//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 92 93 94 95 96 97 98 [99] 100 101 102
1471
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

HUDOYO:

Rekan Marcedes,

Rupanya Anda salah paham tentang proses pikiran sebagaimana diuraikan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Dalam langkah #1, yang disebut 'persepsi murni', di situ belum ada pengidentifikasian, pelabelan, apalagi penilaian "ini baik", "itu buruk", "ini boleh", "itu tidak boleh", apalagi TINDAKAN. Semua itu terjadi SESUDAHNYA, yakni pada langkah #2 - #6, ketika muncul si aku/atta, ... lalu si aku itu ber-relasi dengan objek yang dihadapinya ... lalu si aku itu mempunyai keinginan & kehendak (cetana) tertentu terhadap objek itu ... lalu si aku itu bertindak.

Jadi, TINDAKAN seorang biasa (puthujjana) SELALU didahului oleh 'keinginan', kemudian 'kehendak' (cetana). ... Dan itu didasari oleh 'penilaian' tentang 'baik' vs 'buruk', 'boleh' vs 'tidak boleh' dsb.

Nah, tindakan orang biasa seperti itulah yang saya katakan bisa salah: apa yang kita kira benar belakangan ternyata salah, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu dirongrong oleh rasa menyesal.

Sedangkan pada seorang arahat, karena tindakannya tidak berasal dari PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN dan KEHENDAK--dengan kata lain, tindakan seorang arahat adalah spontan, tanpa lewat pikiran--maka tidak pernah salah.

*****

Sang Buddha kemudian menyarankan kepada para pemeditasi vipassana, agar mengamati batinnya dan tidak membiarkan munculnya si aku/atta, pemikiran, pertimbangan, penilaian benar/salah, boleh/tidak boleh dsb. Dengan kata lain, Sang Buddha menyarankan agar proses batin itu berhenti pada langkah #1 saja (Mulapariyaya-sutta); dalam Bahiya-sutta Sang Buddha mengatakan, agar "berkaitan dengan yang terlihat hanya ada yang terlihat" ... artinya jangan diikuti dengan pengidentifikasian, pelabelan, pembandingan, penilaian baik/buruk, boleh/tidak boleh, keinginan, kehendak, tindakan dsb.

Dalam Bahiya-sutta, dengan tegas Sang Buddha mengatakan, jika kita bisa berada dalam keadaan itu, maka KITA TIDAK ADA LAGI. ... Ini dengan tegas menjawab pertanyaan Anda, "Apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimbang?" ... Sang Buddha menegaskan, KALAU KITA BISA BERADA DALAM KESADARAN VIPASSANA ITU, maka KITA TIDAK ADA LAGI, dan ITULAH AKHIR DUKKHA. Jadi, menurut Sang Buddha, tercapainya nibbana (akhir dukkha) harus memenuhi prasyarat, yakni LENYAPNYA AKU/diri/atta.


Quote
sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................


Anda mau menyanggah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta? ... Silakan baca lagi sutta penting itu perlahan-lahan. Jangan sampai kepeleset.

*****

Rekan Marcedes,

Tentang kata-kata Sariputta Thera, Maha Kassapa Thera dsb yang tercantum dalam kitab suci, jangan terlalu dihiraukan. Anda & saya tidak bisa menggunakan rujukan seperti itu untuk MEMAHAMI jalan pikiran seorang arahat. Apalagi kata-kata Maha Kassapa Thera yang Anda kutip; menurut hemat saya pribadi, itu bukan kata-kata seorang arahat, melainkan kata-kata seorang puthujjana (penulis kitab suci itu yang menurut saya belum arahat), karena seorang arahat tidak pernah berpikir "ingin melestarikan apa pun" dalam kehidupan ini, karena hal itu bertentangan dengan hakikat eksistensi yang tidak abadi ini.

Alih-alih mencoba memahami jalan pikiran seorang arahat, saya sarankan lakukanlah tuntunan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta terhadap pikiran Anda sendiri.

Anda terlalu cepat, dalam waktu 2 hari saja, menarik kesimpulan seperti di atas. Saran saya, lakukan retret vipassana sekurang-kurangnya selama satu minggu. Nanti, kalau Anda berhasil masuk ke dalam keheningan, di mana si aku & pikiran ini berhenti, Anda akan tahu sendiri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda di atas.

Lebih baik lagi kalau Anda ikut retret MMD, karena hal-hal seperti ini sama sekali tidak dibahas dan tidak dilatih dalam retret vipassana "tradisional" yang diajarkan oleh para bhante yang saya ketahui, kecuali Bhante Pannyavaro, Ajahn Chah, dan mungkin Sayadaw U Tejaniya. Kalau Anda ikut retret MMD, Anda bisa berdiskusi dengan saya sepuas-puasnya setiap malam.

Bacalah wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan & penutupan retret MMD Seminggu di Vihara Mendut bulan Desember kemarin (dalam buklet yang sudah dapat Anda download). Beliau berkata pada prinsipnya, "Amati saja, tapi jangan dipadamkan." (maksudnya lobha, dosa, moha dll dalam batin kita) Nanti semuanya akan diam dan padam dengan sendirinya. Mungkin Anda sekarang tidak bisa mengerti itu.

