//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Visuddhi magga versi milinda  (Read 2754 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Visuddhi magga versi milinda
« on: 20 May 2009, 11:31:57 AM »
Bhante Nagasena, apa sifat-sifat yang harus dimiliki seorang
bhikkhu agar dapat mencapai tingkat Arahat?"
1. Keledai
"Seperti halnya, O Baginda, seekor keledai, di mana pun ia berbaring ia tidak akan beristirahat lama; demikian juga seorang bhikkhu yang berniat mencapai tingkat Arahat tidak akan beristirahat lama."

2. Ayam
"Seperti halnya seekor ayam yang bertengger pada saat yang tepat; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu dengan cepat melaksanakan tugas-tugasnya setelah berpindapatta dan pergi ke tempat yang sunyi untuk bermeditasi.
"Seperti seekor ayam yang bangun pagi; demikian juga seorang bhikkhu harus bangun pagi.
"Seperti seekor ayam yang terus-menerus mengais tanah mencari makan; demikian juga seorang bhikkhu harus terus menerus merenungkan makanan yang dimakannya dengan mengingat: 'Saya makan bukan untuk kenikmatandan bukan
untuk keindahan melainkan hanya untuk meredakan sakit karena
rasa lapar dan memungkinkan diri ini menjalani kehidupan suci. Dengan demikian saya menghentikan penderitaan'.
"Seperti ayam yang meskipun mempunyai mata namun buta pada waktu malam; demikian juga seorang bhikkhu menjadi seolah-olah buta ketika sedang bermeditasi, tidak memperhatikan objek indra yang mungkin akan mengganggu konsentrasinya. "Dan seperti ayam yang meskipun diusir dengan tongkat dan batu tidak akan meninggalkan tempatnya bertengger; demikian juga seorang bhikkhu tidak meninggalkan perhatiannya walaupun dia sedang sibuk membuat
jubah, membangun, mengajar, mempelajari kitab suci, atau apa pun.

4. Panther betina
"Seperti seekor panther betina yang begitu hamil tidak berpaling lagi kepada yang  jantan; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu. Setelah melihat penderitaan yang menjadi sifat kelahiran, seorang bhikkhu memutuskan untuk
tidak memasuki kelahiran yang mana pun di masa yang akan datang. Hal ini telah dikatakan oleh Sang Buddha, O Baginda raja, dalam Dhaniya Sutta di
Sutta Nipata:
      'Setelah mematahkan belenggu-belenggu seperti banteng, dan seperti gajah yang telah mematahkan tanaman-tanaman jalar, maka tidak akan ada lagi kelahiran bagiku. Jadi, curahkan hujan, O awan, semaumu!'
(Sn.v. 29)

7. Pohon Bambu
"Seperti pohon bambu yang berayun ke mana angin bertiup; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu, fleksibel dan menyesuaikan diri pada Ajaran.

10. Monyet
"Seperti seekor monyet yang tinggal di pohon besar yang rindang, tertutup rapat oleh dahannya; demikian juga seorang bhikkhu harus tinggal dengan guru yang terpelajar, yang patut dihormati dan mampu membimbingnya.

12. Teratai
"Seperti teratai yang tidak ternoda oleh air di mana ia dilahirkan dan bertumbuh; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak ternoda oleh sokongan, persembahan dan penghormatan umatnya. "Seperti teratai yang berada jauh di atas air; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu berada jauh di atas keduniawian. "Dan seperti teratai yang bergetar terkena hembusan angin sepoi; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu gemetar walaupun hanya berpikir ingin
melakukun suatu yang jahat, karena melihat adanya bahaya dalam
kesalahan yang paling kecil pun.

