//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 82 83 84 85 86 87 88 [89] 90 91 92 93 94 95 96 ... 102
1321
Studi Sutta/Sutra / brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 30 March 2009, 05:31:03 PM »
4 PANDANGAN BERBELIT-BELIT

17. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berpandangan dengan bersikap “berbelit-belit”. Seandainya suatu hal ditanyakan, mereka akan menjawab dengan berbelit-belit sehingga membingungkan. Pandangan ini diuraikan dalam empat cara. Apakah asal mula dan dasarnya maka mereka berpandangan demikian?”

Pandangan Ketigabelas

18. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan salah, dan kesalahan tersebut menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Keempatbelas

19. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan terikat pada keadaan batin yang menyebabkan kelahiran kembali, dan ikatan itu akan menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Kelimabelas

20. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari: saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Tetapi, ada pertapa dan brahmana yang pandai, cerdik, pengalaman dalam berdebat, pintar mencari kesalahan, pandai mengelak, yang mampu mematahkan pandangan orang lain dengan kebijaksanaan mereka. Maka, seandainya saya menyatakan ini baik atau itu buruk, mereka datang padaku, meminta pendapatku, dan menunjukkan kesalahan-kesalahanku. Karena mereka bersikap begitu padaku, saya tidak sanggup memberikan jawaban. Dan, hal ini akan menyebabkan saya menyesal, dan rasa penyesalan ini akan menjadi suatu penghalang bagiku.”

Pandangan Keenambelas

21. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang bodoh dan dungu. Dan karena kebodohan dan kedunguannya, maka seandainya ada pertanyaan yang diajukan kepadanya, ia akan menjawab berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan, bahwa seandainya ada pertanyaan kepadaku:

• Apakah ada dunia lain? Jikalau saya pikir ada, saya akan menjawab begitu. Tetapi, saya tidak mengatakan demikian. Saya tidak berpandangan begini atau begitu. Saya pun tidak berpandangan “bukan kedua-duanya”. Saya tidak membantahnya. Saya tidak mengatakan ada atau tidak ada dunia lain. Demikianlah, ia bersikap berbelit-belit. Begitu pula sikap dan jawabannya kalau ditanyakan masalah-masalah:
• Tidak ada dunia lain.
• Ada atau tidak ada dunia lain.
• Bukan ada dan bukan tidak ada dunia lain.

• Ada makhluk yang terlahir secara spontan [langsung], tanpa melalui rahim ibu (opapatika).
• Tidak ada makhluk opapatika.
• Ada atau tidak ada makhluk opapatika.
• Bukan ada dan bukan tidak ada makhluk opapatika.

• Ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Ada atau tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Bukan ada dan bukan tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.

• Setelah meninggal, Tathagata tetap ada.
• Setelah meninggal, Tathagata tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata ada atau tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.”


-----------------------
23. Mereka semua menerima perasaan-perasaan tersebut melalui kontak yang berlangsung terus menerus dengan (saraf) penerima (dari indera-indera). Berdasarkan pada perasaan-perasaan (vedana) muncul keinginan (tanha), karena adanya keinginan muncul kemelekatan (upadana), karena adanya kemelekatan muncul proses menjadi (bhava), karena adanya proses menjadi muncul kelahiran (jati), karena adanya kelahiran terjadi kematian (marana), kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesusahan dan putus asa (soka parideva dukkha domanassa upayasa). Tatkala seorang bhikkhu mengerti hal itu sebagaimana hakekatnya, asal mula dan akhirnya, kenikmatan, bahaya dan cara membebaskan diri dari pemuasan enam inderanya, maka ia dapat mengetahui segala yang termulia dan tertinggi dari semuanya itu.

24. “Para bhikkhu, siapa pun, apakah ia pertapa dan brahmana yang ajaran atau paham mereka berkenaan dengan keadaan masa lampau atau berkenaan dengan keadaan masa yang akan datang, atau pun berpaham kedua-duanya, berspekulasi mengenai keadaan yang lampau dan yang akan datang, yang dengan bermacam-macam dalil menerangkan tentang keadaan yang lampau dan yang akan datang, mereka semua telah terjerat di dalam jala 62 pandangan ini. Dengan berbagai keadaan mereka jatuh dan berada di dalamnya, dan dengan berbagai cara mereka berusaha melepaskan diri, tetapi sia-sia belaka karena mereka terjerat di dalamnya. Bagaikan seorang penjala ikan yang pandai akan menjala di sebuah kolam kecil dengan sebuah jala yang baik, berpikir: ikan apa pun yang berada dalam kolam ini, walaupun berusaha membebaskan diri, tetap semuanya akan terperangkap di dalam jala ini.”


25. “Para bhikkhu, bagi Dia yang di luar jala, Ia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, yang sedang berada di hadapan kamu, karena segala belenggu pengikat penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya. Bagaikan sebatang pohon mangga yang ditebang, maka semua buah yang ada di pohon mengikutinya. Demikian pula, walaupun tubuh jasmani dari Dia yang telah mencapai kesempurnaan, Tathagata, masih berada di depan kamu, namun demikian semua belenggu penyebab kelahiran kembali telah diputuskannya. Selama kehidupan jasmaninya masih ada, maka selama itu para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi tatkala kehidupan jasmaninya terputus di akhir masa kehidupannya, maka para dewa dan manusia tidak dapat lagi melihatnya.”


semoga kita semua tidak berada dalam jala-jala ini....dan mencapai nibbana. "akhir dari derita"

salam metta.

1322
bro and sis semua...,
lepaskan cangkang... segala (kelekatan) kewujudan. Contoh perumpamaan level tinggi adalah seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

bro coedabgf yang bijak,

silahkan jawab pertanyaan saya,
"apakah  (kelahiran = penderitaan) itu merupakan kebenaran sejati"?

kalau anda menyebut rakit, saya menyebut demikian.
"seseorang yang belum melihat "kelahiran=penderitaan", jangan kan menaiki rakit, melihat rakit saja belum bisa"

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

yah tentu saja syair ini realita., dari kemelekatan ada kelahiran, dari kelahiran ada jara-marana.
siapa bebas dari kelahiran sama saja bebas dari jara-marana..

kok arti syair nya beda dengan kutipan sutra? ^^

atau mungkin sama seperti kata Ajahn Brahm,
"seseorang saat ini biasanya memakai rakit,belum sampai di tujuan malah sudah di lepas ditengah lautan"

orang seperti ini biasanya menganggap bahwa mencari "pembebasan" adalah kemelekatan itu sendiri.
dan orang seperti ini menganggap bahwa diri-nya telah berusaha "melepas"
sayang-nya yang terjadi justru "melepas" di tengah lautan.

salam metta.