Salam,
Hudoyo

saya mengerti anda katakan......masalah nya ketika mempraktekkan hal ini....seperti nya kebijaksanaan saya malah tertutup dan lebih memilih diam bengong ditempat

misalkan........
sy merasakan gatal......karena sadar maka tidak jadi di garuk.
sy merasakan haus......karena sadar maka tidak jadi minum.
sy merasa badan gerah......karena sadar maka tidak jadi mandi.........

pergi ke vihara pun...bahkan saya tidak ingin namaskara lagi..........karena sadar....tetapi lebih memilih namaskara. akhir nya di lakukan............

bukankah ini namanya sedang salah belajar? mohon bimbingan _/\_


dan keraguan saya menjadi-jadi ketika mengingat fenomena seperti.............
Y.M Sariputta memuji Y.M Mahamoggalana.
Sang buddha sendiri memuji murid nya......seperti Y.M Upali yang terunggul dalam vinaya

dan lebih parah lagi................pada waktu seseorang kenalan bertemu....dia tersenyum.....sy seperti tidak merespon....
dan akhir nya muncul perenungan cepat.....dan sy memilih merespon........

dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

----------------------------------------------------
di satu sisi saya ingin tanyakan.............

anda kata saya menggerakkan tangan saya ke-atas...............yang manakah lebih dulu.
1.keinginan(cettana) untuk menggerakkan tangan
2.kesadaran(kesadaran pada waktu menggerakkan tangan)_/\_

1472
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

1473
Pure Land / Tanah Suci / Re: [ASK] Setelah masuk Sukhavati...
« on: 11 January 2009, 05:33:32 PM »

refrensi....setahu saya buddha tidak akan tumimbal lahir dari alam tusita apabila umur rata-rata 100.000 tahun ke-atas.


dan dibawah rata-rata umur manusia 100 tahun.

Ya, dalam konteks sistem dunia di sini memang demikian adanya, maksimal 100.000 tahun dan minimal 100 tahun. Namun harap dicatat, Alam Sukhavati adalah satu sistem dunia yg terpisah dari sini, yang tentu akan berbeda lagi kondisinya. Jadi tentu tidak bisa melakukan perbandingan secara satu sisi saja. Apalagi alam Sukhavati berkaitan erat dgn janji dan tekad Buddha Amitabha, maka tentu akan memliki faktor2 yang bersifat tidak umum. Lihat saja Buddha Mangala yang cahaya tubuhnya lebih gemilang dari Buddha-Buddha lain di sistem dunia sini, ini dikarena janji dan tekadnya dan kemudian disesuaikan dengan kondisi kematangan alam beserta makhluknya maka Beliau menjadi Buddha di kondsi sperti itu.
Jika sistem dunia sama semua , maka tidak mungkin Buddha hanya berbicara pada batas 10.000 alam semesta. Karena ada faktor2 yg berbeda, maka Buddha hanya membatasi berbicara pada batasan itu, dan bila sudah di luar dari batasan itu maka konteks pembicaraannya lain lagi, salah satunya ya tentang alam Sukhavati.
tapi semua buddha baik dari tanhankara sampai sakyamuni...semua nya bertumimbal lahir dengan kondisi tidak lebih 100.000 dan 100.....buddha mangala umur rata-rata waktu itu kan juga tidak sampai 100.000 dan 100.

disatu sisi (saya lupa) kiranya bunyi nya seperti ini.
tanah di sini adalah tanah suci buddha sakyamuni...disebelah barat tanah suci buddha amitabha,bysaguru dsb-nya........

sama seperti waktu buddha ambilah contoh buddha Mangala....menurut paham mahayana(yang saya tahu) jika pada zaman buddha mangala tentu masih ada sebelah barat buddha ini...itu

tapi kan 100.000 dan 100........ada limit _/\_

bagaimana jika saya balik...........
ditanah Byasaguru(contoh) jika seseorang memiliki tekad ingin lahir di tanah suci buddha sakyamuni?

posisi nya kan kalau disini tanah sakyamuni menuju barat(amitabha)
kalau di balik.....dari timur ke sini.
atau dari utara ke sini?............mengapa harus barat?
apakah 100.000 lebih atau 100.............orang bijak mengatakan kenyataan ada pada sekarang.

pikirkan. _/\_

1474
saya praktek dulu.............kalau ada yang sy kurang pahami saya tanya lagi...

terima kasih sebelumnya _/\_

1475
Pure Land / Tanah Suci / Re: [ASK] Setelah masuk Sukhavati...
« on: 10 January 2009, 11:20:48 PM »
sayang postingan saya di pindahkan....

sy ulangi saja..

sy kembali ke topic sedikit.........ada rancu di pernyataan "tak-terhingga"
memang "tak-terhingga tidak sama dengan kekal"

jika ada pertanyaan..."berapa banyak kalpa yang telah kita lalui?".........jawabannya "terlalu banyak sampai tidak dapat di hitung = tak-terhingga"

jadi buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia dan jalan beruas 8 dalam kondisi umur demikian(tak-terhingga)?
bagaimana bisa menembus 4 kesunyataan mulia dengan kondisi itu................
1.dukkha --- umur saya saja sudah tidak bisa saya hitung...."tak-terhingga"....

berbicara masalah kekal?......disini belum 1 makhluk pun ada yang mengalami dukkha....bagaimana mau mengenal dukkha?
bisa dibilang ALAM ini lebih nikmat dari alam ternikmat dalam 31 alam kehidupan....

refrensi....setahu saya buddha tidak akan tumimbal lahir dari alam tusita apabila umur rata-rata 100.000 tahun ke-atas.

