//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 83 84 85 86 87 88 89 [90] 91 92 93 94 95 96 97 ... 102
1336
hhaha, kan kita lagi d konteks mahayana... kosongkan isi cangkirnya bro (gitu sebut guru zen)
coba u bayangkan bro
40 tahun nonstop, ucap2 amitabha terus.
mencerap jhana gak? mencerap lahh

Oh...Jadi menurut anda pencapaian Jhana di mahayana Bisa dilakukan hanya dengan Baca Mantra Amitabha?

so, apa bedanya denga buddha-buddha-buddha
aki-aki-aki
masuk-masuk-masuk
keluar-keluar-keluar

kalau nafas, akan ada gerakan alamiah. secara nyata tanpa membutuhkan bergeraknya "si penggerak"
dan "si pengetahu" yang ada.
tetapi jika menggunakan metode pembacaan, maka disitu ada "penggerak" bergerak..

jadi meditasi nya bukan menjadi "menyadari saat ini"

meditasi seperti ini,saya pernah coba....tetapi
hasilnya mengecewakan.
hanya bercakap-cakap dengan masa lampau, bukan sadar SATI.

1337
bro edward yang bijak,
logika tidak selama-nya benar, tetapi kenyataan/fakta yang pasti benar.

kalau masalah diskusi,
sebuah diskusi akan memiliki arah yang baik apabila, memakai kenyataan sebagai acuan..
tetapi kalau sudah pakai fantasi...yah tentu bercabang-cabang.

1338
kutipan dari amitabha sutra:

"Pada masa yang akan datang, Buddhadharma akan hilang. Para raja siluman paling takut pada Surangama Sutra, dan karenanya Surangama Sutra akan lenyap terlebih dahulu, sebab tanpa Sutra ini, tidak ada yang bisa mengucapkan mantra.Lalu satu persatu Sutra-Sutra lainnya akan hilang.

Yang akan lenyap paling akhir adalah Amitabha Sutra. Ia akan tinggal di dunia seratus tahun lagi dan membawa makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya menyebrangi lautan penderitaan menuju pantai lainnya, yaitu Nirvana.
jangan berfantasi bro...
nirvana?

di aliran mahayana saja disitu jelas tertulis, bahkan sammasambuddha saja masih harus lahir dan lahir.
lahir maka ada penderitaan...
inikah guru yang mengajarkan kebahagiaan?

bahkan mesti ber-akting pura-pura lupa cara mencapai pencerahan, mesti nikah,
dan nanti ber-akting di kalpa mana lagi?

visi-misi buddha itu menyelamatkan makhluk hidup dari apa?

Selama saya mempelajari Buddha Dhamma Theravada saya hanya mengetahui YM.Ananda Thera sebagai Bendahara Dhamma. YM.Anandalah yang mengulang Dhamma pada Konsili pertama dan YM.Ananda Thera tidak pernah menyebut-nyebut Masalah Tanah Suci ataupun Amitabha. Saya yang masih Bodoh Mau tanya Siapakah yang Mengulang Dhamma ajaran Sang Buddha pertama kali dan Kapan (Versi Mahayana) ?


Saya yang masih Bodoh mau Tanya? Apakah hanya dengan Membacakan Mantra Amitabha saja kita bisa ke Tanah Suci? dan Siapakah yang dapat memberikan Bukti nyata dari keberadaan Tanah Suci tsb? Dan Apakah Hanya Praktisi Tanah Kristal Lazuardi saja yang mampu mencapai tanah Suci tsb?

Note : Saya Hanya mau Tanya dan Belajar Mengenai Mahayana .... ;D Tidak ada maksud lain.... :)  No Offense..... ^:)^


Seperti semua perbincangan diskusi pengetahuan Dhamma yang berandai-andai, sayapun mau ikut cerita yang berandai-andai pula,
1.saya yang percaya buta yang seolah-olah hanya menggunakan sedikit intelektualitas sehingga seolah-olah membuta dibandingkan teman-teman yang dapat melihat melalui kepandaian pertimbangan pikiran intelektualitasnya masing-masing, hanya mau menggambarkan saja,
klo menurut kisah setelah maha parinibanna guru Buddha Sakyamuni, apakah sudah ada murid-murid atau pendengar yang dapat mengerti ajaran jalan mulia dan mencapai pencerahan langsung?. dan kapasitas Ananda pada saat itu sebelum konsili pertama apakah sudah dapat menembus kebenaran pengetahuan mulia pencerahan? seperti yang diceritakan, meskipun memiliki banyak perbendaharaan (mengikuti) pengajaran guru Buddha, tetapi hanya dengan cara teguran perenungan oleh Kassapa dan menyerah saat  menanggalkan kepandaian pengetahuan intelektualitasnya, Ananda baru mengerti hakekat kebenaran sejati dan tercerahkan. sehingga apakah ada kemungkinan apakah Ananda mengetahui semua segala sesuatunya secara keseluruhan tentang pengajaran guru Buddha? dan apakah ada kemungkinan juga ada terpecah pengikut-pengikut menurut keterbatasan penerimaan ajaran (kebijaksanaan para pengikut) yang menyebabkan terjadinya pengelompokan pendokumentasian (pengikut) ajaran-ajaran, bahkan saat guru Buddha hiduppun ada terjadi seperti cerita 500 murid yang keluar/pergi tidak mengikuti ajaran selanjutnya (maaf gambarannya klo gak salah)?

2.secara teoritis dan kenyataan bahwa setiap orang mewarisi karmanya masing-masing. secara kenyataannya akan kembali mengikuti jalur (kelekatannya) kepercayaannya/keyakinannya dan kenyataan mewarisi karmanya juga yang membentuk kehidupannya (dimana keyakinan dan kepercayaannya juga itu adalah hasil dari karma kehidupannyanya juga). Dan seperti yang sudah saya jelaskan/gambarkan/ilustrasikan pada tulisan terdahulu  bahwa alam-alam, dunia ini seperti rimba raya, ada tuan-tuan yang baik dan jahat, ada kerajaan-kerajaan dengan penguasa-penguasanya, ada yang didalam penguasaan tuan-tuan baik yang baik maupun yang jahat, atau dalam kerajaan-kerajaan, ada gelandangan terlunta-lunta, ada preman yang berlaku hukum rimba, tetapi tetap meskipun seolah-olah ada atau tiada hukum, semua ada di bawah/tunduk kepada (terproses oleh) satu kuasa hukum tertinggi dunia (yang berujung ketidak-kekalan/maut/kebinasaan), dimana anda akan terproses atau menuju pada akhirnya (setelah kematian) menurut pilihan keyakinan/kepercayaan anda masing-masing. Tinggal pilih saja iman/keyakinan/kepercayaan yang benar, yang sesat atau tanpa pengetahuan tentang kebenaran keyakinan yang benar.

Seperti sorga barat sukhavati, mereka yang sungguh-sungguh mempercayainya berarti mereka juga yang memiliki keyakinan dan berusaha mempersiapkan dirinya menyesuaikan diri menurut kebenaran pengajaran dalam setiap aspek kehidupan, (sehingga) memiliki keyakinan untuk dapat memperoleh kesempatan mengalami kehidupan disana.
Dan pada saat kematian jasmaninya, mereka akan dibawa oleh kekuatan Buddha Amitabha masuk dalam kehidupan surga sukhavati.
Dan satu hal bila setiap pemercaya yang mengalami kematian jasmani di bumi ini dibawa kesana oleh kekuatan Buddha Amitabha, berarti sebenarnya di bumi ini tidak ada perwakilan yang dibilang mewakili surga sukhavati (yang membilang baik oleh perorangan pribadi maupun suatu kelompok seperti yang terdengar pada pengakuan beberapa aliran). Dan disana mereka secara khusus (anggap saja saya istilahkan secara intensif) diajar dan belajar seperti yang saya beri ilustrasi kehidupan disana seperti biara shaolin, tapi bukan belajar pukulan (kung fu) melainkan belajar pendalaman DHAMMA hingga pencerahan oleh (kekuatan) guru BUDDHA Amithaba.


Semoga dapat menjadi aspirasi cerita fiksi yang menjadi kenyataan.
Good hope and love

Nb :
Penjelasan untuk beberapa pertanyaan tentang Christianity harap sabar.

yah, coba baca

Yuganaddha Sutta

Pada suatu waktu YM Ananda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"

"Ya, teman," jawab para bhikkhu.

YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian arahantnya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?

"Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Comm: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian arahantnya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
ditambah....

sampasadaniya sutta

"Bhante, sebenarnya kami tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi, meskipun demikian kami memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo)."
    "Bhante, sama seperti perbatasan-negara milik seorang raja yang mempunyai benteng yang kokoh, dengan dinding dan menara penjagaan yang kuat dan hanya mempunyai sebuah pintu saja. Dan di sana, ada seorang penjaga pintu yang pandai, berpengalaman serta cerdas, yang akan mengusir orang-orang yang tidak dikenal dan hanya mengijinkan masuk orang-orang yang dikenal saja. Ketika ia memeriksa dengan menyusuri jalan yang mengelilingi dinding benteng-negara itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah, di dinding benteng-negara itu, yang cukup untuk dilewati oleh binatang, sekali pun hanya sekecil seekor kucing. Dan ia berpikir: "Seberapa pun besarnya mahluk-mahluk yang akan masuk atau meninggalkan negara ini, mereka semua hanya dapat melalui pintu ini."
    "Bhante, hanya dengan cara demikian aku memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo). Oleh karena, para Bhagava, Arahat, Sammasambuddha yang pernah ada pada masa lampau, dengan meninggalkan lima rintangan batin (pancanivarana) dan noda-noda pikiran (citta-upakkilesa) melalui kekuatan kebijaksanaan, dan dengan pikiran yang terpusat baik pada empat landasan kesadaran (cattarosatipatthana), serta mengembangkan dengan sempurna tujuh faktor Penerangan Sempurna (satta-sambojjhanga), maka mereka telah mencapai kesempurnaan sepenuhnya dalam Penerangan Sempurna (Sambodhi) yang tiada bandingannya (anuttara)."


------------------------------------------------------------------------
tahu itu pintu apa?

mahaparinibbana sutta.

"Subhadda, dalam dhamma dan vinaya mana pun, jika tidak terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun tidak akan terdapat seorang petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat. Tetapi dalam dhamma dan vinaya yang mana pun, jika terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun akan terdapat petapa yang sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat. Kini, dalam dhamma dan vinaya yang kami ajarkan terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan itu, maka dengan sendirinya juga terdapat petapa-petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.
    Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati. Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut dhamma dan vinaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat.
    Subhadda, sejak kami berumur duapuluh sembilan tahun, kami telah meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebaikan. Subhadda, kini telah lewat limapuluh satu tahun, dan sepanjang waktu itu, kami telah berkelana dalam suasana kebajikan dan kebenaran, waktu itu di luar tidak ada manusia suci. Juga tidak dari tingkat kedua, ketiga ataupun tingkat kesucian keempat. Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati. Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut dhamma dan vinaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat."

=============================================

Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu : "Para bhikkhu, perhatikanlah nasehat ini : 'Segala sesuatu adalah tidak kekal. Berusahalah dengan sungguh-sungguh.' (Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha)."
Inilah kata-kata terakhir Sang Tathagata.

namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa.
namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa.
namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa.

banyak berkah pada anda
salam metta.

1339
Awal Mula Pemikiran Tanah Suci

Selama masa kehidupan Sang Buddha, ada seorang raja vernama Bimbisra yang dipenjara oleh putera mahkotanya sendiri, Pangeran Ajatasatru . Bahkan Ratu Vaidehi pun sulit bertemu dengan sang raja. Anak yang keras kepala ini kejam dan tidak mempunyai rasa berbakti. Ia merebut tahta dan memenjarakan sang raja. Raja Bimbisara merasa sangat sedih dan putus asa. Ia merasa prihatin atas Dunia Saha ini, yaitu dunia lima kemerosotan, yang penuh dengan penderitaan, setan-setan kelaparan, dan binatang. Ia berpikir dalam hati, “Oh, Buddha! Pada situasi sulit ini, mengapa Engkau tidak datang dan menolongku? Tunjukkanlah satu tempat berlindung yagn dapat menentramkan diriku yang letih ini!”

