//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - marcedes

Pages: 1 ... 81 82 83 84 85 86 87 [88] 89 90 91 92 93 94 95 ... 102
1306
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 02 April 2009, 11:55:51 PM »
saudara fabian c yg sangat baik

kalau saya jawab apa bukan tendesius ^^

yah saya mencobanya dan tidak ada yg bisa saya dapat darinya. apa yg saya harap dapat dari meditasi anapanasati?

_/\_

Saudara Encarta yang baik,

Saya tidak menganggap jawaban saudara yang ini bersifat tendensius.
Bolehkah saya tahu apa yang tidak saudara dapatkan dari meditasi? Apa yang saudara harapkan dari meditasi Anapanasati?

sukhi hotu

 _/\_

Saudara Fabian c yang baik

maaf jadi pertanyaan meditasi
kalau saya meditasi memakai cara anapanasati misalnya, saya cuma duduk diam memperhatikan nafas saya, dari mulai duduk dan hitungan tarikan nafas pertama, sampai saya bangun dari duduk bersila .
tidak ada perubahan , cuma duduk diam dan memperhatikan nafas saja :P
yang saya harapkan sih cuma.. ada yg berbeda saja. he..

 [at] marcedes yg bijak: dhamma adalah dhamma , kenyataan adalah kenyataan . makanya ada katanya
menurut saya sih tidak terlalu tepat. kenyataan masih termasuk dalam dhamma
dan dhamma termasuk dalam kenyataan. ^^

1307
Theravada / Re: AbhiDhamma Class
« on: 02 April 2009, 11:37:48 PM »
mau nanya dalam abhidhamma ada disebutkan kalau tidak salah mengenai lobhamula citta 8.
dan ahetuka-kusala-vipaka-citta 8.

bisakah di perinci + contoh....

salam metta.

1308
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 02 April 2009, 10:52:24 PM »
saudara Coedabgf yang bijak,
saya masih menunggu jawaban anda....

saudara Encarta yang bijak,
tidak lah penting ini "dhamma" ini bukan "dhamma".....kata "dhamma" memiliki banyak arti disini sekarang...karena-nya lebih baik kalau memakai "kenyataan" sebagai "pengganti kata "dhamma"

bukankah ajaran buddha mengenai "Dhamma" itu semua sesuai "kenyataan."
jadi secara ringkas "Dhamma = kenyataan."

salam metta.

1309
Sutta Vinaya / Sabasava Sutta
« on: 02 April 2009, 12:31:33 AM »
SABASAVA SUTTA (2)

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993
Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava tinggal di Jetavana, Anathapindika Arame, Savathi. Di sana Beliau menyapa para Bhikkhu: "Para bhikkhu."
"Ya, Bhante," jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava berkata sebagai berikut:
"Para bhikkhu, aku akan menerangkan kepadamu tentang dukkha, dengar dan perhatikan baik-baik apa yang kukatakan."
"Baiklah, Bhante," jawab mereka. Lalu Sang Bhagava berkata:

"Para bhikkhu. Kukatakan bahwa dukkha itu akan terhenti pada diri seseorang yang mengerti dan melihat, bukan pada diri seseorang yang tidak mengerti dan tidak melihat. Apakah yang dimengerti dan dilihat? Perhatian yang benar dan perhatian yang tidak benar. Bila seorang tidak memperhatikan dengan benar, maka muncullah dukkha baru dan bertambahlah dukkha yang telah ada. Bila seorang memperhatikan dengan benar, dukkha yang akan timbul dapat dihindari dan dukkha yang telah ada dapat dilenyapkan.
Dukkha dapat dihilangkan dengan melihat (dassana). Dukkha dapat dihilangkan dengan pengendalikan diri (samvara). Dukkha dapat dihilangkan dengan penggunaan (patisevana). Dukkha dapat dihilangkan dengan penahanan (adhivasana). Dukkha dapat dihilangkan dengan penghindaran (parivajjana). Dukkha dapat dihilangkan dengan penghapusan (vinodana). Dukkha dapat dihilangkan dengan pengembangkan (bhavana).
Dukkha apakah yang dapat dihilangkan dengan cara melihat? Para bhikkhu, begini, orang biasa yang tidak terpelajar, yang tidak menghargai, tidak memahami dan tidak berdisiplin dengan ajaran orang-orang pandai dan bijaksana. Tidak mengerti hal-hal yang penting untuk diperhatikan, atau hal-hal apakah yang tidak penting untuk diperhatikan. Sehingga dia tidak memperhatikan hal-hal yang penting untuk diperhatikan dan dia memperhatikan hal-hal yang tidak penting untuk diperhatikan.

Apakah hal-hal yang ia perhatikan? Adalah hal-hal yang menyebabkan munculnya dukkha yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal yang ia perhatikan.
Apakah hal-hal yang ia tidak perhatikan? Adalah hal-hal yang tidak menyebabkan munculnya dukkha yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal yang ia tidak perhatikan.
Dengan memperhatikan hal-hal yang tidak perlu diperhatikan dan tidak memperhatikan hal-hal yang perlu untuk diperhatikan, dukkha yang baru muncul dan dukkha yang lama bertambah.

Beginilah caranya dia berpikir dengan tidak bijaksana: 'Apakah aku ada di masa lalu? Apakah aku tidak ada di masa lalu? Bagaimanakah aku di masa lalu? Menjalani apa dan bagaimanakah aku di masa lalu? Akankah aku ada di masa mendatang? Tidak adakah aku di masa mendatang? Menjadi apakah aku di masa mendatang? Bagaimanakah aku di masa mendatang? Mengalami apa dan bagaimanakah aku pada masa mendatang.'Atau dia merasa ragu-ragu tentang keberadaannya sekarang: 'Benarkah aku? Tidakkah aku ada? Sebagai apakah aku? Bagaimanakah aku? Kapankah keadaan ini muncul? Ke mana aku akan muncul?'
Bila ia berpikir demikian dengan kurang bijaksana, satu dari enam macam pandangan muncul pada dirinya:

1. 'Keakuan terhadap dirinya' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
2. 'Ketidakakuan terhadap dirinya' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
3. 'Aku mencerap keakuan bagi diriku' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
4. 'Aku mencerap ketidakakuan bagi diriku' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
5. 'Aku mencerap keakuan dan ketidakakuan' muncul sebagai suatu hal yang benar dan mutlak.
6. 'Aku mencerap ketidakakuan dan keakuan' sebagai suatu hal yang benar dan mutlak, atau dia akan berpandangan bahwa akulah yang bicara dan merasakan dan mengalami akibat dari perbuatan baik atau buruk: tetapi milikku ini adalah kekal, selama-lamanya, abadi, tak dapat berubah, dan akan berlangsung selamanya.