1476
pada waktu pikiran kita katakanlah menangkap objek mobil mewah dan keren melalui mata........

pada orang awam timbul pikiran serta "berpikir" bahwa objek ini mewah keren....dan membawa kebahagiaan.
dan pada latihan apakah
objek mobil ini dipandang mewah keren tetapi tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

ataukah
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

anumodana buku nya....sy baca dulu....

Marilah kita bahas menggunakan contoh yang Anda berikan; mohon gunakan pula rujukan dari Mulapariyaya-sutta yang di-post Rekan Dilbert di atas.

Dalam kesadaran vipassana yang kuat, pada suatu ketika masuk suatu stimulus (rangsangan) ke mata kita ... Rangsangan itu belum dikenali, belum punya identitas, belum punya label/nama ...

Itu adalah langkah #1: 'persepsi murni' (pure perception) ... disebut murni karena belum dicampuri oleh pikiran, keinginan dsb dari si aku, belum punya label/nama dsb.

Pada langkah #2: 'konseptualisasi' (conceptualization), mulai terjadi identifikasi, pelabelan ("itu mobil", "bukan sepeda motor"), dan penilaian ("itu mobil mewah", "tidak murah"). Di sini pikiran mulai bergerak.

Pada langkah #3 + #4: muncul aku (atta) yang kemudian memisahkan diri dari objek ("mobil") > atta/aku berhadapan dengan objek, "aku berhadapan dengan/melihat mobil mewah". Ini pikiran yang terus berjalan.

Pada langkah #5: atta/aku ber-relasi dengan objek: "itu mobilku", "itu bukan mobilku", dsb. Ini pikiran yang terus berproses.

Pada langkah #6: muncul emosi dll faktor batin: bersenang hati, bahagia, bangga (kalau itu mobilku), iri hati, tidak senang, kecewa dsb (kalau itu bukan mobilku). Di sini muncul perasaan dsb.

***

Itu bisa Anda alami sendiri bila Anda ikut retret MMD sekurang-kurangnya seminggu. Anda bisa berada pada langkah #1 untuk beberapa lama (beberapa menit, bahkan sampai beberapa jam), tanpa munculnya langkah #2-#6. Jadi, bagi para meditator MMD, itu bukan cuma teori dari kitab suci Buddhis, melainkan fakta yang bisa dilihat sendiri (ehipassiko). Bahkan banyak teman-teman non-Buddhis bisa mengalaminya tanpa harus menghafalkan Mulapariyaya-sutta. Bacalah testimonial rekan-rekan peserta retret MMD seminggu.

Salam,
Hudoyo
seperti nya dari contoh yang pak hud sampaikan.....adalah pilihan ke-2 dari yang saya tanyakan..

Quote
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"
mobil hanya mobil.....
mewah,keren adalah label yang kita beri.....

ini saya pahami dengan baik....

==========
tetapi ada contoh lain...........
karena mobil merupakan sebuah materil---bisa di lihat dan disentuh..

bagaimana dengan action....perbuatan.
proses batin dari perbuatan.

kita ambil contoh perbuatan baik....seperti memberi sedekah pada fakir miskin.
apakah memberi hanya dipandang memberi....?
dan bagaimana proses timbul "aku" dalam hal ini....


dan lagi......jika saya seorang desain grafis serta perancang audio dari mobil.....
apabila praktek vipassana dilakukan....sy sadar sepenuhnya....hal ini bertolak belakang.
dimana seorang grafis serta desain audio harus melekat pada hal yang ber-objek
"mewah" "sporty" "racing" alias berkonsep....

mari kita ambil satu contoh "sporty" seperti modifikasi mobil di pameran djarum black
disini tentu ada "aku" karena objek seperti lampu...harus di katakan warna ini cocok...ini tidak cocok...
padahal dalam kenyataan jika ber-vipassana.....cahaya adalah cahaya....putih,ungu,orange...semua itu cuma "warna"
dan "aku" yang mengatakan orange bagus...putih jelek.....dsb-nya.

pernah ada seorang bikkhu sangha mengatakan kpd saya...bahwa vipassana tidak cocok buat perumah tangga............dan sebaiknya berlatih samantha bhavana saja.
tetapi sy sadar perjalanan hidup saya...dimana vipassana membawa pelepasan kemelekatan.....itu yang membuat saya bahagia..............

dimana setidak-tidak nya "saya" bukan maksud "aku" ingin mencapai minimal sottapana...
karena sungguh tidak nyaman sebuah kondisi(kelahiran)..dan itu adalah penderitaan.....