1323
bagi-bagi pengalaman yah.^^

awalnya saya berencana berangkat tanggal 27..ke jakarta....untuk tujuan bisnis..

tapi tanggal 26-nya. saya baru melihat bahwa ada "seminar" ini..
telpon ke sana kesini buat booking tiket, jawabannya adalah "sudah 2 sampai seminggu yang lalu habis."
posting ke DC sini berharap dapat tiket sisa....

tetapi ternyata sampai tanggal 27 belum dapat kabar...berangkat lah saya ke jakarta tanpa "tiket seminar"....
alhasil sempat mampir ke dhammacakka, ternyata ada seminar SMART di jitec...

dapat tiket, jadi seminar nya bukan ajahn brahm, tapi B.uttamo. ^^

pulang dari jakarta, baru lah lihat PM, ternyata ada yang punya tiket sisa...
apa mau dikata....memang kamma belum ke sana.

salam metta.

1324
saudara coedabgf yang bijak,
saya tidak tahu ven,Ajahn Chah itu sudah jagoan atau belum...^^
tetapi yang saya tahu pasti, beliau tidak menambahkan khayalan pada anicca.

anicca tetap anicca....demikian dikatakan itu begini-begitu...
tetaplah itu sifat nya yakni adalah dukkha...bahkan bisa di lihat sekarang pun.
lalu apa hubungannya dengan pencapaian beliau sudah tercerahkan atau belum?

andaikata beliau "belum/telah" tercerahkan... apa berarti kata beliau bahwa "anicca" itu indah lantas harus kita percaya? karena label mereknya.....
bahkan anak TK sekalipun,jika menyatakan kenyataan, dimana apa yang "dia lihat sebagai apa yang dilihat - nya" maka anak itu adalah anak yang lebih pintar dari Ajahn Chah sekalipun.

bagaimana pun "terkenal-nya" seseorang,apabila orang tersebut berkata bahwa segala sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan.. maka orang itu tetap lah buta.

sama halnya dengan kutipan sutra...dikatakan telah mencapai sammasambuddha...tetapi kenyataan penderitaan terus menerus ada di situ...
lalu apa untung-nya mencapai sammasambuddha?
dimana letak kebahagiaan-nya?

jelaskan donk.. ^^

Quote
‘mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, awal untuk dapat masuk/mengenal dan menyelami kedalam pengetahuan kebenaran sejati (pengalaman udanna VIII.3), masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri.

sudah saya posting 2x dan ini ke-3x -nya..
hanya umat "awam" yang memang berpikir demikian.

Quote
‘mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha
apa hubungannya anicca dengan buddha gotama?

gotama hanya menyatakan anicca itu sebagai apa yang dilihat-nya dari kenyataan...
sama seperti penemu hukum gravitasi bumi.....
apa hubungannya penemu dengan konsep/rumus-nya?...
tanpa penemu sekalipun, konsep/rumus itu memang sudah ada sebelumnya...

Quote
‘Sebab keBuddhaan sudah diluar dari pengetahuan/kebenaran itu semua’
kebenaran apapun itu..semua hanya ada dalam pikiran... bukan di luar pikiran.

sama halnya ruang dan waktu....
apakah pikiran ada dalam ruang dan waktu atau
atau ruang dan waktu ada dalam pikiran?

tentu saja ruang dan waktu lah yang ada dalam pikiran.. bukan pikiran ada dalam ruang dan waktu.

matahari,bulan,gunung,anicca,bahkan kita... semua hanya ada didalam pikiran..bukan pikiran ada dalam itu semua.

Quote
‘masih bersifat dangkal atau kulit luar bukan kebenaran inti yang sesungguhnya yang dimaksudkan guru Buddha tetapi umat/awam sangat tercekat, sukar untuk memisahkan diri’, ‘bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai’, tetapi melainkan ‘sebagai pengetahuan awal untuk dapat masuk/mengenal kedalam pengetahuan kebenaran sejati’. Dan apalagi kalau dalam kapasitas kebenaran kata-kata saja seperti yang sudah saya tulis diatas sebagai berikut :
ven Ajahn Chah attained kebenaran sejati atau tidak, awam siapa yang tahu.
Kalaupun ven Ajahn Chah mencapai kebenaran sejati, kata-katanya hanyalah kata-kata, realitas kebenarannya hanya dapat diraih oleh pengalaman pribadi. Diluar realitas pengalaman kebenaran sendiri, pengetahuan atau kata-kata kebenaran tetaplah hanyalah ilusi.

saudara coedabgf yang bijak,
saya ulangi lagi... kalau pikiran seperti itu hanyalah dimiliki bagi seseorang yang "ragu" akan kenyataan yang dilihat-nya.

pikiran membentuk sesuatu yang kita harapkan, akan tetapi kenyataan berbeda..lalu manakah yang benar?
kenyataan lah yang benar...apapun itu.

jadi saya tanyakan kepada anda.....^^
apakah "kelahiran(bhava) = penderitaan(dukkha / jara-marana)" merupakan kebenaran sejati?"
dari tadi kan di bahas kebenaran sejati.....

silahkan anda jawab sendiri. ^^

salam metta.

1325
mengapa secara umum umat seolah-olah bijaksana berpengetahuan seolah-olah berbicara prisip kebenaran berasal dari inti pengajaran guru Buddha, padahal semua itu dinyatakan oleh guru Buddha bukan dari inti kebenaran sejati melainkan sebagai ciri-ciri fenomena dari ketidak-kekalan semua yang bersifat duniawi atau carnal (daging) yang harus ditanggalkan/dilepaskan/tidak sepatutnya layak dipercayai, seperti :
perkataan mercedes :
-para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
-apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).
-banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.
-Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

pernyataan dilbert :
-ada satu hal yang kekal / tidak berubah... dari dulu begitu begitu saja...
MAU TAHU ?... yang kekal dan tidak berubah-ubah dari dulu adalah KETIDAKKEKALAN itu sendiri. Tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan itu (ketidakkekalan)...

dimana pada setiap pembicaraan timbul pada hakekatnya suatu pernyataan yang bertentangan atau kekacauan dan kebingungan tentang kebenaran sejati yang dimaksudkan guru Buddha, tentang kenyataan kebenaran pemahaman 'ada dan tiada', 'anicca dan anatta', tentang keberadaan (kehidupan) makhluk/mereka yang telah tercerahkan. mengapa?
Seperti sering saya tulis tanyakan 'siapakah yang telah tercerahkan?', karena secara massal (umum) umat (buddhist) saya beri gambaran/ilustrasi sebagai berikut 'dalam kekhayalan berbicara kebenaran sejati'. apa artinya?
coba anda renungkan syair yang sudah saya tuliskan diatas :
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara

Apa maksudnya?, yaitu semua apa yang anda/umat/awam nyatakan, apa yang dibicarakan, sesungguhnya semua dalam lingkup (pandang) kesementaraan saja alias bersifat ilusi saja.
Seperti pembicaraan tentang blind faith? siapa umat/awam (buddhist) yang dapat membuktikan tentang sesuatu yang menjadi inti keyakinan/kepercayaan guru Buddha sehingga Ia dapat mencapai pengetahuan pandangan terang tentang kesejatian inti keberadaan kehidupan sehingga dapat terbebas dari cengkraman/ikatan/cekatan ketidak-kekalan kehidupan sementara yang palsu atau khayal pada sutta udanna VIII.3, sehingga timbul suatu yang diistilahkan umat/awam dengan yang tercerahkan atau Buddha?
Tentang prinsip ehipassiko yang biasa dinyatakan oleh umat/awam yang masih dalam kesementaraan (yang masih terikat pada yang terkondisi) dalam setiap diskusi, itu sebenarnya pada akhirnya tertuju/ditujukan untuk pemuasan (logika) apa?  tetapi guru Buddha menyatakan prinsip itu supaya murid/umat untuk menggali/melihat/membuktikan kebenaran, bukan malah pada posisi yang terbalik yaitu menutup mata atau menolak segala sesuatu yang tidak sesuai atau asing (belum diketahui) karena kemapanan (seolah-olah berpengetahuan) diri (atta) ini biasanya berkecenderungan terjadi pada Buddhist theravada atau menerima langsung percaya seperti pada praktek-praktek umat pada Buddhist tradisi tantra (mengarah takhayul).
Semoga kawan-kawan buddhist dapat menerima tulisan cinta dari seorang sahabat dan terbebaskan. Untuk lebih jelasnya silahkan renungi tulisan saya pada reply #241 diatas.


semoga bukan memandang dengan kemarahan dan kebanggaan kemapanan (pengetahuan) atta diri
good hope and love
coedabgf

NB : sabar bro gunawan, saya fokus pada tulisan-tulisan akhir, blom fokus baca tulisan-tulisan anda.
       Dan pada teman-teman yang lain, jawaban tentang pertanyaan yang berhubungan kekeristenan
       bagaimana yah, masih mau di ulas?
saudara coedabgf yang bijak,
kata-kata itu di ucapkan oleh ven. Ajahn Chah sendiri..

sudah saya katakan di postingan sebelumnya,
syair mengenai "keraguan" akan pencapaian adalah sebuah kebodohan.
ketika kita melihat "anicca" apakah dibutuhkan rekayasa atau semacam pembenaran?
anicca itu begitu "alamiah" sangat alamiah.

sama hal nya dengan kelahiran maka ada jara-marana... semua itu begitu alamiah, tanpa ada penghalang dalam melihat.
hanya ketika seseorang melihat hal ini, orang tersebut ragu akan kebenaran kenyataan.
maka biasanya muncul pada pandangan
"saya umat awam, masih belum tahu apa-apa"
saya umat awam, masih butuh belajar"
saya umat awam, masih harus berguru
saya umat awam, masih harus mengikis khayalan"

inilah beberapa pandangan jika seseorang tidak bisa mandiri membangkitkan kebijaksanaan untuk melihat "secara alamiah"
atau saya sebut "sebagaimana adanya"

1+1 = 2... di ubah bagaimana pun, kenyataannya tetap demikian...
ada kelahiran maka ada penderitaan, di ubah bagaimana pun, kenyataan tetap lah demikian....

demikian pencapaian "apakah harus ada keraguan ketika melihat hasil nya demikian"?
hanya kebodohan yang membuat nya demikian...

ketika seseorang sudah melihat anicca demikian, dan masih "ragu" akan kebenaran anicca. orang tersebut benar-benar bodoh.
=================================
nb:
 "masih butuh belajar" adalah dimana ketika seseorang menguasai 1+1=2 tetapi orang ini ragu akan kebenaran dari hasil 2.
atau ketika seseorang sudah menguasai 1+1=2 tetapi hanya pelajaran itu yang diulang-ulang....

salam metta _/\_

1326
kalau berdiskusi dan di situ ada kebencian, lebih baik sudahi saja....
kalau berdiskusi dan di situ tidak ada pertemuan titik pikiran..lebih baik sudahi saja...

makanya dari awal saya tanyakan
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

ketika pertanyaan ini dijawab "tidak" maka tidak ada pembahasan.
tetapi dikatakan "ya"
maka saya hanya menujukkan dimana letak "YA" nya itu berlawanan dengan "tujuan".

saya membaca buku lama "what's wrong with us"
disitu ada kalimat berbunyi

25.para bijak berkata "pembicaraan apapun juga tidak berdasarkan aniccam bukanlah pembicaraan dari seorang yang bijaksana"
sifat ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang berkondisi adalah kenyataan, realita kebenaran.
bukan sekedar teori imajinasi, khayalan , impian , pendapat atau kepercayaan.
anda perlu bukti? tidak sulit.
cobalah temukan satu hal saja yang betul-betul anda tahu pasti bersifat kekal abadi, permanen, tidak berubah sepanjang masa...
pastikan hal tersebut nyata dalam kepercayaan atau khayalan anda saja. Dapatkah anda termukan? bila tidak maka mulai sekarang marilah kita berbicara berdasarkan apa yang nyata secara universal saja : bahwa segala sesuatu yang berkondisi itu memang tidak kekal adanya (anicca).

27. banyak orang tidak menyukai kebenaran. mereka lebih suka bentuk kepercayaan.
seindah apapun kedengarannya, suatu bentuk kepercayaan tetaplah hanyalah kepercayaan.
tidak lebih dari sekedar produk khayalan ilusi.
tetapi sayang-nya malahan kebanyakan orang lebih suka terbuai dan terikat dalam kepercayaan atau khayalan karena mereka khawatir kebenaran yang sesungguhnya mungkin tidak sesuai dengan harapan.
Sebenarnya sekejab saja menyadari dan mengalami kebenaran langsung jauh lebih berharga daripada hidup beribu-ribu tahun dalam "indah-nya" ilusi.

salam metta.

1327
Kalau begitu, seharusnya JALAN HINAYANA itu menyesatkan, dan harus di BERANTAS... karena menurut berbagai sumber MAHAYANA, bukan jalan yang benar...

Tidak menyesatkan juga. Jika mengambil dan menempuh jalan Hinayana secara benar, pasti di kemudian hari akan mengerti ajaran dari para Buddha untuk meneruskan ke jalan Mahayana. Semua Sravaka seperti Sariputra juga 'kan menempuh jalan Hinayana, lalu setelah mendengarkan ajaran Buddha, mereka melanjutkan ke jalan Mahayana.

saudara kainyn yang bijak,
coba sebutkan 4 hukum kesunyataan mulia....
1.dukkha  ( dari sini sebuah calon harusnya berusaha untuk menghindari dari dukkha)
2.sebab dukkha
3.akhir dukkha
4.jalan menuju akhir dukkha.

dan kenyataan setelah "LULUS dengan baik secara katakanlah "hinaya"  eh, kok di TK belajar menghindari dukkha..sekarang SD.SMP,SMA diajarkan untuk terus menikmati dukkha?
TK dan SMP--- kok tidak nyambung?

sudah saya paparkan diatas, bahwa menjadi sammasambuddha pun tidak lepas dari penderitaan...karena harus lahir..
"kelahiran = penderitaan"
coba lihat saja contohnya buddha gotama....disitu mesti lupa cara pencapaian-nya...
bahkan harus lewat pemusik,dan belajar dari guru-guru.....
bertapa secara extrim selama 6 tahun.... badan kurus-kering....

demikian dikatakan jalan kebahagiaan?
entah kalpa dimana lagi buddha gotama terlahir, atau mungkin bertapa 10 tahun secara ekstrim...

sesuai konsep anicca kah? "pencapaian sammasambuddha pun tidak kekal"

saya tidak melihat kenyataan dimana kelahiran = penderitaan.
melihat sebagaimana seorang buddha "menuju kebahagiaan"

yang ada jalan berliku-liku, tetapi ujung nya "penderitaan"

apakah arti belajar buddha dhamma? adakah arti mengumpulkan kebajikan? toh tidak lepas dari penderitaan.
demikian kah ajaran buddha?