Pandangan macam ini disebut kekaburan pandangan, kebuasan pandangan, kerusakan pandangan, keragu-raguan pandangan, belenggu pandangan. Orang biasa yang tak terpelajar dan terikat dengan belenggu pandangan-pandangan ini, tidak akan ada yang terbebas dari kelahiran, umur tua dan kematian dengan penderitaan dan ratap tangis, rasa sakit, takut dan putus asa; dia tidak terbebas dari penderitaan.
Orang yang terpelajar, yang menghargai, memahami dan berdisiplin dengan ajaran orang-orang pandai dan bijaksana. Mengerti hal-hal yang penting untuk diperhatikan, atau hal-hal apakah yang tidak penting untuk diperhatikan. Sehingga dia tidak memperhatikan hal-hal yang tidak penting untuk diperhatikan dan dia memperhatikan hal-hal yang penting untuk diperhatikan.

Apakah hal-hal yang ia tidak perhatikan? Adalah hal-hal yang menyebabkan munculnya dukkha yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal yang tidak seharusnya yang ia perhatikan.
Apakah hal-hal yang ia perhatikan? Adalah hal-hal yang tidak menyebabkan munculnya dukkha yang baru atau bertambahnya dukkha yang sudah ada yang berasal dari nafsu indera, keakuan dan ketidaktahuan. Inilah hal-hal yang seharusnya yang ia perhatikan.
Dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dan tidak memperhatikan hal-hal yang tidak perlu untuk diperhatikan, dukkha yang baru tidak muncul dan dukkha yang lama dapat dihilangkan.
Beginilah bagaimana ia berpikir dengan bijaksana: 'Ini adalah dukkha (penderitaan), ini adalah asal mula dukkha, ini adalah terhentinya dukkha dan ini adalah jalan yang menuju terhentinya dukkha'.
Ketika dia memperhatikan jalan ini dengan bijaksana, tiga belenggu dapat ditinggalkannya: keinginan untuk bertumimbal lahir, ketidakpastian dan kemelekatan terhadap upacara-upacara.
Ini disebut sebagai dukkha yang dapat dihentikan dengar cara melihat.

Apakah dukkha yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri?
Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana dapat mengendalikan kesulitan matanya. Bila dukkha jasmani dan perasaan bisa timbul pada seorang bhikkhu yang tidak dapat mengendalikan kesulitan matanya, maka tidak ada dukkha atau beban emosi yang timbul jika dia dapat mengendalikan kesulitan matanya. Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan matanya ...
... kesulitan penciumannya ....
... kesulitan pengecapannya ....
... kesulitan pendengarannya ....
... kesulitan badannya ....
Berpikir dengan bijaksana dia dapat mengendalikan kesulitan pikirannya... tak ada dukkha jasmani dan perasaan yang timbul bila pikirannya terkendali. Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang pikirannya tidak terkendali, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang pikirannya terkendali. Inilah yang disebut penderitaan yang dapat dihentikan dengan pengendalian diri.

Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan penggunaan? Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana menggunakan sebuah jubah sebagai pelindung dari dingin, panas dan untuk melindungi diri dari lalat, angin, panas yang membakar serta serangga tanah, juga hanya bertujuan untuk menutupi bagian tubuh yang vital.
Berpikir dengan bijaksana dia tidak menggunakan patta (mangkuk)-nya untuk hiburan atau kesombongan, tidak pula untuk keelokan dan hiasan. Tetapi sekedar untuk kelangsungan hidupnya, untuk menghilangkan rasa sakit dan membantu perkembangan batin (berpikir): 'Beginilah aku akan menghentikan kesadaran lama tanpa menimbulkan kesadaran baru dan terhindar dari kesalahan, aku akan hidup dengan benar dan sehat'.
Berpikir dengan bijaksana dia menggunakan tempat peristirahatan untuk melindungi diri dari dingin, gangguan lalat, angin, panas terik dan serangga tanah. Dan hanya sekedar menghindar dari bahaya-bahaya cuaca dalam menikmati istirahat.
Berpikir dengan bijaksana dia menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan diri dari sakit, sekedar untuk melindungi diri dari rasa sakit yang timbul dan mengurangi rasa sakit itu.
Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang tidak menggunakan segala sesuatunya dengan baik, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada seorang yang menggunakan segala sesuatunya dengan baik.
Ini yang disebut penderitaan yang dapat dihentikan dengan penggunaan.

Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan penahanan? Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana menahan dingin, panas lapar, haus dan gangguan dari lalat, angin, panas dan serangga tanah, dia menahan diri dari menghina, kata-kata kasar dan perasaan yang menyakitkan, menyiksa, yang menusuk hati, yang mengkhawatirkan, mengancam dan membahayakan kehidupan.
Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang tidak dapat menahan, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada seorang yang dapat menahan.

Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan penghindaran? Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana menghindar dari seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, anjing liar, ular, batang pohon yang roboh, semak belukar, tanah berlubang, tebing batu, lubang dan lubang bawah tanah; berpikir dengan bijaksana untuk menghindar: duduk di kursi yang tidak menyenangkan, berkelana di tempat yang tidak cocok, bergaul dengan orang bodoh; yang mana hal-hal ini dianggap merupakan perbuatan salah oleh orang bijaksana. Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang tidak dapat menghindar, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada seorang yang dapat menghindar.

Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan penghapusan? Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana tidak membiarkan pikiran yang ditimbulkan oleh nafsu indera ... oleh kekesalan ... oleh penderitaan; dia tinggalkan, benar-benar menghilangkannya dan memusnahkannya. Dia tidak membiarkan hal-hal yang salah dan tidak berguna untuk timbul; ditinggalkannya, benar-benar menghilangkannya dan memusnahkan hal-hal itu.
Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang tidak dapat menghapus pikiran-pikiran ini, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada seorang yang dapat menghapus mereka.

Apakah penderitaan yang dapat dihentikan dengan pengembangan? Seorang bhikkhu berpikir dengan bijaksana, mengembangkan perhatian dari faktor-faktor penerangan sempurna (satisambojjhanga) yang merupakan penahanan diri, tanpa nafsu dan menghentikan hal-hal yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya.
Dia mengembangkan penelitian Dhamma dari faktor-faktor penerangan sempurna (dhammavicayasambojjhanga)
... faktor semangat (viriya) penerangan sempurna ....
... faktor kegiuran (piti) penerangan sempurna ....
... faktor ketenangan (passaddhi) penerangan sempurna ....
... faktor konsentrasi (samadhi) penerangan sempurna ....
... faktor keseimbangan batin (upekha) penerangan sempurna, yang merupakan penahanan diri, tanpa nafsu, menghentikan hal-hal yang menyebabkannya dan berubah tidak melakukannya.

Bila dukkha jasmani dan perasaan dapat muncul pada seorang yang tidak dapat mengembangkan hal-hal itu, maka sebaliknya tidak ada dukkha jasmani dan perasaan yang dapat muncul pada seorang yang mengembangkannya.
Segera setelah penderitaan seorang bhikkhu dapat ditinggalkan dengan cara melihat (ke dalam) (dassana), menahan, menggunakan, menghindar, menghilangkan dan mengembangkan telah dapat ditinggalkan, dia akan disebut sebagai seorang bhikkhu yang dapat menghentikan semua penderitaan: dia menghentikan keinginan (tanha), melepaskan belenggu (samyojana) dan telah mengakhiri penderitaan dengan penembusan kesombongan (mana)."
Demikian yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa puas dan gembira dengan kata-kata Sang Bhagava.

1310
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 11:00:08 PM »
bro mercedes.., makanya saya bilang beda kan... tuh, menunjuk (menyatakan pada pribadi bukan secara umum) dengan mempertanyakan.
klo mempertanyakan itu menimbulkan suatu pencarian atau pembuktian. Klo karena ada kelekatan keakuan, menunjuk/pernyataan bisa-bisa sifatnya subyektif (sedikit kearah fanatisme, keyakinan yang menggebu-gebu), padahal bukan karena keraguan pada keyakinan yang sedang dijalani, tetapi bro fabian melihat secara obyektif tentang kemungkinan masih adanya sikap spekulatif.
sahabat coedabgf,
saya menanti jawaban anda...^^

masalah saudara fabian melihat spekulatif, saya langsung saja tanyakan
"apakah pandangan (kelahiran = penderitaan) merupakan kenyataan atau khayalan?"
silahkan saudara fabian jawab sendiri..

salam metta.

1311
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 07:28:24 PM »
Saudara marcedes yang baik,
Nampaknya ada salah paham disini, saya tak pernah mengatakan bahwa terlahir bukan dukkha, bukan hanya waktu terlahir, waktu kita berada dalam kandunganpun juga sudah dukkha.

Setiap saat kita mengalami dukkha, tetapi tidak banyak orang yang menyadari hal ini. Bagi orang yang tak pernah melihat dukkha atau yang membutakan matanya terhadap dukkha, maka dukkha baginya tidak lebih dari suatu khayalan (ini bisa juga disebabkan motif diskusi mencari pembenaran bukan mencari kebenaran), karena ia tidak lagi berbicara dari segi realitas sesungguhnya berdasarkan apa yang dialaminya, tetapi berdasarkan buku dan menolak kenyataan yang terjadi pada dirinya sendiri.

Kita bisa melihat contoh orang-orang yang mengalami bencana, mereka berusaha menghibur diri, menyangkal diri sendiri dengan mengatakan bahwa bencana itu adalah suatu "cobaan" yang merupakan berkah, ia bahkan mungkin berterima kasih dan mengatakan ia berbahagia terhadap cobaan ini dengan alasan Tuhan masih memperhatikannya dengan memberikan "cobaan"

Pernahkah saudara Marcedes menemui orang seperti ini?

Bantahan saya pada postingan sebelumnya saya tujukan kepada orang-orang yang menganggap bahwa tidak ada orang suci di dunia ini.
Memang pada jaman tiada Sammasambuddha sulit menemui orang suci, tetapi sekarang adalah jaman dimana ajaran Sang Buddha Gotama masih mudah didapatkan, sehingga masih banyak orang suci bertebaran, bahkan hingga saat ini.

Tetapi bagaimana kita bisa membuktikan hal itu ? Oleh karena itu walaupun dalam hati nurani kita tidak menerima (termasuk saya juga tidak sependapat bila dikatakan pada jaman sekarang tak ada orang suci di dunia ini) tetapi dengan pahit kita harus mengakui bahwa kita tak dapat membuktikan bahwa banyak orang suci di dunia ini.. ya kan...? Argumen apapun yang kita ajukan dengan mudah ditolak.

Oleh karena itu jalan paling baik bagi orang-orang yang tidak percaya untuk membuktikan sendiri...demikian juga orang yang percaya...

Sehingga tidak lagi terombang-ambing, percaya... tidak percaya.... karena ia sudah membuktikan sendiri.

Semoga menjadi jelas

sukhi hotu,

 _/\_
sahabat fabian, bukan anda yang saya maksudkan disitu...
tetapi kepada saudara coedabgf. mungkin lebih tepat nya "anda lah yang salah paham" ^^


pertanyaan saya kepada anda, adalah
Quote
saudara fabian yang bijak,,
kalau ada seseorang sudah mengalami dan menilai sendiri realita, tetapi disitu ada "keraguan" dimana kenyataan yang terjadi tidak sama yang dipikiran...
itu disebut apa?

salam metta namaste

atau lebih disederhanakan menjadi
disebut apakah "orang ini" apabila setelah makan garam dan merasa ASIN, tetapi masih ada keraguan bahwa dan berpikir "apa memang rasa garam asin?"
padahal dipikirnya sebelum memakan garam adalah "netral alias tidak ada rasa apa-apa"



Quote
Setiap saat kita mengalami dukkha, tetapi tidak banyak orang yang menyadari hal ini. Bagi orang yang tak pernah melihat dukkha atau yang membutakan matanya terhadap dukkha, maka dukkha baginya tidak lebih dari suatu khayalan (ini bisa juga disebabkan motif diskusi mencari pembenaran bukan mencari kebenaran), karena ia tidak lagi berbicara dari segi realitas sesungguhnya berdasarkan apa yang dialaminya, tetapi berdasarkan buku dan menolak kenyataan yang terjadi pada dirinya sendiri.

Kita bisa melihat contoh orang-orang yang mengalami bencana, mereka berusaha menghibur diri, menyangkal diri sendiri dengan mengatakan bahwa bencana itu adalah suatu "cobaan" yang merupakan berkah, ia bahkan mungkin berterima kasih dan mengatakan ia berbahagia terhadap cobaan ini dengan alasan Tuhan masih memperhatikannya dengan memberikan "cobaan"

Pernahkah saudara Marcedes menemui orang seperti ini?
ya, itu yang saya maksudkan, ketika seseorang belum pernah melihat dukkha, mereka akan menolak penyataan bahwa kelahiran = dukkha"

sama seperti menolak bahwa rasa garam adalah ASIN.
orang seperti ini adalah seperti contoh saya...

Quote
nah,bagaimana jika ada seseorang tertancap anak-panah, kemudian orang tersebut "tidak-mengetahui dengan pasti dirinya sedang menderita atau tidak, atau bahkan jika orang ini mengetahui bahwa penyebab derita nya adalah anak-panah ini tertancap di tubuh-nya

orang ini mencari obat, walau dari mana pun juga,
tetapi berpikir"saya tidak tahu pasti saya sedang menderita atau tidak"
atau kah orang ini berpikir "saya sedang menderita, tetapi saya tidak tahu dari mana sumber derita-nya"

apakah orang ini dapat menemukan obat yang cocok?

atau bahkan "ketika dia mengetahui sedang menderita akibat anak-panah" dirinya bukan mencari jalan mencabut anak-panah...tetapi mencari jalan untuk menancapkan anak-panah ke-2x-nya atau bahkan lebih,
dan berpikir "mungkin sakit ini bisa teratasi dengan membuat badan menjadi kebal dengan rasa sakit."
orang ini tidak tahu persis ataukah tahu persis apa yang membuat nya menderita....tetapi mencari obat menghilangkan penderitaan....adalah hal gatal di kepala tetapi garuk dipantat.

dan jika anda saudara fabian bertanya apakah saya pernah bertemu dengan orang seperti ini.....
jawabannya adalah saya adalah orang nya dahulu dan memang agama yang saya anut adalah agama yang identik dengan "cobaan" pada waktu itu....
bahkan pada waktu itu saya adalah "pengurus dan aktivis gerej* selama kurang lebih 3 thn.

coba banyangkan sudah 3 tahun tenggelam dalam khayalan,akan tetapi sebelum 3 tahun itu juga lebih parah lagi....
jadi jangan tanyakan lagi agama apa yang saya anut sebelum nasran*


Quote
Bantahan saya pada postingan sebelumnya saya tujukan kepada orang-orang yang menganggap bahwa tidak ada orang suci di dunia ini.
Memang pada jaman tiada Sammasambuddha sulit menemui orang suci, tetapi sekarang adalah jaman dimana ajaran Sang Buddha Gotama masih mudah didapatkan, sehingga masih banyak orang suci bertebaran, bahkan hingga saat ini.

Tetapi bagaimana kita bisa membuktikan hal itu ? Oleh karena itu walaupun dalam hati nurani kita tidak menerima (termasuk saya juga tidak sependapat bila dikatakan pada jaman sekarang tak ada orang suci di dunia ini) tetapi dengan pahit kita harus mengakui bahwa kita tak dapat membuktikan bahwa banyak orang suci di dunia ini.. ya kan...? Argumen apapun yang kita ajukan dengan mudah ditolak.

Oleh karena itu jalan paling baik bagi orang-orang yang tidak percaya untuk membuktikan sendiri...demikian juga orang yang percaya...
namaste
kata-kata anda itu sudah saya tulis berkali-kali dalam bentuk bahasa berbeda

dimana ketika saudara Coedabgf yang bijak menuliskan syair - nya
dan saya me-reply dengan
"pemikiran seperti ini, hanya ada pada orang "awam" yang belum melihat kenyataan"

mengapa?
karena orang yang sudah melihat kenyataan, mana mungkin berkata "disini semua khayalan"

ibarat orang buta berkata "semua disini warna hitam"

apa orang yang mata nya masih baik, mengatakan demikian?
tentu tidak mungkin...

maka dari itu saya mengatakan "pemikiran itu" hanya dimiliki orang "awam" saja yang belum melihat kenyataan.
sama seperti orang buta yang hanya melihat semua hitam....dan berkata "yang saya lihat kenyataan"
tetapi tidak sadar dirinya sedang "buta"


Quote
Oleh karena itu jalan paling baik bagi orang-orang yang tidak percaya untuk membuktikan sendiri...demikian juga orang yang percaya...

Sehingga tidak lagi terombang-ambing, percaya... tidak percaya.... karena ia sudah membuktikan sendiri.
sebuah diskusi tentu baik jika ada persamaan dalam sebuah titik tengah...karena tanpa itu diskusi tidak akan mendapatkan jawaban.

nah, untuk mendapatkan titik tengah itu...saya merumuskan sebuah pertanyaan
"apakah kelahiran=penderitaan?"
inilah titik tengah yang saya rumuskan....

ketika semua umat mahayana sudah mengatakan "tidak" maka dari awalnya sudah saya stop membahas ini.
makanya ketika saudara Edward mengatakan "YA" , maka saya menujukkan jawabannya itu ber-kotradiksi dengan yang di pelajari mahayana.

karena mana ada orang yang sudah tahu bahwa "kelahiran=penderitaan", tetapi masih ingin lahir lagi? apakah orang ini bijak?
seperti contoh saya....
sudah tertusuk anak panah, dan mengatakan "saya menderita karena anakpanah ini"
akan tetapi bukan mencari cara untuk mencabut anak-panah, melainkan mencari cara MENUSUK kan lagi sampai 2 atau lebih.

sudah tahu "kelahiran=penderitaan", tetapi masih mau lahir lagi 2x atau lebih.
apakah kebahagiaan yang dicari? bagian mana kebahagiaan itu?

"ada penderitaan tetapi tidak ada yang menderita
ada jalan tetapi tidak ada yang menempuh-nya
ada nibbana tetapi tidak ada yang mencapai-nya"



================
masalah mengapa saya munculkan brahmajala sutta.. ^^
disitu cukup jelas

ketika "saya mempertanyakan bahwa apakah garam rasa-nya asin"
saudara coedabgf menjawab
Quote
Semua (masih) hanyalah kekhayalan
Mau keluar kekhayalan memakai kekhayalan
Menyelami yang sejati (masih) terikat pada yang terkondisi
Menilai yang Mutlak dari (keterbatasan) pengalaman persepsi kemelekatan (pada) yang sementara
jadi kebenaran sejati itu seperti apa?
karena seandai-nya kalau anda bilang "tidak tahu" mengapa anda mengatakan bahwa itu "semua khayalan"

ini sama persis dengan masalah "rahasia Tuh*n"
ketika kita bertanya jauh kepada seorang pendet*, maka pendet* berkata "ini rahasia Tuha*"
berarti pendet* tersebut tahu persis rahasia-nya.

jadi sebaiknya kepada saudara coedabgf membocorkan sedikit, "kebenaran sejati itu apa" kepada kita semua.
^^


salam metta.

1312
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 04:14:53 PM »
[...]
sebenarnya yang saya tanyakan disitu, adalah
"jika  penderitaan=kelahiran bukan realita atau kebenaran sejati, lantas kebenaran sejati itu apa?
hanya saja pertanyaan ini agaknya menyudutkan member dan tidak sejalan rule forum.

Silahkan ditanyakan saja.
Dalam diskusi 2 argumen berbeda, pasti argumen yang satu menyudutkan yang lain. Selama yang disudutkan bukan pribadi dan masih relevan dengan konteks yang dibahas, tidak melanggar rule forum kok.

terima kasih atas info - nya
salam metta.

1313
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 04:02:52 PM »

saudara Marcedes yang baik,
Mohon dijelaskan lebih lanjut apa inti pertanyaan saudara, karena seseorang yang telah "melihat realita yang sesungguhnya" tak akan ada keraguan terhadap pengalaman yang dilihatnya/dialaminya.

Ia masih mungkin ragu terhadap hal-hal lain atau berbicara untuk menghilangkan keraguan orang lain atau mengemukakan pandangan orang lain yang merasa ragu, tetapi ia sendiri tak akan mengemukakan keraguan terhadap apa yang dialaminya.

Sama perumpamaan seseorang yang telah pergi ke Ancol, ia tak akan ragu mengenai Ancol, bahwa ada ancol, ada jalan ke Ancol.

Tetapi ia masih mungkin berbicara dari sudut pandang orang yang merasa ragu apakah Ancol ada atau tidak ada (hanya sekedar supaya pembicaraan nyambung), apakah ada jalan ke Ancol dsbnya. Tetapi ia sendiri tak akan ragu terhadap apa yang sudah dialaminya.

Umpamanya bila dia berbicara dengan orang yang tak percaya bahwa ada Ancol:
-"Saya mengerti anda beranggapan bahwa Ancol tidak ada"
- "Bagi orang yang percaya Ancol ada itu merupakan spekulasi, bagi orang yang tak percaya Ancol ada juga merupakan spekulasi"
- "Oleh karena itu yang terbaik adalah mencoba menyelidiki sendiri"

Apakah dengan pernyataan itu mencerminkan bahwa ia merasa tidak yakin dengan apa yang dialaminya?

sukhi hotu,
 _/\_
sahabat Fabian C yang bijak,
maka oleh sebab itu, saya mempertanyakan "apakah kelahiran=penderitaan menurut semua disini"?

saya menyatakan demikian, dikarenakan tidak ada keraguan sama sekali dalam pandangan saya bahwa "kelahiran = penderitaan"
saya sangat yakin pernyataan ini dikarenakan memang sesuai kenyataan yang saya lihat.
bukan spekulasi, atau mengada-ngada atau khayalan tingkat tinggi.

======================

masalah mengapa disebut ada keraguan...


Quote
Apakah perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang telah mengalami? Perkataan percaya atau tidak percaya relevan bagi mereka yang belum mengalami.

ini sama seperti yang saya ungkapkan...
pemikiran dimana "percaya atau tidak, dan "kelahiran=penderitaan relevan bagi siapa pun" adalah orang yang "belum" mengalami realita.

sedangkan seseorang yang "telah" mengalami nya tidak akan mungkin berpikir demikian.


dan menurut Saudara Coedabgf mungkin(dan mudah-mudahan tidak seperti yang saya harapkan), disitu semua disini hanya masih "awam" dan tidak ada yang tercerahkan....jadi berdiskusi dengan menggunakan berbagai kata- apapun "di-anggap-nya" adalah teori saja...tanpa realita...

maka oleh sebab itu saya berani mempernyatakan bahwa "kelahiran = penderitaan"

1.5. "Para bhikkhu, jika seseorang menghinaKu, Dhamma atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghinaKu, Dhamma atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?" "Tidak, Bhagava" "Jika orang lain menghinaKu, Dhamma atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: 'Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami,4 itu tidak ada pada kami.'"