20. Samudera
"Seperti samudera yang melemparkan mayat ke pantai; demikian juga seorang bhikkhu harus menyingkirkan kekotoran batin dari pikirannya. "Seperti samudera yang meskipun menyimpan banyak kekayaan tidak akan
mengangkatnya ke atas; demikiun juga seorang bhikkhu harus memiliki permata pencapaian tetapi tidak memamerkannya.
"Seperti samudera yang berhubungan dengun makhluk-makhluk yang besar; begitu
juga seharusnya seorang bhikkhu berhubungan dengan murid-murid yang hanya mempunyai sedikit keinginan, yang berbudi luhur, terpelajar dan bijaksana. "Seperti samudera yang tidak membanjiri pantainya; demikian juga seharusnya
seorang bhikkhu tidak pemah melanggar sila sekalipun demi kehidupannya. "Dan seperti samudera yang tidak penuh meskipun semua sungai
mengalir ke dalamnya; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya tidak pernah bosan mendengarkan Ajaran dan instruksi Dhamma, Vinaya, dan Abhidhamma.


21. Bumi
"Seperti bumi yang besar yang tidak tergoyahkan oleh barang-barang, yang baik maupun yang busuk, yang dilemparkan kepadanya; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tetap tidak tergoyahkan bila dipuji atau dicaci, didukung atau diabaikan. "Seperti bumi yang besar yang tidak berhias tetapi mempunyai aroma sendiri; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya tidak dihiasi oleh parfum tetapi memiliki keharuman nilai-nilai kemoralannya.
"Seperti bumi yang tidak pernah lelah menyangga beban yang sangat banyak;
demikian juga seorang bhikkhu tidak boleh lelah memberikan petunjuk, peringatan dan dorongan.
"Dan seperti bumi yang besar yang tidak mempunyai rasa benci atau rasa suka;
demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak mempunyai kebencian dan kesukaan.


22. Air
"Seperti air yang secara alami tetap tenang; demikian juga seorang bhikkhu memiliki sifat tidak munafik, tidak suka berkeluh-kesah, tidak berbicara dengan maksud untuk memperoleh keuntungan, tidak berperilaku yang tercela, tetap tenang tak terganggu dan murni secara alami. "Seperti air yang selalu menyegarkan; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu penuh dengun welas asih, selalu mencari yang baik dan bermanfaat
bagi semuanya. "Dan seperti air yang tidak pemah mencelakakan siapa pun;
demikian juga seorang bhikkhu bersungguh-sungguh berusaha, tidak pernah
melakukan kesalahan yang menyebabkan pertengkaran atau perselisihan,
kemarahan atau ketidakpuasan. Hal ini telah dikatakan oleh Sang Buddha dalam
Kanha Jataka:
     'O Sakka, raja seluruh dunia, sebuah pilihan kau nyatakan:
     Tidak seharusnya ada makhluk yang dilukai untukku,
     'O Sakka, di manapun, tidak di tubuh tidak pula di
pikiran:
     ini, Sakka, adalah doaku.' (Ja. iv. 14.PTS trnsl)


27. Bulan
"Seperti bulan yang berubah semakin besar dari hari ke hari; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya meningkatkan
sifat-sifatnya yang baik dari hari ke hari.

30. Raja semesta
"Seperti halnya raja semesta yang disenangi rakyatnya karena empat dasar
ketenaran yaitu kemurahan hati, keramah-tamahan, keadilan dan
sifatnya yang tidak memihak; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu yang disenangi oleh
para bhikkhu dan umat awam.
"Seperti raja semesta yang tidak mengijinkan para perampok berdiam di
alamnya; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya tidak mengijinkan pikiran yang jahat, yang bernafsu atau yang kejam berdiam di dalam pikirannya. "Dan seperti raja semesta yang berkelana ke seluruh dunia
memeriksa yang baik dan jahat; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya memeriksa dirinya
dengan seksama dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya.

40. Gajah.
"Seperti seekor gajah yang memutar seluruh tubuhnya ketika memandang sekelilingnya; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya memutar tubuhnya
ketika memandang sekelilingnya. Tidak melihat ke sana sini melainkan mengendalikan matanya dengan baik.
"Seperti gajah yang mengangkat kakinya dan melangkah dengan hati-hati; demikian juga seorang bhikkhu harus selalu waspada dan sepenuhnya menyadari gerak jalannya.

