//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - marcedes

Pages: 1 2 [3] 4 5 6
31
Diskusi Umum / keajaiban [ adakah yang tahu sebab-nya? ]
« on: 11 November 2009, 12:29:17 AM »
dekat rumah saya ada seorang bapak[etnis tionghoa] sekitar umur 50-60 tahun....
bapak ini membawa mobil sendiri...

tiba-tiba tanpa disadari banyak melihat kearah mobil-nya dan orang berteriak "woi kamu lindas[injak] orang"
ternyata bapak ini tidak sadar kalau sudah menyeret seseorang di bawah mobil sepanjang sekitar 30-50 meter !!!.

kemudian yang diseret itu terlempar ke arah gerobak bakso, bakso pun tumpah ke korban tersebut....lukanya sudah dipastikan parah banget...
massa pun semakin banyak datang, tiba-tiba bapak ini keluar dari mobil
[dan sangat ketakutan,karena pasti di hajar ramai-ramai ditempat pikir-nya, apalagi daerah rasis ]

tetapi tidak satupun massa yang mengoroyok, bahkan polisi yang datang sampai membawa bapak ini ke t4 teduh, dan menawarkan bakso dan air minum untuk menenangkan bapak ini.....
kemudian korban tabrak pun di bawa ke rumahsakit.....besok hari-nya...

ke kantor polisi...polisi nya heran....loh kok beda !!!...


---------------------------------------------------------------------------------------------------
tahu mengapa bapak ini selamat dari pengoroyokan?
karena semua yang melihat bapak ini, melihat bapak ini seorang wanita, bahkan polisi yang mencatat kejadian melaporkan bahwa "wanita menabrak warga"

padahal kalau dilihat bapak ini, bagian mananya tampak wanita? gw heran rambut pendek seperti cukur angkong-angkong...beruban pula...muka-nya juga "sangat angkong-angkong"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

kemudian, polisi tersebut keherangan, "bapak-bapak ternyata" [ padahal kemarinnya liat wanita ]
bahkan sanak keluarga korban yang di tabrak.....malah heran kemarin juga lihat wanita, kok sekarang pria?
saksi kejadian pun melihat wanita menabrak....

kemudian korban di rawat di rumah sakit selama sekitar 7 hari.....
dan pada saat itu korban merasa baikan dan badannya segar...dan tahu-tahu begitu sekitar 10 jam, meninggal.....
[seperti biasa, dimana yg mau meninggal tiba-tiba merasa segar dan fit...itu pertanda mau mati]

padahal gw pikir bakalan terjadi pengganyangan etnis seperti dulu..
yang sy tidak habis pikir " bagaimana mungkin angkong-angkong di lihat seperti wanita? "

ternyata bapak ini sebelum berangkat ada firasat tidak baik, kemudian dia pergi sembhayang sambil berkata "semoga saya di lindungi..."
ini cerita nyata loh...

waktu saya dengar cerita ini pertama kali, saya sdh nyangka kalau akan terjadi pengganyangan etnis seperti dulu.....

----------------
mungkin istri bapak ini yang sudah lama meninggal yg malah melindungi suami-nya..soalnya saya kenal dan berteman dengan anak dari bapak itu..

32
Theravada / Sila,Samadhi Panna dan buah mangga
« on: 09 November 2009, 10:55:18 PM »
Sila adalah Ayah, Ibu adalah Dhamma.
mula-mula kita harus memiliki Sila, artinya ucapan dan perbuatan baik,
ini akan menghasilkan ketenangan, karena bila ucapan dan perbuatan baik, kita tidak akan gelisah - sehingga ketenangan akan tumbuh.
Sila,samadhi, panna adalah jalan yang di lalui semua arahat untuk mencapai pencerahan. ketiga nya adalah satu

Sila adalah samadhi, samadhi adalah sila, samadhi adalah panna, panna adalah samadhi...
seperti buah mangga, ketika pohon mangga ber-daun, kita menyebutnya bunga/daun pohon mangga, saat ia berbuah kita menyebutnya buah mangga, saat masak.kita menyebutnya mangga masak...dan mangga yg kecil pun tumbuh menjadi besar...
kita boleh menyebutnya buah yang berbeda atau sama...demikian sila,samadhi, panna pada akhirnya menuju pencerahan.

Mangga tumbuh dari masih berbentuk daun/bunga  kemudian mennjadi buah yang masak...kita pun demikian, banyak orang takut menjadi tua...mereka tidak ingin menjadi tua.dan menyesal setelah itu..

mereka se-akan tidak suka makan buah mangga yang masak..[ bahkan jika mangga itu tidak masak di pohon, kita menyimpannya hingga masak ]

tapi kita sendiri tidak mau menjadi tua...orang yang seperti itu, baiknya tidak usah makan mangga masak...cukup menguyah daun atau bunga -nya....
dengan menyadari hal ini kitapun menjadi tenang dan segala nya menjadi jelas  :)

Jalan menuju kebebasan...

33
Diskusi Umum / yg penting dan tidak penting
« on: 05 November 2009, 12:04:04 AM »
apa anda tahu VIRUS NIPAH?
saya kemarin menonton film dokumenter dari TV...tentang virus tersebut.
saya akan menjelaskan sekilas, mohon anda perhatikan baik-baik

sampai sekarang virus tersebut tidak diketahui dari mana asal mula-nya.
semula virus ini tidak di ketahui pengobatan-nya....
bahkan banyak ternak yang mati, parahnya lagi virus ini bisa berpindah dari ternak ke manusia.

virus ini menyerang manusia dan ternak dengan
1.membuat sesak nafas dan infeksi pada saluran pernapasan
2.kemudian kesadaran menipis
3.demam tinggi.

dengan penelitian tim medis, akhir nya didapatkan formula pengobatan...
anda tahu dari mana formula itu?
ternyata dari hewan mamalia yakni kalelawar....virus itu sudah lama di temukan dalam darah kalelawar, akan tetapi anti-virus dalam tubuh kalelawar dapat melawan-nya..

oleh sebab itu tim medis memakai jaringan darah kalelawar guna membentuk obat....

-------------------------------------------------------------------------
apa anda tahu EBOLA...virus yang mematikan yang tidak ditemukan
asal mula-nya dari mana, kemudian bahkan tidak diketahui pengobatan-nya sampai sekarang.
dan masih banyak lagi virus-virus seperti itu..

demikian ajaran Buddhasasana......Buddha tidak mengajarkan
"asal mula alam semesta" tidak mengajarkan bagaimana manusia pertama di alam semesta....kapan, bagaimana....

Buddha hanya menjelaskan sekilas tentang proses bumi terbentuk dan hancur....dan itu sudah terjadi sangat banyak sekali...
dalam cula-malunyka sutta, Buddha tidak mengajarkan karena alasan

Quote
karena hal itu belum diterangkan oleh Sang Tathagata maka orang itu akan mati. Misalnya, ada orang yang terkena panah beracun, lukanya dalam, karena kenalan dan keluarganya membawa seorang dokter operasi, tetapi orang itu berkata: 'Saya tak mau dokter saya, kedudukannya, aramanya, apakah ia pendek atau tinggi, hitam atau cerah kulitnya, ia tinggal di kota atau di desa .... bentuk panah yang melukai itu. Hal-hal itu belum dapat diketahui, orang itu telah meninggal, demikian pula halnya dengan kamu Malunkyaputta.
ada pula di potthapada sutta, dan beberapa sutta Buddha menjelaskan bahwa, mengajarkan hal ini tidak membawa pada pencerahan...

dan apakah yang Buddha ajarkan. yang penting, yang bermanfaat ?

Quote
# Malunkyaputta ingatlah apa yang saya tidak terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang saya terangkan adalah diterangkan. Apakah yang saya tidak terangkan? Itu adalah 'dunia kekal, dunia tidak kekal, ..... setelah meninggal Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.' Apa yang saya tidak terangkan ini adalah tidak menghubungkan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip penghidupan suci (brahmacari) itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian. Pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), nibbana.

# Apakah yang saya terangkan ? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).

# Mengapa saya terangkan ? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip brahmacari, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung (sambodhi), nibbana."
Itulah yang dibabarkan Sang Bhagava Bhikkhu Malunkyaputta menjadi puas dan gembira.
demikian juga dalam Simsapa sutta, Potthapada sutta...maupun dalam brahmajala sutta

demikian Tim medis....tidak terlalu mementingkan mencari TAHU dari mana asal mula virus nipah tersebut....
tetapi menemukan obat adalah solusi terbaik...

Ajaran Buddha juga demikian, tidaklah penting dari mana asal mula semua itu....tetapi akhir dari penderitaan adalah yang terpenting.
yakni NIBBANA.


may all being happy.  _/\_

34
Diskusi Umum / nikah setelah meninggal
« on: 22 October 2009, 06:27:02 PM »
ada kisah aneh, tapi nyata...

nih orang[pria] sudah meninggal, tapi sekitar beberapa minggu...keluarga nya di beri mimpi......bahwa dia ingin menikah...dengan wanita yg tinggal jalan XXXX, alamat rumahnya pun lengkap nomor XXX..

waktu itu yang di beri mimpi ini keluarga-nya[bukan ortu] dan lagi agama-nya Pantekost* loh......
kemudian karena sering di kasih mimpi...maka pergilah ke alamat tersebut...
eh,tau-tau orang yang di-alamat itu ada Wanita juga meninggal.......ga lama...terus keluarga wanita itu juga di kasih mimpi sama wanita itu ke alamat pria....

percaya ga percaya,terus di adakan upacara pernikahan seperti bawa kue, angpao,dsb-nya....ini kisah nyata loh soalnya pihak pria itu keluarga jauh gw....


--------------------------
yg jadi pertanyaan?
kalau menurut buddhism...
peta adalah tidak mungkin...karena alam ini penuh derita,seperti kelaparan, makan dahak muntahan...dsb-nya..
neraka adalah mustahil....karena disiksa terus-menerus....
jadi kemungkinan keduanya lahir di asura atau alam dewa?

apakah ada yg mengalami hal serupa?

35
Theravada / permainan permohonan dan nibbana paramam sukkham
« on: 18 October 2009, 01:57:40 PM »
Siswa utama Buddha, Sariputta mendefinisikan Nibbana sebagai akhir sepenuhhnya dari nafsu indrawi,niat buruk, dan delusi (SN38,1).
dan Kisah Tentang permainan permohonan berikut melukiskan defisnisi ini dengan baik.

5 anak sedang memainkan permainan permohonan. Masing-masing di tanya secara bergiliran
"jika kamu punya permohonan, apa yang kamu minta?"

anak pertama berkata "jika aku punya permohonan,aku minta es krim cokelat"
karena hari itu hari yang panas dan dia doyan es krim.

Anak kedua berkata "jika aku punya permohonan, aku akan minta pabrik es krim. Maka aku akan punya banyak es krim kapan pun aku mau !!!"
anak pertama lantas tertunduk sendu,menyesali dirinya karena hanya minta es krim dan berpikir betapa cerdiknya anak kedua itu.

Anak ketiga berkata "permintaanku adalah punya banyak uang miliran dollar. Dengan setumpuk uang itu aku bisa beli pabrik eskrim sendiri,toko permen,dan restoran cepat saji, sehingga aku bisa makan burger dan kentang goreng ukuran besar kapan pun aku mau !!! , ibu ku tidak akan bisa menghentikanku !!! Aku juga masih punya setumpuk uang tersisa untuk membeli apapu yang kuinginkan"
sekarang anak kedua merasa dirinya begitu bodoh hanya meminta pabrik eskrim, dan berpikir lebih pintarnya anak ketiga itu yang meminta milliaran dollar.

Anak keempat berkata "jika aku punya permohonan,maka aku akan meminta tiga permohonan !!! Dengan permohonan pertama aku akan minta pabrik es krim, dan dengan permohonan kedua aku akan meminta milliaran dollar, permohonan yg ketiga aku akan meminta 3 permohonan lagi. Dengan cara itu aku akan bisa meminta permohonan untuk selamanya"
bahkan anak ketiga tadi yang meminta milliaran dollar sekarang merasa kalah, dan semua tiga anak terdahulu menanggap anak ke-4 ini sangat jenius..apa yang bisa lebih hebat dari permohonan tanpa batas?

