//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 85 86 87 88 89 90 91 [92] 93 94 95 96 97 98 99 ... 102
1366
Theravada / Re: [ask] relik mahakassapa
« on: 25 February 2009, 08:07:51 AM »
saya tidak tahu, tapi saat ini saya dengar bakalan ada saat waisak nanti

1367
Theravada / Re: [ask] relik mahakassapa
« on: 25 February 2009, 12:12:07 AM »
relik bisa di ketahui asli atau palsu lewat pancaran energi nya..

dan sebuah relik...setiap murid buddha...itu memiliki bentuk khas.
misalkan Y.M Ananda...relik nya berbentuk seperti hati.

1368
tiket bisa dapat dimana?

kalau bisa di perjelas alamat nya.....soalnya saya buta arah.

1369
Informasi dan Pengumuman Kegiatan Buddhis / Re: Ajahn Brahm ke Indonesia
« on: 24 February 2009, 03:42:26 PM »
adakah yang PUNYA tiket lebih buat seminar di, saya pengen ikut tapi....

Sabtu, 28 Feb 09, 18.00

The Golf, Pantai Indah Barat 1, Pantai Indah Kapuk, Jakut / jakarta

mohon infonya....soalnya reservasi kursi dari pihak ehipassiko menyatakan "sudah sold out"


1370
Theravada / Re: [ask] relik mahakassapa
« on: 23 February 2009, 11:31:40 PM »
Maaf oot,mau tanya

apakah setiap orang suci jika di kremasi selalu meninggalkan relik?
Jika benar apakah ajahn chah yg dipercaya telah mencapai arahat ketika di kremasi juga meningalkan relik?
_/\_
tergantung adhitana mereka....

1371
Theravada / Re: [ask] relik mahakassapa
« on: 23 February 2009, 06:26:31 PM »
Bro ngomong2 soal relik, saya pernah dengar ada teman saya sendiri yg mengakui kalau dia memiliki relik Buddha Gotama di rumahnya.
katanya dikasih oleh bikhu "luar".
Yg bikin saya penasaran, apa bener relik Buddha bisa dibagi2an oleh Bhikhu, dan bahkan bisa sampe ke tangan Umat???
Bukannya relik2 tsb justru dilindungi???
Mohon penjelasannya...
ketika para Bikkhu membagikan relik buddha, tentu bikkhu itu tidak asal bagi..
tentu harus melihat dulu bagaimana sikap sila,samadhi,panna pemegang relik tersebut...

1372
Waroeng Mandarin / Re: ????? (y? rì y? chéng y?) ~ pending
« on: 22 February 2009, 11:52:30 PM »
人要脸,树要皮

tolong d terjemahkan y ko.
kalau dah ada d delete aj.
Ren Yao lian,Shu Yao Pi

Ren = orang
Yao = mau/ingin
lian = wajah,muka

Shu = pohon
pi = kulit

CMIIW ^^

1373
vithi perlu dipelajari dengan baik, karena dalam pelajaran Abhidhamma, Vithi memegang peranan yg penting. Para Guru jaman dahulu ada yg berkata :
~ Bila ingin ahli dalam Sutta, harus pandai tentang Linga.
~ Bila ingin ahli dalam Vinaya, harus pandai tentang Uposatha.
~ Bila ingin ahli dalam Abhidhamma, harus pandai tentang Vithi.
menyambung sedikit OOT lagi,
jika ingin maju dalam Dhamma, apakah harus pandai kitab suci?
pandai kitab suci sekaligus D I - P R A T E K - K A N    ^^ alias teori serta pratek jalan bersama.

1374
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 22 February 2009, 11:32:07 PM »
CULAMALUNKYAPUTTA SUTTA

(Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II,
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994)

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Kotbah ini dibabarkan berkenaan dengan pertanyaan Malunkyaputta kepada Sang Buddha.


Pada suatu ketika bhikkhu Malunkyaputta sedang berdedikasi sendiri dan muncul tentang:




Dunia kekal
Dunia tidak kekal
Dunia terbatas
Dunia tak terbatas
Jiwa sama dengan jasmani
Jiwa tidak sama dengan jasmani
Setelah meninggal, Tathagata ada
Setelah meninggal, Tathagata tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata ada dan tidak ada
Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada
Saya akan menanyakan hal-hal ini kepada Sang Bhagava. Jika, Sang Bhagava menerangkan salah satu diri hal-hal itu, maka saya akan tetap melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan beliau; bila ia tidak menerangkannya, saya akan meninggalkan penghidupan suci.