46. Bangau India
"Seperti bangau India yang dengan jeritannya memperingatkan orang akan nasib mereka yang akan datang; demikian juga seorang bhikkhu harus
memperingatkan orang akan nasib mereka di masa mendatang dengan Ajaran Dhammanya.

47. Kelelawar
"Seperti kelelawar yang meskipun terkadang memasuki rumah orang dengan segera akan pergi; demikian juga seorang bhikkhu, meskipun dia memasuki rumah orang untuk berpindapatta, segera dia akan pergi.
"Dan seperti kelelawar yang tidak merugikan bila mengunjungi rumah
seseorang; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu. Ketika mengunjungi rumah orang dia tidak merugikan karena mudah dilayani dan penuh tenggang rasa melihat kesejahteraan mereka.

48. Lintah
"Seperti lintah yang menghisap sampai kenyang sebelum melepas; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu teguh kukuh dalam objek meditasinya dan menghirup sepuasnya nektar kebebasan yang lezat.

50. Ular batu
"Seperti ular batu yang dapat bertahan hidup selama beberapa hari tanpa
makan; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya dapat terus
bertahan meskipun dia hanya menerima sedikit makanan. Hal ini telah dikatakan oleh
       Bhante Sariputta:
'Tak peduli makanan basah atau kering yang dia santap, tidak
pernah dia membiarkan dirinya makan kekenyangan. Pertapa yang baik
meninggalkan keduniawian dalam kekosongan, dan tetap makan secukupnya saja.
Jika dia hanya mendapat empat atau lima suap, biarlah dia minum air. Hal
itu bukan masalah bagi orang yang pikirannya tertuju ke tingkat
Arahat dan mencari ketenteraman.' (Thag. vv .982,983)


60. Tukang kayu
"Seperti tukang kayu yang membuang bagian kayu yang empuk dan hanya menggunakan bagian kerasnya saja; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya membuang pandangan-pandangan salah seperti misalnya keabadian,
kenihilan, jiwa adalah tubuh, jiwa adalah satu hal sedangkan tubuh adalah
hal lain, semua ajaran sama baiknya, yang tidak terkondisi merupakan ketidak-mungkinan, tindakan manusia tidak ada gunanya, tidak ada kehidupan suci, ketika satu makhluk mati maka lahirlah satu makhluk yang
baru, hal-hal yang terkondisi secara abadi ada, seseorang yang bertindak akan langsung
mengalami hasil daripadanya, seseorang bertindak dan orang lainlah yang akan
menerima akibamya, dan segala macam pandangan salah lainnya
mengenai buah dari kamma (niat) dan kiriya (perbuatan). Setelah
membuang segala macam jalan seperti itu, dia harus memahami ide tentang kekosongan
(void) yang merupakan keadaan yang sebenarnya dari hal-hal yang terkondisi.


61. Pot air
"Seperti halnya pot air yang penuh tidak menimbulkan suara; demikian juga
seharusnya seorang bhikkhu tidak menjadi banyak mulut meskipun
dia tahu banyak. Hal ini telah dikatakan oleh

Sang Buddha:
    "Dengarkanlah suara air. Dengarkanlah air yang mengalir
     melalui celah jurang dan bebatuan.
    Sungai yang kecillah yang menimbulkan suara yang keras. Sungai yang besar mengalir tanpa suara. Yang kosong bersuara  dan yang penuh tenang. Kebodohan seperti sebuah pot
yang berisi setengahnya; orang bijaksana bagaikan sebuah danau yang penuh air."(Sn. vv. 720, 721) 

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Visuddhi magga versi milinda
« Reply #1 on: 20 May 2009, 11:34:21 AM »
Apa hubungannya Visuddhi Magga dengan Milinda Panha? Persamaan bait atau isikah?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: Visuddhi magga versi milinda
« Reply #2 on: 22 July 2009, 08:48:26 AM »
thank's atas ini..
ku berikan satu GRP.