//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: makna Pindapata  (Read 9868 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
makna Pindapata
« on: 08 April 2010, 12:10:55 AM »
Makna Pindapata

Āyudo balado dhīro, vaṇṇado pañibhāṇado sukhassa dātā medhāvī, sukhaṁ so adhigacchati. Āyuṁ datvā balaṁ vaṇṇaṁ, sukhañca paṭibhāṇado dīghāyu yasavā hoti, yattha yatthūpapajjatī’ti.

Ia yang bijaksana, pemberi usia, pemberi kekuatan, pemberi keelokan, pemberi kecerdasan dan pemberi kebahagiaan, akan memperoleh kebahagiaan pula. Setelah memberi umur panjang, kekuatan, keelokan, kebahagiaan dan kecerdasan, dimanapun ia terlahir, akan berusia panjang dan berkedudukan tinggi.
(Bhojanānumodanā Gāthā)

Piṇḍapāta berasal dari dua suku kata, yaitu: Piṇḍa dan Pāta. Piṇḍa berarti gumpalan/bongkahan (makanan) dan Pāta berarti yang dijatuhkan. Jadi dapat diartikan piṇḍapāta adalah bongkahan makanan yang dijatuhkan ke dalam mangkuk (patta) para bhikkhu.

Bagi bhikkhu yang menjalankan praktik keras (dhūthaṅga) harus melakukan piṇḍapāta sebagai salah satu peraturan praktiknya. Ada lima peraturan tentang makanan bagi bhikkhu yang menjalani praktik dhūthaṅga ini yaitu: tekad hanya makan dari hasil piṇḍapāta (piṇḍapātikaṅga), menerima dana dari rumah ke rumah tanpa kecuali (sapadānacārikaṅga), makan tanpa selingan (ekāsanikaṅga), memakan hanya makanan yang ada dalam mangkuk (pattapiṇḍikaṅga), dan tidak makan lagi setelah selesai makan (khalupacchabhattikaṅga).

Pada jaman dahulu, para petapa umumnya menerima dana makanan dari rumah-rumah penduduk untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Begitu pula dengan Sang Buddha, setiap pagi Sang Buddha dan rombongan para bhikkhu pergi meninggalkan vihara, memasuki desa atau kota untuk ber-piṇḍapāta, piṇḍapāta ini merupakan suatu cara pendekatan masyarakat secara agama Buddha. Tak jarang ketika Sang Buddha dan para bhikkhu ber-piṇḍapāta, masyarakat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Sang Buddha atau para bhikkhu, seperti Upatissa yang begitu terkesan melihat Bhikkhu Assaji yang sedang ber-piṇḍapāta atau Bahiya yang berpakaian kulit kayu (Bahiyadaruciriya) berjumpa Sang Buddha saat Beliau ber-piṇḍapāta dan memohon Sang Buddha untuk memberikan uraian Dhamma. Mereka berdua pada akhirnya tertarik untuk menjalani kehidupan kebhikkhuan, Upatissa kelak dikenal dengan nama Sariputta, namun kondisi karma buruk Bahiya berbuah, beliau meninggal diseruduk sapi (jelmaan Asura) ketika mencari perlengkapan kebhikkhuannya, tetapi Bahiya telah mencapai tingkat kesucian Arahat setelah mendengar beberapa kalimat Dhamma dari Sang Buddha.

Pada tahun ketiga, Sang Buddha kembali ke Kapilavatthu atas undangan Raja Suddhodana. Beliau beserta rombongan bhikkhu berangkat dari Rajagaha ke Kapilavatthu.

Sang Buddha beserta rombongan tiba di Kapilavatthu dan berdiam di Nigrodarama. Raja Suddhodana dan penduduk berduyun-duyun menemui Sang Buddha. Karena mengetahui bahwa para orang tua suku Sakya memiliki watak yang sombong, Sang Buddha menunjukkan keajaiban ganda (yamakapāṭihāriya) kepada mereka. Api menyala di bagian atas tubuh Beliau dan air memancar dari tubuh bagian bawah dan sebaliknya. Setelah orang-orang suku Sakya dapat diyakinkan bahwa Sang Buddha telah mencapai ke-Buddha-an, kemudian Beliau duduk dengan tenang di tempat yang telah disediakan.

Raja Suddhodana menanyakan kabar Sang Buddha dan mengajukan beberapa pertanyaan lainnya kepada Beliau. Di akhir tanya jawab, Raja Suddhodana berhasil memperoleh mata Dhamma dan menjadi Sotāpanna. Berhubung tidak mendapat undangan makan di istana, maka keesokan harinya Sang Buddha beserta rombongan memasuki kota Kapilavatthu untuk berpiṇḍapāta. Penduduk kota menjadi gempar. Memang mereka sering melihat seorang petapa atau brahmana ber-piṇḍapāta, tetapi baru sekarang mereka menyaksikan seorang berkasta Khattiya, putra dari seorang raja, berpiṇḍapāta. Berita ini sampai ke telinga Raja Suddhodana, dan raja segera menemui Sang Buddha dan menegur Beliau.