Ratu Vaidehi memohon untuk bertemu sang raja. Ajatasatru tidak mengijinkan Ratu Vaidehi membawa makanan kepada Raja Bimbisara. Raja Vaidehi dengan sedih melumuri madu dan tepung pada badannya untuk mengurangi rasa lapar sang raja. Pada saat tanpa harapan dan menyedihkan ini keduanya berdoa agar Buddha memberikan ajaran cinta kasih kepada mereka. Terjadilah seperti yagn mereka harapkan. Sang Buddha muncul didepan mereka melalui kekuatan gaib-Nya. Beliau berkata kepada Ratu Vaidehi dan Raja Bimbisara. “Pada jarak sepuluh juta milyar Tanah-tanah Buddha menuju barat dari Dunia Saha ini, terdapat sebuah dunia disebut kebahagiaan tertinggi, disana Buddha Amitabha sedang mengajarkan Dharma. Tidak ada penderitaan dalam dunia Amitabha. Itu adalah tempat yang paling suci, paling aman, dan paling membahagiakan. Anda hanya perlu membaca nama Buddha Amitabha. Buddha Amitabha akan menggunakan kekuatan tekad mulia-Nya untuk memanggil mereka yang menyebut nama-Nya untuk terlahir kembali di Tanah Suci”.

Setelah mendengar ajaran Sang Buddha, Raja Bimbisara dan Ratu Vaidehi mulai membaca berulang-ulang nam Amitabha. Sebuah hanmparan tanah yang terang dan bersih benar-benar muncul di depan mata mereka. Ini benar-benar Tanah Suci Amitabha yang membahagiakan. Ini merupakan awal mula filosofi Tanah Suci.

jadi buddha ajar apa disitu?
4 kesunyataan mulia?

penderitaan saja tidak ada disana...buddha nya ngajarin apa?

1340
kutipan dari marcedes :
tetapi bagaimana pandangan mahayana tentang pure land........
bisa dibuktikan dengan apa?
dengan "saddha" yang tebal seperti ajaran nasra*i Huh? alias percaya buta/blind faith.

"ehipassiko" kata ini selalu berhubungan langsung dengan ajaran buddha.

bro/ sis mercedes, sendiri bisa mengatakan ehipassiko, tidak berdasarkan kepercayaan yg membabi buta....

kalau gitu, kenapa tidak bro/ sis mercedes membuktikan nya sendiri dengan ehipassiko terlebih dahulu...
cobalah dengan keyakinan yang sepenuh hati dan tulus, melapalkan namo amitabha buddha selama maybe
1 bulan, dan cobalah liat hasilnya terlebih dahulu, jangan menjudge, sesuatu tanpa ehipassiko.
coba 1 bulan?...apa bisa lihat itu tanah dan bertemu buddha amitabha?
atau anda mau bilang, cuma di rasakan dengan batin.

bagi pemeditator...jangan tanya masalah "merasakan"

bro,nibbana yang diajarkan sangbuddha dengan 4 kesunyataan mulia dan JB 8.
itu adalah kenyataan saat ini...
bukan "nanti akan bahagia"

kalau anda melafalkan namo amitabha selama 1 bulan...lantas dapat apa? tiket ke alam sana?
dan hal apa yang meyakinkan anda kalau "alam" itu ada?

=============================================

saya pernah suatu kali bertemu dengan anak-anak....lalu mereka bercerita neraka itu seram panas, dan banyak api....
lalu saya berkata "sudah pernah ke sana?"
anak-anak tersebut menjawab "belum"....tapi kata ini, kata itu....dll... neraka itu demikian.

ujung-ujung nya dogmatis.


orang-orang nasran* juga sering bilang, kalau ada 2 orang berkumpul atau lebih memanggil nama Tuha* , maka Tuha* akan hadir disitu.
lantas, siapa yang bilang hadir?...sudah lihatkah?
hanya keyakinan buta saja...

saudara naviscope yang bijak,
jikalau saya melafalkan dan tidak dapat apa-apa?...
anda akan berkata "saudara/i marcedes kamu kurang yakin dan kurang tulus"

apa bedanya dengan gerej* kalau ada penyembuhan ilahi.
jika ditanya mengapa dia sembuh,saya tidak?

maka pendeta itu dengan enteng menjawab
"keyakinan anda belum kuat,anda harus lebih tulus menyerahkan segala-galanya pada Tuha*"

apakah ini namanya pelatihan mengembangkan batin?

1341
Quote
apa benar kalau mahayana tingkatnya lebih tinggi dari T ? kenapa?

Semuanya bertahap jalannya. Dari Hinayana terus Mahayana terus Vajrayana.

Apakah bertahap ini merupakan tinggi-tinggian atau tidak, silahkan renungkan sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

kalau dari klaim konsep MAHAYANA, bahwa Hinayana berakhir pada jalan SAVAKA/SRAVAKA yang di MAHAYANA hanya identik dengan Bodhisatva tkt-7, dan masih bisa mengambil jalan MAHAYANA untuk mencapai bodhisatva tkt-10 (setara dengan samyaksambuddha/sammasambuddha), masih ada LOGIKA PEMBENARAN-NYA...

Tetapi apakah yang melandaskan pandangan bahwa Tahapan selanjutnya dari MAHAYANA adalah VAJRAYANA/TANTRA ? Apakah karena konsep VAJRAYANA yang "mengusahakan" tercapai-nya penerangan sempurna (annutara samyaksambuddha) hanya dalam 1 kehidupan saja ?
JIKA BEGITU... Malah yang ingin saya tanyakan... apakah dari sekian banyak praktisi VAJRAYANA/TANTRA, ada yang "di-ketahui" sudah mencapai penerangan sempurna annutara samyaksambuddha ? (SOALNYA KALAU ALIRAN VAJRAYANA/TANTRA, KOK YANG KEDENGARAN ADALAH EMANASI EMANASI TERUS MENERUS, malah NAMA SAMPAI pakai angka ROMAWI... ada yang sampai XVI ? ? ? )
memang begitulah pelajaran tingkat tinggi... banyak XXXXXXX -nya....variabel nya rumit...

mau nanya yah..
bagaimana pandangan pure land (tanah suci) jika dibandingkan dengan re-birth?
apa keberadaan pure land itu sendiri merupakan nirvana atau apa ya..
maaf, saya bener2 nggak ngerti


sis yuliany, saya kasih ilustrasi (anggap saja seperti cerita fiksi, bisa juga loh buat inspirasi).
Alam-alam, dunia ini seperti rimba raya, ada tuan-tuan yang baik dan jahat, ada kerajaan-kerajaan dengan penguasa-penguasanya, ada yang didalam penguasaan tuan-tuan baik yang baik maupun yang jahat, atau dalam kerajaan-kerajaan, ada gelandangan terlunta-lunta, ada preman yang berlaku hukum rimba, tetapi tetap meskipun seolah-olah ada atau tiada hukum, semua ada di bawah/tunduk kepada (terproses oleh) satu kuasa hukum tertinggi dunia.
Klo alam sukhavati, adalah salah satu alam spiritual yang dipimpin oleh guru Buddha Amithaba.
apa kegiatannya sama seperti di dunia ini? Berbeda, saya beri ilustrasi kehidupan disana seperti biara shaolin, tapi bukan belajar pukulan (kung fu) melainkan belajar pendalaman DHAMMA hingga pencerahan oleh guru BUDDHA Amithaba.
Bagaimana untuk mencapainya? yaitu bagi mereka pelaku pemeraktek/pengikut/pemercaya guru Buddha Amithaba.


kutipan dari marcedes :
tetapi bagaimana pandangan mahayana tentang pure land........
bisa dibuktikan dengan apa?
dengan "saddha" yang tebal seperti ajaran nasra*i Huh? alias percaya buta/blind faith.


saya mo meluruskan seperti pandangan banyak teman-teman yang lain tentang iman kekeristenan dibilang percaya buta/blind faith. coba klo sebaliknya praktek keyakinan teman-teman ditanyakan kepada mereka yang memiliki iman kekeristenan. apa jawaban atau penjelasan mereka? bukan karena kebenaran (petunjuk jalan) pengajaran guru Buddha (mungkin mereka tidak tahu karena tidak mendalami), tetapi kenyataan praktek-praktek umat buddhist secara umum mereka malah melakukan praktek kepercayaan yang membabi buta seperti yang dinyatakan oleh guru Buddha sebagai kepercayaan takhayul, apalagi bagaimana mungkin untuk dapat melepaskan/menanggalkan pandangan salah tentang aku ciri diri sementara yang anicca => dukkha dan anatta untuk dapat meraih pengetahuan sempurna kesejatian (pencerahan) dan bagaimana mungkin untuk dapat merealisasikan kehidupan sejati/nibanna (memberlakukan dalam kehidupan) bila tidak mencapai pengetahuan sejati tentang kesejatian hidup (diri)/kebenaran Mutlak, hanya dalam kekhayalan atau bahkan takhayul.

Seperti yang sudah saya jelaskan/gambarkan/ilustrasikan pada sis yuliany bahwa alam-alam, dunia ini seperti rimba raya, ada tuan-tuan yang baik dan jahat, ada kerajaan-kerajaan dengan penguasa-penguasanya, ada yang didalam penguasaan tuan-tuan baik yang baik maupun yang jahat, atau dalam kerajaan-kerajaan, ada gelandangan terlunta-lunta, ada preman yang berlaku hukum rimba, tetapi tetap meskipun seolah-olah ada atau tiada hukum, semua ada di bawah/tunduk kepada (terproses oleh) satu kuasa hukum tertinggi dunia (yang berujung ketidak-kekalan/maut/kebinasaan), didalam praktek penyembahan kepercayaan/keyakinan apapun juga itu menghadirkan suatu kuasa atau kekuatan (yang saya ilustrasikan sebagai tuan-tuan atau raja-raja penguasa atau bahkan preman-preman), tetapi baik atau jahat, yang mengandung (sifat-sifat) kebenaran/terang atau kejahatan/kegelapan pada akhirnya siapa yang tahu, sebagai contohnya pohon atau batu atau patung yang ditumpu (dilekat keyakinan) atau disembah sajapun bisa mendatangkan suatu figur kuasa/kekuatan. Tetapi klo anda mau sungguh-sungguh mempelajarinya, iman kekeristenan bukanlah suatu kepercayaan yang membabi buta atau kepercayaan buta/blind faith, sebab iman kepercayaan kekeristenan diluar dari atau kepada kepercayaan yang ada terhadap (di)dunia ini dengan jelas terpisahkan. (diluar dari praktek-praktek salah manusia penganutnya)


Jangan menjadi tersinggung (aku ciri diri/atta), semoga dapat melihat dan menjadi inspirasi buat perenungan umat.
good hope and love
coedabgf
memang beda antara datang dan melihat..........dengan datang dan percaya
sudahlah....

"ada penderitaan tetapi tidak ada yang menderita"

diskusi nya saya sudahi....

banyak berkah pada anda semua
salam metta.

1342
Mahayana / Re: Pengaruh Mahayana pada Paritta Ettavata
« on: 26 March 2009, 10:03:56 AM »
baru tahu saya, mengenai hal ini...thx info nya..._/\_

1343
"ehipassiko" kata ini selalu berhubungan langsung dengan ajaran buddha.
mengenai hukum anicca, anatta, re-birth,bahkan alam dewa dan alam apaya semua nya bisa dibuktikan melalui jb8.

tetapi bagaimana pandangan mahayana tentang pure land........
bisa dibuktikan dengan apa?
dengan "saddha" yang tebal seperti ajaran nasra*i ??? alias percaya buta/blind faith.

saudara Edward yang bijak,
saya tidak pernah mencari pembenaran sepihak, tetapi pembenaran mutlak. dimana saya memakai kenyataan sebagai bukti...bukan hanya teori.

apakah pernah ada yang merenungkan "mengapa memilih agama buddha?"
mengapa bukan ajaran Isla*,Kriste* atau hind*....atau bahkan maitrey*

kalau saya, tentu saya mau menjawab "saya ingin bahagia"
bahagia yang tentunya bisa di buktikan....bukan ilusi / angan-angan / janji-janji tanpa bukti.

coba sendiri teliti letak ehipassiko nya itu ada bagian mana.
ataukan seperti cerita Ajahn Brahm "nanti saya akan bahagia"

kalau mau simak cerita nya bisa ke.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=9531.msg159530#msg159530


====================================================================
mohon maaf kalau saya repost
Quote from: chingik on 18 February 2009, 09:12:00 PM
Quote from: marcedes on 18 February 2009, 07:05:40 PM

Quote
Maksud saya kemana-mana kita pakai baju itu kemelekatan kan? sekali-sekali keluar rumah tanpa pakaian mas... untuk membuktikan jangan melekat   Grin

gimana yang punya isteri dan suami? kemelekatan kan? sekali sekali suami atau isteri orang lain?  untuk membuktikan tidak melekat   Grin

Maksud saya: apa batasan kemelekatan?
 Namaste
ada penderitaan maka ada kemelekatan, tidak ada kemelekatan, maka penderitaan tidak ada. ^^

Quote from: chingik on 18 February 2009, 03:59:31 PM
Quote
Nah... dalam RAPB, jelas dikatakan bahwa petapa sumedha telah memenuhi semua persyaratan untuk pencapaian ARAHAT (savaka buddha), tetapi karena chanda (keinginan luhur) beliau untuk mencapai sammasambuddha, maka pencapaian ARAHAT ditinggalkan (petapa sumedha tidak mencapai tingkat ARAHAT atau NIBBANA yang dimana kalau mencapai nibbana dan parinibbana maka tidak terlahirkan lagi di alam manapun lagi). Oleh karena ikrar-nya tersebut, Petapa Sumedha harus menjalani tumimbal lahir selama 4 asankheya kappa dan 100 ribu kappa untuk menyempurnakan parami...

Sedangkan dalam konsep MAHAYANA (terutama dilihat dari Saddharmapundarika Sutra), dikatakan bahwa para Sravaka (Arahat) --- Dalam hal ini yang telah mencapai Arahat / tidak ditunda ---- disetarkan dengan bodhisatva tingkat 7, dan jika para Sravaka ingin menempuh jalan bodhisatva dan bertujuan mencapai sammasambuddha, dapat keluar dari nibbana ekstrim (katanya nibbana para sravaka) untuk mencapai sammasambuddha. (Demikian juga BUDDHA GOTAMA dalam sutra saddharmapundarika meramalkan pencapaian sammasambuddha di masa mendatang dari beberapa sravaka/Arahat seperti Arahat Ananda dsbnya)...

Nah, persoalannya terjadi perbedaan di sini... Dari cerita penempuhan jalur bodhisatta (karir bodhisatta calon sammasambuddha seperti petapa sumedha) versi Theravada (sumber RAPB), jelas dikatakan bahwa Petapa Sumedha tidak merealisasikan pencapaian Savaka Buddha / Arahat, tetapi memasuki jalur/karir bodhisatta untuk pencapaian sammasambuddha. BEDA DENGAN KONSEP MAHAYANA, dimana setelah seorang individu merealisasikan ARAHAT / SRAVAKA BUDDHA, seorang ARAHAT dalam kembali menempuh jalur bodhisatva dengan bertumimbal lahir atau beremanasi atau berinkarnasi atau semacamnya dalam rangka pencapaian sammasambuddha.
Yaah....karena pada dasarnya Sammasambuddha lebih luhur. Lihat saja Sumedha walapun belum mencapai kesucian (cuma 4 jhana 5 abhinna), toh ketika mencanangkan ikrarnya, Api neraka aja menjadi padam (lihat RAPB).  Dan masih banyak lagi memuji keluhuran ikrar ini. Semua ini menurut saya membuka kemungkinan bahwa jalur Arahat utk menempuh Sammasambuddha adalah memungkinkan. Oya , perlu dicatat walaupun Mahayana mengatakan Arahat masih ada ruang utk maju lagi, tetapi ruang ini sangat kecil alias sangat sulit seorang Arahat sampai bisa membangkitkan cita2 Agung ini. (SEbenarnya ini secara implisit mengatakan bahwa Arahat memang sudah final sama seperti pandangan Theravada, tetapi Mahayana tidak mau menutup pintu kemungkinan ini rapat2, karena bagaimanapun Arahat blm tahu apa yg Buddha tahu, ini yg menjadi kunci bahwa bisa saja dia belajar lagi dlm arti belajar utk meraih pengetahuan sempurna)
saudara Chingik .... Nibbana itu tidak ada yang namanya "ragu-ragu" masih bisa maju atau tidak bisa maju..semua itu telah di ketahui nya dengan sempurna...

apabila ada seseorang arahat telah mencapai Nibbana, dan dirinya sendiri tidak tahu/tidak yakin dalam pencapaiannya...itu bukan arahat. ^^


tahu atau tidak tahu yg saya maksudkan bukan mengenai nibbananya, tetapi pada pengetahuan sempurna yg mencakup aspek sabbanu nana. Arahat tidak memilikinya.
arahat mengetahui dirinya telah sampai dimana, dan tidak ada keraguan untuk itu.
bisa baca ref Raungan Sariputta.

tetapi memang Arahat(savaka) bukan maha tahu....
tetapi arahat telah menyelami nibbana sampai tahu dimana-mana....jadi tidak ada vicikiccha pada pencapaian nya.

(ref.raungan sariputta)
Quote
Bhante, sebenarnya kami tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pikiran para Arahat, Sammasambuddha, baik dari masa lampau, yang akan datang maupun sekarang. Tetapi, meskipun demikian kami memiliki pengetahuan tentang tradisi Dhamma (Dhammanvayo)."
    "Bhante, sama seperti perbatasan-negara milik seorang raja yang mempunyai benteng yang kokoh, dengan dinding dan menara penjagaan yang kuat dan hanya mempunyai sebuah pintu saja. Dan di sana, ada seorang penjaga pintu yang pandai, berpengalaman serta cerdas, yang akan mengusir orang-orang yang tidak dikenal dan hanya mengijinkan masuk orang-orang yang dikenal saja. Ketika ia memeriksa dengan menyusuri jalan yang mengelilingi dinding benteng-negara itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah, di dinding benteng-negara itu, yang cukup untuk dilewati oleh binatang, sekali pun hanya sekecil seekor kucing. Dan ia berpikir: "Seberapa pun besarnya mahluk-mahluk yang akan masuk atau meninggalkan negara ini, mereka semua hanya dapat melalui pintu ini."

dari sini bukankah sudah jelas kalau "arahat" telah tahu secara sempurna nibbana itu.

Quote from: chingik on 18 February 2009, 09:20:04 PM
Quote
masalah nnya...Mahayana menulis arahat masih bisa merosot.....jadi maksud nya itu apa?
Theravada sendiri tidak pernah mengatakan arahat masih bisa merosot...

apa seorang arahat masih bisa menjadi perumah tangga....
dalam arti kesucian itu bisa pelan-pelan kotor kembali.. ^^

dalam arti lain Sammasambuddha masih bisa kotor?
apabila dialasankan menjadi Arahat tidak sama Sammasambuddha dalam pencapaian..
berarti hal ini menujukkan perbedaan Nirvana kelas Arahat dan kelas Sammasambuddha.?