mohon penjelasan _/\_

------------------------
sy ingin berbagi pengalaman sedikit............dimana saya menyadari "keinginan adalah sumber penderitaan"

waktu itu 1 kamar saya tidur ber-tiga...dan kebetulan juga saya sakit demam tinggi,,kepala ini pusing berat pada waktu itu............dan parahnya lagi....2 orang ini sangat cerewet dan selalu bercerita (suaranya keras) dan ditambah lagi menyalakan TV dengan suara keras pula...
ingin tidur tetapi tidak bisa karena terlalu bising.

saya rasa pembaca disini sudah tahu....jika orang sakit kepala + suara bising bagaimana jadinya.
ingin menegur...tetapi tidak enak...karena 2 orang itu lebih tua jauh dari pada saya. dan lagi seperti nya orang yang baru bertemu 10 tahun sekali....jadi cerita kiri kanan

pada waktu itu saya sadari emosi saya meningkat.....tetapi..entah kenapa saya lalu menyadari.....
kepala ini sakit+kondisi seperti ini.................muncul pertanyaan pada diri saya apakah "keinginan" bahwa sakit ini harus nya tidak begini+kondisi juga harus nya tidak seperti ini merupakan "penderitaan"

sakit ini memang sakit....(sepertinya batin saya "ingin" sembuh tetapi tidak bisa) "ingin" itu adalah sumber penderitaan.
demikian juga kondisi yang bising batin saya "ingin" suasana tenang......dan karena tidak terpenuhi suasana tenang,,, "ingin" itu adalah sumber penderitaan.

tetapi kadang saya merasa sangat tidak bijak.....karena orang tidak bijak saja yang tidak mau sembuh.....

maka saya ambil jalan tengah...........yakni
jika "keinginan" itu bisa terpenuhi, maka lakukan.....tetapi jika "keinginan" itu tidak bisa terpenuhi,,maka terima-lah kenyataan itu.....

pak hud saya jadi ingin tahu...."aku" saya itu muncul dan padam pada bagian mana?......karena melewati itu semua seperti secepat kilat....

mohon maaf banyak bertanya _/\_

1477
[at] pak hudoyo

sy ingin tanya dikit mengenai MMD yang anda jelaskan....sy tertarik membahas _/\_

pada waktu pikiran kita katakanlah menangkap objek mobil mewah dan keren melalui mata........

pada orang awam timbul pikiran serta "berpikir" bahwa objek ini mewah keren....dan membawa kebahagiaan.
dan pada latihan apakah
objek mobil ini dipandang mewah keren tetapi tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

ataukah
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

anumodana buku nya....sy baca dulu....

1478
Theravada / Re: Sidang Sangha (Konsili) I
« on: 09 January 2009, 09:10:50 AM »
masa kitab kathavattu juga ada?.....copot dari mana itu?

1479
Diskusi Umum / Re: Makna 84.000 dalam sutta
« on: 09 January 2009, 12:47:38 AM »
Quote
di Tradisi India (Theravada) tentang angka 84.000 yang dapat dianggap valid tidak lain adalah 84.000 pokok Dhamma yaitu jumlah materi induk topik, sutta, gatha, pertanyaan , jawaban yang diberikan Sang Buddha.

Dalam Vinaya terdapat 21.000 pokok Dhamma, dalam Sutta terdapat 21.000 pokok Dhamma, dan dalam Abhidhamma terdapat 42.000 pokok Dhamma. Jadi keseluruhan berjumlah 84.000 pokok Dhamma

Dalam Theragatha, Khuddaka Nikâya, Sutta Pitaka terdapatlah pernyataan Y.A Ânanda dalam bentuk syair:

”DVASÎTI BUDDHATO GANHAM DYE SAHASSÂNI BHIKKHUTO
CATURÂSITISAHASSÂNI YE ME DHAMMA PAVATINNO”

”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”

Jadinya timbul pertanyaan baru setelah membaca ini..
Dari segi historis.. Dikatakan kalau Abhidhamma baru diulang oleh Y.A Maha Kassapa pada Konsili ke-3.
Nah pertanyaannya, jika memang Abhidhamma berisi 42.000 pokok dhamma, berarti yang diajarkan oleh Sang Buddha dan diulang oleh Y.A Ananda dan Y.A Upali cuma berisi total 42.000 pokok dhamma dong? Kemana sisa 42.000 pokok dhamma (baca: Abhidhamma) yg diulang oleh Sang Buddha kepada Y.A Ananda?

Jika kita asumsikan benar kata Y.A Ananda, "Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha."
Berarti Abhidhamma telah diulang oleh Y.A Ananda di Konsili I, bagaimana dgn cerita Y.A Maha Kassapa mengulang Abhidhamma di Konsili ke-3? ???

