//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis  (Read 11930 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tommy Fong

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 35
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« on: 05 August 2010, 09:17:41 PM »
Saya ingin bertanya bagaimanakah pandangan agama Budha tentang perkawinan sejenis (homo/lesbi).
Apah dalam kitab Tripitaka ada disinggung tentang hal ini?<a href="http://" target="_blank" rel="noopener noreferrer" class="bbc_link bbc_flash_disabled new_win">http://</a>

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #1 on: 05 August 2010, 10:02:31 PM »
Dari forum tetangga:

Quote
Umumnya agama Buddha memandang homoseksualitas merupakan halangan untuk mencapai kesucian batin pada kehidupan saat itu juga karena mereka yang homoseksual tidak dapat mengembangkan pandangan terang (vipassana) akibat kekotoran batinnya yang selalu "bergejolak" dari waktu ke waktu. Namun demikian, mereka masih dapat menanam benih kebajikan (kusala kamma) dengan mengembangkan sila dan berdana. Kelahiran sebagai homoseksual merupakan akibat dari perbuatan buruk di masa lampau, di antaranya mengkebiri orang lain, merendahkan pertapa yang menjalankan sila, melanggar sila karena nafsu seksual, dan mengajak orang lain untuk melakukan pelanggaran sila akibat nafsu seksual.

Vinaya melarang penahbisan seorang homoseksual (pandaka) dan mengharuskan pelepasan jubah bagi anggota Sangha yang terbukti homoseksual karena dapat mengganggu kehidupan suci komunitas Sangha. Selain itu, dalam Vinaya seorang bhikkhu yang memasukkan (maaf) alat kelaminnya ke dalam salah satu lubang tubuh makhluk apa pun (termasuk sesama pria atau seorang pandaka) akan dikeluarkan dari Sangha.

Cakkhavatti-sihanada Sutta (Digha Nikaya 26) menyebutkan praktek menyimpang (miccha-dhamma) menyebabkan generasi manusia yang dulunya memiliki usia rata-rata 500 tahun berkurang usianya menjadi 250 tahun pada generasi berikutnya. Menurut komentar, miccha-dhamma yang dimaksud adalah hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki dan antara perempuan dengan perempuan. Dengan demikian, homoseksualitas dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan penurunan moral manusia.

Pelanggaran sila ke-3 (melakukan perbuatan asusila) bagi umat awam dikatakan sebagai "kehendak yang dilakukan melalui tubuh dengan cara yang tidak bermoral untuk melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang tidak seharusnya disetubuhi". Bagi pria, orang-orang yang tidak seharusnya disetubuhi dijelaskan sebagai 20 jenis wanita yang tidak boleh disetubuhi (diantaranya wanita yang masih dalam perlindungan orang tua atau kerabatnya, wanita yang merupakan kerabat dekat yang dilarang dalam adat masyarakat, wanita yang menjalani hidup selibat/bhikkhuni, wanita yang sudah terikat janji pernikahan atau pertunangan dengan pria lain walaupun bersifat sementara, dst). Namun Buddhaghosa dan beberapa komentator teks Buddhis lainnya menambahkan pria ke dalam kategori "orang yang tidak seharusnya disetubuhi" ini.

Sedangkan untuk hubungan sesama wanita, kitab-kitab Buddhis India tidak banyak membicarakannya selain larangan bagi bhikkhuni untuk melakukan hubungan sesama jenis. Hal ini disebabkan karena hubungan heteroseksual (lawan jenis) lebih populer menjadi pusat perhatian pada masa Sang Buddha dan sangat sedikit kasus homoseksual yang dijumpai pada masa itu (walaupun bukan berarti tidak ada).

Sesungguhnya, apa pun orientasi seksualnya, rasa kecintaan yang ditimbulkan dari nafsu untuk memuaskan kenikmatan seksual tetaplah merupakan rintangan bagi perkembangan batin/spiritual. Seperti yang disebutkan dalam Dhammapada XVII:213-215 berikut:

"Dari kenikmatan lahirlah kesedihan, dari kenikmatan lahir rasa takut; barang siapa yang bebas dari kenikmatan akan tidak merasakan kesedihan maupun ketakutan."

"Dari cinta lahirlah kesedihan, dari cinta lahirlah rasa takut, seseorang yang bebas dari rasa cinta tidak mengenal kesedihan maupun ketakutan."

"Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul rasa takut, barang siapa bebas dari nafsu maka ia tidak akan merasakan rasa padih maupun rasa takut."
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #2 on: 06 August 2010, 12:14:26 AM »
Sudah sudah,
Jangan mencari-cari "sela" pembenaran dari seluruh aspek masyarakat...

Buddhism setau gw kaga ngurus urusan duniawi beginian

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #3 on: 06 August 2010, 12:14:36 AM »
Setiap kali Sang Buddha berbicara tentang perkawinan, beliau selalu mengacu kepada pasangan suami istri sebagai pria dan wanita, dan belum pernah mengatakan adanya pasangan pria dengan pria atau wanita dengan wanita.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #4 on: 06 August 2010, 12:26:26 AM »
Vinaya melarang penahbisan seorang homoseksual (pandaka) dan mengharuskan pelepasan jubah bagi anggota Sangha yang terbukti homoseksual karena dapat mengganggu kehidupan suci komunitas Sangha. Selain itu, dalam Vinaya seorang bhikkhu yang memasukkan (maaf) alat kelaminnya ke dalam salah satu lubang tubuh makhluk apa pun (termasuk sesama pria atau seorang pandaka) akan dikeluarkan dari Sangha.


Pandaka=homoseksual?

dalam kutipan vinaya di atas, sepertinya tidak dibedakan antara homoseksual atau heteroseksual, kaum hetero juga mendapat perlakuan yg sama.
« Last Edit: 06 August 2010, 12:29:12 AM by Indra »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #5 on: 06 August 2010, 12:38:30 AM »
setahu saya 2 jenis pandaka dari 5 jenis pandaka dapat ditahbiskan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pandangan agama Buddha tentang perkawinan sejenis
« Reply #6 on: 06 August 2010, 06:20:58 AM »
Buddha Dhamma tidak pernah melarang atau menyarankan perkawinan sejenis atau lawan jenis, karena sudah demikian adanya.

Sesungguhnya, apa pun orientasi seksualnya, rasa kecintaan yang ditimbulkan dari nafsu untuk memuaskan kenikmatan seksual tetaplah merupakan rintangan bagi perkembangan batin/spiritual. Seperti yang disebutkan dalam Dhammapada XVII:213-215 berikut:

"Dari kenikmatan lahirlah kesedihan, dari kenikmatan lahir rasa takut; barang siapa yang bebas dari kenikmatan akan tidak merasakan kesedihan maupun ketakutan."

"Dari cinta lahirlah kesedihan, dari cinta lahirlah rasa takut, seseorang yang bebas dari rasa cinta tidak mengenal kesedihan maupun ketakutan."

"Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul rasa takut, barang siapa bebas dari nafsu maka ia tidak akan merasakan rasa padih maupun rasa takut."


seperti kutipan diatas perkawinan sejenis atau lawan jenis semuanya menikmati kesenangan
Jadi 'kenikmatan' itu yang jadi sumber masalah.
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.