kalau Theravada kan tidak ada beda nibbana arahat(savaka) dan nibbana sammasambuddha( arahat juga)
sedangkan mahayana ada beda?...tolong infonya
Tafsiran kemerosotan Arahat bukan pernyataan sepihak Mahayana. Hal ini sudah terjadi perdebatan dari berbagai sekte. Sarvastivada yg bagian dari pecahan Theravada juga menyatakan kemerosotan Arahat. Masing2 punya pandangan masing2, mereka saja saling berdebat Arahat jenis apa yg merosot, jenis apa yg tidak merosot. Merosot sebatas apa, dll.
Coba kaji juga ttg Arahat yg tidak sanggup menahan sakit dan memilih bunuh diri, apa karena ada kaitan dgn kekuatiran mengalami kemerosotan, saya sejujurnya blm tahu, tapi silakan kemukakan pandangan anda. NO problem. hehe..

sudah dikatakan berulang ^^
kemorosotan arahat hanya ada dalam kitab komentar para murid-murid....bukan pada ajaran.

dan untungnya theravada dalam kitab komentar belum pernah terjadi kemerosotan arahat.
jika memang sarvastivada menulis demikian...ada baiknya di post disini..biar menambah wawasan semua rekan-rekan se-dhamma. ^^

Quote from: chingik on 18 February 2009, 09:25:01 PM
Quote from: Edward on 18 February 2009, 08:11:31 PM
Setelah point2 penjelasan sudah dijelaskan.
Setelah dapat dilihat perbedaan yg memank jelas dari kedua aliran mainstream.
Kesimpulan-kesimpulan pun sudah dapat diperoleh, sesuai dengan keinginan diri sendiri...
Berbagai thread dan topik sudah dibuka, yang hasilnya selalu sama aja.

Terus, apalagi sih yg mo dicari? Grin

Masalahnya dia mau sampai mendapat kesimpulan bahwa ajaran yg dia anut benar, dan kita salah. haha... Tongue
Ga lah..santai aja bro marcedes, pertanyaan mu sangat bagus,
kayak Bodhisatva Mahakasyapa (bukan Y.A Maha Kassapa) yg selalu meragukan penjelasan Hyang Buddha dalam Mahaparinirvana Sutra. Buddha udh bilang begini2, dia lalu membantah bahwa ah..masak begtiu, kalo begitu bukankah jadi begitu begitu...., hehe..menarik juga ya bentuk dialog Mahaparinirvana Sutra yg terbuka, debatif.

^^
santai lah..
saya sendiri lebih suka berpandangan sesuai kenyataan. yakni sebenar-benarnya.
dhamma 4 kesunyataan mulia itu merupakan kenyataan hakekat yang sudah mutlak sesuai kenyataan....
masalah nya. "aliran mahayana" merubah kenyataan tersebut dan berkata lain.....
dan saya jadi ingin tahu sampai dimana pikiran tersebut melayang.....
apakah masih sesuai kenyataan?

sangat disayangkan buddha dhamma yang sangat demokratis..bebas berpikir....
tetapi jika ternyata hanya khayalan....bukankah itu semua fenomena yang sia-sia?

"selama saya belajar dhamma...saat ini Aliran Theravada yang memberikan gambaran sesuai kenyataan"

maka oleh sebab itu saya tidak menutup diri
"untuk mempersilahkan jika ada yang salah dalam aliran yang saya pelajari ini"
---------------------------------------------------------
Quote from: chingik on 18 February 2009, 09:43:06 PM

Quote
coba jelaskan secara 4 kesunyataan mulia sesuai aja deh dengan kitab mahayana...
kan sammasambuddha lahir terus..
jadi masih menderita lah...
Wah..4 kebenaran mulia, bahkan dalam Dasabhumika Sutra yg membahas tingkatan bodhisatva juga menjabarkan 4 kebenaran mulia dan pattica sammpuda dgn masing2 tingkatan dgn tingkat pemahaman yg berbeda2. Cukup menarik, bahkan tidak mudah dipahami oleh orang awam seperti saya. Tapi saya percaya Isi kitab ini tidak se'naif" yg bro bayangkan, karena mereka bisa membahas panjang lebar ttg 4 kebenaran mulia yg dikaitkan dgn jalan bodhisatva. Entah mereka sekedar ngarang2 sambil makan kacang, ah...ga mungkin deh...

Oya sammasambbudha telah mencapai kondisi tidak lahir dan tidak lenyap, bebas dari dualitas. Di Mahayana tulisan seperti ini buaanyaakknya minta ampun. Apa ga cukup ? Jangan terpaku pada Buddha lahir lagi di lokasi x. dll, itu kan sudah dikatakan bahwa ini bukan jenis kelahiran yg mengikuti siklus 21 musabab saling bergantungan. Buddha yg transeden memiliki abhinna yg tidak kita pahami, jadi bukan Buddha melanggar ucapannya sendiri.
kita tidaklah perlu membahas boddhisatva ada berapa tingkatan....
langsung saja ke pokok kenyataan

diselamatkan dari apa ajaran buddha?
dan mengapa buddha lupa cara pencapaian ke-buddha-an dan harus mendengarkan nasehat pemusik yang lewat?

(apakah bagian sini buddha sengaja bersandiwara seperti aktor laga?)

(buddha yang sudah memiliki pengetahuan maha tahu, kok bisa harus melihat 4 tanda barulah muncul perasaan samvega pada diri-nya?...bersandiwara lagi?)

(Buddha sudah mencapai pencerahan, mengapa harus menunggu umur 35 barulah mengajar?...
mengapa bukan dari kecil seperti umur 25 atau lainnya saja,,
bahkan sengaja menikah...
disatu sisi ini melecehkan kesucian buddha,dimana kita tahu kehidupan suci adalah meninggalkan hidup berumah tangga....lalu?)
bagian ini bisa di delete jika tidak berkenaan oleh moderator...
tetapi saya sungguh bukan dengan maksud menghina, melainkan bertanya apakah ada alasan special untuk ini?

apa buddha sudah hampir seperti Tuh*n dalam agama lain?
"tidak dapat dipikirkan dengan logika dan akal sehat" ^^

mari kita flash back sedikit. ^^
di agama tetangga, Tuh*n katanya sangat welas asih !!!.
bayangkan "mengizinkan iblis menguji anak domba-nya(manusia) untuk dihasut menuju neraka"
ketika saya tanyakan hal ini, dan mempertanyakan

"Orang Tua mana yang TEGA-TEGA nya membiarkan penjahat menghasut anak-nya?"
dan lagi ini "dapat restu dari orang tua"

saya bahkan di beri satu penjelasan yang saya anggap penjelasan crazy think.
yakni " welas asih Tuh*n tidak dapat dipikirkan oleh logika manusia "

tahu kan arti welas asih, cinta kasih,dsb-nya......orang tua kandung kita memiliki semua itu.