Mohon bantuan dari rekan2.. thanx n cmiiw :)

mettacittena
_/\_

Konsili ketiga

Pada Abad ketiga sesudah Sang Buddha Parinibbana (249SM), sewaktu Maharaja Asoka Wardhana, diadakan Konsili ketiga di Pataliputta (patna). Berbeda dengan konsili kedua, dalam konsili ketiga tidak saja dibicarakan tentang vinaya, tetapi juga  tentang perbedaan mengenai Dhamma diantara para Bhikkhu dari berbagai sekte agama Buddha.

Konsili ketiga yang berlangsung selama 9 bulan dipimpin oleh Moggaliputta Tissa. Dhamma dan Vinaya diucap ulang kembali oleh 1000 Arahat. Kelompok Theravada pecah menjadi Theravada dan Sarvastivada. Marzab Sarvastivada hijrah ke kasmir dan kemudian dibawah perlindungan Raja Kaniska berkembang di India Utara.

Moggalana Tissa menyusun Kitab KATHAVATTHU yg isinya menyangkal 5 butir gugatan Bhikkhu Maha Deva terhadap Arahat pada Konsili kedua dan mengenai titik-titik perbedaan antara berbagai paham sekte agama Buddha. Kitab ini merupakan salah satu dari tujuh kitab ABHIDHAMMA. Seluruh ajaran Sang Buddha telah tersusun dalam Kitab TIPITAKA yang terdiri dari SUTTA PITAKA, VINAYA PITAKA dan ABHIDHAMMA PITAKA.

Setelah Konsili Ketiga, Maharaja ASoka Wardhana mengirim DHAMMADUTA ke seluruh penjuru untuk menyebarkan DHAMMA. diantaranya ARAHAT MAHINDA, putra Raja Asoka sendiri, ke Sri Lanka dengan membawa TIPITAKA dan Kitab TIPITAKA ATTHA-KATHA.

Sumber : Buku SILA & VINAYA (Drs. Teja S.M. Rashid)

=======================================

Kitab KATHAVATTHU adalah salah satu dari tujuh kitab ABHIDHAMMA yaitu itu Kitab Kelima dari Abhidhamma.
Abhidhamma terdiri dari 7 Kitab :
1. DHAMMASANGANI
2. VIBHANGA
3. DHATUKATHA
4. PUGGALAPANNATI
5. KATHAVATTHU
6. YAMAKA
7. PATTHANA

_/\_ :lotus:

[at] lily
apa MahaKassapa konsili-3 dengan Maha Kassapa di konsili-1 itu sama?
yang pertama di pimpin oleh Maha Kassapa yang ke-3 abhidhamma di susun oleh Mahakassapa?

kalau boleh tahu apa 5 butir gugatan yang di tolak itu
dan jika tidak keberatan...boleh kah mentraslate isi kathavattu itu...
_/\_
mohon penjelasan masih newbie _/\_


--------------------------------------------
pertanyaan nya menjadi..........."jadi Y.M Ananda melafalkan abhidhamma ?"



=========

sy kembali ke topic sedikit.........ada rancu di pernyataan "tak-terhingga"
memang "tak-terhingga tidak sama dengan kekal"

jika ada pertanyaan..."berapa banyak kalpa yang telah kita lalui?".........jawabannya "terlalu banyak sampai tidak dapat di hitung = tak-terhingga"

jadi buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia dan jalan beruas 8 dalam kondisi umur demikian(tak-terhingga)?
bagaimana bisa menembus 4 kesunyataan mulia dengan kondisi itu................
1.dukkha --- umur saya saja sudah tidak bisa saya hitung...."tak-terhingga"....

berbicara masalah kekal?......disini belum 1 makhluk pun ada yang mengalami dukkha....bagaimana mau mengenal dukkha?
bisa dibilang ALAM ini lebih nikmat dari alam ternikmat dalam 31 alam kehidupan....

1480
Theravada / Re: Metteyya bertekad menjadi Buddha di hadapanan siapa?
« on: 05 January 2009, 06:51:28 PM »

dalam Buddhavamsa (kalau saya tidak salah baca) seseorang yang bukan Sammasambuddha hanya mampu mengingat jumlah kehidupannya sebanyak 100.000 kalpa.

yah yang memiliki kemampuan batin tinggi...silahkan pergi ke Alam Tusita......jawabannya asli nya ada disana._/\_


Bagi mereka yang memiliki mahabhinnappatta, dikatakan dapat mengingat kehidupan lampaunya dalam jangka waktu tak terbatas. Murid Buddha yang memilikinya adalah Sariputta, Maha-Moggallana, Bakkula, dan Bhadda Kaccana (Yasodhara, istri Bodhisatta).

minta referensi nya ya _/\_

saya baca buddhavamsa sekali lagi....dikatakan begini

Quote
Dari tiga kelompok ini (a) bakal Siswa Utama harus memenuhi Kesempurnaannya selama satu asaïkhyeyya dan seratus ribu kappa; (b) bakal Siswa Besar selama seratus ribu kappa, (c) bakal Siswa Biasa, tidak disebutkan dalam Tipiñaka berapa lama waktu yang dibutuhkan


untuk memenuhi Kesempurnaan, namun dalam Komentar dan Subkomentar dari Pubbenivàsakathà (dalam Mahàpadàna Sutta) disebutkan bahwa para Siswa Besar dapat mengingat kehidupan lampaunya sampai seratus ribu kappa yang lalu dan Siswa Biasa kurang dari itu. Karena pemenuhan Kesempurnaan dilakukan dalam setiap kehidupannya, dapat disimpulkan bahwa bakal Siswa Biasa harus memenuhi Kesempurnaan selama tidak lebih dari seratus ribu kappa, namun waktu pastinya tidak ditentukan, dapat selama seratus kappa atau seribu kappa, dan sebagainya.