Anak ke-5 yang mengungguli semua itu, dengan tenang dia berkata "jika aku punya permohonan, aku akan minta supaya aku begitu terpuaskan sehingga aku tidak akan pernah membutuhkan permohonan apapun lagi !!!".

anak terakhir itu lah yang memenangkan permainan permohonan,seperti halnya memenangkan permainan balapan manusia. Dia paham kebahagiaan tertinggi adalah akhir dari sepenuhnya nafsu indrawi,niat buruk, dan delusi...
Nibbana paramam sukkham.


ada 2 jenis kebahagiaan yang ditemukan di dunia ini.
1. kebebasan berhasrat
2. kebebasan dari hasrat.

yang ke-1 dilambangkan oleh permohonan anak ke-4. dan inilah kebebasan yang di dambakan oleh semua manusia yang belum memahami dhamma.
Pemerintah modern berharap memberikan rakyat nya kebebasan ke-1 ini. dengan kekayaaan, hak-hak maupun liberalitas.
akan tetapi rakyat mereka tetap tak akan terpuaskan.

yang ke-2 dilambangkan oleh permohonan anak ke-5. yakni kepuasan abadi. Hanya jalan buddhisme lah yang memuja kebebasan ini.
Nibbana adalah bentuk sempurna dari kebebasan jenis kedua ini...karena akhir dari sepenuhnya nafsu,niat buruk dan delusi..inilah kebahagiaan tertinggi.
NIBBANA PARAMAM SUKKHAM.

dikutip dari buku AjahnBrahm...
_/\_
may all being happines

36
Theravada / In The Death Of Night
« on: 02 October 2009, 10:15:38 PM »
In The Death Of Night
Oleh: Ajahn Chah


LIHATLAH KETAKUTAN MU... Suatu hari, ketika malam menjelang, tiada yang lainnya... Jika saya berunding dengan diri sendiri, saya tak akan pernah pergi, jadi saya mengajak seorang pa-kow dan pergi.

"Jika tiba saatnya mati maka biarlah mati. Jika pikiranku bandel dan bodoh maka biarlah ia mati..." begitulah saya memikirkan untuk diri sendiri. Sesungguhnya di dalam hati saya tidak ingin pergi tetapi saya paksakan diri". Bila demikian keadaannya, lalu jika kamu tunggu sampai semuanya beres maka kamu tak akan pernah pergi. Kapan kamu akan melatih dirimu?" Oleh karena itu saya pergi juga.

Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Ketika saya sampai di sana, tiada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan saya. Si pa-kow ingin berada di samping saya tetapi tidak saya berikan. Saya menyuruhnya diam di kejauhan. Sebenarnya saya ingin dia berada di dekat saya untuk menemani, tetapi tidak saya lakukan. Saya biarkan ia pergi, kalau tidak saya akan mengharapkan dukungannya.

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini".

Saya takut, tetapi saya tertantang. Bukannya saya tidak takut, tetapi saya punya semangat. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Ketika hari mulai gelap saya mendapat kesempatan, yaitu orang-orang datang membawa sesosok jenazah. Beruntunglah saya! Saya bahkan tak bisa merasakan kaki saya menyentuh tanah, saya begitu ingin keluar dari sana. Mereka menginginkan saya melakukan upacara pemakaman tersebut tetapi saya tak mau terlibat, saya hanya menyingkir. Tak lama kemudian, setelah mereka pergi, saya kembali dan menemukan bahwa mereka telah mengubur jenazah tepat di samping tempat saya.

Sekarang apa yang harus saya kerjakan? Ini bukannya karena di sini dekat desa, yang sekitar tiga kilometer jaraknya.

"Baik, jika saya akan mati, biarlah saya mati..."

Jika kalian tak pernah berani melakukannya, kalian tak akan pernah mengetahui bagaimana sesungguhnya. Ini sungguh merupakan satu pengalaman.

Ketika hari bertambah gelap saya bigung kemana harus lari di tengah daerah pekuburan.

"Oh, biarlah mati. Orang lahir dalam kehidupan ini hanyalah untuk mati".

Segera setelah matahari terbenam sang malam mengisyaratkan agar saya masuk kedalam "glot" ("Glot" —payung besar milik "dhutanga" Thai atau para bhikkhu yang berdiam di hutan, yang digantungkan di pohon, di mana mereka memasang jala nyamuk (kelambu) sebagai tempat tinggal selama berada di hutan.). Saya tidak ingin melakukan meditasi berjalan sedikit, saya hanya ingin masuk kedalam kelambu saya. Setiap kali saya berusaha jalan ke arah kuburan tampaknya ada sesuatu yang mendorong saya kembali dari belakang, yang mencegah saya berjalan. Tampaknya perasaan takut dan semangat saya bersaing ketat. Tetapi saya lakukan itu. Begitulah cara kalian melatih diri sendiri.

Ketika hari telah gelap, saya masuk kedalam kelambu saya. Rasanya bagaikan saya mempunyai tembok berlapis tujuh di sekeliling saya. Melihat mangkuk saya yang setia di sisi saya bagaikan melihat seorang teman lama. Kadangkala hanya sebuah mangkuk bisa menjadi teman! Keberadaannya di sisi saya sungguh menyenangkan. Paling tidak saya mempunyai mangkuk sebagai teman.

Sepanjang malam saya duduk di dalam kelambu mengamati badan jasmani. Saya tidak rebahan ataupun tertidur sejenak, saya hanya duduk tenang. Saya tidak bisa mengantuk walaupun saya ingin bisa mengantuk, saya begitu takut. Ya, saya takut, meskipun demikian saya melakukannya. Saya duduk sepanjang malam.

Sekarang siapa yang punya keberanian untuk praktek seperti itu? Cobalah dan alamilah. Jika pengalamannya seperti ini, siapa yang berani pergi dan tinggal di daerah perkuburan? Jika kalian tidak menjalankannya sendiri, kalian tidak memperoleh hasil, kalian belum praktek sesungguhnya. Kali ini saya sudah mempraktekkannya.

Ketika fajar menyingsing saya merasa, "Oh! Saya berhasil!" Saya begitu gembira, saya hanya ingin siang hari, tanpa malam hari sama sekali. Saya ingin memusnahkan sang malam dan menyisakan siang hari saja. Saya begitu senang, saya telah berhasil. Saya berpikir, "Oh, sesungguhnya tidak ada apapun, hanya ada ketakutan saya, itulah semuanya".

Setelah pergi berpindapata dan makan, saya merasa baikan. Matahari bersinar, membuat saya merasa hangat dan enak. Saya beristirahat dan berjalan sebentar. Saya berpikir, "malam ini saya akan bermeditasi dengan lebih baik dan tenang, karena saya sudah melaluinya malam tadi. Mungkin tidak ada yang lebih dari itu".

Selanjutnya, ketika lewat tengah hari, tahukah kalian apa yang terjadi? Datang lagi jenazah yang lain, kali ini jenazah yang besar (Pada malam pertama tampaknya jenazah seorang anak keci). Mereka membawa jenazah itu dan memperabukannya tepat di sebelah tempat saya, tepat di depan "glot" saya. Ini bahkan lebih buruk dari kemarin malam!

"Baik", saya pikir, "dengan membawa jenazah dan membakarnya di sini akan membantu praktek saya".

Tetapi saya tetap tidak melakukan upacara apapun untuk mereka, saya tunggu mereka sampai pergi sebelum melihatnya.

Membakar badan/jenazah itu untuk saya amati sepanjang malam, tak dapat saya katakan bagaimana sebenarnya. Kata-kata tidak dapat menggambarkannya. Tak ada yang bisa saya sampaikan untuk menggambarkan rasa takut saya. Di kegelapan malam, ingat itu. Api pembakaran jenazah berkelip-kelip merah dan hijau serta nyala api meletup-letup pelan. Saya ingin melakukan meditasi jalan di depan jenazah itu tetapi saya hampir tidak bisa melakukannya. Akhirnya saya masuk ke dalam kelambu saya. Bau busuk dari daging yang terbakar tetap ada sepanjang malam.

Dan hal ini, sebelum semuanya benar-benar terjadi...

Ketika nyala api berkelip-kelip lemah saya membelakangi api itu. Saya lupa tentang tidur, saya bahkan tak bisa memikirkannya, mata saya kaku ketakutan. Dan tak ada orang yang bisa ditoleh, hanya ada saya. Saya harus percaya pada diri sendiri. Saya tak bisa berpikir harus ke mana, tak ada tempat untuk berlari pada malam yang kelam itu.

"Baik, saya akan duduk dan mati di sini. Saya tak akan pindah dari tempat ini".

Di sini, berbicara dengan pikiran biasa, apakah ia mau melakukannya? Apakah ia akan membawa kalian pada situasi semacam itu? Jika kalian berusaha untuk menimbang-nimbang, kalian tak akan pernah pergi. Siapa yang mau melakukan hal ini? Jika kalian tidak mempunyai keyakinan yang kuat pada ajaran Sang Buddha, kalian tak akan pernah melakukannya.

Sekarang, sekitar pukul sepuluh malam, saya duduk membelakangi api. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi terdengar suara langkah kaki terseret dari api di belakang saya. Apakah peti jenazahnya telah hancur? Atau mungkin seekor anjing mendekati jenazah itu? Tetapi tidak, suara itu lebih mirip langkah pasti seekor kerbau.

"Oh, tak apalah..." Tetapi selanjutnya ia mulai berjalan ke arah saya, persis seperti orang! Ia berjalan di belakang saya, langkahnya berat, seperti seekor kerbau, tetapi bukan...! Gemerisik daun di bawah langkah kaki tampak berputar ke depan. Baik, saya hanya bisa bersiap untuk yang terburuk, kemana lagi harus pergi? Tetapi semuanya tidak terjadi, ia hanya berkeliling di depan dan selanjutnya pergi ke arah pa-kow. Selanjutnya semua tenang. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ketakutan membuat saya berpikir tentang berbagai kemungkinan.

Satu setengah jam kemudian, saya kira, langkah kaki tersebut datang kembali dari arah pa-kow. Persis seperti orang! Ia datang tepat ke arah saya, kali ini menuju ke arah saya bagaikan mau menubruk saya! Saya memejamkan mata dan tak mau membukanya.

"Saya akan meninggal dengan mata terpejam".

Ia lebih mendekat sampai akhirnya berhenti di hadapan saya dan duduk tidak bergerak. Saya merasa seolah-olah ia melambai-lambaikan tangan di depan mata saya yang terpejam. Oh! Memang begitu! Saya membuang segalanya, lupa semua tentang Buddho, Dhammo dan Sangho. Saya melupakan semuanya, hanya ada rasa takut dalam diri saya, menumpuk sepenuhnya. Pikiran saya tak bisa pergi kemana pun, hanya ada rasa takut. Sejak saya dilahirkan saya belum pernah mengalami rasa takut seperti ini. Buddho dan Dhammo telah menyingkir, saya tidak tahu kemana. Hanya ada rasa takut yang mengalir di dada sampai terasa menyesakkan.

"Baik, biarlah begitu, tak ada yang bisa dikerjakan".

Saya duduk bagaikan tidak menyentuh tanah dan hanya mengamati apa yang terjadi. Rasa takut begitu menguasai saya, bagaikan kendi yang penuh terisi air. Jika kalian mengisi kendi hingga penuh, lalu menuang sedikit lagi, kendi itu akan meluap. Begitu pula, rasa takut berkembang dalam diri saya sampai mencapai titik puncak dan mulai meluap.

"Mengapa aku begitu takut?" Suara dalam diri saya bertanya.

"Saya takut akan kematian", suara yang lain menjawab.

"Baik, sekarang di manakah kematian itu? Mengapa panik? Cari di mana tempat kematian. Di manakah kematian?"

"Mengapa, kematian ada di dalam diriku!"

"Jika kematian ada di dalam diriku, kemanakah kamu akan lari untuk menghindarinya? Jika kamu lari kamu mati, jika kamu tetap di sini kamu mati. Kemana pun kamu pergi ia pergi bersamamu karena kematian berada di dalam dirimu, tidak ada tempat bagimu untuk melarikan diri. Apakah kamu takut atau tidak, kamu akan mati, tidak ada tempat untuk menghindari kematian".

Segera setelah saya berpikir begitu, pemahaman saya sepenuhnya berubah. Semua rasa takut hilang semudah membalikkan telapak tangan. Ini sungguh menakjubkan. Begitu besar rasa takut tadinya toh itu bisa hilang begitu saja! Rasa tidak takut muncul di tempat rasa takut tadi. Sekarang batin saya bangkit lebih tinggi dan lebih tinggi sampai saya merasakan bagaikan berada di awan.