disini jelas "kenyataan" Tuh*n itu tidaklah memiliki welas asih,cintakasih,dsb-nya..
tetapi mengapa di "benarkan memiliki semua itu?"
saya kira hanya ketakutan akan kepercayaan yang dipegang itu ternyata tidak sesuai kenyataan.
inilah kebodohan batin. ^^

---------------------------------------------------
sama seperti kenyataan... "buddha" lahir di India... dan dikatakan buddha akan lahir lagi entah dimana, dan mengajarkan dhamma....

ketika kita mempertanyakan "berarti Buddha" itu masih ada sampai sekarang?
masa mau di bilang "jangan dibilang ada, atau tiada".....ini bukan-kah perumitan namanya?

kenyataan-nya kan akan "ada"..berarti proses nya
ketika buddha ada ( di bumi ) kemudian meninggal -----> pindah entah kemana ----> ada lagi entah dimana mengajarkan dhamma..

berarti ADA ---> XXX -----> ADA.
mau dikatakan apa itu coba?..

Quote from: chingik on 18 February 2009, 09:48:42 PM
Quote
masalah paham nihilis......itu jikalau kita beranggapan bahwa sesudah kita meninggal, maka tidak ada sama sekali lagi apa-apa...tamat sudah.
tentu hal ini dianggap nihilisme dikarenakan masih ada sebab...tetapi tidak ada akibat.
nah..bro bisa membedakan kondisi nihilis/lenyap antara orang awam yg beranggapan salah dengan seorang Buddha yg mencapai anutpadisesa nibbana.
Seharusnya juga  bisa membedakan antara kondisi Buddha yg bisa bermanifestasi lagi di tempat lain dengan orang awam yg dilahirkan kembali.   
kita kembali ke hukum sebab akibat..

pernahkah ada akibat tanpa sebab?
disitu dikatakan buddha akan bermanifestasi entah dimana...."sebab" - nya?

berarti buddha itu masih ada donk sampai sekarang....

---------------------------------------------
kalau mau di persingkat...pada inti nya adalah

kan kalau di Theravada buddha menyelamatkan dari Penderitaan.
dimana jara-marana ada karena ada kondisi....
dan ketika kondisi itu sudah tiada...maka jara-marana tidak akan ada.
lahir-mati, untung-rugi, bahagia-derita, dan seterusnya......
bahkan termasuk bentuk pikiran yang memikirkan hal ini pun, juga telah padam.

kalau mahayana apa donk visi-misi Buddha?
selama buddha mengajarkan dhamma dari kappa ke kappa yang sudah sekian banyak.

"buddha menyelamatkan makhluk hidup dari apa?



mau baca versi dulu nya di sini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5941.msg151786#msg151786

_/\_

salam metta

1344
Theravada / Re: [ask]sikap Buddha terhadap saccaka
« on: 25 March 2009, 05:45:21 PM »
Setelah perdebatan berlangsung beberapa saat, Sang Buddha mengajukan sebuah pertanyaan kepada Saccaka, tetapi ia diam tidak menjawab. Untuk kedua kalinya Sang Buddha bertanya, Saccaka tetap diam. Kemudian Sang Buddha bertanya untuk ketiga kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
"Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian."

Hanya Sang Buddha dan Saccaka yang dapat melihat Dewa Sakka.

dikutp sedikit dari : 7. Menaklukkan Saccaka, Sang Orator
(dengan Kebijaksanaan / Paññã)
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=136&multi=T&hal=0


apa Buddha akan bertanya sampai 3x, kalau dia adalah seorang yg sudah tercerahkan? apa ini bukan ancaman?
apa Buddha membenarkan sikap dewa sakka, atau memang ada aturan 3x pertanyaan yg tidak dijawab kepala akan belah tujuh bagian?
Sangbuddha adalah yang tercerahkan tetapi bukan saccaka yang tercerahkan,
Sangbuddha bertanya 3x. dimana Saccaka tidak berani menjawab,bukan semata-mata mengancam, tetapi menujukkan mana benar mana salah.

bukan Buddha membenarkan sikap para Dewa sakka,atau lainnya....tetapi merupakan kamma buruk besar apabila "mengajak berdebat lalu diam." tidak menjawab....

ketika seorang boddhisatva gotama lahir, dipertemukan dengan pertapa ajita....
ajita lah yang bernamsakara kepada bayi(gotama)....

dan menurut kata seorang bikkhu, entah benar atau tidak-nya.
apabila seorang guru pertapa terkenal seperti Ajita. lantas jika bayi biasa yang lahir, maka bayi tersebut di namaskara-kan kepada guru besar seperti ajita.

tetapi apabila bayi(gotama) yang dinamskarakan kepada ajita.  maka kepala pertapa ajita yang pecah tujuh.
sama hal nya kisah dewa mara yang merubah diri menjadi buddha dan arahat ber-namskara kepada nya.
dewa mara langsung cemberut dan mengomel
"bahwa arahat tersebut menambah kamma buruk-nya"

tetapi arahat tersebut berkata "saya bernamaskara kepada guru buddha,bukan anda"

masalah mengapa pecah tujuh bukan 2,3 atau lainnya..
saya rasa itu pertanyaan tidak berdasar...
jika saya balik bertanya mengapa ketika seseorang membunuh ibu kandung nya musti masuk neraka avici? menjadi peta? atau bahkan masuk alam tavatimsa.
^^


tetapi sesuai saudara kainyn
"hal ini tidak bisa dibuktikan" debat pun tidak ada guna-nya.
salam metta.

1345
Theravada / Re: [ask]perbedahan pencerahan Arahat dan Sammasambuddha
« on: 25 March 2009, 05:26:44 PM »
kalau mau dibahas secara fakta / kenyataan, saya rasa sudah pernah,tetapi di closed...
bahkan masih ada pertanyaan yang tidak didapatkan jawabannya.

"buddha dan dhamma diluar logika dan akal sehat" ^^
mungkin demikian ungkapan-nya.

yah, syair yang cocok.
"ada penderitaan tetapi tidak ada yang menderita"

salam metta.

1346
"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

1347
Pengalaman Pribadi / Re: Pengalaman paling memuakkan!!
« on: 24 March 2009, 03:03:54 PM »
NB :Ini adalah pengalaman pribadi saya.Tidak ada sangkut paut dengan suatu badan atau pun label organisasi Buddhis tertentu.Topik ini saya buka karena saya terlalu kesal dengan kenyataan yang ada. Harap bagi yang membacanya dapat berpikir lebih jernih dari pada saya.