siswa besar itu seperti Yang Mulia Kondanna sampai dengan Yang Mulia Pingiya

1481
Theravada / Re: Metteyya bertekad menjadi Buddha di hadapanan siapa?
« on: 05 January 2009, 09:42:40 AM »
Namaste suvatthi hotu

Petapa Sumedha bertekad ingin mencapai Sammasambuddha di hadapan Buddha Dipankara, kemudian dihadapan Buddha yang manakah petapa yang kemudian akan menjadi Buddha Metteyya menyatakan tekadnya?
Tolong sertakan sutta nya

Ada yang bisa bantu?

thuti

Dari Buku "Maitreya, Buddha yang akan datang" karya Sayagi U Chit Tin, penerbit Svarnadipa Sriwijaya tahun 2005, halaman 17, tertulis sebagai berikut :

"Aspirasi para Maha Bodhisatva telah diperkuat oleh para Buddha. Sebuah teks pali abad ke-16 dari Thailand (Jinakalamali = Epochs of the Conqueror) menyebutkan bahwa Bodhisatva Maitreya diramalkan akan mencapai ke-Buddha-an di masa mendatang oleh Buddha Mahutta. Ini Agaknya menjadi ramalan yang pertama untuk beliau."

Selanjutnya dari halaman 18 - 24, (disingkat tulisannya) bahwa Pada suatu ketika, Bodhisatva Maitreya terlahir sebagai Raja Sankha, dan pada waktu itu terlahir Buddha Sirimata. Raja Sankha karena mendengar nama BUDDHA kemudian dengan kekuatan semangat (viriya bala) berusaha menjumpai Buddha Sirimata walaupun menghadapi berbagai macam halangan dan hambatan. Dan ketika akhirnya berjumpa Buddha Sirimata dan mendapat khotbah Dharma, Raja Sankha (bakal Bodhisatva Maitreya) mempersembahkan kepalanya sebagai tanda aspirasi untuk mencapai ke-BUDDHA-an di masa mendatang, dan hal ini juga mendapat kepastian oleh Buddha Sirimata.

Note : Keberadaan Buddha Mahutta dan Buddha Sirimita agaknya diluar dari susunan 28 sammasambuddha terakhir. Dan berdasarkan terminologi Bodhisatava Pannadhika (contoh Petapa Sumedha bakal Buddha Gotama) dan Bodhisatva Viriyadhikka (contoh Raja Sankha bakal Buddha Maitreya), kemungkinan besar Buddha Mahutta dan Buddha Sirimata adalah Sammasambuddha sebelum formasi 28 sammasambuddha terakhir (1.a. Buddha Tanhankara, 1.b. Buddha Medhangkara, 1.c. Buddha Saranangkara, 1.d. Buddha Diepankara, 2.a. Kondannya, 3.a. Sumangala, 3.b. Sumana, 3.c. Revata, 3.d. Subhita, 4.a. Anomadassie, 4.b. Paduma, 4.c. Narada, 5.a. Padumuttara, 6.a. Sumedha, 6.b. Sujata, 7.a. Piyadessi, 7.b. Atthadassi, 7.c. Dhammadassi, 8.a. Siddhattha, 9.a. Tissa, 9.b. Pussa, 10.a. Vipassi, 11.a. Sikkhi, 11.b. Vessabhu, 12.a. Kakusandha, 12.b. Konagamana, 12.c. Kassapa, 12.d.Sakyamuni)

Menurut Buddhavamsa, Bodhisatva Pannadhika (contoh Petapa Sumedha bakal Buddha Gotama) setelah mendapat ramalan pasti pencapaian ke-buddhaan dimasa mendatang oleh seorang sammasambuddha harus menempuh 4 assankheya kappa ditambah seratus ribu kappa untuk menyempurnakan parami-nya . Sedangkan Bodhisatva viriyadhika (contoh Bodhisatva Maitreya) harus menempuh 16 assankheya kappa ditambah seratus ribu kappa untuk menyempurnakan parami-nya.

Berdasarkan hal ini, karena Buddha Gotama dan Buddha Maitreya terlahir pada Kalpa yang sama, SANGAT LOGIS, bahwa Bodhisatva Maitreya telah berada dalam jalur Bodhisatva (sebagai karir pencapaian annutara sammasambuddha dengan kekuatan semangat/viriya bala) jauh sebelum petapa Sumedha mendapat ramalam pasti dari Buddha dipankara. Ada beda sekitar 12 Assankheya kappa, Bodhisatva Maitreya sudah dalam jalur penyempurnaan parami-nya sebelum petapa sumedha.