”Mengapa anakku melakukan perbuatan yang sangat memalukan ini? Mengapa anakku tidak datang saja ke istana untuk mengambil makanan? Apakah pantas seorang putra raja meminta-minta makanan di kota, tempat ia dulu sering berjalan-jalan dengan kereta emas? Mengapa anakku membuat malu ayahnya seperti ini?”

”Aku tidak membuat ayah malu, Oh Baginda. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan kita,” jawab Sang Buddha dengan tenang. ”Apa kebiasaan kita? Bagaimana mungkin! Tidak pernah seorang anggota keluarga kita minta-minta makanan seperti ini. Dan anakku mengatakan bahwa ini sudah menjadi kebiasaan kita?”

”Oh, Baginda, ini memang bukan merupakan kebiasaan seorang anggota keluarga kerajaan, tetapi ini adalah kebiasaan para Buddha. Semua Buddha di jaman dahulu hidup dengan jalan mengumpulkan dana makanan dari para penduduk.”

Setelah Raja Suddhodana mendesak agar Sang Buddha beserta rombongan mengambil makanan di istana, maka berangkatlah Sang Buddha beserta rombongan ke sana.

Ada enam kewajiban yang harus dilakukan (kiccavatta) oleh bhikkhu atau sāmaṇera yang berpiṇḍapāta. Enam kewajiban itu adalah:

1. Ia harus mengenakan jubahnya dengan rapi.

2. Ia harus meletakkan mangkuknya di bawah jubah (mangkuk terlindungi oleh jubah).

3. Sebelum meninggalkan vihara, ia harus menyiapkan tempat duduknya, air minum, air pencuci tangan, pencuci kaki, pencuci mangkuk, dan perlengkapan kebhikkhuan lainnya.

4. Ia melaksanakan piṇḍapāta sesuai dengan tata tertib ’Sekhiyadhamma’.

5. Ia hendaknya penuh perhatian pada waktu berada di tempat penduduk.

6. Ketika berpiṇḍapāta, seorang piṇḍapātacarika tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), maka setelah ia kembali ke vihara dan sebelum memakan dana makanan hasil piṇḍapātanya, ia harus mencuci kakinya terlebih dahulu.

Peraturan Pacittiya menjelaskan jika ada umat yang mengundang bhikkhu untuk menerima dana makanan, maka bhikkhu itu dapat menerima tiga mangkuk penuh apabila ia mau. Apabila ia menerima lebih dari tiga mangkuk, maka ia melanggar peraturan Pacittiya. Makanan yang ia terima itu harus pula dibagi kepada bhikkhu lain. Seorang bhikkhu juga dilarang untuk makan di luar waktu yang telah ditentukan (lewat dari tengah hari). Jika melakukan hal ini, maka ia melanggar Pacittiya.

Dalam Piṇḍapātapārisuddhi Sutta, Majjhima Nikāya, Sang Buddha memberikan nasehat kepada para bhikkhu agar selalu menjaga diri sehingga pikiran mereka tetap murni ketika sedang ber-piṇḍapāta atau sedang makan yaitu dengan cara membuang nafsu keinginan, menghapus penghalang, serta mengembangkan pengetahuan tentang Tujuh Faktor Penerangan Sempurna lewat perjuangan yang terus-menerus. Bagi seorang bhikkhu, ada perenungan yang harus dilakukannya ketika ia menggunakan empat kebutuhan pokok, yaitu perenungan sebelum penggunaan (Taṅkhaṇikapaccavekkhaṇa) dan perenungan setelah penggunaan (Atītapaccavekkhaṇa). Ia harus merenungkan tujuan sebenarnya dari penggunaan kebutuhan itu, yaitu untuk mengurangi keserakahan yang muncul dari kebodohan dan kebencian, agar menimbulkan pengertian yang benar dari penggunaan empat kebutuhan pokok itu tanpa keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

Dalam Aṅguttara Nikāya IV.57, Sang Buddha memberikan khotbah singkat kepada seorang wanita dari suku Koliya, Suppavasa. Ia adalah ibu dari Bhikkhu Sivali, Arahat yang paling beruntung. Khotbah ini disampaikan setelah Beliau menerima dana makanan darinya. ”Dengan memberikan makanan, seorang siswa yang luhur memberikan empat hal kepada penerimanya. Apakah yang empat itu? Dia memberikan usia panjang (āyu), keelokan (vaṇṇo), kebahagiaan (sukha), dan kekuatan (bala). Dengan memberikan usia panjang, dia sendiri akan memiliki usia panjang. Dengan memberikan keelokan, dia sendiri akan memiliki keelokan. Dengan memberikan kebahagiaan, dia sendiri akan memiliki kebahagiaan. Dengan memberikan kekuatan, dia sendiri akan memiliki kekuatan. Keempat pahala ini akan diperolehnya secara manusiawi (duniawi) dan surgawi. Dengan memberikan makanan, seorang siswa yang luhur memberikan empat hal ini kepada penerimanya.”