Kebetulan akhir-akhir ini saya sedang dekat dengan seorang bhiksu.Bhiksu ini cukup memiliki jabatan dalam oragnisasi Sangha.Karena ia memank bagian dari sebuah organisasi sangha, 1 point yang saya dapat, beliau memank seorang bhiksu, bukan bhiksu gadungan yang tidak jelas asal pakai jubah.Semakin lama, saya semakin sering berhubungan dengan bhiksu tersebut dan semakin mengenal beberapa bhiksu, dan awal ini lah yang mengubah cara pandang saya sepenuhnya terhadap AGAMA & ANGGOTA SANGHA.

Kebetulan beberapa waktu lalu sedang diadakan acara puja bhakti waisak yang cukup besar.Karena saya dekat dengan bhiksu yang berpangkat tersebut, saya diundang atau lebih tepatnya diajak untuk menemani dan mengantar bhiksu dan beberapa bhiksu lainnya.Saya tidak masalah untuk itu, lagi pula saya memang melakukan hal tersebut dengan keinginan saya sendiri, tetapi kejadian tersebut membukakan mata saya sepenuhnya.

Selama perjalanan, ada hampir semua bhiksu yang ada berperilaku dan bersikap bukan sebagai anggot sangha, tetapi lebih seperti pria2 botak yang menggunakan baju kuning yang berakting sebagai orang suci!!! Selama di perjalanan, inilah PELAJARAN yang saya dapat :
1. Seorang anggota Sangha menggosipkan anggota sangha lain sebagai homo, banci, mata duitan, dll
2. Seorang anggota Sangha memaki2 dengan kata-kata binatang pada saat marah.
3. Seorang anggota Sangha dengan kesadaran menyuruh saya untuk berbohong.
4. Seorang anggota Sangha mengomentari penari2 cantik, dan menanyakan saya " menurut kamu yang mana yang cantik? Eh, carikan no hp dia donk".
5. Seorang anggota Sangha menyombongkan urutan generasi mereka.
6. Seorang anggota Sangha menanyakan tanggal lahir saya dll, dan mencoba meramal saya.
7. Seorang anggota Sangha menerima uang secara langsung dan mengatakan uang tersebut akan diberikan untuk vihara, PADAHAL ANGGOTA SANGHA TERSEBUT TIDAK MEMILIKI/ TINGGAL DI VIHARA ATAU CETYA!!
8. Seorang anggota Sangha mengomentari makanan yang disajikan tidak enak dan terlalu sedikit.
9. Seorang anggota Sangha menelepon saya dengan pura2 merubah suara dgn nomor yang tidak dikenal dan menanyakan sama saya "kamu suka laki2 atau perempuan?Kamu masa tidak ingat sama saya?Teganya kamu melupakan saya?Kamu kalau sama laki2 d ranjang sebagai perempuan atau pria?Kamu masa tidak suka laki2, kalau bohong dosa lho, bisa masuk neraka"

Setelah berkelakar dengan seenak lidah mereka, pada saat bertemu umat mereka bersikap sangat hormat dan menerima pujaan dari umat2.Dipuja dan di berikan tempat VIP, berbicara mengenai renungan Waisak, dan berbicara mengenai Dhamma!!

Pengalaman ini sungguh menjijikkan dan merubah pandangan saya sepenuhnya.Saya masih menghormati Buddha, Dhamma dan Sangha. Tetapi berhati-hatilah dengan beberapa anggota Sangha yang cukup terkenal, meyakinkan, tetapi asli-nya hanyalah seorang penipu rendah!

Kejadian ini semakin menguatkan saya untuk tidak melabeli diri saya dengan AGAMA , apalagi dengan melabeli diri aliran2 tertentu.
bro edward, saya tidak tahu anda dengan anggota sangha dari mana itu...
kok bicara duniawi yah....macam-macam saja.

saya pernah diceritakan oleh seorang anggota vihara yang cukup lama aktif..
pada waktu ketika menjemput Alm,Bhante Giri..
dimobil waktu itu banyak aktivis yang menemani beliau......karena aktivis ini masih seorang putthujana...cerita sini cerita situ...

bhante giri diam saja....tidak ngomong apa-apa....tetapi seperti waspada terus...
pada waktu itu, ada seorang aktivis mengajak bhante cerita duniawi...
bhante berkata "amati saja pikiran-mu sekarang"


yah nasehat bhante itu cukup jelas....

1348
Ajaran SangBuddha menyelamatkan makhluk hidup dari apa?

mohon maaf,
kalau saya rasa mungkin sama saja dengan thread terdahulu, ujung-ujung nya tidak ada jawaban, malah teori tanpa realita yang dikeluarkan...

salam metta.

1349
Theravada / Re: Kisah perumpamaan kecapi
« on: 23 March 2009, 06:39:16 PM »
sewaktu Sang Bodhisatta sedang melakukan praktik pertapaan keras, datanglah serombongan pengamen yang menyanyikan kira2 spt berikut ini:

"Jika dawai terlalu kencang, maka akan putus dan tidak berbunyi.
Jika terlalu kendur juga tidak berbunyi.
dawai harus seimbang, tidak terlalu kencang dan tidak terlalu kendur,
agar menghasilkan bunyi yg merdu"

1. adakah yang tahu darimana sumbernya dalam Tipitaka?
2. dan kalau kisah ini benar, bagaimana mungkin pengamen itu telah mengetahui ilmu Jalan Tengah sehingga bisa mengajari Sang Bodhisatta?

_/\_
saudara indra yang bijak,
andai anda seorang pelajar,
ketika anda sedang belajar matematika terlalu giat sehingga duduk dimeja belajar tanpa makan minum selama 1 hari...
, ketika ibu anda melihat hal ini, kira-kira apa yang dikatakan ibu anda?

tentu " anak-ku belajar tidaklah perlu se-ekstrim itu"

jika saya balik bertanya, apakah ibu anda sangat pandai matematika?

jawabannya tentu anda tahu sendiri...^^

salam metta.

1350
Diskusi Umum / Re: transform?
« on: 20 March 2009, 09:21:03 AM »
tukang jagal mana bisa jadi buddha....^^

8 jalan mulia itu salah satu nya SILA.
apa bisa tanpa SILA mencapai tingkat kesucian....

sudah ada jalan instant kah?

Pages: 1 ... 83 84 85 86 87 88 89 [90] 91 92 93 94 95 96 97 ... 102
anything