Jadi kemungkinan bahwa Buddha Mahutta dan Buddha Sirimata adalah sammasambuddha jauh sebelum formasi 28 sammasambuddha terakhir yang disampaikan oleh Buddha Gotama adalah SANGAT LOGIS.
tapi kekuatan kebenarannya masih tidak sama seperti kebenaran Tipitaka saat ini...

jika ditanya. teks pali itu dari mana dan siapa yang tulis?......
kalau Tipitaka adalah Sammasambuddha sendiri yang berbicara dan Ananda sebagai pendengar

kalau teks itu?
dalam Buddhavamsa (kalau saya tidak salah baca) seseorang yang bukan Sammasambuddha hanya mampu mengingat jumlah kehidupannya sebanyak 100.000 kalpa.

yah yang memiliki kemampuan batin tinggi...silahkan pergi ke Alam Tusita......jawabannya asli nya ada disana._/\_

1482
Keluarga & Teman / Re: salahkah perbuatan si anak?
« on: 02 January 2009, 09:31:47 AM »
ini ada sebuah kasus :

Ada seorang ibu miskin yang tinggal dengan anak perempuanya,si ibu ini sudah lama sakit2an,sedangkan mereka ini miskin sehingga tidak mampu untuk membiayai pengobatan ibu ini.Suatu hari sakit ibunya sudah semakin parah,si ibu ini sangat menderita.Anak perempuannya yang merasa sedih melihat ibunya yang tiap hari menderita sakit,lalu mengambil suatu tindakan,yaitu MEMBUNUH ibunya.Dengan cara,memasukkan obat tidur overdosis dalam air ibunya,ketika ibunya meminum air tsb,beberapa saat kemudian,ibunya pun wafat....

nah,pertanyaan saya :
1.Salahkah perbuatan anak perempuan tsb?
2.Apakah si anak telah melakukan karma buruk?

jawaban saya :
1.Ketika saya mempertanyakan hal ini pada teman2 saya,ada yang mengatakan bahwa anak tsb tidak bersalah karena dia mengakhiri penderitaan ibunya.Tetapi saya membantah,anak perempuan tsb telah bersalah,bagaimana pun dia telah membunuh ibunya.Si anak tidak tahan melihat ibunya menderita atau si anak tidak tahan menjaga ibunya?Toh ibunya sendiri tidak minta dibunuh,ibunya sendiri masih berusaha bertahan,tidak bunuh diri.
2.tentu saja itu merupakan karma buruk karena telah melanggar sila pertama,yaitu pembunuhan.

nah,bagaimana dengan jawaban teman2?

NB : mohon jangan dijadikan ajang perdebatan,kalaupun mau berdebat,harap dilakukan dengan halus dan sopan karena ini adalah pendapat masing2.

trims
 _/\_
1. tetap lah kamma buruk.........dan itu bisa masuk neraka avici loh....
-ibunya tidak minta untuk mati......dan masih berusaha untuk hidup.
-tidak tahan menjaga ( dalam hal ini bosan atau tidak tahan melihat ibunya menderita? )

jika dalam hal pikirannya diliputi dengan tidak tega ibu-nya menderita, efek kamma buruk nya itu tidak separah jika pikirannya diliputi kebencian atau ketamakan.
tetapi pikirannya saat itu diliputi kebodohan.


mari kita balik dalam kasus kedoteran seperti eutanasia
dokter pun dilarang MENYUNTIK mati pasien...seberapa parah pun.. bisa lihat di statment

Quote
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Prof. Farid Anfasa Moeloek kembali menegaskan, eutanasia atau suntik mati tidak bisa dibenarkan di Indonesia. Penegasan itu terkait dengan kabar kemungkinan eutanasia akan diperbolehkan setelah kasus dugaan malapraktik terhadap Nyonya Agian terbukti. "Kita punya sumpah dan kode etik kedokteran," kata Farid memberi alasan kepada Liputan6.

1483
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 29 December 2008, 09:03:58 PM »

dan manakah yang lebih menyenangkan....
tidak terlahir atau terlahir.?
tidak berbentuk atau berbentuk?
tidak menjelma atau menjelma?
tidak berkondisi atau berkondisi?
tidak ada(lepas dari ruang dan waktu) atau ada(masih merupakan lingkungan ruang dan waktu)?


Quote from: chingik link=topic=5941
Ya, Dari sudut pada Mahayana sendiri memang merasa tidak saling bertabrakan. Karena hakikat dhamma itu adalah tanpa inti, sedangkan konsep2 yg dimunculkan itu hanya sebagai upaya kosala nyana utk membimbing para makhluk.  
cukup simple...jawab saja pertanyaan tsb...akan kelihatan bertabrakan atau tidak.^^  _/\_
nanti setelah jawab baru saya akan munculkan argumen ke-2....bertahap-tahap...biar jelas ^^


bebas dari dualisme, itu baru inti kebahagiaan sejati.
 jadi tetap saja tidak bertabrakan.
anda menyatakan
bebas dari dualisme adalah inti kebahagiaan sejati

bagaimana jika bebas dari lahir,sakit,tua dan mati?
apakah juga inti kebahagiaan sejati?.....^^.........
jika anda menjawab iya...maka tentu mengacu pada kesalahan pada pernyataan anda yang pertama.

