//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?  (Read 45854 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #105 on: 13 November 2008, 07:08:47 PM »
Kalau tidak keberatan bisakah bro Candra menceritakan pengalaman meditasi Anda,
Objek apa yg dipakai, dan bagaimana proses awalnya sampai pada titik dimana Anda anggap sebagai puncaknya melalui pengalaman Anda, entah itu yg dirasakan atau yg dilihat.  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #106 on: 13 November 2008, 08:37:50 PM »
Sdr Candra, kalau menurut ajaran Sang Guru memang demikian.

Kemelekatan terhadap kesenangan indrawi itulah yg merupakan salah satu "enerji" yg membuat kita terlahir lagi.

Menurut salah satu sutta, dengan pandangan benar, pengalaman jhana bisa menjadi kunci untuk melepas kenikmatan indrawi tersebut sehingga belenggu nafsu sensual bisa dipatahkan.

disini memang kadang2x tidak realtime diskusinya tapi tetap keep on going terus menerus. nanti malam juga masih akan terus berjalan koq.

permasalahan yang saya hadapi adalah sebagai berikut :

untuk dapat mengalahkan lima rintangan batin, itu bukan hal mudah, diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh.
untuk melenyapkan belenggu sensualitas diperlukan perjuangan yang tidak main-main.

sebagaimana saya ceritakan, jika batin saya dipenuhi dengan banyak noda batin, dengan usaha keras dan kesungguhan untuk dapat melenyapkan semua itu rata-rata saya membutuhkan waktu sekitar 3 minggu. setelah tiga minggu berlalu dan saya menghabiskan hari-hari saya dengan bermeditasi, maka terasalah batin menjadi suci, tanpa lima rintangan batin, tanpa belenggu seksual, dan lima daya mental positif menjadi menonjol dalam diri saya, yaitu keyakinan, semangat, perhatian konsentrasi dan kebijaksanaan. tapi, lima daya mental positif itu tidak secara otomatis lestari dalam diri saya. jika saya lengah, mereka dapat hilang dengan cepat, lebih cepat dari usaha untuk memunculkannya. yang saya heran, ketika saya mulai melakukan aktifitas seks bersama istri saya, kemudian kemampuan batin saya melorot dengan cepat, seakan-akan saya jatuh dari menara yang sangat tinggi. seakan-akan tiga minggu perjuangan saya untuk mengembangkan batin dapat dihancurkan dengan hubungan seks yang dilakukan dalam 5 menit saja. mengapa demikian? saya heran, tak habis pikir.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #107 on: 13 November 2008, 08:44:13 PM »
 [at] atas

udah..

jadi Bhikkhu ajah...

huahuahuahua...
;D

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
pengalaman meditasi
« Reply #108 on: 13 November 2008, 08:53:37 PM »
Kalau tidak keberatan bisakah bro Candra menceritakan pengalaman meditasi Anda,
Objek apa yg dipakai, dan bagaimana proses awalnya sampai pada titik dimana Anda anggap sebagai puncaknya melalui pengalaman Anda, entah itu yg dirasakan atau yg dilihat.  _/\_

baiklah. saya senang menceritakannya.