Segera setelah saya mengalahkan rasa takut, hujan mulai turun. Saya tidak tahu hujan macam apakah itu, anginnya begitu kencang. Tetapi saya tidak takut mati lagi. Saya tidak takut bahwa dahan-dahan di pohon bisa jatuh menimpa saya. Saya tidak mempedulikannya. Hujan bergemuruh bagaikan aliran air yang deras di musim panas, sungguh lebat. Ketika hujan reda semuanya basah kuyub.

Saya duduk tidak bergerak.

Lalu apakah yang saya lakukan selanjutnya, dengan keadaan basah kuyub seperti itu? Saya menangis! Air mata membasahi kedua pipi saya. Saya menangis karena berpikir, "Mengapa aku duduk di sini bagaikan anak yatim piatu atau anak yang ditinggalkan, duduk, berbasah kuyub di bawah hujan bagaikan orang yang tidak memiliki apapun, bagaikan orang bujangan?".

Selanjutnya saya berpikir, "Semua orang yang duduk nyaman di rumah saat ini mungkin sama sekali tidak menduga bahwa ada seorang bhikkhu yang duduk di sini, berbasah kuyub di bawah curah hujan sepanjang malam seperti ini. Apakah tujuannya semua itu?" Dengan berpikir begitu saya mulai menyesali akan air mata yang telah mengalir.

"Air mata ini bukanlah barang yang baik, biarlah mereka mengalir keluar semuanya".

Beginilah cara saya berlatih.

Sekarang saya tidak tahu bagaimana saya bisa menjelaskan hal-hal seterusnya. Saya duduk... duduk dan mendengar. Setelah mengalahkan perasaan saya, saya hanya duduk dan mengamati semua hal yang muncul dalam diri saya, begitu banyak hal yang bisa diketahui tetapi tidak mungkin untuk dijabarkan. Dan saya merenungkan kata-kata Sang Buddha.... Paccattam veditabbo viññuhi.(Baris terakhir ungkapan tradisional Pali yang mencantumkan sifat-sifat Dhamma.) "Ia yang bijaksana akan mengetahui untuk dirinya sendiri".

Bahwa saya sudah menahan penderitaan seperti itu dan duduk di bawah curah hujan... siapakah yang mengalami bersama saya? Hanya saya saja yang bisa mengetahuinya. Begitu banyak air mata namun rasa takut lenyap. Siapakah yang bisa menjadi saksi? Mereka yang berada di rumahnya di kota tak bisa mengetahuinya, hanya saya yang bisa melihatnya. Itu merupakan pengalaman pribadi. Meskipun saya ceritakan pada orang lain mereka tidak akan mengerti sepenuhnya, itu merupakan sesuatu untuk dirasakan oleh tiap-tiap orang untuk dirinya sendiri, lebih banyak saya merenungkan hal ini, ia menjadi lebih jelas. Saya menjadi lebih kuat, keyakinan saya menjadi lebih kokoh, sampai fajar menyingsing.

Sang fajar ketika saya membuka mata, semua tampak kuning.

Semalam sesungguhnya saya ingin buang air kecil tetapi perasaan telah menghalanginya. Pada pagi hari ketika saya bangkit dari duduk di manapun yang saya lihat tampak kuning, seperti sinar matahari pagi pada hari lain. Ketika saya buang air kecil, ada darah di sana.

"Eh? Apakah usus saya sobek atau ada sesuatu?" Saya agak takut... "Mungkin benar ada yang sobek di dalam".

"Baik, lalu kenapa? Jika memang sobek siapa yang harus disalahkan?" Segera suatu suara berkata. "Jika sobek tetap sobek, jika saya mati tetap mati. Saya hanya duduk di sini, saya tidak melakukan kejahatan apapun. Jika akan meledak, biarlah meledak", kata suara itu.

Batin saya bagaikan sedang berdebat dan berperang dengan dirinya sendiri. Satu suara dari sisi lain berkata, "Hei, ini berbahaya!" Suara yang lain akan menjawab, menegur dan mengesampingkannya.

Air seni saya tercemar oleh darah.

"Hmm. Di manakah saya bisa mendapatkan obat?"

"Saya tak akan mempedulikan hal itu. Bagaimanapun, seorang bhikkhu tak mungkin memotong tanaman untuk obat. Jika saya mati, lalu kenapa? Apa lagi yang harus dilakukan? Jika saya mati ketika sedang berlatih seperti ini maka saya sudah siap. Jika saya mati karena melakukan keburukan itu tidak baik, tetapi mati karena berlatih seperti ini saya siap".

Jangan ikuti suasana-hati kalian. Lihatlah dirimu sendiri. Praktek ini membutuhkan pertaruhan kehidupan kalian. Kalian harus sudah menangis paling tidak dua atau tiga kali. Itu baik, itulah praktek. Jika kalian mengantuk dan ingin berbaring maka jangan biarkan sampai tertidur. Singkirkan rasa kantuk sebelum kalian berbaring. Tetapi lihatlah diri kalian, kalian tidak mengetahui bagaimana cara berlatih.

37
Theravada / buddha menjawab pertanyaan dewa.
« on: 02 October 2009, 10:14:18 PM »
BUDDHA MENJAWAB PERTANYAAN DEWA


Demikian apa yang telah Aku (Y.M. Ananda Thera) dengar, ketika Bhagawa menetap di Sawatthi di hutan Jeta, Taman milik Ananthapindhika. Begitu menjelang pagi Dewa berkunjung dengan raut wajah ceria dan sumringah, lalu menghampiri dan bersujud menghormat Bhagawa, sambil bercerita dengan penuh pertanyaan sbb:

Pertanyaan Dewa: “Pedang apakah yang paling tajam? Racun apakah yang sangat menjijikan? Api apakah yang berkobar? Kegelapan apakah yang sangat kelam?”.

Jawaban Buddha: “Ucapan yang sangat kasar adalah pedang yang sangat tajam. Keserakahan dan nafsu keinginan adalah racun yang sangat menjijikan. Kebencian adalah Api yang berkobar-kobar. Kebodohan adalah Kegelapan yang sangat kelam”.

Pertanyaan Dewa: “Bagaimanakah yang disebut Manusia yang menerima manfaat? Bagaimanakah yang disebut Manusia yang kehilangan manfaat? Cinta apakah yang sangat kuat? Senjata apakah yang sangat tajam?”.

Buddha menjawab: “ Siapapun yang memberi, sebenarnya dialah yang menerima manfaat (buah karma baiknya). Sebaliknya siapapun yang menerima dialah sebenarnya yang kehilangan manfaat (karma baiknya habis). Kesabaran adalah Cinta yang sangat kuat. Kebijaksanaan adalah senjata yang sangat tajam”.

Pertanyaan Dewa: “Apakah yang disebut Perampok? Apakah harta dari Kebijaksanaan? Siapakah yang punya kekuatan untuk merampok baik di surga atau di dunia ini?

Buddha menjawab: “ Pikiran yang salah adalah Perampok yang sangat lihai. Sila atau Moralitas adalah harta Kebijaksanaan. Orang yang suka melanggar Sila adalah yang punya kemampuan sebagai Perampok ulung baik di dunia maupun di surga”.

Pertanyaan Dewa: “Siapakah yang paling berbahagia? Siapakah yang paling kaya dan dihormati? Siapakah yang patut dihormati? Siapak yang paling buruk?”.

Buddha menjawab: “Orang yang sedikit keinginan adalah yang paling bahagia. Orang yang merasa puas adalah yang paling kaya dan dihormati. Orang yang suka melanggar Sila adalah yang sangat buruk”.

Pertanyaan Dewa: “Siapakah kerabat yang paling baik? Siapak musuh dari pikiran jahat? Apakah penderitaan yang paling berat? Apakah kebahagiaan yang tertinggi?”.

Buddha menjawab: “Jasa kebajikan merupakan kerabat yang terbaik. Metta (cinta-kasih) merupakan musuh dari pikiran jahat. Neraka adalah adalah penderitaan yang paling berat. Tak terlahir kembali di alam manapun adalah kebahagiaan yang tertinggi”.

Pertanyaa Dewa: “Apakah yang tak pantas dan bernafsu keinginan? Apa pantas dan tak bernafsu keinginan? Demam apa yang terhebat? Siapa yang merupakan tabib ahli dan terlatih?”

Buddha menjawab: “Kesenangan dalam kepuasan hawa nafsu adalah tidak pantas dan bernafsu keinginan. Terbebas dari nafsu keinginan adalah pantas dan tak bernafsu keinginan. Kesrakahan adalah Demam yang terhebat. Buddha adalah tabib yang ahli dan terlatih”.

Pertanyaan Dewa: “Apa yang mampu menutupi dunia? Oleh siapakah dunia dibutakan? Apa penyebab seseorang ditinggalkan keluarga dan teman-temanya? Apa yang merintangi orang untuk terlahir di alam surga (Dewa)?”

Buddha menjawab: “Ketidakmengertian mampu menutupi dunia. Kebodohan dan kegelapan batin menyebabkan dunia dibutakan. Kekikiran dan keserakahan adalah penyebab orang ditinggalkannya oleh keluarga dan teman-temannya. Kemelekatan akan kekotoran batin penghalang orang untuk terlahir di alam Dewa”.

Pertanyaan Dewa: “Benda apa yang tidak dapat terbakar oleh api, juga tidak dapat dihancurkan oleh angin, tidak lapuk oleh air, tapi mampu menhan dunia?” Siapakah yang berani menghadapi Raja mapupun Pencuri dan bisa ditangkap oleh manusia dan bukan manusia?”

Buddha menjawab: “Jasa kebajikan tidak dapat terbakar oleh api, juga tidak dapat dihancurkan oleh angin, tidak lapuk oleh air, namun mampu menahan dunia. Jasa kebajikan yang mampu menghadapi Raja dan Pencuri, juga tidak bisa dibawa pergi oleh manusia maupun bukan manusia.”

Pertanyaan Dewa: ”Kami masih punya keraguan, mohon Buddha untuk mengatasinya, dalam dunia ini maupun dunia mendatang, siapakah yang membodohi dirinya sendiri?”

Buddha menjawab: “Orang yang punya harta kekayaan, tapi tidak mau menanam jasa kebajikan, dalam dunia ini maupun dunia mendatang, dialah orang yang paling membodohi dirinya sendiri”.

Setelah mendengarkan Dhammadesana dari Buddha, maka Dewa itu dipenuhi rasa bahagia, hingga merasa kagum dan memujinya, lalu Dewa itupun beranjali dan bersujud menghormat kepada Buddha yang maha tahu, kemudian pergi tanpa bekas.”

Sumber: Dhamma Bagi Pemula oleh Y.M. Phra Rajavaracariya (Bhnate Vin Vijjano)

38
Renungan Puisi from Sefung

jika dunia ini segalanya tuhan yg menentukan
mungkin aku sebagai manusia
tidak perlu lelah merencanakan ini semua
biarpun direncanakan ataupun tidak direncanakan
semuanya dari awal sudah ditentukan
jika kebahagian dan penderitaan merupakan suatu kehendak
aku tidak akan perlu mencari lg dimana sumber kebahagian
yg bisa kuperoleh di dunia ini utk mengakhiri penderitaan
karena iman yg buta...
manusia tidak mau menerima suatu bukti kebenaran
maka selamanya dia akan terbelenggu oleh kebodohannya sendiri...
bila ia hanya percaya apa yg ia dengar dan ia baca
siang dan malam aku merenung
kenapa aku ada di dunia ini..
semuanya hanya menjawab karena aku adalah ciptaan tuhan.
jika manusia adalah ciptaanya
kenapa begitu byk belenggu penderitaan, kemiskinan, dan kebodohan...
aku bertanya tanya tapi tidak menemukan jawaban itu..
semua hanya bisa menjawab itulah cobaan....
atas dasar apa tuhan menguji dan mencobai manusia ?
apa karena ketidak tahuan tuhan itu.
waktu berlalu berkalpa-kalpa
dan saat ini aku menemukan jawabanya...
jika bukan karana Buddha
mungkin aku disini akan duduk pasrah menerima semua kehendak
tanpa perlu mencari penyebabnya
baik kebahagiaan ataupun penderitaan
jika itu adalah kehendak....
mungkin manusia yg terlahir sengsara
dikarenakan segala penderitaan
akan berkata tuhan adalah sumber malapetaka bagi meraka
karena sabdaMU ada sekarang
membuat pikiran ini terbuka untuk melangkah
dihari depan yg lebih baik
terimakasih Buddha....
_/\_

39
Theravada / What this Religion?
« on: 02 October 2009, 10:01:32 PM »
PESAN UNTUK SEMUA ORANG
Setiap orang harus beragama dan agama itu harus merupakan agama yang sejalan dengan pemikiran intelektual. Tanpa suatu agama, manusia menjadi bahaya di dalam masyarakat. Para ilmuwan dan ahli ilmu jiwa telah memperluas wawasan kita, tetapi mereka tidak memberikan suatu tujuan hidup kepada kita. Hanya agamalah yang dapat memberikan tujuan hidup kepada kita. Oleh karena itu, manusia harus memilih agama yang rasional dan bersifat ilmiah sesuai dengan keyakinannya. Tak seorangpun hendaknya memanfaatkan kemiskinan, kebutahurufan, atau perasaan emosional manusia untuk memaksa orang lain untuk menerima suatu agama tertentu.
Manusia hendaknya bebas memilih agamanya sendiri sesuai dengan kesukaan dan kemampuan intelektualnya. Menganut suatu agama secara membuta, tanpa suatu pengertian, akan mengaburkan nilai-nilai spiritual agama itu. Manusia bukanlah binatang. Mereka memiliki kecerdasan dan akal sehat untuk membedakan antara sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Mereka dapat menyeseuaikan diri mereka sendiri dengan keadaan di sekitarnya. Oleh karena itu, mereka dapat memilih suatu agama yang secara logis sehat dan dapat membangkitkan semangat.

