Sesaat sebelum mencapai Parinibbana, Sang Buddha menyampaikan kata-kata terakhir Beliau, “O Bhikkhu dengarkanlah baik-baik nasihatku : Segala sesuatu yang terdiri atas paduan unsur-unsur akan hancur kembali. Karena itu berjuanglah dengan sungguh-sungguh”. Setelah itu Sang Buddha memasuki Jhana kesatu, lalu Jhana kedua, ketiga, keempat. Kemudian memasuki keadaan ‘Ruang Tak Terbatas’, kemudian ‘Kesadaran Terbatas’, keadaan ‘Kosong’, keadaan ‘Bukan Pencerapan pun Bukan Pencerapan’ kemudian mencapai ‘Penghentian Pencerapan dan Perasaan’.
Pada saat itulah YA Ananda berkata kepada Anuruddha, “Bhante, Sang Bhagava telah Parinibbana!” Tetapi YA Anuruddha menjawab, “Belum, Avuso Ananda. Sang Bhagava belum Parinibbana. Beliau sekarang berada dalam keadaan ‘Penghentian Pencerapan dan Perasaan’ “.
Kemudian Sang Buddha bangun dari keadaan ‘Penghentian Pencerapan dan Perasaan’ lalu memasuki keadaan yang telah dijalaninya dengan urutan sebaliknya sampai kembali ke Jhana kesatu. Dari Jhana kesatu, Beliau kembali memasuki Jhana kedua, ketiga dan keempat. Keluar dari Jhana keempat Sang Buddha segera mengakhiri hidupnya dan mencapai Parinibbana.
Ketika Sang Buddha mencapai Parinibbana, YA Anuruddha mengucapkan syair berikut,
” Dengan tiada pergerakan napas,
tetapi dengan keteguhan hati,
Bebas dari keinginan dan tenang,
Demikianlah Sang Petapa mengakhiri hidupnya,
Tak gentar menghadapi saat mautnya,
Batinnya memperoleh kebebasan,
Bagaikan api lampu yang padam“.