kammapatisarana  8)

minta-minta ibarat karbit buah... tapi harus kondisi-nya memang buah-nya menuju matang.... jadi begitu di karbit, bisa lebih cepat matang... kalau buah-nya sudah rusak (tidak bertumbuh lagi), maka di karbit-pun
andaikan tidak minta2 pun,
memang kondisi memungkinkan, tetaplah bisa tercapai.
kammadayada, kammasaka, kammayoni, kammabandhu, kammapatisarana  8)

jadi tetap boleh minta-minta atau tidak berguna minta-minta, tunggu saja... kalau kondisi memungkinkan, tetap bisa tercapai ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #13 on: 19 April 2011, 01:30:36 PM »
minta-minta ibarat karbit buah... tapi harus kondisi-nya memang buah-nya menuju matang.... jadi begitu di karbit, bisa lebih cepat matang... kalau buah-nya sudah rusak (tidak bertumbuh lagi), maka di karbit-pun
jadi tetap boleh minta-minta atau tidak berguna minta-minta, tunggu saja... kalau kondisi memungkinkan, tetap bisa tercapai ?

kammadayada, kammasaka, kammayoni, kammabandhu, kammapatisarana

bold, pasti bisa   _/\_

sayank kemampuan kita terbatas  8->
hanya Sammasambuddha yang bisa menjelaskan secara detail  :jempol:


Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang altar dewa bumi, dewa langit, dkk... A Case..
« Reply #14 on: 19 April 2011, 02:34:46 PM »
kammadayada, kammasaka, kammayoni, kammabandhu, kammapatisarana

bold, pasti bisa   _/\_

sayank kemampuan kita terbatas  8->
hanya Sammasambuddha yang bisa menjelaskan secara detail  :jempol:

Kalau saya lagi membutuhkan bantuan, saya minta-minta bantuan sama orang-orang... ada kemungkinan ditolak, ada kemungkinan di-bantu...
kalau minta minta sama dewa-dewi ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything