Sebagai tambahan pengetahuan dapat dikemukakan bahwa pada abad pertama sesudah Masehi, Raja Kaniska dari Afganistan mengadakan Pesamuan Agung yang tidak dihadiri oleh kelompok Theravãda. Bertitik tolak pada Pesamuaan ini, Agama Buddha mazhab Mahayana berkembang di India dan kemudian meyebar ke negeri Tibet dan Tiongkok. Pada Pasamuan ini disepakati adanya kitab-kitab suci Buddhis dalam Bahasa Sansekerta dengan banyak tambahan sutra-sutra baru yang tidak terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka (Pali).
"Janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari Pertapa Agung yang tidak akan lagi memberitahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat apa pun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi" (Vinaya Pitaka II,284). Maha Kassapa Thera setelah mendengar kata-kata itu memutuskan untuk mengadakan Pesamuan Agung (Konsili) di Rajagaha.
Quote"Janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari Pertapa Agung yang tidak akan lagi memberitahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat apa pun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi" (Vinaya Pitaka II,284). Maha Kassapa Thera setelah mendengar kata-kata itu memutuskan untuk mengadakan Pesamuan Agung (Konsili) di Rajagaha.
Siapakah yg bersedih, meratap? Apakah itu para siswa sang Buddha? Apakah mereka telah mencapai Arahat?
Atau hanya kesalahan persepsi dari Subhaddha saja?
Lalu Maha Kassapa Thera memutuskan utk mengadakan pasamuan Agung... Apakah 'memutuskan' ini sebuah kehendak (kamma)?
Mohon pendapat bro/sis sekalian...
Namo Buddhaya... _/\_ ...
hehehe... seharusnya judul threadnya: sejarah tipitaka menurut sekte theravada
pengakuan mengenai mana yg penambahan belakangan dan mana yg dikurangi akan selalu mengundang pertentangan.
saya sarankan anda membaca sumber dari berbagai pihak dan juga sumber2 netral lainnya.
Iya Cheesy tiap sekte punya versi masing tuh
Apa ngga blunder nantinya (khususnya buat umat awam yang baru belajar seperti saya ini)?bang citra, justru dari sanalah lahir sikap kritis dan tidak cepat percaya membuta.
Kalo saya harus membaca dari banyak sumber... Judulnya 'sama' trus isinya 'lain' (versinya menurut sekte masing-masing)... trus gimana dong kita menentukan sikap...
232. Sewaktu Sang Buddha mencapai Nibbana-akhir di Kusinara, salah seorang murid senior Beliau, Maha Kassapa, dan sekelompok bhikkhu sedang dalam perjalanan menuju Kusinara untuk menjumpai Sang Buddha, namun mereka belum mendengar berita kemangkatan Guru mereka. Dalam perjalanan, mereka bertemu seorang pertapa pengembara yang kemudian menyampaikan berita kemangkatan Sang Buddha yang telah beberapa hari sebelumnya. Begitu mendengar berita ini, beberapa bhikkhu mulai meratap sedih, tapi salah seorang dari mereka, Subhadda, yang menjadi bhikkhu pada usianya yang sudah lanjut, malah berkata:
Disini diperjelas :
- seorang Bhikkhu tua
- yang tidak disiplin
menurut saya orang tua yg dianggap ppenyebab assal perpecahan ajaran buddha sy anggap tidak tepat dari perkataan orang tua yg anda tulis sy sangat setuju...........mengapa....Jadi kalau saja para murid tidak menyusun tipitaka maka perpecahan gak akan ada?
dari kata tersebut walaupun singkat dan mencemaskan sebenarnya kalimat itu adalaah perkataan yg sangat oke..........mari sy mengajak anda untuk merenungi kata bihku tua itu
: "Janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari Pertapa Agung yang tidak akan lagi memberitahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat apa pun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi"
ini adalah salah satu pintu dharma sesungguhnya dimana kita tidak lagi terikat oleh buddha sendiri tapi mencari dengan sendiri dharma itu
dan kata itupun sangat benar kita dsapat berbuat apaun yg kita senangi dan tidak dengan apa yg kita tidak sukai...........
dari kata itu sudah di tegaskan ini adalah kenyataannya setelah buddha wafat...............
dan yg menjadi perpecahaan itu di sebabkan oleh ketakutan yg terlalu over dari pada murid buddha diluar dari ssiswa buddha utama
karena sy yakin murid utama buddha yg telah mengerti akan inti dharma tidak akan mengadakan perkumpulan itu dan sy menyakini bahwa itu di lakukan oleh murid buddha yg kebelinger.............takut akan tersesat sebab tak punya dasar dalam diri buddha dharma..................................................