Ketika hari telah petang, Malunkyaputta bangun dari meditasi dan pergi menjumpai Sang Buddha. Malunkyaputta menanyakan sepuluh hal itu dan mohon Sang Buddha memberikan jawaban dapat menjawabnya atau tidak. "Malunkyaputta, apakah saya pernah mengatakan kepadamu: Malunkyaputta, datang dan laksanakanlah penghidupan suci (brahmacari) di bawah bimbinganku dan saya akan menerangkan padamu bahwa, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', setelah menilai, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak. Bhante." "Apakah engkau pernah mengatakan kepadaku: 'Saya akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava, dan Sang Bhagava akan menerangkan kepadaku tentang 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak, Bhante."
"Bila demikian, siapakah anda dan yang akan kau tinggalkan?


Jika ada orang berkata: 'Saya tidak akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava bila Sang Bhagava tidak menerangkan padamu 'dunia kekal', ....... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada'; karena hal itu belum diterangkan oleh Sang Tathagata maka orang itu akan mati. Misalnya, ada orang yang terkena panah beracun, lukanya dalam, karena kenalan dan keluarganya membawa seorang dokter operasi, tetapi orang itu berkata: 'Saya tak mau dokter saya, kedudukannya, aramanya, apakah ia pendek atau tinggi, hitam atau cerah kulitnya, ia tinggal di kota atau di desa .... bentuk panah yang melukai itu. Hal-hal itu belum dapat diketahui, orang itu telah meninggal, demikian pula halnya dengan kamu Malunkyaputta.


Tidak ada penghidupan suci (brahmacari) bila masih ada pandangan, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada, juga masih ada kelahiran, usia tua, kematian, penderitaan, kesedihan, kesakitan, ratap tangis dan putus asa, yang saya terangkan untuk dilenyapkan sekarang di sini.


Malunkyaputta ingatlah apa yang saya tidak terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang saya terangkan adalah diterangkan. Apakah yang saya tidak terangkan? Itu adalah 'dunia kekal, dunia tidak kekal, ..... setelah meninggal Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.' Apa yang saya tidak terangkan ini adalah tidak menghubungkan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip penghidupan suci (brahmacari) itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian. Pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), nibbana.


Apakah yang saya terangkan ? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).


Mengapa saya terangkan ? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip brahmacari, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung (sambodhi), nibbana."
Itulah yang dibabarkan Sang Bhagava Bhikkhu Malunkyaputta menjadi puas dan gembira.



24. “Para bhikkhu, siapa pun, apakah ia pertapa dan brahmana yang ajaran atau paham mereka berkenaan dengan keadaan masa lampau atau berkenaan dengan keadaan masa yang akan datang, atau pun berpaham kedua-duanya, berspekulasi mengenai keadaan yang lampau dan yang akan datang, yang dengan bermacam-macam dalil menerangkan tentang keadaan yang lampau dan yang akan datang, mereka semua telah terjerat di dalam jala 62 pandangan ini. Dengan berbagai keadaan mereka jatuh dan berada di dalamnya, dan dengan berbagai cara mereka berusaha melepaskan diri, tetapi sia-sia belaka karena mereka terjerat di dalamnya. Bagaikan seorang penjala ikan yang pandai akan menjala di sebuah kolam kecil dengan sebuah jala yang baik, berpikir: ikan apa pun yang berada dalam kolam ini, walaupun berusaha membebaskan diri, tetap semuanya akan terperangkap di dalam jala ini.”

25. “Para bhikkhu, bagi Dia yang di luar jala, Ia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, yang sedang berada di hadapan kamu, karena segala belenggu pengikat penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya. Bagaikan sebatang pohon mangga yang ditebang, maka semua buah yang ada di pohon mengikutinya. Demikian pula, walaupun tubuh jasmani dari Dia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, masih berada di depan kamu, namun demikian semua belenggu penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya.”