"buddha menyelamatkan makhluk hidup dari apa?"


gambaran singkat nya.
masuk belajar ajaran buddha >>>> jadi boddhisatva atau jadi murid/sravaka >>>>> jadi sammasambuddha >>>> jadilah contoh buddha gotama......dan nanti kembali lagi ke awal "masuk belajar ajaran buddha...

dikatakan entah berkalpa-kalpa lalu... seorang raja meminta kepada pertapa untuk menjelaskan "sutra teratai",
raja tersebut rela menjadi pelayan asalkan mendapatkan sutra tersebut...
dan ternyata pertapa itu adalah "devadatta" dan raja itu adalah "gotama".

dikatakan siapa yang mendapatkan dan menlafalkan sutra tersebut....bebas dari neraka avici....dan janji-janji indah lainnya.
dan ternyata devadatta telah lupa sutra penyelamat nya.

--kutipan sutra ---
Sang Buddha bersabda kepada seluruh Bhiksu:"Raja dimasa dahulu itu adalah Aku Sendiri dan Orang Bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta Sendiri. Melalui Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta, Aku dapat menjadi sempurna didalam Keenam Paramita, didalam hal Keluhuran, Welas asih, Kebahagiaan dan Pikiran Bebas, didalam hal Ke 32 Tanda, 80 jenis Keistimewaan, Kulit yang berlapis Emas, 10 macam Kekuatan, ke 4 macam Keberanian, ke 4 Angger-Angger Kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri yang khusus, Kekuatan-Kekuatan Ghaib di Jalanan Agung, Pencapaian Penerangan Agung, dan Penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat Persahabatan yang baik dari Sang Devadatta.

---kemudian---
Sang Buddha bersabda kepada Para Bhiksu: "Seandainya di dalam dunia yang mendatang terdapat Putera ataupun Puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Kesunyataan Sutta Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini dengan Hati Yang Bersih dan Penghormatan karena Keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka Orang seperti ini tidak akan terjatuh ke dalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi Ia akan terlahir dihadapan Para Buddha dari alam semesta. Dimanapun juga Ia terlahir, Ia akan selalu mendengar Sutta ini.

kronologis nya adalah ------------------
dulu awalnya sangbuddha belajar sama devadatta tentang sutra yang hebat ini, dan siapa saja yang belajar bebas dari neraka avici.
dan sekarang devadatta ada di neraka avici.....kok lupa baca mantra?
mana efek sutra nya?
apakah devadatta telah "lupa" persis yang dialami sama oleh gotama... "lupa" cara pencapaian sempurna-nya.

kalau memang bisa menyelamatkan semua makhluk dari neraka avici....saya yakin
penghuni disana bahkan rela membaca 100x tanpa henti......neraka bisa kosong. ^^


selanjut nya................
kutipan sutra-------
Ketika Buddha itu sedang menginjak Jalan KeBodhisattvaan, Ia telah mengucapkan Prasetya Agung dengan berkata:"Setelah Aku menjadi Seorang Buddha dan setelah Aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutta Bunga Teratai Dari Hukum Yang Menakjubkan dikhotbahkan, maka disitulah Stupa-Ku akan muncul dan menjulang tinggi agar Aku dapat mendengarkan Sutta itu dan memberi kesaksian terhadap-Nya serta memuji-Nya dengan berkata:"Bagus sekali !"
------------
kalau memang buddha masih ada....harus nya waktu tercium bau adanya perpecahan, beliau muncul dan berkata "buruk sekali !!!"
tetapi kenyataan-nya... mana?
nasehat nya pun "tidak ada"..


salam metta.

1328
Mari kita ulang secara lengkap 4  Kebenaran Ariya :
1. Kebenaran Ariya tentang dukkha;
2. Kebenaran Ariya tentang sebab dukkha;
3. Kebenaran Ariya tentang berakhirnya dukkha;
4. Kebenaran Ariya tentang Jalan menuju berakhirnya dukkha.

Apakah dukkha itu? Apakah serta merta dukkha = penderitaan? Dukkha dalam arti luas pun mengandung makna yg lebih dalam seperti : ketidakpuasan, ketidaksempurnaan, sakit, ketidakabadian, ketidakselerasan, ketidaknyamanan.

Anda bertanya "Apakah bagi Edward kelahiran merupakan penderitaan?" Tentu saya jawab "ya". Karena dalam kehidupan ini saya masih terbelenggu akan ikatan dan kebahagiaan yg terkondisikan.Tapi apakah sama bagi seseorang yg telah "TERBEBASKAN" sepenuhnya?Ketika kondisi2 telah dilepaskan, tubuh fisik telah dilepaskan dan yg ada adalah tubuh dhamma, yang tidak terkondisikan.Sama seperti makna akan Dhamma itu sendiri.

Jika mengikuti secara serta merta dukkha=penderitaan=kelahiran... Dan kita memasukkan ke dalam Kebenaran Ariya ke 3, menjadi "Kebenaran Ariya tentang Berakhirnya kelahiran" Woooww...Bukankah terlihat seperti paham nihilis? Jika diskusi mencapai k tahap ini, tentu saya akan mengakhiri, karena yg ada adalah spekulasi semata. Karena dengan kapasitas yang ada saat ini, saya belum mencapai tahap melihat dan memahami sepenuhnya dengan pengalaman sendiri.

Mengenai Amitabha Buddha.
Jika berikrar untuk terlahir dalam Sukhavati setelah kematian setelah kehidupan ini, berarti kita tidak mempelajari Dhamma dari Siddharta dan berlatih sesuai ajarannya pada kehidupan ini?Itu hanya ada dalam pikiran makhluk malas!

Dan seperti Jhana, BANYAK praktisi yang telah melihat alam Sukhavati dan tubuh dhamma Amitabha Buddha sebelum harus MATI dahulu.