[at] atasTpi setidaknya rakit diperlukan lah buat menyebrang :)
pencerahan tidak dengan kitab tapi pengertian akan hidup itu adalah kebenaraannya
contoh:
buddha sendiri mencapai pencerahaan tidak terikat oleh kitab yg waktu itu adalah agama hindu itu saja
jd menurut sy yg masih mengandalkan kitab sebenarnya adalah murid yg tersesat......(masih awam)
karena tujuaan kitab hanyalah garis besar ajaran buddha bukan pokok ajara tersebut maka bila kita mau penceraahan hanya dengan mengerti arti kehidupan maka pencerahaan tersebut akan datang seperti murid buddha yg telat mikirnya hanya dengan kata2 sederhana menyapu kotoran sudah dapat pencerahaan.....jadi itu kenyataan yg pasti bahwa hanyya penyelaman hidup dan secepatnya sadar akan hidup itu adalah jalan pastinya...........
[at] ryu....:)) baru seacrh di Google :))
silakan kalau anda ingin di ramal.........
tolong masa kamu kg tau....itu hukum kesunyataan sih....terlalu
tapi pada kebenarannya rakit itu bukan kitab2 yg ada sekarang tapi kitab hidup seseorang dengan menjalankan ajaran buddha kalau benar kita harus berpedoman pada kitab.........Memang tidak dicantumkan harus membaca kitab, tapi tercatat di kitab lho :))
mengapa dalam hukum kesunyataan yg sekali lagi inti ajaran buddha tidak di cantumkan kita harus membaca kitab..................
tapi pada kebenarannya rakit itu bukan kitab2 yg ada sekarang tapi kitab hidup seseorang dengan menjalankan ajaran buddha kalau benar kita harus berpedoman pada kitab.........
mengapa dalam hukum kesunyataan yg sekali lagi inti ajaran buddha tidak di cantumkan kita harus membaca kitab..................
[at]g.citradan keadaan juga bisa menentukan seseorang jadi sesat atau tidak bro :)
bisa dan sangat bisa......sebab buddha mencaapai kebuddhaaan tidak berfokus pada buddha sebelmnya sebab ajaran buddha sebelum nya telah lenyap........
bisa hanya tergantung oleh kharma yg kita pupuk sudah sampai batasnya belum itu aja sebenarnya .....
untuk kata2 sy sudah tekankan mari kita renungkan......
ini adalh murid buddha yg memang tidak 100% dia mau ngajak sesat apa benar......itu tidak jadfi masalah bukannya dia yg kita kwatirkan tapi kita yg menyerap kata2 itu
manusia tidak akan tersesat hanya karena orang lain,dewa, dan buddha.........
tapi diri sendiri yg menentukan sesat atau tidak..............
[at]reenziaAjaran Buddha yang mana dulu nih :)
dari tadi saya sudah katakan bahwa kitab bukan sumber dari pencerahaan tapi kita
walaupun di dunia tanpa kitab ajaran buddha akan ada di setiap manusia yg ingin hidup damai dan bahagia
Mengatakan tercerahkan tanpa kitab, tapi tahu tercerahkan dari kitab juga
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".
====================================================================================
Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
====================================================================================
_/\_
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".
====================================================================================
Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
====================================================================================
_/\_
Nah, syair di dalam Dhammapada inilah yang membingungkan saya, karena awalnya kan belum ada ajaran dalam bentuk kitab (tertulis), tapi mengapa ada syair di atas yaitu "membaca kitab suci"? Apa mungkin salah terjemahan?
Ada yg bisa menjelaskan? please.
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".
====================================================================================
Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
====================================================================================
_/\_
Nah, syair di dalam Dhammapada inilah yang membingungkan saya, karena awalnya kan belum ada ajaran dalam bentuk kitab (tertulis), tapi mengapa ada syair di atas yaitu "membaca kitab suci"? Apa mungkin salah terjemahan?
Ada yg bisa menjelaskan? please.
Kisah Dua Orang Sahabat
DHAMMAPADA I, 19-20
Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.
Bhikkhu lainnya berusaha keras, tekun, dan sangat rajin dalam meditasi sehingga ia mencapai tingkat kesucian arahat dengan pandangan terang analitis.
Pada suatu kesempatan, ketika bhikkhu kedua datang untuk memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana, kedua bhikkhu tersebut bertemu. Bhikkhu ahli Dhamma tidak mengetahui bahwa bhikhhu sahabatnya telah menjadi seorang arahat. Dia memandang rendah bhikkhu kedua itu, dia berpikir bahwa bhikkhu tua ini hanya mengetahui sedikit Dhamma. Maka dia berpikir akan mengajukan pertanyaan kepada sahabatnya, bahkan ingin membuat malu.
Sang Buddha mengetahui tentang maksud tidak baik itu, Sang Buddha juga mengetahui bahwa hasilnya akan membuat kesulitan bagi pengikut luhur seperti bhikkhu terpelajar itu. Dia akan terlahir kembali di alam kehidupan yang lebih rendah.
Dengan dilandasi kasih sayang, Sang Buddha mengunjungi kedua bhikkhu tersebut untuk mencegah sang terpelajar bertanya kepada bhikkhu sahabatnya. Sang Buddha sendiri bertanya perihal "Penunggalan Kesadaran" (jhana) dan "Jalan Kesucian" (magga) kepada guru Dhamma; tetapi dia tidak dapat menjawab karena dia tidak mempraktekkan apa yang telah diajarkan.
Bhikkhu sahabatnya telah mempraktekkan Dhamma dan telah mencapai tingkat kesucian arahat, dapat menjawab semua pertanyaan. Sang Buddha memuji bhikkhu yang telah mempraktekkan Dhamma (vipassaka), tetapi tidak satu kata pujianpun yang diucapkan Beliau untuk orang yang terpelajar (ganthika).
Murid-murid yang berada di tempat itu tidak mengerti, mengapa Sang Buddha memuji bhikkhu tua dan tidak memuji kepada guru yang telah mengajari mereka. Karena itu, Sang Buddha menjelaskan permasalahannya kepada mereka.
Pelajar yang banyak belajar tetapi tidak mempraktekkannya sesuai Dhamma adalah seperti penggembala sapi, yang menjaga sapi-sapi untuk memperoleh upah, sedangkan seseorang yang mempraktekkan sesuai Dhamma adalah seperti pemilik yang menikmati lima manfaat dari hasil pemeliharaan sapi-sapi tersebut. Jadi orang terpelajar hanya menikmati pelayanan yang diberikan oleh murid-muridnya, bukan manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).
Bhikkhu lainnya, berpikir dia mengetahui sedikit dan hanya bisa sedikit dalam menguraikan Dhamma, telah memahami dengan jelas inti dari Dhamma dan telah mempraktekkannya dengan tekun dan penuh semangat; adalah seseorang yang berkelakuan sesuai Dhamma (anudhammacari). Yang telah menghancurkan nafsu indria, kebencian, dan ketidak-tahuan, pikirannya telah bebas dari kekotoran batin, dan dari semua ikatan terhadap dunia ini maupun pada yang selanjutnya, ia benar-benar memperoleh manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 19 dan 20 berikut ini:
Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.
***
Keknya, hanya syair Dhammapada yang telah dipetik oleh Bro Ryu diatas yang berisi tentang "membaca kitab suci", sedangkan yang lain lebih cenderung pada tradisi lisan.Khan dua terpelajar, bisa saja mereka terbiasa membaca.
Keknya, hanya syair Dhammapada yang telah dipetik oleh Bro Ryu diatas yang berisi tentang "membaca kitab suci", sedangkan yang lain lebih cenderung pada tradisi lisan.Khan dua terpelajar, bisa saja mereka terbiasa membaca.
Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.
Ya kalo ngartiin mah bukan bagian aye ah :))
>>>Bisakah kita mencari sendiri dhamma itu tanpa ada seorang 'Buddha'? semudah itukah?
bisa dan sangat bisa......sebab buddha mencaapai kebuddhaaan tidak berfokus pada buddha sebelmnya sebab ajaran buddha sebelum nya telah lenyap........
>>>Apakah kita semua yang walaupun telah bertekad menjadi Bodhisatta, mempunyai 'kemampuan' untuk menjadi paling tidak seorang 'Pacceka Buddha'?
bisa hanya tergantung oleh kharma yg kita pupuk sudah sampai batasnya belum itu aja sebenarnya .....
'berbuat apaun yg kita senangi dan tidak dengan apa yg kita tidak sukai...........'
kata-kata malah membahayakan lho bila tidak dikasih 'pengertian benar' tentang itu...
misalnya:
bagaimana pendapat anda kalau ada seseorang yang mempunyai kegemaran untuk berkelahi, gemar minum minuman keras dsb... apakah ini 'kata itupun sangat benar'?...
untuk kata2 sy sudah tekankan mari kita renungkan......
ini adalh murid buddha yg memang tidak 100% dia mau ngajak sesat apa benar......itu tidak jadfi masalah bukannya dia yg kita kwatirkan tapi kita yg menyerap kata2 it
kitab buka satu2nya atau inti dari manusia bisa hidup bahagia, masuk surga ,mencapai penerangan sempurna dan masuk nibana.....................