1.6. "Jika orang lain memujiKu, Dhamma atau Sangha, [3] kalian tidak boleh gembira, bahagia atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memujiKu, Dhamma atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: 'Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami.'"

--------------------------

saya persingkat menjadi sebuah peristiwa,


jika ada seseorang telah di tembak anak-panah dan tertusuk...."orang ini menderita"
orang ini mengetahui dengan pasti "bahwa penderitaan-nya ada karena anak-panah tertancap ditubuh-nya"

anak panah ini mencari obat, yang mampu mencabut anak-panah dari tubuh-nya.
apapun obat yang dicari-nya, tujuan nya adalah SATU.
yaitu "mencabut anak-panah"

sama hal nya kelahiran, membawa penderitaan...tanpa kelahiran tidak ada penderitaan....
demikian kemana-pun orang ini berguru...mencari pertapa atau pendeta/pastor/ustad/brahmana/dewa/dewi/bikkhu/bikkhuni/atau orang jahat sekalipun...
tujuan nya tetap sama "bebas dari kelahiran"

----
nah,bagaimana jika ada seseorang tertancap anak-panah, kemudian orang tersebut "tidak-mengetahui dengan pasti dirinya sedang menderita atau tidak, atau bahkan jika orang ini mengetahui bahwa penyebab derita nya adalah anak-panah ini tertancap di tubuh-nya

orang ini mencari obat, walau dari mana pun juga,
tetapi berpikir"saya tidak tahu pasti saya sedang menderita atau tidak"
atau kah orang ini berpikir "saya sedang menderita, tetapi saya tidak tahu dari mana sumber derita-nya"

apakah orang ini dapat menemukan obat yang cocok?

atau bahkan "ketika dia mengetahui sedang menderita akibat anak-panah" dirinya bukan mencari jalan mencabut anak-panah...tetapi mencari jalan untuk menancapkan anak-panah ke-2x-nya atau bahkan lebih,
dan berpikir "mungkin sakit ini bisa teratasi dengan membuat badan menjadi kebal dengan rasa sakit."


demikian seperti dikatakan Ven,Ajahn Chah,
gatal di kepala, garuk nya di pantat.


oleh karena itu "seseorang" yang telah pergi ke-ancol, mengetahui dengan pasti Ancol seperti apa..
tidak lah mungkin berpikir
"yang saya lihat ini masih khayalan,dan orang lain semua melihat nya belum tentu sama seperti saya"

sama seperti seseorang yang telah menyelami realita "penderitaan=kelahiran" apakah seseorang ini masih bisa berpikir "yang saya alami ini belum nyata masih khayalan, dan orang lain juga belum tentu berpikir sama?"

maka oleh itu saudara Coedabgf yang bijak,ketika saya mengganti pertanyaan.
Quote
kalimat nya mengartikan menjadi :
jadi kesementaraan / ketidakkekalan bukan nyata menurut anda?
ataukah kalimat nya mengartikan menjadi
"kesementaraan yang dicapai saat ini belum menujukkan jawaban sebenar-benar-nya"

sebenarnya yang saya tanyakan disitu, adalah
"jika  penderitaan=kelahiran bukan realita atau kebenaran sejati, lantas kebenaran sejati itu apa?
hanya saja pertanyaan ini agaknya menyudutkan member dan tidak sejalan rule forum.

dikarenakan anda mengatakan "semua" ini bukan kebenaran sejati, berati anda tahu "kebenaran sejati".. tetapi jika saya tanyakan kepada anda lalu anda mengatakan "bahwa saya juga masih belum mengetahui"

mengapa anda katakan "semua ini bukan kebenaran sejati"?

ibarat anda belum pernah memakan garam, lalu saya katakan garam itu asin, anda bilang bukan...
kemudian saya lanjutkan "anda sudah pernah makan garam?, lalu anda bilang belum....
dari mana jawaban "bukan-nya"

inilah pandangan berbelit-belit.


mohon maaf kan saya jika tidak berkenaan...
semoga kita bukan menambah kebencian, bahkan menambah wawasan bagaimana hebat nya cinta kasih.
salam metta.

1314
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 10:23:46 AM »
Quote
semoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"

salam metta.


kesementaraan (ketidak-kekalan). Bukan (realitas/kenyataan) kebenaran yang asli/sejati.
 _/\_
kalimat nya mengartikan menjadi :
jadi kesementaraan / ketidakkekalan bukan nyata menurut anda?
ataukah kalimat nya mengartikan menjadi
"kesementaraan yang dicapai saat ini belum menujukkan jawaban sebenar-benar-nya"

salam metta.

1315
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 01 April 2009, 12:22:13 AM »
Quote
semoga ada yang dapat merenungi dan mengerti menanggalkan/meninggalkan rakit (khayalan diri/palsu)
sahabat coedabgf yang bijak,
oke lah andaikata saya salah dan masih melekat dengan khayalan diri/atta,dll....

saya ganti bertanya dengan memohon petunjuk dari anda,
"kelahiran harus dipandang seperti apa?"


salam metta.

1316
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 31 March 2009, 03:41:05 PM »
menyatakan orang lain berspekulasi juga pernyataan yg spekulasi bukan ;D

Iya benar...setuju... Tapi... saya tak mengatakan siapa berspekulasi kan...? Sebab saya sendiri kadang-kadang juga berspekulasi tanpa saya sadari....  ;D  Kita hanya saling asah...asih...asuh...kan? (ceu Lily mode on...)   :)

Quote
Quote

Hanya orang yang telah menyelidiki dengan seksama (melalui teori dan praktek terarah) yang mengetahui apakah teori Dhamma spekulasi atau bukan...

nah.... yg menjadi permasalahan bukannya hal tersebut adalah spekulasi atau bukan...

tetapi apakah kita mau menyelidiki spekulasi tersebut dalam Dhamma sang Buddha.. itu yg jadi point.