JALAN TENGAH
Agama yang diperkenalkan dalam artikel ini adalah suatu sistem pendidikan ilmiah yang diungkapkan kepada dunia sekitar dua puluh lima abad yang lalu oleh seorang guru yang telah mencapai pencerahan sempurna dan penuh dengan kasih sayang. Agama ini dikenal juga sebagai “Jalan Tengah”, jalan hidup yang selaras, sistem filsafat etika dan suatu agama yang berkebebasan serta beralasan. “Janganlah berbuat kejahatan, berbuatlah kebaikan dan sucikanlah pikiran”.
Perilaku moral warga masyarakat memainkan peranan yang sangat penting dalam agama ini. Guru Agungnya pernah mengatakan, “Ajaranku tidak untuk datang dan percaya, tetapi datang, lihat, dan laksanakan”. Ini mendorong orang-orang untuk mempelajarinya sepenuhnya dan dengan demikian memungkinkan mereka menggunakan pertimbangan sendiri untuk memutuskan apakah mereka akan menerima ajaran itu atau sebaliknya. Tak seorangpun diminta datang untuk memeluk agama ini tanpa terlebih dahulu memilki pengertian tentang ajaran ini.
Upacara-upacara dan ritual-ritual yang berlebihan tidak mempunyai nilai atau arti penting keagamaan sejati. Tak ada kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek takhayul atau doktrin rahasia dalam agama ini. Segalanya terbuka untuk dipilih oleh orang yang berkebebasan untuk menyelidiki dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bilamana mereka ingin melenyapkan kesangsian-kesangsian mereka. Menurut pendiri agama besar ini, seseorang hendaknya tidak
mempercayai sesuatu semata-semata hanya karena suatu hal itu telah diajarkan oleh seorang guru besar, atau karena telah diterima sebagai tradisi, tetapi seseorang hendaknya menggunakan akal sehat dan kecerdasan, dan menerimanya hanya jika hal itu bermanfaat dan pantas untuk dilakukan.
Agama ini mengajarkan bahwa Jalan Mulia berunsur Delapan yang terdiri atas Pengertian benar, Pikiran benar, Ucapan benar, Perbuatan benar, Penghidupan benar, Daya upaya benar, Perhatian benar, dan Pemusatan pikiran benar, sebagai Jalan Tengah yang unik untuk melenyapkan penderitaan hidup, yang dialami oleh semua makhluk dalam pengembaraanya.
Jalan Tengah ini bukanlah suatu jalan untuk bersifat metafisik ataupun suatu jalan ritualistis; bukanlah dogmatisme, bukan skeptisme, bukan kemelekatan pribadi, bukan pengorbanan pribadi; bukanlah ajaran eternalisme atau nihilisme; jalan ini adalah suatu jalan pencerahan, suatu sarana pembebasan dari penderitaan. Agama ini tidak pernah mengajarkan bahwa umat manusia menderita dalam dunia ini karena “dosa-dosa” yang dilakukan oleh para leluhur; sebaliknya, setiap orang membawa jasa baik atau keburukan masing-masing. Manusia semata-semata bertanggung jawab atas penderitaan atau kebahagiaan dirinya sendiri.
Orang yang mengikuti Jalan Tengah ini yang diperkenalkan oleh agama ini niscaya akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

MEMETIK APA YANG ANDA TABURKAN
Agama ini memenuhi aspirasi-aspirasi manusia yang sangat dalam dan agung dan bahkan dapat menahan tekanan dan ketegangan kehidupan manusia setiap hari dengan membantunya dalam hubungan mereka dengan sesamanya, di samping memberikan tujuan hidup. Agama ini tidak menanamkan ketakutan pada warga masyarakat. “Kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan kejahatan akan menghasilkan kejahatan”.
“Setiap perbuatan mendatangkan akibat”. Ini adalah hukum yang universal.
Agama ini benar-benar sejalan dengan hukum-hukum ini sehingga orang harus “memetik apa yang mereka taburkan”. Perbuatan-perbuatan jahat dilakukan oleh orang-orang karena keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan. Kelemahan tersebut hanya dapat diatasi melalui penyadaran diri sendiri. Dengan alasan ini, agama ini mengatakan : “Kita adalah hasil dari apa yang pernah kita lakukan dan akan menjadi hasil dari apa yang kita lakukan”.
Menurut ajaran ini, sebab dan akibat memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan. Dalam lingkaran sebab akibat, suatu sebab pertama tak dapat dibayangkan karena sebab pertama menjadi akibat dan suatu akibat pada gilirannya akan menjadi sebab.

SEORANG GURU AGUNG
Pendiri agama yang unik ini bukanlah suatu mitos, melainkan seorang guru agung yang benar-benar hidup di dunia ini. Beliau tidak pernah mencoba memperkenalkan dirinya sebagai makhluk adikodrati, tetapi sebagai makhluk biasa yang telah menyelami kebenaran, rahasia kehidupan dan sebab penderitaan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Sekarang guru agung ini tidak hanya dihormati oleh ratusan juta pengikutnya, tetapi juga oleh setiap orang yang beradab dan berakal di seluruh dunia. Manusia mulia, pembebasan, pembaharuan sosial, demokrat, pendorong dan pemberi inspirasi dalam kehidupan yang jauh lebih luhur, beliau wafat pada usia 80 tahun , dengan meninggal pesan bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dalam keadaan sekarang ini maupun keadaan yang akan datang dan akhirnya untuk mencapai kebahagiaan yang langgeng.
Guru agung ini menyenangkan orang yang putus asa dengan kata-kata menghibur. Beliau menolong orang yang miskin dan terlantar. Beliau memuliakan kehidupan mereka yang tertipu dan membersihkan kehidupan kota kaum penjahat. Beliau mendorong mereka yang lemah, menyatukan mereka yang terpecah, menerangi mereka yang dihinggapi ketidaktahuan, menjernihkan mistik, membimbing mereka yang mau dibimbing, mengangkat kaum hina dan menghargai kaum yang mulia. Baik orang kaya maupun orang miskin, orang suci maupun orang jahat sama-sama mencintai-Nya. Para raja yang lalim atau raja yang budiman, pangeran, para jutawan yang murah hati dan kikir, para sarjana yang sombong atau yang rendah hati, fakir miskin, pemakan bangkai, para algojo, para pelacur yang hina – semuanya mendapat manfaat melalui ujar-ujar kebijaksanaan dan welas asih-Nya.
Teladan mulia-Nya merupakan sumber aspirasi bagi kita semua. Wajahnya yang tenang dan damai benar-benar menyejukkan pandangan mata yang saleh. Pesan-Nya tentang perdamaian dan toleransi disambut oleh semua orang dengan suka cita yang tak terlukiskan dan selalu menguntungkan setiap orang yang mendapat kemujuran untuk mendengar dan melaksanakannya. Kemauan-Nya yang membaja, kebijaksanaan-Nya yang mendalam, cinta universal, welas asih yang tak terbatas, pelayan tanpa pamrih, penglepasan duniawinya yang histeris, kesucian-Nya yang sempurna, kepribadian-Nya yang magnetis, cara-cara teladan yang digunakan, untuk menyebarkan ajaran-Nya dan sukses akhir beliau – semua itu telah mendorong sekitar seperlima penduduk dunia sekarang ini untuk menyambut guru ini sebagai Guru Besar Keagamaan Utama mereka.
Guru yang mulia ini mengorbankan kebahagiaan duniawi-Nya untuk kepentingan umat manusia yang menderita untuk mencari kebenaran guna menunjukkan jalan pembebasan dari penderitaan. Beliau mengunjungi orang-orang miskin, sementara para raja dan para menteri mengunjungi beliau. Selama 45 tahun setelah pencapaian penerangan sempurna, beliau mengabdikan hidup-Nya demi umat manusia yang menderita.
Guru Agung ini tidak pernah merasa khawatir dan tidak akan menanamkan kekhawatiran kepada siapapun. Ini adalah salah satu prinsip yang harus dikembangkan di dalam dunia kita yang dilanda peperangan ini, tempat satu-satunya hal yang paling berharga – yaitu kehidupan sampai-sampai dikorbankan di atas kekuatan biadab yang dilengkapi dengan sifat menakut-nakuti, kecurigaan dan kebencian.
Beliau adalah ilmuwan sempurna dalam bidang kehidupan; begitu pengaruh beliau sehingga ajaran-ajaran-Nya dianggap sebagai agama bercorak ilmu pengetahuan. Beliau melihat manusia itu melalui penelitian yang seksama dalam arti Nama Rupa dan membuktikan kemampuan sejati manusia di atas landasan Kebenaran. Beliau memancarkan secercah cahaya Penerangan Agung yang menguak kegelapan ketidaktahuan.
Sebagai seorang moralis, beliau mempunyai aturan disiplin termulia dan beliau adalah teladan sempurna dari semua kebajikan yang beliau kotbahkan.
Tak pelak lagi beliau adalah guru agama yang paling meyakinkan meskipun tidak menggunakan unsur-unsur menakut-nakuti sebagai cara memperoleh pengikut.
Beliau adalah pelayan yang paling rendah hati dilihat dari segi kemanusiaan, penuh keseimbangan jiwa terhadap pujian atau celaan, dan tak tergoyahkan oleh penderitaan yang sangat parah sekalipun.

KEDAMAIAN, KEBAHAGIAAN, DAN PENYELAMATAN
Guru Agung ini telah menunjukkan jalan menuju Kedamaian, Kebahagiaan dan Penyelamatan. Jalan ajaran-Nya tidak picik, masuk akal, ilmiah dan dapat dipahami, yang akhirnya akan mengarah kepada Penerangan Sempurna.
Pada masa kini pesan perdamaian Guru Agung Dunia ini menjadi lebih penting tatkala umat manusia diracuni oleh amarah, keserakahan, irihati, dan kesombongan.
Beliau justru dilahirkan ke dunia ini untuk menghalaukan kegelapan yang disebabkan oleh ketidaktahuan dan menyelamatkan dunia ini dari segala penyakitnya. Di seluruh dunia banyak orang tetap tidak menyakini atau melaksanakan agama. Namun, bila saja mereka ingin meluangkan waktu sedikit untuk mempelajari dan memahami apa yang telah diamanatkan oleh Sang Buddha, mereka dapat dengan mudah melenyapkan keraguan mereka dan keyakinan mereka segera akan timbul mengenai agama yang benar-benar dapat memberikan kebahagiaan kepada seluruh umat manusia.
Apakah orang percaya padanya atau tidak, bagaimanapun juga ajarannya berpengaruh terhadap segala bangsa. Amanat-Nya disampaikan kepada dunia ini tanpa kekerasan serta tak setitik darah pun mengalir atas nama-Nya. Inilah ajaran yang akan menyeberangkan manusia dari ketidakpuasan menuju suatu dunia baru yang penuh penerangan, cinta kasih, kedamaian, dan kebahagiaan.
Ajaran-ajaran yang telah berusia 25 abad ini mampu menguasai tantangan-tantangan zaman tanpa mengubah arti atau memberi penafsiran baru terhadap ajaran-ajaran yang semula. Ajaran-Nya tidak bertentangan dengan prestasi dan penemuan mutakhir para ilmu modern.
Meskipun kebajikan itu diperlukan bagi pencapaian penyelamatan, hal itu belumlah cukup. Ini harus disertai oleh kebijaksanaan. Kebajikan dan kebijaksanaan diibaratkan sebagai pasangan sayap burung. Kebijaksanaan dapat pula dibandingkan dengan mata manusia, sedangkan kebajikan ibarat sebagai kendaraan yang membawa manusia ke gerbang pembebasan, tetapi kunci yang membuka pintu itu adalah kebijaksanaan.