Apakah Sukhavati memungkinkan menjadi tempat melihat sendiri 4 Kebenaran Ariya?Jika memaknai dukkha = penderitaan, tentu saja TIDAK.Tapi apakah makna dukkha sebegitu sempitnya? ???
bro edward yang bijak,
semua itu sudah masuk kategori penderitaan....walau dukkha banyak arti..tetapi menuju pada 1.

sama seperti baik hati, suka menolong, welas asih.......menuju pada 1 yakni.
kebijaksanaan dan kebahagiaan.

paham nihilis? ^.^
sebuah paham nihilis itu berpikir ada sebab tanpa ada akibat.
misalkan seseorang yang hanya beranggapan hidup kali ini saja.
padahal bahwa apabila citta belum padam, mana mungkin tidak ada bhava?

4 kesunyataan mulia?...baca paticasammupada lagi lah..
ingat ada sebab ada akibat......citta padam yah akibat nya "tidak ada bhava"

nah pikiran malas?...justru "berharap" bertemu dengan buddha dengan hanya malafalkan nama semata...adalah pikiran berfantasi tingkat tinggi.
kenyataan saja lah

ada yang sekarang didepan mata mala berharap yang didepan...
ntar kalau sudah di alam sukhavati sana, diajarkan melafalkan nama buddha mana lagi?



Quote
Apakah Sukhavati memungkinkan menjadi tempat melihat sendiri 4 Kebenaran Ariya?Jika memaknai dukkha = penderitaan, tentu saja TIDAK.Tapi apakah makna dukkha sebegitu sempitnya? Huh?

saudara edward yang bijak,
kadang ketika kenyataan menujukkan sebenarnya mengapa mencari jalan pembenaran fantasi?
hadapi saja itulah jalan kebenaran.

ada yang mengatakan "masih ada 84.000 cara" atau ada juga yang masih berkata "daun yang belum digenggam Tathagatha itu banyak."
semua itu hanya mencari pembenaran....kebenaran sejati itu hanya ada "sekarang"
bukan "nanti" atau "masa lalu"

saya jadi sangat mengerti mengapa sariputta begitu mendengar nasehat dari bikkhu Assaji.
bisa merealisasikan kehidupan pemasuk arus....yakni hanya terlahir sisa 7x.

Ye dhamma hetupabhava
Tesam hetum Tathagataha
Tesam ca yo nirodho
Evam vadi mahasamano
Dari segala hal yang timbul oleh karena suatu kondisi,
‘Kondisinya’ telah diberitahukan oleh Tathagata;
Dan juga pengakhirannya,
Inilah yang diajarkan oleh Pertapa Agung.


diskusi telah berakhir...

banyak berkah pada anda,
semoga semua makhluk berbahagia

"ada penderitaan, tetapi tidak ada yang menderita
ada jalan, tetapi tidak ada yang menempuhnya
ada nibbana, tetapi tidak ada yang mencapainya"

salam metta.

1329
saya akhiri saja diskusi ini,
semoga anda semua bisa merenungkan nya......
saya mulai dari malafalkan amitabha....

masalah melafalkan amitabha, anda katakan semua buddha sama, dan dhamma-nya sama.

ketika melafalkan amitabha,di kehidupan sekarang ini..... katakanlah memiliki peluang 50%  untuk bisa ke alam sana....
dan ketika anda memenangkan peluang 50% tersebut... anda mesti dibimbing lagi oleh buddha amitabha...

apakah yang diajarkan buddha amitabha?  >> inilah pokok permasalahan-nya.

dikatakan Sammasambuddha gotama telah membabarkan dhamma dengan sempurna, hingga tidak ada satupun dirahasiakan-nya...
jadi...begitu anda berhadapan dengan buddha amitabha....disitu hanya mengulang kata-kata buddha gotama bukan...

mengapa tidak belajar sekarang saja disini?.....mari lihat untung rugi-nya?
1. untuk masuk ke alam tersebut, mesti berjuang tanpa keberhasilan 100%....mengapa dikatakan bukan 100%.....
karena tidak ada satupun orang yang mampu mengatakan bahwa "alam ini telah saya lihat",
berbeda dengan jhana yang dapat dicapai saat ini....dengan mengikuti petunjuk...ada bukti nyata lagi.

2.ternyata ketika anda telah masuk...anda hanya mendengarkan hal yang sama.
jikalau demikian apa bedanya belajar disini dan di sana?

3.buddha amitabha berkata "4 kesunyataan mulia"
 - kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan , sakit adalah penderitaan, kehilangan orang yang dicintai,dsb-nya...

bukankah hal ini merujuk pada kebohongan?...di sana kan tidak ada penderitaan...
apa anda mau menyatakan UUD45 di negara singapura? tidak berlaku kan....
jadi buddha mengajarkan kebenaran Absolut(paramatha)? atau kebenaran perspektif(samuthi)?

sama halnya disini dan disana.....


===================================
tidak ada alasan pergi kesana belajar dan berharap mendengar "dhamma special" yang membawa pada pencerahan.

kemudian apabila katakanlah telah berhasil ke sana dan telah belajar dhamma disana....
coba lihat perhatikan...

"sariputta
(murid utama yang dikatakan oleh sang buddha sebagai tauladan yang baik)
dikatakan akan terlahir lagi entah dikalpa mana, disitu akan mencapai sammasambuddha.
sampai disini...ternyata "kelahiran" bukan merupakan penderitaan lagi.
sudah berbalik fakta dengan 4 kesunyataan mulia..atau bahkan anda sendiri tadi menyatakan "kelahiran merupakan penderitaan"
dan ketika telah mencapai sammasambuddha parah nya lagi.

---kutipan sutra-----
Ketika Buddha itu sedang menginjak Jalan KeBodhisattvaan, Ia telah mengucapkan Prasetya Agung dengan berkata:"Setelah Aku menjadi Seorang Buddha dan setelah Aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutta Bunga Teratai Dari Hukum Yang Menakjubkan dikhotbahkan, maka disitulah Stupa-Ku akan muncul dan menjulang tinggi agar Aku dapat mendengarkan Sutta itu dan memberi kesaksian terhadap-Nya serta memuji-Nya dengan berkata:"Bagus sekali !"
----------------

jadi ternyata "anda belum bebas dari kelahiran"
belum bebas dari penderitaan?...padahal sudah jadi sammasambuddha loh. !!!

ditambah ini....

---kutipan sutra---
Pada saat itu Sang Sakyamuni Buddha bangkit dari tempat duduk Hukum-Nya untuk memperlihatkan Kekuatan Ghaib, dan meletakkan Tangan kanan-Nya diatas kepala-kepala dari Para Bodhisattva-Mahasattva yang tak terhitung jumlah-Nya serta bersabda demikian :
“Selama ratusan ribu koti asamkhyeya kalpa yang tanpa hitungan, Aku telah melaksanakan Hukum Kesunyataan Penerangan Agung yang aneh ini. Sekarang Aku percayakan kepada kalian. Sebar luaskanlah Hukum Kesunyataan ini dengan sepenuh hati Kalian dan tingkatkan serta suburkanlah di seluruh pelosok alam semesta.”
----------------

kapan yah bebas dari kelahiran?
atau saya ubah menjadi "kapan tidak menderita lagi?"

dan maka lengkaplah semua menjadi............