Memang inilah maksud saya, kita jangan terburu-buru men-judge (mengenai Dhamma), kita coba buktikan... sebelum menilai...

Saya rasa rekan2 disini memang berhasrat tuk berehipassiko ria :D

so... dalam bahasa yg simpel... kita cukup mengingatkan untuk ehipassiko dan kalama sutta kan ;D


semoga ane ma ente faham :D

Agree... no preconceived idea... ehipassiko dan Kalama Sutta

semoga kita semua mendapatkan kemajuan spiritual...

sukhi hotu,

 _/\_
saudara fabian yang bijak,,
kalau ada seseorang sudah mengalami dan menilai sendiri realita, tetapi disitu ada "keraguan" dimana kenyataan yang terjadi tidak sama yang dipikiran...
itu disebut apa?

salam metta namaste

1317
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 31 March 2009, 03:35:19 PM »
saudara coedabgf, yang bijak

hanya pertanyaan simple saja saya tanyakan....
"apakah kelahiran=penderitaan itu adalah kenyataan atau bukan"

hanya ini saja.........
ibarat seseorang bertanya "apakah sakit perut itu menyenangkan?"

apakah harus dijawab dengan, sakit adalah ilusi, ilusi adalah kosong, kosong ada begini-begitu..
lalu atta, anatta,anicca dan segala teori tingkat tinggi dan lengkap sudah. ^^
===========================================
saya jadi ingat ketika membaca buku ajahn Brahm, mengenai pertanyaan Ajahn chah yang ditujukan kepada Ajahn Brahm yakni "brahmavamso,mengapa?"

lalu Ajahn Brahm tidak tahu harus menjawab apa dan berkata "saya tidak mengerti"
kemudian Ajahn Chah tersenyum, dan berkata "setiap seseorang bertanya,Mengapa? maka jawaban paling tepat adalah "tidak ada apa-apa"

karena memang tidak ada apa-apa...

====

masalah spekulasi,

apakah saya berspekulasi masalah ini?....satu hal yang mungkin dilupakan.
kenyataan tetap kenyataan.. tidak akan bisa di rubah atau dispekulasikan.

tanyakan sekarang "apakah saya sedang mengalami proses kelapukan?"
(nyata sekarang saja lagi)
------------
"Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapuandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini."
------------
saya tidak tahu anda pernah meditasi atau tidak...........
jika anda pernah, maka apakah tarikan nafas yang anda rasakan itu SPEKULATOR(masa lalu / masa depan) atau kenyataan saat ini?

(ehipassiko sekarang pun boleh, tarikan nafas tidak butuh waktu banyak ^^)

Quote
Siapakah umat Buddhist (baik rohaniawan atau awam) yang sudah tercerahkan?
sudah di bilang 3x dan mungkin ini 4x -nya. ^^
"pemikiran" seperti ini hanya ada pada umat "awam" yang belum punya kebijaksanaan tentang ini.
sedangkan apabila seseorang sudah "memiliki" kebijaksanaan, itu "telah di-alami-nya" dan bukan "akan dialami-nya"

salam metta namaste

1318
DhammaCitta Press / Re: Saldo Dana DhammaCitta Press
« on: 31 March 2009, 09:15:26 AM »
saran :
bagaimana jika DC berkembang menjadi seperti Ehipassiko baru-baru ini?
dengan dana seperti itu...bisa mengundang beberapa guru terkenal untuk seminar dan duit hasil seminar itu dipakai untuk diputar...
atau bisa juga menjual kaos,accesoris atau bahkan jatukham ^^

masalah deposit, pakai deposit 1 bulan juga gpp...walau bunga nya tidak sebesar 1 tahun ^^

1319
Tolong ! / Re: mohon bantuan doa
« on: 31 March 2009, 09:03:43 AM »
kasih saran juga,
biasa nya kalau ada piutang yang tidak terbayar, dalam jumlah kurang 100 juta, sebaiknya tidak perlu ditagih....
yah,cuma kasih metta saja, biasanya ampuh loh. ^^

hanya seperti yang dikatakan Sis Yuli, kalau lawannya preman dan seperti itu, mending lebih baik meningkatkan harga nyawa kita saja..

saya sendiri mengerti masalah piutang yang tidak terbayar, karena saya juga punya costumer yang kredit macet...

===================
masalah kasih metta.
( saya harap anda tidak sekedar memberikan metta demi duit,karena ini forum kemajuan batin juga. jadi sebaiknya tujuan nya lebih dari itu )

coba mungkin sekitar lewat 6 bulan atau 1 tahun, anda jika bertemu dengan orang tersebut...temani cerita atau ngajak ngopi......
atau kalau ada hari "raya" beri parsel atau bahkan ultah nya...

saya tidak jamin 100% karena semua tergantung kamma, tetapi cara seperti ini sudah saya buktikan
dan setidak nya ada beberapa costumer yang bandel jadi baik. ^^

semoga cepat sembuh
salam metta namaste

1320
Studi Sutta/Sutra / Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2
« on: 30 March 2009, 07:18:24 PM »
2.23. "Ada, para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana yang adalah geliat-belut.48 Saat ditanya tentang masalah ini atau itu, mereka menggunakan pernyataan-pernyataan menghindar, dan mereka menggeliat bagaikan belut dalam empat cara. Apakah itu?"