Quotekitab buka satu2nya atau inti dari manusia bisa hidup bahagia, masuk surga ,mencapai penerangan sempurna dan masuk nibana.....................
Demikian juga dengan mengandalkan 'pengalaman hidup' saja (walaupun itu disertai 'kebijaksanaan pribadi') toh...?
mengapa?
Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...
kitab memang bukan satu2 nya .. kitab cuman sebagai pedoman duang ... mau masuk surga jg gaperlu baca tipitaka ah ... dari kata2 guru disekulah, ma pa dirumah dan kata2 orang bijak... surga bisa tercapai lah ...
masuk nibana mau ngapain ? jojing ?
btw menurut waliagung hidup bahagia itu seperti apa ?
inilah yg membedakan agama buddha dengan yg lainnya.................
buddha sekali lg menekankan kita mencari jalan hidup/kebahagian/dan penerangan sempurna itu dari diri sendiri.................
bukan arti kita itu umat buddha sombong tp memang kenyataan dan faktanya diri sendiri yg bisa mendapatkan itu semua bukan kitab and agama.......
Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...
Quoteinilah yg membedakan agama buddha dengan yg lainnya.................
buddha sekali lg menekankan kita mencari jalan hidup/kebahagian/dan penerangan sempurna itu dari diri sendiri.................
bukan arti kita itu umat buddha sombong tp memang kenyataan dan faktanya diri sendiri yg bisa mendapatkan itu semua bukan kitab and agama.......QuoteKarena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...
makanya kitab suci juga diperlukan toh...? :)
YA....saya tidak memungkirkan keberadaan kitab.....................
tp alangkah baiknya bila kitab2 itu sebagai perlengkap pengetahuan kita yg perlu kita kaji kembali masih paskah dengan jln hidup kita.......................
membaca amithba buddha di waktu orang sedang menjelang kematian.....
disitu tertulis begitu mudahnya manusia mencapai alam kebahagiaan dengan membaca nama buddha..............................
yg secara logika sy masih ragu (bukan meragukan BUDDHA)
dan itu semua sy pelajari dgn seksama itu karena kita diharuskan/mengsakralkan kitab yg secara betul2 buatan murid BuDDHA
iya sy ngerti ini sejarah thera???
MENDENGAR DHARMA DNG PIKIRAN KASIH.
MELIHAT DHARMA DGN MATA HATI
MEMPRAKTEKAN DHARMA DGN KESADARAN
Sejarah untuk intropeksi,sejarah untk di jd kan bahan pertimbangan
Bukan d jadikan pokok hidup
Walaupun d dunia tak ada agama dan kitab suci
Dharma BUDDHA selalu ada dan kekal selama mahluk hidup masih terbelenggu oleh ikatan kharma.
[at] wali ryu and tulayakin nih?
justru karena ada agama makanya jadi kacau, coba kalau gak ada agama. pasti hukum bisa bertindak adil.
[at] ryu and tulasaya rasa banyak tokoh2 besar yang terpengaruh oleh agamanya untuk berbuat baik :)
ada agama aja dunia kacau...........betul apalagi kaga ada.........
tp kenyataannya banyak orang yg beragama pada masuk penjara................
dan melakukan kejahataan.................
ini sudah mencerminkan bahwa agama tidak bisa merubah dunia menjadi surga hanya karenanya..............
jd tidak salah sy berkata agama dan kitab tak terlalu penting untuk merubah kehidupan menjadi baik..............................
hanya sipat bawaan sejak lahir manusia2 itu yg harus intropeksi...............
[at] ryu and tula
ada agama aja dunia kacau...........betul apalagi kaga ada.........
tp kenyataannya banyak orang yg beragama pada masuk penjara................
dan melakukan kejahataan.................
ini sudah mencerminkan bahwa agama tidak bisa merubah dunia menjadi surga hanya karenanya..............
jd tidak salah sy berkata agama dan kitab tak terlalu penting untuk merubah kehidupan menjadi baik..............................
hanya sipat bawaan sejak lahir manusia2 itu yg harus intropeksi...............
ada agama aja dunia kacau...........betul apalagi kaga ada.........
tp kenyataannya banyak orang yg beragama pada masuk penjara................
dan melakukan kejahataan.................
ini sudah mencerminkan bahwa agama tidak bisa merubah dunia menjadi surga hanya karenanya..............
jd tidak salah sy berkata agama dan kitab tak terlalu penting untuk merubah kehidupan menjadi baik..............................
hanya sipat bawaan sejak lahir manusia2 itu yg harus intropeksi......