1375
Mahayana / Re: Akar perpecahan
« on: 22 February 2009, 11:15:18 PM »
Quote
Menurut pendapat saya bila memang para Arahat egois maka, Ia akan segera Parinibbana setelah mencapai Pencerahan, karena buat apa hidup di dunia yang terkondisi anicca, dukkha dan anatta?

konon, ada kisahnya dalam sutta, bahwa ada 1 arahat yg mengajukan bunuh diri kepada Buddha & Buddha mendorongnya, "jangan takut mati"... maka ia bener2 jadi bunuh diri...

tapi saya sendiri belum ketemu suttanya... ada yg tahu?
Sotapanna saja sudah tidak merasa ketakutan ketika kematian menghampiri..
apalagi ARAHAT..... ^^

Samyutta Nikaya 55.3.27:
“Mereka yang telah memenangkan arus, tidak memiliki rasa takut ketika berhadapan dengan kematian.”


1376
Mahayana / Re: Akar perpecahan
« on: 22 February 2009, 12:10:22 PM »

Mas Marcedes, apakah seorang Arahat tidak dapat membantu orang lain mencapai pencerahan juga ( mencapai tingkat kesucian Arahat juga?)
bisa
saudara Truthlover, seorang arahat bisa membantu mencapai pencerahan kepada orang lain.

Quote
Walaupun ajaran tersebut berasal dari Seorang Buddha, apabila ia menurunkan pelajaran yang didapatnya dari seorang Buddha hingga orang tersebut mencapai tingkat yang sama dengan dirinya, apakah perbuatannya tidak dianggap menolong mahluk lain? mencapai pembebasan?
tentu dianggap menolong....

Quote
Benar, pencapaian kesucian (menembus Empat Kebenaran Mulia) bisa dicapai dengan bantuan seorang guru. Bila seorang Arahat membimbing orang lain mencapai tingkat kesucian Arahat juga, apakah ia bukan dianggap seorang guru? Apakah hanya seorang Buddha yang dapat dianggap sebagai guru?
guru dalam hal ini perspektif....
ketika kita belajar tentang pelajaran bola lampu...yang menjelaskan kita di kelas tentu disebut Guru..
tetapi yang menemukan tentang bola lampu ini...adalah thomas alfa....disebut "guru besar"

sama ketika seorang Bikkhu ambil contoh "Luanta maha bowa" ketika mengajarkan dhamma, kita sebut "guru"
tetapi Buddha adalah seorang guru dari guru....
mirip postingan dari Pauk Sayadaw hanya mewarisi metode....

Quote
Pada waktu seorang Arahat setelah memahami / menembus Empat Kebenaran Mulia, kemudian mengajarkan orang lain untuk memahami /menembus Empat Kebenaran Mulia juga, apakah ia bukan menjalankan fungsi seorang guru juga? Apakah jalan hidup yang ditempuhnya tidak membantu mahluk lain mencapai pantai seberang seperti Sang Buddha?
tentu membantu....dan dia mengajarkan fungsi Guru.....tetapi sekali lagi kata "guru" disini bermakna cabang.

Quote
Menurut pendapat saya bila memang para Arahat egois maka, Ia akan segera Parinibbana setelah mencapai Pencerahan, karena buat apa hidup di dunia yang terkondisi anicca, dukkha dan anatta?
ada seorang raja bertanya kepada SangBuddha , raja sungguh terkesan dgn suasana kehidupan bikkhu disitu.

dengan mengucapkan  " Guru,saya sungguh kagum melihat pancaran ketenangan dan kebahagiaan dari para murid-muridMU,yang mana tidak pernah saya llihat sebelumnya dari wajah pertapa lain, Apakah yang menyebabkan sedemikian tenang dan bahagia?

Buddha menjawab "Mereka tidak menyesali masa lalu, Mencemaskan masa depan, Hidup dalam damai di masa kini. itulah sebabnya mereka memancarkan kedamaian dan kebahagiaan"

Nibbana bukanlah keadaan bahwa mau cepat-cepat ke "situ", semakin cepat parinibbana semakin bahagia... tidak lah demikian.

para Arahat tidak mempercepat parinibbana...hal ini mustahil...karena nibbana bukanlah suatu "pencapaian yang ada"
karena para arahat seperti menunggu buah pohon yang jatuh alami...tidaklah pohon itu di goyang-goyangkan agar buah nya cepat jatuh.

"pencapaian yang ada" disini bukanlah pencapaian yang ada sebenar-benarnya....seperti anda mencapai LEVEL 1-10 atau sbg-nya.
tetapi merujuk pada ketiadaan yang benar-benar ada.