2.24. [Pandangan salah 13] "Dalam hal ini ada seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku tidak mengetahui sebenarnya apakah hal ini baik [25] atau buruk. Tanpa mengetahui apakah ini benar, aku menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", dan hal itu mungkin suatu kebodohan, dan akan membuatku menderita.Dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.49' Demikianlah karena takut berbohong, tidak suka berbohong,50 tetapi ketika ia ditanya tentang persoalan itu, ia menghindar dan menggeliat seperti belut: 'Aku tidak mengatakan ini, aku tidak mengatakan itu, aku tidak mengatakan sebaliknya. Aku tidak mengatakan tidak. Aku tidak tidak mengatakan tidak' Ini adalah kasus pertama."

2.25. [Pandangan salah 14] "Apakah cara ke dua? Di sini seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku akan menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", dan aku akan merasakan keinginan atau nafsu atau kebencian atau penolakan. Jika aku merasakan keinginan atau nafsu atau kebencian atau penolakan, itu akan menjadi kemelekatan bagiku. Jika aku merasakan kemelekatan, itu akan membuatku menderita, dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.' [26] Demikianlah, karena takut akan kemelekatan, tidak menyukai kemelekatan, ia menghindar ... ini adalah kasus ke dua."

2.26. [Pandangan salah 15] "Apakah cara ke tiga? Di sini seorang pertapa atau Brahmana yang tidak mengetahui yang sebenarnya apakah suatu hal baik atau buruk. Ia berpikir: 'Aku akan menyatakan: "Itu baik", atau "Itu buruk", tetapi ada para pertapa dan Brahmana yang bijaksana, terampil, pendebat terlatih, bagaikan pemanah yang dapat membelah rambut, yang mengembara menghancurkan pandangan-pandangan orang lain dengan kebijaksanaan mereka, dan mereka akan menanyaiku, menuntut alasan-alasanku dan berdebat. Dan aku mungkin tidak mampu menjawab. Tidak mampu menjawab akan membuatku menderita, dan jika aku menderita, itu akan menjadi rintangan bagiku.' Demikianlah, karena takut berdebat, tidak suka berdebat, ia menghindar. Ini adalah kasus ke tiga." [27]

2.27. [Pandangan salah 16] "Apakah cara ke empat? Di sini, seorang pertapa atau Brahmana adalah tumpul dan bodoh.51 Karena ketumpulan dan kebodohannya, ketika ia ditanya, ia akan mengemukakan pernyataan menghindar dan menggeliat seperti belut: 'Jika engkau bertanya kepadaku apakah ada dunia lain jika aku berpikir demikian, aku akan mengatakan ada dunia lain. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak mengatakan sebaliknya. Dan aku tidak mengatakan tidak ada, dan aku tidak tidak mengatakan tidak ada.' 'Apakah tidak ada dunia lain? ...' 'Apakah ada dunia lain dan juga tidak ada dunia lain? ...' 'Apakah bukan ada dunia lain dan juga bukan tidak ada dunia lain? ...'52 'Apakah ada makhluk-makhluk yang terlahir secara spontan? ...'53 'Apakah tidak ada ...?' 'Keduanya ...?' 'Bukan keduanya ... ?' 'Apakah Tathagata ada setelah kematian? Apakah Beliau tidak ada setelah kematian? Apakah Beliau ada dan juga tidak ada setelah kematian? Apakah Beliau bukan ada dan juga bukan tidak ada setelah kematian? ...'54 'Jika aku berpikir demikian, aku akan mengatakan demikian ... Aku tidak mengatakan tidak.' Ini adalah kasus ke empat."

2.28. "Ini adalah empat cara [28] yang oleh para pertapa dan Brahmana yang adalah geliat-belut gunakan untuk menghindar ... Tidak ada cara lain."

------

3.71. "Sehubungan dengan semua ini ..., [45] mereka mengalami perasaan-perasaan ini melalui kontak yang berulang-ulang melalui enam landasan-indria;77 perasaan mengkondisikan keinginan; keinginan mengkondisikan kemelekatan; kemelekatan mengkondisikan penjelmaan; penjelmaan mengkondisikan kelahian; kelahiran mengkondisikan ketuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesedihan dan kesusahan.78"

"Ketika, para bhikkhu, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya muncul dan lenyapnya enam landasan kontak, keindahan dan bahayanya, dan kebebasan darinya, ia mengetahui apa yang melampaui semua pandangan ini."

3.72. "Pertapa dan Brahmana yang manapun yang adalah para spekulator tentang masa lampau atau masa depan atau keduanya, memiliki pandangan kokoh pada persoalan tersebut dan mengusulkan pandangan spekulatif, semua ini terperangkap dalam jaring dengan enam puluh dua bagian, dan kemanapun mereka masuk dan mencoba untuk keluar, mereka tertangkap dan terkurung dalam jaring ini. Bagaikan seorang nelayan ahli atau pembantunya yang menutup sebagian air dengan jaring yang baik, berpikir: 'Makhluk besar apapun yang ada di air ini, mereka semuanya terperangkap dalam jaring, [46] dan terkurung dalam jaring', demikian pula dengan semua ini: mereka terperangkap dan tertangkap dalam jaring ini."

3.73. "Para bhikkhu, jasmani Sang Tathagata yang berdiri tegak dengan unsur-unsur yang menghubungkannya dengan jasmani akan menjadi hancur.79 Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi. Para bhikkhu, bagaikan ketika tangkai serumpun mangga dipotong, maka semua mangga pada rumpun itu akan jatuh bersamanya, demikian pula jasmani Sang Tathagata dengan unsur-unsurnya yang menghubungknnya dengan penjelmaan telah terpotong. Selama jasmani ini ada, para dewa dan manusia dapat melihatnya. Tetapi saat hancurnya jasmani dan habisnya umur kehidupan, para dewa dan manusia tidak akan melihatnya lagi."

seperti nya sama saja arti nya suhu sumedho...^^

apa perlu saya ganti kata-katanya biar lebih spesifik?
tetapi disini bakalan menambah kebencian jika tidak waspada..
tetapi jika waspada,bahkan mendatangkan kebijaksanaan,

salam metta.

Pages: 1 ... 81 82 83 84 85 86 87 [88] 89 90 91 92 93 94 95 ... 102