BERKAH SURGAWI
Para pengikut agama ini tak pernah menganggap diri mereka sebagai manusia pilihan mendapat kesempatan untuk mencapai berkah surgawi.
Manusia menciptakan surga dan neraka sesuai dengan jalan hidup masing-masing.
Menurut ajaran ini, kita yakin bahwa setiap orang dapat menikmati berkah surgawi selama ia menempuh jalan hidup yang benar apapun keyakinan agamanya. Surga tidak dicadangkan untuk atau dimonopoli oleh sekte atau masyarakat agama tertentu, tetapi terbuka bagi semua makhluk hidup.

TOLERANSI DAN PENGERTIAN
Toleransi, pengertian dan penghormatan terhadap pandangan orang lain merupakan kebajikan mulia yang dijunjung tinggi oleh para pengikut agama ini. Cinta kasih, welas asih, dan perasaan simpati terhadap makhluk lain tidak hanya terbatas pada manusia saja, tetapi juga bagi setiap makhluk hidup.

PANDANGAN HIDUP
Agama ini begitu jelas dan logis sehingga ia memberikan jawaban sempurna terhadap semua aspek dan masalah penting dan memberikan suatu landasan yang kokoh bagi umat manusia untuk menekuni jalan kehidupan yang positif dan lebih baik.
Agama ini tidak membagi umat manusia kedalam dua golongan yang “terselamatkan” dan yang “terlepas”, namun sebagai suatu kekuatan yang menjinakan mereka yang liar dan melembutkan mereka yang jinak.
Pengikut-pengikut tidak merasakan perlunya doa-doa perantara, tetapi mereka yakin akan kekuatan usaha sendiri dari setiap makhluk dan manfaat perenungan (meditasi) yang pada
akhirnya akan mengarah pada penaklukan diri, pengendalian diri, pembebasan dan penerangan sempurna. Meditasi dimanfaatkan sebagai alat penguat batin maupun pikiran.

MANUSIA DAPAT MEMBENTUK HIDUPNYA
Pengikut agama ini percaya bahwa pikiranlah satu-satunya kekuatan yang menguasai manusia sepenuhnya dan berfungsi sebagai nahkoda atas kapal kehidupan manusia.
Karena itu manusia mampu membentuk apa saja, jika ia tahu bagaimana ia memanfaatkan pikirannya.
Sesungguhnya agama ini telah menjadi mercusuar yang menuntun manusia mencapai perdamaian, kebahagiaan, dan berkah. Dunia saat ini sering dipenuhi oleh teka-teki kesalahpahaman yang bersifat rasial, internasional, komunal, ekonomi, dan idiologis. Untuk mengatasi masalah rumit tersebut, manusia harus menggunakan semangat kebajikan dan toleransi terhadap makhluk lain, dan ini dapat dikembangkan dengan bimbingan agama ini yang menanamkan kerjasama yang bersifat etika moral bagi kebaikan bersama. Setiap orang harus menyadari bahwa perkembangan kehidupan spiritual itu lebih penting daripada perkembangan material bagi kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan umat manusia. Orang harus pula melaksanakan kebenaran, keadilan, perbuatan jasa, kemurahan hati dan cinta kasih jika dunia ini akan dijadikan tempat kehidupan yang lebih baik.

AGAMA SEJATI
Tiada kebajikan yang lebih baik daripada perkembangan cinta kasih yang universal. Tiada kebahagiaan yang lebih berarti daripada keseimbangan bathin; juga tiada kebenaran yang lebih jelas daripada pemahaman sepenuhnya peristiwa-peristiwa alami; tiada agama yang lebih luhur daripada pengembangan moral dan intelektual, dan tiada falsafah hidup yang lebih tinggi daripada falsafah yang langsung dapat membawa hasil bagi setiap orang.

AGAMA YANG BEBAS
Agama ini tidak melarang seseorang untuk membaca dan mempelajari ajaran agama lain; karena adanya paham fanatik. Seseorang yang fanatik tidak dapat memperkenalkan dirinya sendiri dibimbing dengan alasan prinsip pengamatan dan analisis ilmiah, Oleh karena itu, pemeluk agama ini adalah manusia bebas dan hati terbuka dan bersikap tidak tunduk kepada seseorang demi perkembangan spiritualnya.
Jika anda mau membaca sebagian kecil saja tentang etika agama ini, Anda akan menemukan bahwa Anda mencabut semua kesalahpahaman yang Anda miliki sebelumnya
mengenai agama ini. Orang hendaknya tidak hanya menentukan nilai suatu agama dengan semata-mata mengamati kebiasan-kebiasan tertentu yang dilaksanakan oleh beberapa pengikutnya yang tak berpendidikan; malahan, harus dicoba untuk memahami ajaran-ajaran pokok agama itu.


40
Theravada / Cara Pemujaan Yang Tertinggi
« on: 02 October 2009, 09:57:38 PM »
Cara Pemujaan Yang Tertinggi
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Abhayanando



Maya Dhamma Ca Vinaya Ca Desito Pannata, So Vo Namaccayena Satthâ .

"Hal-hal apapun yang telah aku ajarkan dan aku jelaskan pada kalian sebagai doktrin (Dhamma) dan disiplin (vinaya) agar menjadi gurumu setelah kematianku" Mahâparinibbâna Sutta
.


Siapakah yang paling beruntung di dunia ini? Manusialah yang paling beruntung. Kita lahir menjadi manusia sangat beruntung karena kita dapat belajar Dhamma dan praktek Dhamma; jika kita dilahirkan di alam apaya (menderita) atau dilahirkan di alam Deva dan Brahma, kesempatan untuk belajar Dhamma dan praktek Dhamma sangat sulit. Lahir sebagai manusia bukanlah hal yang gampang karena kita harus mempunyai moralitas yang baik.

Memang mendapat rejeki, sehat, umur panjang juga merupakan keberuntungan tetapi akan lebih beruntung lagi apabila dilahirkan di jaman Sang Buddha. Kenapa demikian? Karena banyak catatan-catatan sejarah yang membuktikan banyak kesempatan dari orang-orang yang mendapatkan manfaat dari hubungannya dengan Sang Buddha.

Sekarang Sang Buddha telah Mahaparinibbâna Sutta, mungkin kita akan berpikir: Dapatkah saya mencapai pencerahan? Dapatkah saya memperoleh manfaat dari belajar Dhamma saat ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas adalah wajar apalagi ajaran Sang Buddha sudah berumur 2500 lebih yang terkadang sering dianggap ajaran kuno.

Keragu-raguan kita akan hilang bila mendengar Sabda Sang Buddha dalam Mahâparinibbâna Sutta yang berbunyi "Hal-hal apapun yang telah aku ajarkan dan aku jelaskan pada kalian sebagai Doktrin (Dhamma) dan disiplin (vinaya) agar menjadi gurumu setelah kematianku". Jadi, selama kita mau praktek Dhamma maka manfaat atau hasil akan kita peroleh. Sang Buddha juga mengatakan bahwa praktek Dhamma juga merupakan penghormatan tertinggi dibandingkan dengan penghormatan lainnya seperti mempersembahkan amisa-puja.

Meskipun secara prinsip hubungan kita dengan Sang Buddha saat ini hanya melalui ajarannya, tetapi adanya simbol fisik Sang Buddha lebih dapat dirasakan dan membantu meningkatkan keyakinan. Terdapat cerita menarik dalam kitab Jataka (Kalingabodhi Jataka) yang menunjukkan bahwa kebutuhan ritual ini sangat dirasakan pada jaman kehidupan Sang Buddha.

Pada waktu itu banyak simpatisan Buddha yang pergi ke Vihara Jetavana, Savathi untuk mengunjungi Sang Buddha. Mereka sangat kecewa karena pada saat berkunjung tidak dapat bertemu Sang Buddha kemudian mereka meninggalkan persembahan berupa âmisa-pûjâ di luar kuti Sang Buddha. Anathapindika, salah satu penyokong (dâyaka) memperhatikan hal ini dan memohon kepada Bhante Ananda untuk minta penjelasan Sang Buddha mengenai kasus tersebut.

Sang Buddha menjelaskan bahwa sebagai gantinya, jika Tathagata tidak ada, orang-orang dapat melakukan penghormatan pada tiga jenis tempat (cetiya). Ketiga tempat itu adalah sebagai berikut:

1. Objek penghormatan terhadap sisa jasmani Sang Buddha/Relik (Saririka Dhatu Cetiya)

2. Objek penghormatan terhadap penggunaan pribadi Sang Buddha (Paribhogika Cetiya)

3. Objek penghormatan yang mengingatkan pada Sang Buddha (Uddesika Cetiya).

Pada perkembangannya ditambahkan satu objek lain yaitu Dhamma Cetiya objek penghormatan ini berupa kitab Suci Tipitaka sebagai karya agung, ajaran yang telah ditemukan dan dibabarkan oleh Sang Buddha pada umat manusia dan sekarang telah dibukukan. Tentunya ini akan mendidik kita untuk memperlakukan Kitab Suci Tipitaka dengan hormat kalau kita jarang melihat Tipitaka, mulailah dengan merawat pada Paritta, Dhammapada dan buku-buku Dhamma lainnya, dengan meletakkan di tempat yang sesuai, jangan dilangkahi atau dilempar-lempar.

Umat Buddha dalam mengekspresikan baktinya kepada Sang Buddha dilakukan melalui pemujaan, termasuk membuat persembahan (pûjâ) pada cetiya-cetiya yang telah disebutkan di atas. Ritual pemujaan adalah suatu alat, suatu cara dimana dengan melakukannya pikiran-pikiran dan emosi yang baik ditimbulkan. Jadi ritual keagamaan bukanlah tujuan akhir, dari itu semua yakin bahwa dengan upacara-upacara dapat menghasilkan kesucian (Silabataparamasa) pada kenyataannya adalah suatu belenggu (Samyojana) yang akan menghalangi kemajuan spiritual seseorang.

Untuk memuja Sang Buddha cara yang tertinggi adalah dengan mempraktekkan Dhamma dan vinaya secara benar, sempurna dan secara menyeluruh (dhammanadhammatipano). Secara menyeluruh artinya bahwa semua aspek Dhamma juga sebaiknya dipraktekkan yaitu praktek moral, meditasi dan pengembangan batin. Praktek Dhamma harus seimbang dan menyeluruh misalnya keyakinan harus diimbangi dengan kebijaksanaan. Jadi sebenarnya jenis cetiya apapun sebagai objek pemujaan akan membantu kita dalam membangkitkan keyakinan yang mana akan menimbulkan dan menjaga hubungan kita dengan Dhamma. Hanya dengan praktek dan merealisasikan Dhamma kita dapat benar-benar melihat dan memandang Sang Buddha. Inilah pemujaan tertinggi terhadap Sang Buddha yang hendaknya dijalankan oleh cara kita semua.