"buddha menyelamatkan makhluk hidup dari apa?
menyelamatkan dari penderitaan?... toh masih juga lahir...(berarti menderita)
buddha mengajarkan kebahagiaan....toh masih ada penderitaan....
renungkan lah ini.........^^


mari kita bahas lagi lebih lanjut..............
dikatakan telah beribu-ribu koti kalpa tidak terhingga,buddha telah mengajarkan hukum kesunyataan...


------kutipan sutra----
Kemudian Sang Buddha menyapa Semua Bodhisattva-Bodhisattva itu :"Wahai Putera-Putera-Ku Yang Baik ! Sekarang Aku harus memaparkan dan menyatakan dengan jelas kepada Kalian. Seandainya Kalian mengumpulkan atom-atom dari semua dunia itu, baik yang sudah di tebarkan maupun yang belum, kemudian menghitung setiap butiran atom itu sebagai satu kalpa, maka waktu sejak Aku menjadi Buddha masih juga melampaui semuanya ini dengan ratusan ribu koti nayuta asamkhyeya kalpa. Mulai saat itu dan seterusnya, Aku telah tiada henti-hentinya berkhotbah dan mengajar di dalam Dunia Saha ini serta memimpin dan menyelamatkan semua mahluk hidup di tempat-tempat lain dalam ratusan ribu koti nayuta asamkhyeya kawasan. Putera-Putera Yang Baik ! Selama waktu ini, Aku selalu bersabda mengenai Diri-Ku Sendiri sebagai Sang Buddha Cahaya Menyala, dan juga bersabda mengenai Buddha-Buddha yang lain serta menceritakan pula kepada Mereka tentang masuknya Para Buddha ke Nirvana. Demikianlah telah Aku gambarkan kepada Mereka secara Bijaksana.
-------

1.kok bisa lupa cara pencapaian sempurna, bahkan butuh guru bimbingan sampai lewat pemusik?
2.apa mesti menikah lagi dengan yasodhara? jadi siapa lagi calon berikut nya?
3.butuh 6 tahun menyiksa baru pencapaiannya kembali?...apakah pencapaian sammasambuddha bisa memudar?.....

ternyata baik buddha amitabha, buddha gotama, atau bahkan buddha maitreya....masih juga harus menderita....
sariputta pun ikut menjadi tumbal dari kelahiran.......termasuk calon murid yakni anda


inikah jalan menuju kebahagiaan?
bagian mana-nya yang bahagia?

yang ada hanya  P E N D E R I T A A N

banyak berkah pada anda..
salam metta.

1330
saudara edward yang bijak,
sudah di katakan berulang dan berulang, yang kita bicarakan adalah "kenyataan"

kembali ke pertanyaan awal.
bagi anda saudara edward, "apakah kelahiran merupakan penderitaan?"

Dan saya mengulang dan mempertegas kalimat saya karena adanya permintaan dari rekan Semit. :)

"apakah kelahiran merupakan penderitaan?"
Ya. :)
bagus, dan apakah anda setuju juga,
jikalau akhir dari derita adalah  "tanpa kelahiran" ?


1331
Sekali lagi Marcedes, rasanya anda kurang mengerti.

Coba saya jawab secara singkat kepada anda:

Yang ada dalam SUTTA VERSI THERAVADA ITU SALAH!!
KARENA DALAM SUTRA MAHAYANA BERBEDA!
So, MEMASUKKAN KUTIPAN SUTTA THERAVADA TIDAK RELEVAN, KARENA ISI-nya RANCU,MELENCENG dan MELAYANG-LAYANG DARI DHARMA YANG SEBENARNYA!


Rekan TS,
Dengan postingan ini, anda telah melanggar aturan yang anda buat sendiri, atas dasar apakah Saudara mengatakan Sutta versi Theravada itu SALAH?

tadinya saya ingin meng-click report to moderator, tapi saya pikir tidak ada gunanya karena anda adalah moderatornya.

Mohon Klarifikasi.

Ok, saya setuju.
Jika anda memank sudah bisa melihat kenyataan secara murni dan jelas, mari anda berbagi dengan kita semua sehingga saya pun, yang masih belajar ini bertambah pengetahuannya agar bisa melihat kenyataan secara murni dan jelas.
Karena kedua aliran memiliki referensi yg berbeda, akan lebih baik jika kenyataan dapat dijelaskan tanpa terikat embel2 menurut "Sutta ini benar, menurut Sutra ini salah".Karena jika tetap berpatokan dengan hal tersebut, pembahasan akan berujung pada debat kusir.
Karena jujur saja, dengan segala ketebatasan yg ada, sutra/sutta yg saya baca itu baru sangat sedikit.

Rekan Marcedes, karena anda yang sebagai partner diskusi dengan saya, bisakah tolong bantu memberikan klarifikasi seperti yg rekan Semit minta?Atau anda pun ternyata sebenarnya membutuhkan klarifikasi seperti rekan Semit?
Tuan Mod/TS yg baik,
saya mungkin mekakukan kesalahan dengan nimbrung langsung setelah 11 halaman, sebelum membaca thread ini dari awal, karena saya merasa surorised dengan statement anda. dan sambill saya membaca thread ini dari awal, bisakah menjelaskan aturan khusus berdiskusi di thread ini, selain yang terdapat dalam posting pertama. misalnya. semua pertanyaan yg memohon klarifikasi kepada TS/Mod akan dialihkan ke lawan diskusi dari TS.


Ok, karena Marcedes tidak dapat membantu, saya akan menjelaskan sendiri.
Sebelum penjelasan saya, ada alasan mengapa saya meminta pada Marcedes untuk bantu menjelaskan, karena saya perlu mengetahui respon tertulis mengenai statement saya.Yaitu persamaan visi.Dengan begitu diskusi dapat berjalan dengan lancar tanpa adu2 referensi yang berbeda.
Dan penjelasan saya mengenai statement saya ialah:
1.Kalimat itu sebagai kalimat "pemotong" secara langsung pada beberapa member yang secara eksplisit maupun tidak, membanding2kan sutra Mahayana dengan Sutta Theravada.Bahwa menurut sutta itu "x", tapi jika menurut sutra itu "y", bearti "y" itu salah.Saya melihat ada arah diskusi menuju ke arah ini, tentu saja saya akan MENCEGAH, sebelum hal tersebut terjadi.Karena jika benar2 terjadi, akan menjadi debat kusir, dan saya sebagai moderator pasti akan menutup thread ini.Dan jika ujung2nya debat kusir, thread ini akan percuma dan tidak akan membawa manfaat.

2.Apakah isi sutra dan sutta berbeda?
Jika isi dari kedua kitab tersebut sama persis, apakah akan timbul yang namanya THERAVADA DAN MAHAYANA?
Bagi yang gemar menelusuri jejak2 sejarah penulisan sutta / sutra, silahkan diteliti dan dilihat.Dari awal penulisan aja udh beda.Tetapi keduanya memiliki sejarah dan jejak yang sangat kuat.
Bagaimana bisa beda? I don't know.