saya biasa bermeditasi dengan posisi duduk tegak, bersila, pegalangan tangan ditaruh di atas lutut, dengan sikap jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, sementera tiga jari lainnya di luruskan. sikap ini saya lakukan semata-mata agar saya tidak mudah mengantuk saat meditasi.
adapun objek yang menjadi meditasi saya adalah nafas (anasapati?). saya membagi latihan nafas kepada 4 tahapan, sesuai petunjuk meditasi yang saya baca di beberapa situs budhist, terutama samagi-phala. pertama-tama, saya memperhatikan nafas itu keluar dan masuk. saya membatin ketika nafas itu keluar saya berkata "keluar, keluar, keluar" dalam hati. demikian juga ketika nafas masuk, saya berkata, "masuk, masuk, masuk". dan kadang kadang saya hanya memperhatikan tanpa membatin. kadang-kadang saya sebagai muslim mengucapkan subhanalloh ketika masuk, dan alhamdulillah ketika nafas keluar. pada tahap kedua, ketika terasa bahwa konsentrasi saya telah meningkat, saya meningkatkan perhatian terhadap panjang pendeknya nafas, kasar halusnya, cepat lambatnya, dan sebagainya. pada tahap ketiga, konsentrasi saya meningkat lagi dan saya mulai menempatkan perhatian saya pada lubang hidung, dimana terasa ada sensasi sentuhan antara nafas dan kulit lubang hidung. disitulah unsur vitaka dan vicara dapat saya lihat dengan jelas. saya berusaha untuk bertahap pada satu objek itu. ketika konsentrasi saya telah lebih meningkat, lpada tahap keempat alu saya mencoba lebih menenangkan pikiran dengan cara memperhalus nafas sehalus mungkin. lalu nafas saya berjalan dengan sangat lambat, lambat sekali. masuuuk.....panjang, pelan ,dan halus. keluaaar.......panjang, pelan dan halus. tak terdengar bunyi nafas, karena halusnya. semakin halus nafas itu semakin tenang dan lembut pikiran saya. sampai pada tahap ini, saya anggap belum mencapai jhana.
lama kelamaan munculah apa yang saya anggap sebagai ekagata, yaitu keterpusatan pikiran tanpa usaha keras. pemusatan pikiran begitu ringan /mudah. saya hanya perlu menggunakan kehendak dan sedikit usaha untuk dapat tetap berkonsentrasi disitu. sampai pada tahap ini saya menganggap ini tahapan yang sudah sangat dekat dengan jhana pertama. kadang-kadang saya meneruskan latihan hingga jhana ke empat, tapi itu sangat jarang saya lakukan. rata-rata, jika saya telah mencapai tahapan ekagata, atau tahapan sebelum nimita muncul, saya sudah berhenti melakukan meditasi samatha dan meneruskan dengan meditasi vippasanna. demikianlah saya saya alami. tanpa ada guru yang membimbing, saya tidak tahu, benarkah meditasi yang saya lakukan itu menurut pandangan umat budhist yang tentunya lebih ahli? dan tepatkah istilah-istilah yang saya gunakan itu?
« Last Edit: 13 November 2008, 08:55:38 PM by candra_mukti19 »

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #109 on: 13 November 2008, 08:57:50 PM »
[at] atas

udah..

jadi Bhikkhu ajah...

huahuahuahua...
;D

kalo bikhu boleh menikah gak yah? gak saya dah nikah dik. lagian muslim suka polygami. sya cita-citanya malah mo polygami. he..he..he.. ntar apa kata dunia, masa bikhu polygami?

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #110 on: 13 November 2008, 09:28:43 PM »


dear candra,

disinilah pentingnya "pandangan benar"...... karena tanpa pandangan benar itu maka samadhi yg anda lakukan, akan menjurus ke samadhi yg salah secara hakekatnya

kebutuhan itu sebenarnya seperti hidup sehari-hari, yang butuh lebih cepat, lebih besar dan lebih memuaskan.....
darimanakah kebutuhan itu berasal?? dari faktor2 external seperti mobil yg baru, makanan yg lebih enak... ataukah dari diri sendiri yg ingin mobil yg baru atau makanan yg lebih enak??  :D

karena itu, marilah kita coba jujur.... di awal anda akui meditasi itu nikmat, dan ingin berusaha "lebih lama" disana, namun di akhir, anda menyebut bhw faktor2 lingkunganlah yg membuat anda ingin bermeditasi lebih lama