1377
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 20 February 2009, 08:54:57 AM »
[at] marcedes,
tambahan,
dengan cara apa?
cara-cara wajar/alamiah atau memaksakan kehendak dengan cara-cara tindakan yang dibuat-buat/dicari-cari?

 [at] encarta,
sori, cari di forum mahayana.
maaf, maksud dari postingan anda saya tidak mengerti. ^^
bisa diperjelas....sorry saya ini telat mikir.

1378
Mahayana / Re: Bhavaviveka "vs" Hinayana
« on: 20 February 2009, 08:46:39 AM »
kutipan dari tesla :
Bagi saya, bunuh diri seorang Arahat dan putthujana adalah berbeda. Ketika seorang putthujana bunuh diri, ada "dirinya" yg menolak eksistensinya sendiri. Ketika seorang telah mencapai "sotapanna" saja, artinya orang tsb telah melenyapkan sakkaya-ditthi. di situ, tidak ada lagi "diri" yg menolak eksistensi lagi, walau aktifitas yg tampak di luar bagi kita putthujana di sana adalah bunuh diri. padahal setelah pandangan salah tentang adanya diri lenyap, "diri" mana yg mau di bunuh?


klo memang arahat tersbut melakukan bunuh diri, kenapa dia melakukan bunuh diri?.
Seperti pernyataan kebenaran dari hui neng pada kisah 2 orang yang berdebat (seolah-olah intelektual bijaksana) tentang bendera yang bergerak, mengada-ada dan mencari-cari, khayal, apalagi ditambah praktek-praktek berdasarkan pengajaran keyakinan takhayul untuk pencerahan, (seolah-olah) kebenarannya semakin oke punya.

semoga menambah wawasan pertimbangan
ketika arahat melakukan bunuh diri....disitu ada 3 hal.
1.seperti perumah tangga yang dengan kebencian, atau tidak menerima kenyataan........ ini dicela oleh bijaksana

2.ketika menggorok leher(belum arahat), sesaat sebelum meninggal.... muncul perenungan yang dalam akhir nya melihat magga dan phala..dan mengikuti untuk mencapai arahat..

3.seorang arahat sudah mengetahui batas usia nya, dan akhir nya meninggal dengan berbagai cara.
seperti SangBuddha...beliau tidak meninggal seperti umat awam...tetapi meninggal dengan penuh kewaspadaan.
seperti Ananda...dengan melihat batas usianya dan sudah waktu nya....beliau meninggal dengan membakar diri...

Buddha saja membunuh diri nya dengan memasuki dan merenungkan jhana...sama seperti Ananda.
apakah bisa dikatakan Buddha dan Ananda bunuh diri?

Sariputta saja ketika mengetahui bahwa sudah waktu nya batas dari usia nya...lebih memilih langsung untuk berpisah dari Guru....

jadi seorang "arahat" mengetahui bahwa batas waktu
dan tidak memilih untuk mempercepat mengakhiri usia....

1379
Saudara Fabian, saya jadi ingin tanya.
sekitar 2 hari lalu
saya kesulitan untuk tidur....karena masalah yang banyak, dan pikiran ini tidak mau tenang..
karena badan sudah agak lelah, dan lagi...seperti diliputi kemalasan untuk duduk ber-sila.

saya malah meditasi dengan posisi tidur saja....dan berusaha konsentrasi pada masuk-keluar nafas..........
aneh-nya lama kelamaan, pikiran ini tidak lari kemana-mana dan sudah mulai tenang..
pada saat bersamaan ada kedamaian dan kebahagiaan yang menyelimuti seluruh pikiran dan tubuh saya....
dan saya belum pernah merasakan hal ini sebelumnya baik dalam meditasi duduk.

tetapi sayang,,,,setelah merasakan kedamai-an yang begitu tinggi,saya lama kelamaan konsentrasi saya buyar karena terlena,,,akhir nya tertidur.... setelah sadar...ternyata sudah pagi ^^

kalau dilihat dari yang saya alami...itu apa yah?

saya juga suka mengawasi pikiran ketika mau tidur....jadi seperti di tengah-tengah antara tidur/tidak sadar dan sadar....
apakah kebiasaan ini membahayakan?....karena di situ....jika ingin tidur, maka langsung masuk kealam tidak sadar..
jika memilih tidak tidur....terus-terus berada disana....dan bisa sampai pagi.