jika anda menjawab tidak,mari kita buka kembali 4 kesunyataan mulia dan 3 corak umum.

jika anda menjawab tidak untuk kedua-dua nya dan berpikir....masuk diantara jawaban itu adalah tidak bebas dari dualisme...mari kita membahas paramatha sacca dan samuthi.

pertanyaan sederhana saja,apakah demikian sulit untuk dijawab............_/\_

1484
Kutipan Sutra Intan...

Subhuti, bagaimana pendapatmu? Jika ada orang yang mengatakan bahwa Tathagatha mempunyai pikiran : "Aku akan membebaskan semua makhluk hidup". Subhuti, jangan mempunyai pikiran demikian. Mengapa? Karena sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha. Jika ada makhluk hidup yang dibebaskan oleh Tathagatha, maka Tathagatha akan mempunyai konsepsi
keakuan, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Subhuti, keberadaan konsepsi keakuan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan keberadaan konsepsi diri tetapi orang awam menganggapnya sebagai keberadaan konsepsi keakuan. Subhuti, orang awam dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan orang awam. Oleh sebab itu dinamakan orang awam."

sutra ini betul-betul menggambarkan seseorang bebas benar benar bebas.
sama seperti komentar dari sakkha panha sutta by mahassi.
kok tidak nyambung yah dengan sutra lainnya seperti avatamsaka^^ sory kalau OOT
==============================
sy terkesan dengan cara buku yang [at] Dilbert katakan.....memang cara itu sudah pernah saya buktikan....alhasil seseorang dari agama lain jadi mau di temani ke vihara ^^

mungkin cerita ini bermanfaat sekaligus memberikan inspirasi.

ada seorang teman yang amat-amat mencintai wanita puja-an.nya................
teman ini sifat nya punya harga diri tinggi..^^ dan lagi seorang "krist*n pentakos*a" >aliran keras

karena gagal memiliki wanita tersebut alias di tolak.....pikirannya agak sedih mungkin sudah jatuh.
eh-eh....malah saya yang di cari buat curhat^^
setelah mendengar kesedihannya........dan melihat emosi kesedihan sudah mulai meredah+ kondisi waktu itu angin sepoi-sepoi^^

sy sedikit nyinggung ke 4 kesunyataan mulia...(tapi tidak pakai bahasa 4 kesunyataan mulia)
kira-kira seperti begini percakapan-nya.

sy:memang seperti itu dunia ini, semua nya tidak mungkin sesuai dengan apa yang kita inginkan"
dan karena tidak sesuai makanya kita bersedih......
lalu siapa yang bodoh?.......sudah tahu dunia ini tidak mungkin sesuai dengan apa yg kita inginkan,,,dan kenyataan keinginan tidak terpenuhi...malah jadi sedih?

bukan keadaan yang salah...melainkan diri mu.
(dalam situasi ini,teman seperti menolak kata-kata saya)

terus saya ganti dengan sifat objek ASUBHA
sy:coba tutup mata dan pikirkan serta bayangkan wajah hingga kaki nya.........
nah kemudian ganti kulit nya jadi warna hitam^^....
nah terus ganti kulit nya lagi dari hitam + jerawat.
(pada momen ini....sepertinya dia sadar kalau yang dicintai itu cuma kecantikan-nya)

terus saya bahas soal memudar nya kecantikan.....dan alhasil batinnya mulai tenang........
sekitar 2 hari kemudian ada acara buddhis yang diadakan vihara setempat......saya ajak ke sana
dan menyuruhnya membaca "buku ceramah Ven.Ajahn Chah"
kalau tidak salah judul bukunya "telaga di hutan yang hening"

alhasil teman tersebut malah mau ke vihara....dan sampai sekarang walau KTP nya krist*n....
kemudian dia bertanya tentang masalah seperti sembahyang ke patung,Tuhan,dsb-nya...
yah mirip pertanyaan tentang miss konsepsi tentang ajaran buddha
saya pun menjelaskan pelan-pelan.............

dan akhirnya pernah ditanya sama teman lain
"kamu agama apa"....dia dengan mantap menjawab "saya beragama buddha"^^

1485
Jurnal Meditasi / Re: Diary Meditasi Reenzia
« on: 27 December 2008, 05:03:33 PM »
bisa juga itu adalah bentuk pikiran yang muncul........
tetapi tetap tenang dan kembali pada objek..
saya juga pernah mengalami hal itu.....
kalau saya sendiri dalam keheningan melihat sesosok yang berjalan tepat di depan saya....

tetapi karena masih awam, saya langsung kaget dan meninggalkan tempat meditasi saya....(kamar)
dan menuju ruang tamu.....sesaat setelah tenang baru kembali lagi ke-kamar...lalu tidak melanjutkan meditasi.

saya sempat tidak meditasi dalam jangka waktu yang cukup lama....karena trauma akan hal itu.

Pages: 1 ... 92 93 94 95 96 97 98 [99] 100 101 102
anything