meditasi itu nikmat. sesekali saya bermeditasi untuk menemukan kenikmatan itu. tapi, motivasi untuk mencapai nikmat itu tidaklah kuat dan bukan motivasi utama.  atau apakah sebenarnya terlalu terobsesi dengan kenikmatan tersebut dan menjadikan kenikmatan meditasi menjadi hal yang pokok untuk saya raih? saya tidak tahu. yang saya tahu, dalam kehidupan sehari-hari saya banyak dibebani oleh pekerjaan. ketika sore hari saya seringkali merasa begitu lelah, tekanan mental, dan rasa sakit pada tubuh. saya sadar, bahwa jika itu terjadi artinya saya telah lengah dari meditasi. secara alami semua orang ingin lepas dari keadaan yang menimbulkan perasaan tidak suka tersebut. untuk melepaskan rasa penat, mungkin orang lain yang punya uang akan pergi ke tempat-tempat hiburan malam sehingga merasakan fresh. tapi saya, melepaskan semua kepenatan, rasa sakit dan lelah dengan meditasi. setelah 2 jam bermeditasi pada sore hari, saya merasa bugar kembali, hati saya terhimbur dan sensasi nikmat itu begitu dalam saya rasakan. tapi saya tidak tahu apakah hal itu merupakan usaha untuk mencari nikmat, usaha melepaskan penderitaan, atau usaha merawat kesehatan tubuh? bagaimana menurut anda?

Ini sebenarnya bnyk kita alami dalam hidup sehari2 kita..... salah satunya adalah masturbation brain (kita berasumsi bahwa orang lain itu menginginkan sesuatu) dimana kita mengambil keputusan atas asumsi itu

Misal sakit berat yg tidak terobati.
Bagaimana jika ibu diajari cara utk menangani sakit, dgn cara mengajari beliau meditasi? sudah bnyk kasus org sakit parah yg sembuh krn bermeditasi loh

saya berusaha mengajari ibu saya untuk bermeditasi. dalam keadaan sakit parah, bangunpun sulit, dan kondisi pikirannya dalam keadaan setengah sadar setengah enggak, bagaimanakah caranya saya mengajari dia bermeditasi? ketika saya mengajarkan meditasi kepada para pemuda yang tampak sehat walafiat dan memiliki kecerdasan intlektual, tapi tapi ternyata mereka tidak mudah mencapai suatu pengalaman "cita rasa meditasi" seperti yang saya alami. setelah berbulan-bulan mereka berlatih meditasi, mereka merasa belum "ktemu" apa manfaat meditasi. sungguh aneh. apalagi jika meditasi itu diajarkan kepada ibu saya yang kondisinya repot.

Juga lingkungan yg penuh penderitaan.
Pemancaran metta hanya berfungsi meredam namun selama sumber penderitaan tidak diatasi maka lingkungan anda akan terus menderita (Buddha menyebut bahwa kemiskinan adalah sumber kejahatan)
sama seperti pemberian Rp 100.000/bulan tapi biaya hidup terus melambung... hanya meredam tapi tidak menyembuhkan

Namun sebenarnya alasan utama adalah bahwa kita melekat pada ibu dan lingkungan kita
Kita tidak ingin ibu kita "berubah" dan terus sehat... padahal sudah hukum alam bhw yg lahir pasti akan meninggal. Ini bukan menganjurkan anda utk mencueki ibu anda, tapi jgnlah jadi melekat (terlihat dari anda menangis, ini adalah hasil dari melekat)
Juga anda ingin lingkungan berubah.... karena anda "benci" melihat kejahatan dan ingin membuat jadi "baik".... biasanya disini akan terjadi lingkaran yg tidak berkesudahan : anda ingin lingkungan jadi baik - anda bnyk meditasi - krn smber penderitaan tetap ada, lingkungan tetap jahat - anda makin keras meditasi, dst..dst.... sampai satu titik, kebencian anda akan meledak dan justru akan "menghancurkan" lingkungan itu....