Untuk itulah, salah satu tujuan dari saya memulai thread ini ialah, agar kita sama2 bisa melihat dan menjembatani segala perbedaan yang ada.Hal ini tentu saja sulit, bagi saya sendiri yg bertugas sebagai Moderator,dan bagi kawan2 yang tertarik untuk berdiskusi. Karena diperlukan NETRALITAS, KETERBUKAAN, DAN SIKAP MENGHARGAI yang kuat agar diskusi dapat berjalan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
saudara edward yang bijak,
sudah di katakan berulang dan berulang, yang kita bicarakan adalah "kenyataan"

kembali ke pertanyaan awal.
bagi anda saudara edward, "apakah kelahiran merupakan penderitaan?"

1332
Ada berbagai metode dalam kultivasi Sukhavati, selain dengan merenungkan keagungan dan tanda2 dan gambaran seorang Buddha Amitabha, bisa juga dengan pelafan. Pelafalan tentu tidak sebatas dalam ucapan, tetapi memfokuskan pikiran dlm 1 titik, yaitu sosok Amitabha Buddha. Selain itu, "efek" dari pemfokusan terus menerus akan menumbuhkan " kebiasaan" akan selalu mengingat seorang Buddha, sehingga memungkinkan akan terlahir di sukhavati.

Dari kalimat saya di atas, apakah ada yg bisa melihat korelasinya dengan, Buddhanusati, Samatha Bhavana, dan karma baik dari "KEBIASAAN" mengingat akan dhamma dlm sistem Abhidhamma?
sosok nya saja belum pernah dilihat...
mau disuruh berfantasi sampai dimana saudara edward?

jika merenungkan buddhanusati. disitu seorang yogi bisa membangkitkan saddha dimana seorang buddha tercerahkan.
dikarenakan "Dhamma-nya."
jadi bukan sekedar percaya buddha...tetapi "apa yang ditemukan buddha"

buddha dan dhamma itu tidak dapat dipisahkan....
tidak mungkin meng-Agung-kan "sesosok" yang tidak ada "apa-apa-nya"
buddha di agungkan karena menemukan Dhamma, dan Dhamma ada karena Buddha menemukan.

kalau samantha bhavana.....melafalkan nama itu memicu pikiran agar tidak lari dan konsentrasi ke objek awal...
tidak mungkin mencapai konsentrasi yang baik apabila "si penggerak" yg dipakai.

mengingat kebiasaan baik?....saya tidak melihat adanya perbuatan baik/buruk apabila seseorang mengucapkan "besok hari sabtu" selama 100x.
semua itu dari pikiran-nya.

salam metta.

Apakah ada salah satu dari kita ini yg pernah melihat secara langsung sosok Siddharta?

Buddha memank tidak dapat dipisahkan dengan Dhamma.Bukankah banyak terdapat tulisan dalam sutta/sutra bahwa ada banyak dunia laen dengan Buddha masing2? Ato jgn2 tulisan seperti itu hanya ada dalam sutra yah?
Lain lagi, bukankah kualitas semua buddha itu sama?
Dhamma ada dimana2, bahkan ada sebelum kedatangan Samyaksambuddha, rasanya lebih tepat jika dikatakan bahwa seorang Samyaksambuddha "hanya" memutar roda dhamma dengan menemukannya kembali dan membabarkannya kepada semua makhluk agar dapat menemui dhamma.

Saya rasa ada yg salah dengan anda pahami dalam pelafalan Amitabha.

Membiasakan diri untuk selalu fokus pikirannya dan merenungkan sosok Buddha tidak ada gunanya?

Kalau memank seperti ini "pakem" pemikiran anda,  stament 1 n 2 sudah ditolak, tentu stament 3 sebagai akibat, udh pasti tidak relevan.
bro edward yang bijak,

tanpa melihat buddha, seseorang mampu mencapai tingkat kesucian....dikarenakan dhamma yang begitu nyata.

"ada sebuah kisah seorang pemuda belum pernah melihat "buddha gotama" dan memanggil buddha gotama dengan sebutan "sahabat" pemuda tersebut mencapai tingkat kesucian dikarenakan mendengarkan dhamma yang nyata

tetapi bagaimana dengan pelafalan amitabha ?
sudah point jelas disitu,

anda katakan buddha semua sama, dan dhamma semua sama.
lalu "apa yang diajarkan buddha amitabha?"  penderitaan saja tidak ada di sana.

dengan demikian pertanyaan anda "apakah pernah melihat sosok siddharta?"
jawabannya. "tidak secara fisik"
tetapi melihat "4 kesunyataan mulia di sekarang merupakan penglihatan"

saya rasa kata buddha "barang siapa melihat dhamma, maka melihat buddha"
kalau amitabha?... liat ajaran dmana?

4 kesunyataan mulia?  jalan beruas 8?....................

tahukah yang saya maksud kenyataan saat ini.  penderitaan



Quote
jika demikian saya bertanya dari awal
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

Penderitaan itu sebab atau akibat?
bro edward, pertanyaan ini saya tujukkan kepada anda...

"apakah menurut bro edward kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

saya menjelaskan tentang suatu gambaran (umum) apa?
anda menjelaskan tentang apa?
mengenai keyakinan,
klo seseorang atau anda melangkah bertindak karena (didahului) apa?
saat ada pengakuan kata-kata 'namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa.' itu mencerminkan apa?
saat ada pengakuan kata-kata 'aku berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha' itu mencerminkan apa?
apakah anda sudah berjumpa Buddha?
dengan sudah mengetahui, melihat pintu (pikiran) itu, apakah anda sudah dapat melihat 'keBuddhaan'?
apakah DHAMMA/kebenaran yang sesungguhnya?
apakah karma itu?
apakah mengalami kelahiran dan kematian yang berulang-ulang itu?
apakah anda sebelumnya sudah melihat 'Nibanna'?
apakah anda sudah mencapai arahat?
mengapa anda mengikuti jalan dan memegang teguh ajaran guru Buddha dan mencerminkan pengakuan sebagai umat/pengikut/murid?
apakah dengan pengajaran jalan umum sekarang yang dapat dimengerti oleh intelektualitas anda (sebagai bukti anda dapat menjelaskan dengan baik dan dapat melakukan) anda sudah tercerahkan, melihat dan berlaku segala sesuatunya apa adanya seperti Buddha/mereka yang tercerahkan melihat?
dan yang terakhir, apakah anda sudah mengalami semuanya itu? klo belum karena apa anda memiliki (memegang teguh) pengetahuan itu?
berbahagialah mereka yang belum melihat namun percaya.
(catatan : bisa berbeda makna tulisan jika seperti tendensi bung hendarko tulis "Berbahagialah orang yang percaya namun tidak melihat.", muncul ketidak-murnian pencerapan/pandangan karena apa?)
sebab seperti guru Buddha bilang :
Pada saat itu Yang Dijunjungi mengucapkan suatu gatha yang berbunyi :
Barang siapa melihat-Ku dalam wujud,
Barang siapa mencari-Ku dalam suara,
Dia mempraktekkan jalan menyimpang,
Dan tidak dapat melihat Hyang Tathagatha.