41
Theravada / Empat makanan Keinginan manusia
« on: 02 October 2009, 09:55:47 PM »
Empat makanan Keinginan manusia

Pattakamma Sutta, Samyutta Nikaya menyebutkan bahwa terdapat empat hal di dunia ini yang selalu diagung-agungkan, dicita-citakan dan selalu di harapkan oleh setiap orang, tetapi hal itu sangat sulit untuk di dapatkan. Empat hal tersebut adalah:

1. Harapan untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma.
2. Cita-cita untuk menjadi orang yang terpandang di dalam masyarakat.
3. Harapan agar mempunyai umur yang panjang dan selalu sehat.
4. Setelah meninggal bisa terlahir di alam-alam bahagia, yaitu terlahir di alam surga.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataannya keempat tersebut memang selalu di harapkan oleh setiap orang. Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kekayaan memang tidak sulit, tetapi untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma merupakan hal yang tidak mudah. Demikian juga setelah mendapatkan kekayaan kita mempunyai harapan agar kita menjadi orang yang terpandang. Jika seseorang mengumpulkan kekayaan dengan jalan yang benar, maka dia akan dihormati oleh masyarakat, dan tentunya akan membawa efek kepada keluarga dan juga kepada gurunya. Perbuatan baik yang telah kita tanam menyebabkan seseorang mendapat kesehatan dan umur panjang, tetapi menurut agama Buddha tidak ada sesuatu yang terbentuk bersikap kekal. Oleh karena itu, setelah memdapatkan hal-hal tersebut diatas, maka harapan terakhir adalah dapat terlahir kembali di alam-alam yang membahagiakan. Jadi disini sudah jelas bahwa Sang Buddha menasehatkan kepda kita bahwa kekayaan atau harta materi bukanlah satu-satunya jalan tujuan dalam hidup kita, dan dalam mengumpulkan materi seseorang diharapkan untuk memperhatikan norma-norma etika dan norma-norma keagamaan, sesuai dengan Dhamma. Lalu bagaimanakah pandangan agama Buddha mengenai kekayaan ini ditinjau dari orangnya? Apakah syarat-syaratnya sehingga seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang kaya? Apakah ukurannya, definisi atau batasannya sehingga sseorang dapat mengatakan dirinya kaya atau justru merasa bahwa dirinya masih miskin? Pada bahasan-bahasan berikutnya akan diterangkan lebih lanjut tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.

Batasan kaya dan miskin menurut ajaran agama Buddha.

Sesungguhnya ukuran atau batasan “kaya dan miskin” itu bersifat psikologis, bersifat kejiwaan dan berlaku relatif di dalam diri masing-masing manusia. Bisa saja antara satu orang dengan orang lain mengartikan batasan antara kaya dan miskisn ini secara berbeda, namun demikian hendaknya kita tetap memiliki target atau patokan sehingga kita dapat mengatakan sebagai “kaya” atau “miskin”.

Lebih lanjut manusia ditinjau dari batasan kaya dan miskin ini dapat dibagi menjadi empat macam kelompok manusia atau empat golongan. Empat penggolongan itu adalah:

A. Orang kaya yang miskin

Manusia kelompok pertama ini memang kaya dalam hal materi, dia memiliki harta dan kekayaan. Tetapi justru dengan kekayaan yang dia miliki itu dia merasa tidak bisa tenang. Yang dipikirkan oleh orang-orang seperti ini adalah bagaimana merubah dan menambah kekayaan. Kekayaan atau harta di nomor satukan, tidak peduli apapun yang dilakukan asalkan hal itu bisa mendatangkan harta dan kekayaan. Bahkan untuk menggunakan kekayaan sendiri saja dia merasa sayang. Dia tidak menggunakan kekayaannya, baik untuk dirinya sendiri dan tidak membagi-bagikan kekayaan kepada orang lain untuk mendapatkan kebajikan (napas attanamsukheti pineti napas vibhajati napas punnakaroti). Kalau dia menggunakan kekayaan itu hanya untuk menanamkan kekayaan itu hanya untuk kebahagiaan dirinya sendiri, tetapi tidak untuk menanamkan kebajikan (attanamsukheti pineti napas vibhajati napas punnamkaroti). Orang seperti ini biasanya keluarganya berantakan, meskipun kaya dalam hal materi tetapi keharmonisan di dalam keluarganya sudah tidak ada lagi. Hubungan antara suami istri dan anak sudah tidak terpikirkan lagi, karena harta dan kekayaan menurut mereka lebih penting daripada semua itu. Orang seperti ini tidak akan hidup bahagia di alam-alam berikutnya, karena walaupun kaya tetapi orang ini tidak bisa menggunakan kekayaannya dengan benar, dia ia akan terlahir dialam menyedihkan. Orang seperti ini dapat dikatakan juga sebagai manusia yang berasal dari tempat yang terang menuju ketempat yang gelap (joti Tamo Parayano).

B. Orang kaya yang kaya

Kelompok orang yang kedua ini adalah orang-orang kaya didalam materi, dia memiliki harta dan kekayaan yang jauh melimpah itu dia mampu mengembangkan kebajikan dan mendapatkan kebahagiaan. Dia bisa menggunakan kekayaan untuk menikmati bagi dirinya sendiri dan untuk kepentingan orang lain, demi menanam kebajikan (attanamsukheti pineti samvibhajati punnamkaroti). Orang-orang dalam kelompok ini adalah orang yang terpuji, karena dia tidak melekat pada kekayaan ( adinnavadassanani) dan tahu menggunakan kekayaan untuk jalan kebebasan (nissaranapanna). Sebagai orang yang kaya dia bisa hidup dengan seimbang, tahu akan berapa banyak uang atau kekayaan yang telah didapatkan dan tahu berapa banyak kekayaanyang harus digunakan (samavijikata). Dia tidak hidup dengan kikir (ajjadumarika) dan juga sebaliknya, dia tidak jatuh dalam gaya hidup yang bersifat konsumerisme, hidup dengan glamour, dan penuh dengan foya-foya (udumbarakhatika). Orang-orang semacam ini akan hidup bahagia, keharmonisan dalam keluarganya selalu terjaga dan dalam masyarakatpun ia akan dihormati dan disegani dengan sendirinya empat macam dalam kehidupannya yang sekarangpun akan diperolehnya, yaitu; kebahagiaan karena dapat memiliki kekayaan (atti sukha), kebahagiaan karena dapat menikmati apa yang telah diperolehnya (bhoga sukha), kebahagiaan karena dapat memenuhi kebutuhannaya sendiri sehingga tidak terjatuh dalam hutang (anavajja sukha). Karena dia bisa mengerti akan kegunaan kekayaan dan menggunakan dengan jalan yang benar, maka ia akan terlahir dialam-alam yang membahagiakan. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari tempat yang terang dan menuju ketempat yabng terang pula (joti-joti parayano).

C. Orang miskin yang kaya

Orang yang tergolong dalam kelompok ketiga ini adalah orang yang tidak memiliki harta atau kekayaan materi yang melimpah, tetapi meskipun demikian dia tidak merasa putus asa atau merasa rendah diri karenanya. Biarpun miskin dia tetap bekerja dengan usaha dan semangat yang tinggi (uttanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhotehi), dan dengan jalan Dhamma (Dhammakehidmammaladdhehi). Dia tetap menjalankan kehidupannya sehari-hari sesuai dengan nroma-norma dalam masyarakat dan norma-norma keagamaan (Dhammacari), Orang seperti ini adalah orang-orang yang memiliki batas-batas kepuasan (santutthi), dia cukup merasa puas dengan apa yang telah didapat sesuai dengan jalan kebenaran dan puas dengan apa yang telah dimilikinya. Meskipun hanya memiliki sedikit harta dan tidak kaya dia tetap menjaga moral (sila) dan melakukan usaha-usaha yang dapat menimbilkan manfaat untuk orang lain serta bermanfaat untuk kedua-duannya. Dia juga tetap menjaga keharmonisan didalam kelaurgannya dan tidak melupakan kawajiban-kewajiban sebagai seorang perumah tangga, seperti; kewajiban kepada pemerintah untuk membayar pajak (rajabali), kewajiban untuk menjamu tamu sesuai dengan kemampuan( atithibali), kewajiban terhadap keluarga (nathibali), kewabijan terhadap para dewa 9devatabali), kewajiban kepada para leluhur yang telah meninggal (pubbhapetabali), kewajiban-kewajiban lainnya. Orang-orang yang seperti ini biarpun miskin harta dalam kehidupannya yang sekarang tetapi dia bisa memperoleh dan menggunakan dari sedikit yang dimilikinya dengan benar maka dia akan dapat terlahir di alam-alam yang bahagia. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari tempat yang gelap tetapi menuju ketempat yang terang (tamo joti parayano).

D. Orang miskin yang miskin

Kelompok orang yang terakhir ini adalah orang-orangyang benar-benar miskin, dia miskin harta atau untuk tidak memiliki kekayaan tetapi juga miskin batinnya (tingkat spiritualnya rendah). Dari kemiskiannya itu justru timbul kebencian (dosa) dan iri hati (issa) begitu melihat orang lain yang kaya. Dia juga tidak bisa menerima kenapa dirinya menjadi miskin dan orang lain bisa kaya. Baginya nasehat-nasehat orang yang bijaksana tidaklah ada gunanya dan dia akan cenderung bergaul dengan orang jahat yang sepaham dengan dirinya. Keharmonisan didalam keluarganya pun tidak bisa diharapkan lagi karena orang-orang semacam ini moralnya (sila) sudah tidak terjaga lagi, bahkan untuk melakukan pelanggaran terhadap pelaksanaan sila itu sendiri sering terjadi. Pertengkaran dalam keluarga sering terjadi, cekcok antara suami istri dan anak sudah menjadi sarapan tiap pagi. Mereka tidak pernah mau berusaha dan berjuang keras dengan semangat yang tinggi (napas utthanaviriyadhigatehi) untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan jalan Dhamma (adhammikehidhammaladdhehi) untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan jalan Dhamma (adhammikehidhammaladdhehi) sering dilakukan. Kebanyakan dari mereka hanya mementingkan diri sendiri dan tidak pernah mau peduli dengan orang lain. Yang ada hanyalah kebencian dan iri hati begitu melihat orang lain bahagia. Orang-orang yang seperti ini akan terlahir kembali di alam-alam yang menyedihkan, dapat dikatakan mereka adalah orang-orang yang pergi ke tempat yang gelap dari tempat yang gelap (tamotama parayano).

Bagaimana seharusnya dengan diri kita?

Dalam situasi perkembangan perekonomian yang semakin memuncak, dimana persaingan antar manusia dalam mendapatkan harta atau kekayaan semakin ketat, manusia cenderung semakin serakah dan menjadi makhluk yang mementingkan dirinya sendiri (egois).

Pada dasarnya kekayaan itu sendiri dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu kekayaan materi yang bisa dicuri, dan kekayaan batin yang tidak bisa dicuri. Sangiti sutta menyebutkan kekayaan batin yang tidak dapat dicuri oleh siapapun itu adalah kekayaan ariya yang disebut juga ‘satta ariya dhana’ atau ‘tujuh kekayaan ariya’, yaitu Keyakinan (saddha), kemoralan (sila), malu untuk berbuat jahat (hiri) takut akan akibat dari perbuatan jahat (ottapa), pengetahuan Dhamma atau pendidikan (sutta), Kedermawanan atau kemurahn hati (caga), dan Kebijaksanaan (panna). Tujuh macam kekayaan Dhamma tersebut jauh lebih baik dari kekayaan materi dan ‘satta ariya dhana’ merupakan kekayaan yang terbaik dan tertinggi (anuttaramuttmam dhanagam) Sang Buddha memberikan anjuran kepada kita semua untuk mengembangkan kesejahteraan batin.

Kekayaan itu bersikap netral, baik dan tidaknya tinggal bagaimana seseorang menggunakannya.

Dalam ajaran Sang Buddha tidak ada larangan bagi kita untuk menjadi kaya, tetapi bagaimana cara memperoleh dan cara menggunakan kekayaan itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran atau sesuai dengan ajaran Dhamma.

Jika kekayaan digunakan untuk kejahatan maka hal itu akan menjadi tidak bermanfaat, tetapi jika kekayaan digunakan untuk berbuat kebajikan ini akan sangat bermanfaat. Kekayaan materi bukanlah satu-atunya tolak unsur kebahagiaan, maka dari itu sebagai orang yang kaya jadilah ‘orang kaya yang kaya’ dan jika masih merasa menjadi orang miskin, jadilah ‘orang miskin yang kaya’.