Kondisi inilah yg dialami oleh para ekstrimis yg mengebom...... di awalnya mereka ingin org ikut paham mereka, namun sampai pada 1 titik dimana org masih tidak ikut dan mereka sudah merasa tidak sanggup utk merubah, mereka lalu "merusak"....

disinilah bahayanya candu kemelekatan..... ingin kenikmatan yg lebih dan lebih lagi, dan kalau sudah tidak bisa, akhirnya membuat jadi kebencian yang meluap2.....

buddha menggambarkan kemelekatan seperti daging gosong di penggorengan..... yg makin dilekati, akan makin menyakitkan jika akan dilepas

Karena itu, saya anjurkan anda utk coba perdalam dulu buddhism.... bukan untuk mengkonvesi anda menjadi penganut buddha namun buddhism berisi ajaran yg realistis mengenai bagaimana memahami manusia itu sendiri, bukan bagaimana mengatur lingkungan agar bisa sesuai dengan nafsu manusia

semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi kita semua  _/\_


maksud saya. pada saat saya menangis karena iba pada penderitaan yang dialami ibu saya, maka itu artinya dukha bagi dirinya sendiri. mengapa saya mengalami dukha? itu karena kebodohan batin saya sendiri, karena kemelekatan sendiri. dan bukankah budha telah menjelaskan jalan pembebasannya? maka untuk membebaskan diri saya sendiri dari dukha tersebut, maka saya menempuh satu-satunya jalan yang dibabarkan budha melalui meditasi samtha dan vippasana. melalui praktik meditasi tersebut, akhirnya saya dapat menjadi tenang, tanpa kemelekatan, melihat sifat sejati dari segala sesuatu, dan menyadari bahwa setiap orang menerima apa yang menjadi karmanya di masa lalu. dan karena melalui meditasi itu ada bonus yang saya terima, yaitu "energi penyembuh yang luar biasa". dan saya melihat kesempatan untuk berbuat baik, menimbun parami dengan mentransfer energi penyembuh itu kepada ibu saya. sebab, bukankah akan termasuk kepada karma buruk bila saya mengetahui suatu jalan untuk membebaskan penderitaan yang dialami ibu saya, tapi saya tidak memberikannya? seperti misalnya, bagaimana bila ibu anda sakit keras, perlu uang berobat, dan anda punya uang tabungan. bukankah anda akan bergegas untuk mengambil tabungan tersebut dan menggunakannya untuk berobat ibu anda? demikianlah perumpamaan yang saya lakukan terhdap ibu saya.

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #111 on: 13 November 2008, 09:32:16 PM »
o, iya. Sdr. Karuna Murti, saya udah membalas PM (pesan) anda. tanks!
« Last Edit: 13 November 2008, 09:34:46 PM by candra_mukti19 »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #112 on: 13 November 2008, 10:31:52 PM »

permasalahan yang saya hadapi adalah sebagai berikut :

untuk dapat mengalahkan lima rintangan batin, itu bukan hal mudah, diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh.
untuk melenyapkan belenggu sensualitas diperlukan perjuangan yang tidak main-main.

sebagaimana saya ceritakan, jika batin saya dipenuhi dengan banyak noda batin, dengan usaha keras dan kesungguhan untuk dapat melenyapkan semua itu rata-rata saya membutuhkan waktu sekitar 3 minggu. setelah tiga minggu berlalu dan saya menghabiskan hari-hari saya dengan bermeditasi, maka terasalah batin menjadi suci, tanpa lima rintangan batin, tanpa belenggu seksual, dan lima daya mental positif menjadi menonjol dalam diri saya, yaitu keyakinan, semangat, perhatian konsentrasi dan kebijaksanaan. tapi, lima daya mental positif itu tidak secara otomatis lestari dalam diri saya. jika saya lengah, mereka dapat hilang dengan cepat, lebih cepat dari usaha untuk memunculkannya. yang saya heran, ketika saya mulai melakukan aktifitas seks bersama istri saya, kemudian kemampuan batin saya melorot dengan cepat, seakan-akan saya jatuh dari menara yang sangat tinggi. seakan-akan tiga minggu perjuangan saya untuk mengembangkan batin dapat dihancurkan dengan hubungan seks yang dilakukan dalam 5 menit saja. mengapa demikian? saya heran, tak habis pikir.

akur mas. memang demikian bahwa ketika lima rintangan batin teredam, disanalah konsentrasi kuat muncul.
Nafsu sensual memang seperti riak yg mengacaukan permukaan air yg tenang. sekejab langsung "kacau"

memang hal tersebut tidak lestari karena hanya teredam. Diperlukan banyak faktor sehingga nafsu sensual itu patah sepenuhnya (pada tingkat kesucian anagami)
There is no place like 127.0.0.1

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #113 on: 13 November 2008, 10:40:44 PM »
apa saja faktor yang diperlukan untuk terpenuhinya tingkat kesucian anagami?