sesungguhnya dari kisah penjelasan kalimat diatas, sebenarnya kita sudah (pernah) melihat atau belum? apa yang membuat manusia tidak melihat atau terbatasi melihat?

teori saja, tindakan meraih apa yang belum terlihat, pengalaman-kebenaran kenyataan teori yang dinyatakan (sebagai pembelajaran untuk meraih/menuju hasil yang belum terlihat), jika menuju untuk mencapai hasil di depan belum terlihat itu karena apa?
good hope and love
coedabgf
saudara coedabgf yang bijak,
saya berjumpa dengan 4 kesunyataan mulia yang merupakan kenyataan depan mata.
pertanyaan anda mengenai  ini

Quote
apakah DHAMMA/kebenaran yang sesungguhnya?
apakah karma itu?
apakah mengalami kelahiran dan kematian yang berulang-ulang itu?
apakah anda sebelumnya sudah melihat 'Nibanna'?
apakah anda sudah mencapai arahat?
mengapa anda mengikuti jalan dan memegang teguh ajaran guru Buddha dan mencerminkan pengakuan sebagai umat/pengikut/murid?

ketika kita mempratekkan 4 kesunyataan mulia yang merupakan realita.....
semua pertanyaan ini tidak lah perlu lagi ditanyakan.......

mengapa?
karena akan membawa anda melihat hakekat magga dan phala....yakni berkurangnya "keinginan"
padam nya "keserakahan"
padam nya "kebencian"
padam nya "kebodohan"  >>> ya salah satu jika tidak bisa melihat "penderitaan" dan beranggapan bahwa "kelahiran" bukan penderitaan.

mohon maaf, tetapi jika anda tidak mempratekkan jalan tersebut........
anda hanya akan menjadi penghitung sapi milik orang lain...yakni dengan berkata

"apakah anda telah mencapai tingkatan tertentu?
apakah anda pernah merealisasikan nibbana?
apakah anda pernah merealisasikan ini, itu , dsb-nya?
saya rasa disini kita semua belum mencapai apa-apa, mari belajar bersama-sama.
inilah pengucapan-pengucapan dimana biasanya dipakai seseorang yang belajar dhamma seperti menghitung sapi milik orang lain...

sehingga antara fantasi dan fakta sudah sulit dibedakannya.

=========================================================
jalani lah 4 kesunyataan mulia, dan anda temukan betapa banyak pula sisi menyedihkannya semua yang terbentuk ini...

dan ketika anda telah sampai pada tahap tertentu, semua ini sudah menjadi tidaklah ada apa-apa-nya.

pernah kah anda melihat realita kehidupan ini?
lalu apa yang menyebabkan "keinginan" melafalkan amitofo lagi?

jawaban nya ada disitu.

banyak berkah pada anda
salam metta.

1333
bro edward yang bijak,
logika tidak selama-nya benar, tetapi kenyataan/fakta yang pasti benar.

kalau masalah diskusi,
sebuah diskusi akan memiliki arah yang baik apabila, memakai kenyataan sebagai acuan..
tetapi kalau sudah pakai fantasi...yah tentu bercabang-cabang.

Ok, saya setuju.
Jika anda memank sudah bisa melihat kenyataan secara murni dan jelas, mari anda berbagi dengan kita semua sehingga saya pun, yang masih belajar ini bertambah pengetahuannya agar bisa melihat kenyataan secara murni dan jelas.
Karena kedua aliran memiliki referensi yg berbeda, akan lebih baik jika kenyataan dapat dijelaskan tanpa terikat embel2 menurut "Sutta ini benar, menurut Sutra ini salah".Karena jika tetap berpatokan dengan hal tersebut, pembahasan akan berujung pada debat kusir.
Karena jujur saja, dengan segala ketebatasan yg ada, sutra/sutta yg saya baca itu baru sangat sedikit.
jika demikian saya bertanya dari awal
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"

1334
Ada berbagai metode dalam kultivasi Sukhavati, selain dengan merenungkan keagungan dan tanda2 dan gambaran seorang Buddha Amitabha, bisa juga dengan pelafan. Pelafalan tentu tidak sebatas dalam ucapan, tetapi memfokuskan pikiran dlm 1 titik, yaitu sosok Amitabha Buddha. Selain itu, "efek" dari pemfokusan terus menerus akan menumbuhkan " kebiasaan" akan selalu mengingat seorang Buddha, sehingga memungkinkan akan terlahir di sukhavati.

Dari kalimat saya di atas, apakah ada yg bisa melihat korelasinya dengan, Buddhanusati, Samatha Bhavana, dan karma baik dari "KEBIASAAN" mengingat akan dhamma dlm sistem Abhidhamma?
sosok nya saja belum pernah dilihat...
mau disuruh berfantasi sampai dimana saudara edward?

jika merenungkan buddhanusati. disitu seorang yogi bisa membangkitkan saddha dimana seorang buddha tercerahkan.
dikarenakan "Dhamma-nya."
jadi bukan sekedar percaya buddha...tetapi "apa yang ditemukan buddha"

buddha dan dhamma itu tidak dapat dipisahkan....
tidak mungkin meng-Agung-kan "sesosok" yang tidak ada "apa-apa-nya"
buddha di agungkan karena menemukan Dhamma, dan Dhamma ada karena Buddha menemukan.

kalau samantha bhavana.....melafalkan nama itu memicu pikiran agar tidak lari dan konsentrasi ke objek awal...
tidak mungkin mencapai konsentrasi yang baik apabila "si penggerak" yg dipakai.

mengingat kebiasaan baik?....saya tidak melihat adanya perbuatan baik/buruk apabila seseorang mengucapkan "besok hari sabtu" selama 100x.
semua itu dari pikiran-nya.

salam metta.

1335
Sekali lagi Marcedes, rasanya anda kurang mengerti.

Coba saya jawab secara singkat kepada anda:

Yang ada dalam SUTTA VERSI THERAVADA ITU SALAH!!
KARENA DALAM SUTRA MAHAYANA BERBEDA!
So, MEMASUKKAN KUTIPAN SUTTA THERAVADA TIDAK RELEVAN, KARENA ISI-nya RANCU,MELENCENG dan MELAYANG-LAYANG DARI DHARMA YANG SEBENARNYA!
saudara edward yg bijak,
dalam sutra mahayana (saya lupa nama sutra nya, kalau tahu namanya bisa kasih info donk) dikatakan gotama telah mencapai pencerahan baik sebelum dilahirkan di suku sakya,bahkan jauh sebelum kelahiran-nya menjadi pertapa sumedha.

kok,beliau bisa lupa akan pencerahan-nya?
sehingga butuh guru-guru bahkan mesti 6 tahun menyiksa diri.atau bahkan sampai lewat pemusik?


Pages: 1 ... 82 83 84 85 86 87 88 [89] 90 91 92 93 94 95 96 ... 102
anything