Dalam Dhammapada, Sukha Vagga XV-204 Sang Buddha mengatakan, “Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga” (arogya parama labha, santutthi paramamdhanam). Maka dari itu singkirkan kebencian (dosa) dengan kepedulian terhadap orang lain dan pengembangan cinta kasih kepada semua makhluk (metta), jauhkan diri dari keserakahan (lobha) terhadap harta atau kekayaan materi dengan memiliki batas-batas kepuasan (santithi) dan berusahalah untuk hidup secara sederhana (apicchata) atau tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan materi

42
Theravada / 10 parami
« on: 01 October 2009, 11:56:39 PM »
mungkin semua sudah tahu tentang 10 parami yang di sempurnakan oleh sang boddhisatta,sehingga beliau memperoleh kamma baik untuk menjadi SAMMASAMBUDHA.

baca yang santai yah ^^

---------------------------------------
kelahiran - pencerahan..

pada zaman dahulu di kapilavatthu,ibukota negara sakya,hidup seorang raja sakya bernama Suddhodana bersama
permaisuri dari koliya yang cantik bernama Mahamaya..suatu malam, ratu bermimpi seekor gajah putih yang memegang
bunga teratai putih di belalainya yang diartikan oleh penasihat raja bahwa Sang permaisuri akan segera memiliki anak.

sesuai tradisi di india,permaisuri meminta izin raja untuk pergi ke rumah ayahnya di koliya untuk melahirkan anaknya
dalam perjalanan ke Koliya sang permaisuri melewati taman Lumbini dan beristirahat di bawah pohon sala.
Bayi laki-laki lahir disaat bulan purnama di bulan Visaka.
menurut legenda,setelah di lahirkan sang bayi berjalan 7 langkah ke depan dan jejak tiap langkah nya muncul sekuntum
bunga teratai.
setelah kelahiran bayi nya..ratu Maya segera kembali ke kapilavatthu.bayi dinamakan SIDDHARTA oleh 5 orang bijak yang memeriksa
tanda-tanda kelahiran pada kaki bayi,mereka menyimpulkan sang pangeran akan menjadi RAJA atau menjadi BUDDHA.

raja Suddhodana memutuskan bahwa pangeran hanya boleh menjadi RAJA. dan telah membangun 3 istana untuk 3 musim pada umur
16 tahun menikahkan pangeran dengan Yusodhara. Pada suatu hari,Siddharta meminta izin raja untuk pergi keluar
istana bersama Channa. pada saat mengunjungi kota,secara beruntun selama empat hari.

Siddharta melihat orang tuam,sakit,dan pertapa.
ia berpikir bagaimana menghentikan usia,sakit,mati / ketidakbahagiaan.

sang pangeran memutuskan untuk pergi meninggalkan istana pada tengah malam dengan mengendarai kuda putih, Kanthaka,bersama Channa.
ia menelusuri sungai Anoma dan menjadi pertapa disana.
Lima orang sahabat nya setelah mengetahui hal ini juga meninggalkan rumah dan mengikuti jejaknya menjadi pertapa.
pertapa gotama bersama 5 rekan-nya berguru pada ALARA dan UDDAKA hingga ilmu pertapa-pertapa itu dikuasai seluruh nya oleh beliau.

selanjut nya mereka mulai berlatih puasa dan menyiksa diri hingga 6 tahun,namun tetap belum memperoleh kebijaksanaan.
merasa tidak ada manfaat nya ,maka beliau menghentikan praktek penyiksaan tersebut.
5 temannya merasa kecewa dan meninggalkan nya. Pada suatu hari,seorang wanita dari desa senani yg bernama SUJATA,melihat pertapa
gotama sedang duduk di bawah Pohon Bodhi dan mendanakan nasi,susu kepada-nya. setelah makan.pertapa gotama berlatih meditasi
pernapasan(anasapatti) dengan tekad kuat beliau tak akan bangun dari duduk nya sampai beliau mencapai penerangan sempurna.

Mara dan pengikut nya mencoba menggoda sebelum beliau mencapai penerangan sempurna. begitu pula dengan 3 gadis cantik
bernama Tanha,Arati,Raga. Pada akhirnya di fajar purnama bulan Visaka.
Beluai mencapai penerangan sempurna dan mengetahui jalan untuk melenyapkan ketidakbahagiaan dan penderitaan.
dan beliau pun menemukan kedamaian SEJATI,kebahagiaan dan PEMBEBASAN.

-------------------------------------------------

Pencerahan - parinibbana

setelah mencapai penerangan sempurna. sang buddha merenungkan dhamma yang telah di temukannya. Dia meyakini bahwa
pengetahuan dhamma yang di peroleh nya sangatlah halus dan sulit di serap oleh kebanyakan orang.
Kemudian brahma Sahampati penguasa 3 alam,datang dan memohon kepada beliau untuk membabarkan dhammanya kepada semua orang.

Sang buddha dengan cinta kasih menerima permohonan untuk menyebarkan dhamma, Beliau berpikir kepada siapa seharusnya
membabarkan dhamma ini pertama-tama diajarkan..
Karena kedua guru nya ALARA dan UDDAKA sudah meninggal,maka beliau pergi untuk mengajarkan kepada ke-5 temannya di benares
,dimana sang buddha membabarkan kepada mereka,apa yang di kenal sebagai pemutaran roda DHAMMA atau DHAMMACAKKAPPAVATTANASUTTA.
khotbah pertama di bulan purnama di bukan Asalha. KONDANNA,yang paling bijaksana diantara ke-5 pertapa mendapat pencerahan pertama.

Sang buddha melanjutkan ke wilayah Uruvela dimana tinggal suatu kelompok yang terdiri dari seribu pertapa rambut kusut.
setelah sang buddha memperlihatkan kekuatan supernatural yang luar biasa,tiga pemimpin dari 1000 murid meminta untuk di tahbiskan.
Sang buddha memberikan ajaran sampai mereka mencapai ARAHAT. Bersama bhikkhu-bhikkhu yang baru ditahbiskan Sang buddha
melanjutkan perjalanan ke negara Magadha dimana beliau membabarkan dhamma pada raja Bimbisara dan pengikutnya.
Raja Bimbisara mendanakan hutan bambunya sebagai tempat tinggal sang buddha dan para bhikkhu. Selama beliau tinggal di tempat ini
Sang buddha bertemu dengan kedua murid utamanya bernama YM Sariputta dan YM moggalana.

Suatu malam purnama di bulan magha,1250 bhikkhu yang telah mencapai tingkat arahat berkumpul tanpa ada perjanjian
sebelumnya. Dipertemuan penting ini Sang buddha membabarkan inti sari ajaran beliau yang disebut OVADAPATIMOKKHA.
pencapaian penerangan sempurna Sang buddha kemudian di ketahui raja Suddhodana,Ayah-nya. Untuk beberapa kali,Raja mencoba
mengirim pesan kepada Sang buddha,mengundang nya kembali ke kapilavatthu. tetapi para pesuruh itu setelah mendengar
ajaran Sang buddha meminta untuk di tahbiskan. Akhirnya Sang buddha menerima undangan Sang raja dan pergi ke kapilavatthu.

Disana beliau mentahbiskan RAHULA,pangeran muda dan membabarkan dhamma kepada Suddhodana dan Bimba,ibunda rahula sampai mendapat pencerahan.
Selain itu,Sang buddha juga membabarkan dhamma kepada ibunya di surga. Sang buddha telah membabarkan dhamma selama 45 tahun sebelum beliau parinibbana
di bulan purnamana.

kata-kata terakhir beliau di ucapkan kepada para bhikkhu adalah "OH,BHIKKHU,SEMUA YANG TERBENTUK DI DUNIA INI BERUBAH,BERKERJA KERAS LAH UNTUK
MENDAPATKAN PEMBEBASAN MU SENDIRI"..kemudian beliau pun wafat(Parinibbana) pada bulan waisak di bulan purnama tanpa meninggalkan apapun yang dapat
menyebabkan kelahiran kembali di dunia ini atau di dunia lainnya.



-------------------------------------------
1.Nekkhamma parami ( kesempurnaan tertinggi dari pelepasan )

pada zaman dahulu hidup seorang raja kasiraja di benares yang tidak mempunyai anak laki-laki ataupun perempuan.
permaisurinya,Candadevi,terkenal akan kebajikannya. Permaisuri memohon kepada dewa sakka yang agung untuk diberikan seorang
anak laki-laki kemudian diberi nama Temiya-Kumaro.

Saat Temiya masih berusia 1 bulan,dia dibawa ke singgasana kerajaan oleh ayahnya dan duduk di pangkuan sang raja.
Pada saat itu ada 4 orang perampok yang di bawa kehadapan raja untuk di hukum. Temiya menyaksikan ayahnya menghukum
salah satu perampok dengan 1.000 cambukan sedangkan yg lainnya di penjara dan dirantai.
yang ke-3 di bunuh dengan ditombak dan yg ke-4 di tembak.

bayi boddhisatva sangat takut akan keputusan ayahnya karena hal itu akan ayahnya terlahir di alam neraka.
seorang dewi yang tinggal didalam payung diatasnya,menyarankan beliau untuk berpura-pura bodoh. sehingga rakyat
menolak untuk menobatkan beliau menjadi raja. Boddhisatta pun mulai menunjukkan tanda-tanda kebodohannya.
sementara bayi yang lain menangis meminta susu.
Temiya tidak mengeluarkan suara.

ibu dan para pengasuhnya pun mencoba menakutinya agar berbicara, mereka membiarkan ular membelitnya,membiarkan serangga
menyelubungi dan menggigitnya tetapi beliau tidak bergerak.

pada umur 16 tahun,mereka mencoba menggoda nya dengan gadis cantik,tetapi tidak berhasil.
akhirnya sang raja pun bertanya kepada brahmana apa yang harus dilakukan.
mereka menyarankan untuk menguburkan anaknya di pemakaman..
keesokan fajar berikutnya. sang raja memberikan perintah terakhirnya kepada Sunanda pengendara kereta kuda yang membawa
pergi Temiya dan menguburnya.

Sang boddhisattva pun mengetahui bahwa pada saat itu beliau diambang pintu menuju kebebasan, Dan ketika Sunanda sedang bekerja
menggali kuburan, Temiya melatih anggota badan dengan berjalan kembali dan seterusnya sampai beliau merasa telah
mempunyai cukup kekuatan.
Boddhisattva mencengkram bagian belakang dari kereta kuda dan mengangkatnya tinggi-tinggi hanya dengan satu tangan
seolah-olah itu adalah kereta kuda mainan.
Melihat kejadian itu Sunanda segerta berlutut dan dengan tergagap ia berkata bahwa akan menjadi suatu kehormatan
baginya untuk mengawal pangeran kembali ke-kerajaan untuk mewarisi tahta kerajaan. Temiya menjabarkan kehidupan sebelumnya
dan generasi berikut nya di neraka dan kemudian memerintahkan Sunanda untuk kembali keistana secepatnya untuk memberitahukan
bahwa beliau masih hidup dan tidak perlu berduka.
karena kehilangan anak satu-satu nya.

Setelah sang raja diberitahukan tentang hal tersebut. sang raja dan permaisuri langsung pergi keluar kota. dengan harapan
dapat membujuk pangeran untuk pulang ke istana, tetapi mereka menemukan anak nya telah tinggal di gubuk dalam pakaian pertapa.

Temiya menyambut mereka dan menjelaskan kepada mereka alasan dari penyangkalan dirinya selama 16 tahun,
Setelah itu mereka tidak lagi memohon kepada beliau untuk memakai mahkota bahkan mereka pun turut terinspirasi untuk menjalankan
kehidupan suci.

Jataka ini menunjukkan kesempurnaan tertinggi dari pelepasan boddhisattva.

---------------------------------------------------------------------
2. Viriya Parami ( kesempurnaan tertinggi dari semangat )

Pada zaman dulu,ada seorang raja Aritthajanaka dari Mithila. Beliau menjadi curiga dan takut pada saudara laki-lakinya,
Polajanaka, Dia merantai Polajanaka. Polajanaka menyatakan dirinya tidak bersalah, dan ajaib nya rantainya terlepas
dan dia pun melarikan diri. kemuia dia kembali bersama pengikutnya untuk membalas dendam.

Raja Aritthajanaka meninggal dalam peperangan dan istri nya sedang mengandung melarikan diri dari mithila dengan pertolongan Sakka(raja
dari pada para dewa), yang membawanya dengan kereta ke Kalacampa untuk tinggal bersama seorang guru brahmana yang ternama.
Ratu melahirkan anak laki-laki yang diberi nama mengikuti kakeknya, Mahajanaka. Mahajanaka sering di ejek oleh teman mainnya dan di sebut "anak janda".

suatu hari ia menemui ibunya,mengancam akan menggigit dada ibunya jika dia tidak diberitahu siapa ayahnya.
ibunya di paksa mengungkapkan rahasia kelahiran bahwa ia adalah anak dari raja sebelumnya di mithila.
Ketika umur 16 tahun,dia bertekad untuk merebut kembali kerajaan ayahnya dengan bekal beberapa perhiasan dari ibunya.