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #114 on: 13 November 2008, 10:48:32 PM »

"Terdapat sepuluh belenggu berikut. Apakah sepuluh itu? Lima belenggu rendah & lima belenggu tinggi. Dan apakah saja lima belenggu rendah itu? Pandangan tentang identitas-diri, keraguan, memegang erat aturan-aturan dan latihan-latihan, nafsu keinginan sensual, & keinginan buruk. Inilah lima belenggu rendah. Dan apakah lima belenggu tinggi itu? Keinginan terhadap bentuk, Keinginan terhadap yang tidak berbentuk, kesombongan, kegelisahan, & ketidaktahuan. Inilah lima belenggu tinggi. Dan inilah sepuluh belenggu."

dipatahkannya 5 belenggu rendah sepenuhnya.
There is no place like 127.0.0.1

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #115 on: 13 November 2008, 10:50:33 PM »
Quote
1. Sotäpanna

Belenggu yg harus dipatahkan:

1.  Sakkäyaditthi = Pandangan sesat tentang adanya pribadi,jiwa atau aku yang kekal.

2.  Vicikicchä = Keragu-raguan terhadap Sang Buddha dan AjaranNya.

3.  Silabbataparämäsa = Kepercayaan tahyul bahwa upacara agama saja dapat membebaskan manusia dari penderitaan.

orang yg telah mencapai tingkat kesucian ini terlahir kembali max 7 kali

2. Sakadägämi

Belenggu yg harus dipatahkan:

Melemahkan belenggu-belenggu nomor 4 dan 5.

orang yg telah mencapai tingkat kesucian ini terlahir kembali max 1 kali

3. Anägämi

Belenggu yg harus dipatahkan:

4.  Kämaräga = Nafsu Indriya.

5.  Vyäpäda = Benci, keinginan tidak baik.  

Setelah meninggal dunia, seorang Anägämi akan terlahir di surga Suddhavasa dan disitu akan mencapai Tingkat Arahat.

orang yg telah mencapai tingkat kesucian ini tidak akan terlahir kembali di alam manusia

4. Arahat

Belenggu yg harus dipatahkan:

6.  Ruparäga = Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam bentuk.

7.  Aruparäga = Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam tanpa bentuk.

8.  Mäna = Ketinggian hati yang halus.

9.  Uddhacca = Bathin yang belum seimbang benar.

10.  Avijjä = Kegelapan bathin.

orang yg telah mencapai tingkat kesucian ini dinamakan Buddha, dan tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga

Keterangan  :  

Perbedaan antara Avijjä dan Moha.

Avijjä  =  Kebodohan/kegelapan bathin, karena tidak dapat menembus arti dari Empat Kesunyataan
Mulia, Hukum Tilakkhana, Hukum Paticca-Samuppada, Hukum Kamma.
  
Moha  =  Kebodohan/kegelapan bathin, karena tidak dapat membedakan apa yang baik dan apa yang
tidak baik.

dikutip dari "intisari agama Buddha"...

aku rubah2 dikit..biar yg baca ngerti..
« Last Edit: 13 November 2008, 10:52:45 PM by El Sol »

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #116 on: 13 November 2008, 11:11:58 PM »
bagaimana kalau suatu bentuk pengakuan ? apakah itu termasuk kekotoran batin?

pengakuan maksud saya, misalnya jika saya mengakui "saya ini orang suci".
apakah orang suci tidak boleh mengaku dirinya suci?
apakah akibatnya jika orang suci mengaku dirinya sebagai orang suci? apakah akan menggugurkan kesuciannya.

saya sering mengatakan, "dalam hati saya tidak ada kebencian kepada siapapun". ketika memang saya mengamati tidak ada kebencian. tapi, apakah pengakuan itu menodai batin?


jika faktor yang menyebabkan tercapainya kesucian anagama adalah lenyapnya nafsu indrawi. bukankah itu telah tercapai pada saat tercapainya jhana?
jika faktor yang menyebabkan tercapainya anagami adalah lenyapnya kebencian, maka bukankah kebencian itu muncul dan lenyap dalam diri manusia? atau apakah lenyapnya kebencian tersebut harus permanen? jika lenyapnya kebencian itu permanen, apakah itu bisa disebut kondisi kekal?