1380
Mahayana / Re: Akar perpecahan
« on: 19 February 2009, 02:03:21 AM »
jangan baca sepotong lah... ^^ mari simak

4. Buddha-kicca
Di antara semua pribadi agung ini, Buddha Yang Mahatahu, Pacceka Buddha, dan Siswa Mulia. Buddha Yang Mahatahu disebut makhluk Tàrayitu (“Ia yang menyeberangkan makhluk-makhluk lain”), yang teragung, Beliau, yang setelah menyeberangi lautan saÿsàra, juga menyelamatkan makhluk lain dari bahaya samsàra.
Pacceka Buddha disebut makhluk Tarita, makhluk mulia yang telah menyeberangi lautan samsàra oleh dirinya sendiri namun tidak dapat menyelamatkan makhluk lain dari bahaya samsara. Untuk menjelaskannya: Seorang Pacceka Buddha tidak muncul pada saat kemunculan Buddha Yang Mahatahu.

----
Pacceka Buddha (makhluk Tarita) adalah mereka yang telah menyeberangi samsàra oleh diri sendiri, tetapi tidak dapat membantu makhluk lain menyeberang.

-----
Siswa Mulia, Sàvaka-Bodhisatta, disebut juga makhluk Tàrita karena telah dibantu menyeberangi lautan saÿsàra oleh Buddha Yang Mahatahu. Sebagai gambaran, Upatissa—petapa pengembara yang kelak menjadi Yang Mulia Sàriputta—berhasil menembus Jalan dan Buahnya setelah mendengar bait berikut dari Yang Mulia Assaji:

Ye dhammà hetuppabhavà
tesaÿ hetuÿ tathàgato

Dari kisah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Siswa Mulia adalah
yang telah diselamatkan (makhluk Tàrita) oleh makhluk lain dan yang telah menyelamatkan makhluk lain (makhluk Tàrayitu), namun ajaran seorang siswa Buddha berasal dari seorang Buddha; bukan berasal dari siswa itu sendiri. Ia tidak dapat memberikan khotbah yang berasal dari diri sendiri tanpa bantuan dan petunjuk dari ajaran Buddha. Oleh karena itu siswa demikian disebut makhluk Tàrita, bukan makhluk Tarayitu, karena mereka tidak mungkin menembus Empat Kebenaran Mulia tanpa seorang guru; dan penembusan mereka atas Jalan dan Buahnya hanya dapat terjadi dengan adanya bantuan dan petunjuk dari guru.

Seperti yang telah dijelaskan, Pacceka Buddha dan Siswa Mulia adalah makhluk Tarita. Dengan demikian, setelah mereka menembus Jalan menuju Kearahattaan, selanjutnya mereka memasuki tahap pencapaian Buah (Phàla samàpatti) dan pencapaian Penghentian (Nirodha Samàpatti) demi kebahagiaan dan kedamaian mereka sendiri, tidak bekerja demi kebaikan makhluk-makhluk lain. Di lain pihak, seorang Buddha Yang Mahatahu (Samma-Sambuddha) tidak akan berusaha demi dirinya sendiri saja. Bahkan sebenarnya, dalam masa pemenuhan Kesempurnaan pun ia telah bertekad, “Setelah memahami Empat Kebenaran Mulia, Aku akan membantu yang lain untuk memahaminya juga (Buddho bodheyyaÿ) dan seterusnya. Oleh karena itu, setelah menjadi Buddha, ia melaksanakan lima tugas-tugas seorang Buddha terus-menerus siang dan malam.
Karena Ia harus melaksanakan lima tugas seorang Buddha, Buddha hanya beristirahat sebentar setelah makan siang setiap hari. Pada malam hari Ia beristirahat hanya selama sepertiga dari jaga terakhir pada setiap malam. Jam-jam lainnya digunakan untuk melaksanakan lima tugasnya.
Hanya para Buddha yang memiliki semangat dalam bentuk istimewa dan kecerdasan yang tinggi (payatta), salah satu keagungan (Bhaga) seorang Buddha yang dapat melakukan tugas-tugas tersebut. Pelaksanaan tugas-tugas ini di luar lingkup Pacceka Buddha atau siswa-siswa.



Pages: 1 ... 85 86 87 88 89 90 91 [92] 93 94 95 96 97 98 99 ... 102
anything