Dia naik kapal pedagang,setelah 7 hari terombang ambing di samudra,kapal yang muatannya melewati batas itu pun patah dan mulai tenggelam.
Sang boddhisatta tidaklah panik. Beliau dengan kekuatannya mampu melompat dari kapal dan terapung-apung selama 7 hari.

Selama waktu ini,Dewi manimekhala yang sedang menikmati kesenangan surgawi, mengabaikan tugasnya sebagai penjaga lautan.
Akhirnya dia melihat Mahajanaka an menggendong mahajanaka di tangannya, kemudian menerbangkan dan membaringkannya di antara pepohonan mangga di mithila.
Bertepatan dengan saat itu raja Polajanaka jatuh sakit dan meninggal. Sang raja memberitahukan kepada mentri untuk menjadi seorang laki-laki yang pantas
menjadi seorang raja bila dapat menjawab teka-teki tertentu. dapat merentangkan busur sang raja yang sangat kuat dan disukai oleh anak perempuannya.
putri Sivali. ada banyak pemuda mencoba untuk meraih tahta itu,tetapi tidak berhasil. Akhirnya para mentri memutuskan untuk mengeluarkan kereta kerajaan
untuk meneruskan penerus tahta Polajanaka.

Kereta tersebut membawa mereka dimana Mahajanaka tertidur. Mereka mengamati Boddhisatta MAHAJANAKA,mengenali tanda kerajaan kakinya dan membawa ke mithila untuk
menobatkan beliau menjadi raja. Mahajanaka juga mampu memenuhi persyaratan untuk menjadi raja.

Suatu hari ketika Sang raja(mahajanaka) berpergian bersama para mentrinya
beliau mengamati 2 pohon mangga. salah satu pohon buahnya banyak, patah dahannya dikarenakan banyak orang berusaha untuk memetik buahnya.
sementara pohon lainnya walau tidak ada buahnya,tetap berdiri dengan tegak dan hijau. Mahajanaka pun mengerti hidup sebagai seorang pertapa.Beliau
meninggalkan ratu dan tahta nya.kemudian menemukan jalan hidup nya sebagai pertapa dan akhirnya memasuki surga brahma.

jataka ini menujukkan kesempurnaan tertinggi dari semangat(kegigihan) sang boddhisatta.

-------------------------------------------------------------------------
3. Metta Parami ( kesempurnaan tertinggi dari cinta kasih )

Pada Zaman dulu, ada sepasang pertapa yang dipaksa untuk menikah oleh orang tuanya. sehingga mereka diam-diam memutuskan untuk hidup sebagai kakak-adik.
Sakka raja para dewa,mengetahui bahwa mereka akan tertimpa kemalangan yang dapat menyebabkan mereka buta karena pada kehidupan lampau,mereka menyebabkan kebutaan
pada pasien mereka. Sakka mencoba meyakinkan mereka bahwa harus melahirkan seorang anak laki-laki.
pasangan pertapa tersebut menolak keras nasehat tersebut.

Akhirnya Sakka menasehati untuk meletakka telapak tangannya di perut istri. Dengan cara inilah Boddhisatta lahir dan dinamai Suvannasam atau Sama.
pada usia 16 tahun,sebagaimana diramalkan sebelumnya. kemalangan menimpa kedua orang tua nya.
ketika dalam perjalanan pulang setelah seharian mengumpulkan buah-buahan,seekor ular tiba-tiba menyemprotkan bisa mematikan pada mereka dan seketika
membutakan mereka. sejak saat itu SAMA menjadi harapan dan sadaran satu-satunya bagi mereka.
Sama mengikatkan tali dan tonggak bambu sebagai penujuk arah untuk mereka ikuti.

Dia mengumpulkan dan memberi makan mereka buah-buahan segar,setiap hari pergi ke kolam untuk mengisi air kendi untuk mereka, Ia memandikan mereka dan
menghibur mereka.

Suatu malam,ketika SAMA sedang mengambilkan air untuk malam hari,seorang raja benares yang bernama Piliyakka berburu di hutan saat ia melihat SAMA dengan
sekumpulan kijang. raja pun menembakkan panah beracun kepada SAMA. SAMA jtuh secara perlahan ke tanah dan bertanya siapa yang menginginkan kematiannya
dan untuk apa?..Raja piliyakka terkejut mendengar suara SAMA yang tidak menujukkan amarah sedikit pun. Ketika mereka berbicara,Sang raja berpura-pura
bahwa ia telah mengarahkan pada salah satu RUSA, Tetapi SAMA mendantangi rusa tersebut dan mengagetkannya..
SAMA menyatakan bahwa RAja telah berbohong...
akhirnya Piliyakka mengaku, Tetap saja SAMA sangat berduka karena orang tua nya yang buta, Siapa yang memberi mereka makan sekarang?

Sang raja merasa malu dan berjanji pada SAMA untuk merawat orang tua nya sama seperti orang tuanya sendiri.
Kemudian SAMA pun hilang kesadarannya.Piliyakka berpikir bahwa SAMA telah meninggal.
Pada saat yang sama.seorang dewi yang pernah menjadi ibu SAMA di kelahiran sebelum nya berkata kepada raja.
"anda telah melakukan hal yang menyedihkan,pergi dan asuhlah kedua orang tua buta itu, Kalau tidak anda akan terlahir di alam neraka."

menuruti kata-kata dewi itu,Piliyakka pun pergi ke pertapaan. disana dia mengakui kejahatannya pada orang tua SAMA.
Mereka berduka dan meminta raja menunjukkan jalan menuju jenazah sang anak. Setelah sampai di tempat anak mereka, kedua pertapa itu berlutut dan menangis.
Ketika ibunya diikuti dengan ayahnya,sang dewi pun berdoa, tubuh SAMA pun secara perlahan-lahan berbalik ke satu sisi.
Dan SAMA pun pulih seperti sedia kala.
Sang raja sangat heran akan keajaiban yang disaksikan nya. ia pun meninggalkan hutan dan kembali ke benares dengan kesan mendalam terhadap pelajaran
yang didapatkan dari SAMA.

Jataka ini menujukkan kesempurnaan tertinggi dari cinta kasih sang boddhisatta.

43
Diskusi Umum / Tanda-Tanda kalau sudah mau meninggal
« on: 26 September 2009, 06:34:53 PM »
1.sesak nafas
sulit bernafas, ketika sudah sulit bernafas....dan bernafas tidak beraturan.....biasanya penderita menutup mata-nya....
dan menjelang 10 detik sebelum kematian, penderita membuka mata dan melihat sekeliling-nya....[biasanya minta pamitan]
hal ini dialami oleh leluhur saya dulu...yang menunggu anaknya datang dari jauh dan ketika itu membuka mata-nya dan tanpa bicara,
menutup kembali dan END.

2.melambaikan tangan[tanda perpisahan]
penderita biasanya ketika 10 detik sebelum meninggal melambaikan tangan kepada sanak familiy yang hadir, dan mengucapkan salam perpisahan...kemudian END.

3.tidak nafsu makan..
jika penderita sudah dihidangkan makanan, dan mengatakan tidak nafsu makan......biasanya kurang 24 jam sudah END....


dari semua yang saya tahu, nomor 1[sulit bernafas] paling dominan...lain halnya kalau kecelakaan lalu lintas.... :)
kalau nomor 2 di kategorikan RIP[rest in peace]


44
Diskusi Umum / masalah lucu dan nilai luhur
« on: 17 September 2009, 05:03:39 PM »
sebelum nya saya minta maaf pada saudara ario...bukan bermaksud menjatuhkan dagangan anda....
tapi saya rasa ini perlu pembahasan..

menciptakan T-shirt bergambar buddhism tetapi dibuat lucu dan imut...ini sama saja mengurangi nilai luhur ke-agungan seorang Buddha...apalagi mengingat Buddha adalah maha guru besar..

bagaimana andai besok-besok muncul Celana kolor bergambar buddhism, ataupun Bra bergambar buddhism..
kemudian bisa saja muncul toilet bergambar buddha....

tentu hal ini tidak ber-efek pada kehidupan sangha...
tetapi orang yang tidak mengerti dhamma bisa saja menimbulkan sifat benci
dan orang yang tidak mengerti lebih dibuat tidak mengerti.
saya rasa ada baiknya menghindari hal ini.

bukannya melekat terhadap gambar...tetapi secara tidak langsung saya rasa mengajarkan yang kurang baik kepada masyarakat luas...khususnya kepada citra Buddha sendiri....

menurut saya sebisa mungkin kalau bisa dihindari...kalau tidak bisa yah biarkan saja...

memang niat[cettana] tidak demikian, tetapi alangkah baiknya melihat efek yang ditimbulkan akibat hal tersebut.

karena banyak orang mau berbuat baik, tetapi kadang cara yang dipakai ternyata salah.
ambil contoh lah pada buddhabar..manajemen nya tdk berniat melecehkan umat buddha, bahkan katanya kalau orang di bar bisa relaxsasi.....bernuansa ke-agama-an....
tapi hasilnya? 

no offense ya...saran only...

45
Buddhisme untuk Pemula / Manakah membawa pencerahan ?
« on: 15 September 2009, 10:25:33 AM »
karena demikian besarnya Aliran buddhisme...
bahkan mungkin aliran apa saja yang menCOMOT nama BUDDHA sudah langsung dikatakan ajaran buddha....

karena itu butuh perkotak-kan bahwa mana ajaran membawa Pencerahan mana Ajaran Tidak membawa pencerahan butuh diperjelas...

sekali lagi isi thread ini tidak menyerang member atau membahas masalah personal............

dalam Simsapa Sutta SangBuddha mengambil segenggam Daun dan mengatakan bahwa

Quote
Karena hal-hal tersebut berhubungan dengan tujuan, berhubungan dengan prinsip dari kehidupan suci, dan membawa pada pembebasan, pada pelepasan, pada penghentian, pada ketenangan, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada pelepasan. Inilah mengapa aku mengajarkan hal-hal tersebut.

Quote
this is what I have taught. And why have I taught these things? Because they are connected with the goal, relate to the rudiments of the holy life, and lead to disenchantment, to dispassion, to cessation, to calm, to direct knowledge, to self-awakening, to Unbinding. This is why I have taught them.

jadi jelas SangBuddha mengkotakkan Ajaran mana membawa pencerahan......

banyaknya alasan bahwa "ada 84.000 cara mencapai pencerahan" adalah alasan tentu diragukan.....karena membahas 1.000 cara saja mungkin sudah kabur..
sebelum buram terlalu jauh..........

setidaknya perlu nya dibahas mana membawa pencerahan mana tidak..
karena saya menemukan bahwa dalam aliran mahayana [ dikatakan ajaran membawa pencerahan]
dalam beberapa sutra mahayana...membaca sekian kali bisa ini itu....
kalau ini sih saya tidak ada masalah...karena bisa saja kamma baik berbuah maka jadi demikian...
tetapi tentu ada BATAS-nya..

masa sampai buah kamma nya "tidak tua tidak mati bebas dari segala penyakit"
ini namanya sudah terlalu di blow-up[besar-besarkan] hingga bohong.
dan lagi sudah melenceng jauh dari 4 kesunyataan mulia...

bahkan dikatakan sutra yang menjanjikan ini adalah SUTRA TERTINGGI dan sutra lainnya tidak SEBANDING dengan sutra ini..

Quote
Sama seperti Gunung Sumeru yang lebih tinggi dibandingkan semua gunung termasuk Gunung Bumi, Gunung Hitam, Gunung Lingkaran Besi, dan Gunung Sepuluh Pusaka; Saddharma Pundarika Sutra adalah berada diatas semua sutra-sutra lainnya.

Sama seperti Dewa Bulan lebih terang daripada bintang, Saddharma Pundarika Sutra memberikan kita cahaya yang lebih terang dibandingkan sutra-sutra lain sejumlah ribuan milyar sutra. Sama seperti Dewa Matahari melenyapkan seluruh kegelapan, Sutra ini mengusir semua kegelapan iblis.Sama seperti Raja Suci Pemutar Dharma adalah lebih unggul dari raja negara kecil, sutra ini lebih terhormat dibandingkan sutra lainnya.

 _/\_

Pages: 1 2 [3] 4 5 6