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #117 on: 13 November 2008, 11:23:28 PM »
bagaimana kalau suatu bentuk pengakuan ? apakah itu termasuk kekotoran batin?

pengakuan maksud saya, misalnya jika saya mengakui "saya ini orang suci".
apakah orang suci tidak boleh mengaku dirinya suci?
apakah akibatnya jika orang suci mengaku dirinya sebagai orang suci? apakah akan menggugurkan kesuciannya.

saya sering mengatakan, "dalam hati saya tidak ada kebencian kepada siapapun". ketika memang saya mengamati tidak ada kebencian. tapi, apakah pengakuan itu menodai batin?


jika faktor yang menyebabkan tercapainya kesucian anagama adalah lenyapnya nafsu indrawi. bukankah itu telah tercapai pada saat tercapainya jhana?
jika faktor yang menyebabkan tercapainya anagami adalah lenyapnya kebencian, maka bukankah kebencian itu muncul dan lenyap dalam diri manusia? atau apakah lenyapnya kebencian tersebut harus permanen? jika lenyapnya kebencian itu permanen, apakah itu bisa disebut kondisi kekal?


tingkat kesucian ARAHAT dalam ajaran buddha adalah individu yang telah melampaui dualisme, baik dualisme baik-buruk, suci-tidak suci, tinggi-rendah,terpuji-dihina. Tiada lagi CETANA (kehendak berbuat) dalam setiap tindakan seorang ARAHAT. Jika demikian, apakah penting lagi pengakuan ?? bahkan pengakuan dari diri sendiri...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #118 on: 13 November 2008, 11:27:09 PM »


tingkat kesucian ARAHAT dalam ajaran buddha adalah individu yang telah melampaui dualisme, baik dualisme baik-buruk, suci-tidak suci, tinggi-rendah,terpuji-dihina. Tiada lagi CETANA (kehendak berbuat) dalam setiap tindakan seorang ARAHAT. Jika demikian, apakah penting lagi pengakuan ?? bahkan pengakuan dari diri sendiri...

tentu saja seorang arahat tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain. tapi apakah mungkin seorang arahat yang sudah tidak membutuhkan pengakuan itu berkata, "aku adalah orang yang suci" dengan maksud untuk memberikan pelajaran atau untuk menguatkan keyakinan murid-muridnya?

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #119 on: 13 November 2008, 11:28:33 PM »


tingkat kesucian ARAHAT dalam ajaran buddha adalah individu yang telah melampaui dualisme, baik dualisme baik-buruk, suci-tidak suci, tinggi-rendah,terpuji-dihina. Tiada lagi CETANA (kehendak berbuat) dalam setiap tindakan seorang ARAHAT. Jika demikian, apakah penting lagi pengakuan ?? bahkan pengakuan dari diri sendiri...

tentu saja seorang arahat tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain. tapi apakah mungkin seorang arahat yang sudah tidak membutuhkan pengakuan itu berkata, "aku adalah orang yang suci" dengan maksud untuk memberikan pelajaran atau untuk menguatkan keyakinan murid-muridnya?
itu dilarang oleh sang Buddha...

tapi itu berlaku untuk anggota Sangha* saja..

mungkin takut terjadi banyak kekacauan kalo pada ngaku2 suci...

didalam anggota Sangha, hanya sang Buddha saja yg boleh mengaku suci, karena beliau perfect dalam segi debat, dll...

*Sangha =  perkumpulan para Bhikkhu

 

anything