Merupakan kewajiban bhikkhu (vatta), setelah menerima dana makanan membacakan Anumodana Gāthā atau khotbah Dhamma singkat kepada umat yang berdana. Kalimat yang diucapkan biasanya berbunyi, ”Āyu, Vaṇṇo, Sukhaṁ, Balaṁ” artinya semoga anda panjang umur, cantik/tampan (elok), bahagia, dan kuat.



  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: makna Pindapata
« Reply #1 on: 08 April 2010, 08:48:33 AM »
bos, kalo jaman sekrang kan, bikkhu2 nya makan nya di piring tuh...
dan sayur-mayur + lauk pauk pun udah ada yg sedian di meja makanan.
itu begimana tuh yak? berarti udah gak menjalankan pindapatta?

mohon penjelasannya
Samma Vayama

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: makna Pindapata
« Reply #2 on: 08 April 2010, 11:04:48 AM »
bos, kalo jaman sekrang kan, bikkhu2 nya makan nya di piring tuh...
dan sayur-mayur + lauk pauk pun udah ada yg sedian di meja makanan.
itu begimana tuh yak? berarti udah gak menjalankan pindapatta?

mohon penjelasannya
berarti bhikkhu itu ga melakukan praktik keras :))
memang sebagian besar bhikkhu di indonesia jarang pindapatta ke rumah penduduk karena tradisi pindpatta di indonesia tidak di kenal.
pernah saya dengar cerita bhwa ada seorang bhikkhu yg kelapaan di daerah malang karena melakukan pindapatta dan kebetulan orang di sana selama 3 hari tidak ada yg memberi makanan kepada bhikku tersebut.
lain hallnya di negara buddhis pindapatta pasti ada yg kasih :))
lingkungan pula yg menyebabkan bhikkhu di indo ga pindpatta, trus klo pindapatta waktu ada acara yg di adakan ajah selebihnya terlalu banyak umat y7g mau mendanakan makana kepada bhikkhu kita di indo khususnya di jakarta :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: makna Pindapata
« Reply #3 on: 08 April 2010, 11:23:52 PM »
bos, kalo jaman sekrang kan, bikkhu2 nya makan nya di piring tuh...
dan sayur-mayur + lauk pauk pun udah ada yg sedian di meja makanan.
itu begimana tuh yak? berarti udah gak menjalankan pindapatta?

mohon penjelasannya

Sang Buddha mengatakan bahwa ada 4 daerah tempat tinggal seorang bhikkhu,
yang daerahnya cocok untuk berlatih dan bisa bertahan hidup => terus tinggal di daerah itu
yang daerahnya cocok untuk berlatih dan susah bertahan hidup => sebisa mungkin tinggal terus di daerah itu
yang daerahnya gak cocok untuk berlatih dan bisa bertahan hidup => kalau bisa pindah
yang daerahnya gak cocok untuk berlatih dan susah bertahan hidup => secepatnya pindah

kalau indonesia ngotot mau pindapatta mungkin susah bertahan hidup, tapi mungkin cocok untuk berlatih bagi beberapa bhikkhu
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline suraman ceki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
makna Pindapatta?????
« Reply #4 on: 20 June 2011, 12:35:17 PM »
guys!!!!!!!!!!!!
saya mau tau lebih dalam lagi makna dari Pindapatta itu apa yah??
 _/\_

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: makna Pindapata
« Reply #6 on: 20 June 2011, 12:52:00 PM »
Thanks atas info dari Bro hendrako. Thread dari suraman ceki digabung ke dalam thread ini.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: makna Pindapata
« Reply #7 on: 20 June 2011, 12:53:30 PM »
Thanks atas info dari Bro hendrako. Thread dari suraman ceki digabung ke dalam thread ini.

Suraman ceki..... apaan tuh...??
yaa... gitu deh

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: makna Pindapata
« Reply #8 on: 20 June 2011, 01:00:05 PM »

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: makna Pindapata
« Reply #9 on: 20 June 2011, 01:03:30 PM »
kerennnnn lgsg bisa gabung..... ;D

Suraman ceki..... apaan tuh...??
wkwkwkkw....nama member kk

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: makna Pindapata
« Reply #10 on: 20 June 2011, 01:04:07 PM »
kerennnnn lgsg bisa gabung..... ;D

:D

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: makna Pindapata
« Reply #11 on: 20 June 2011, 01:04:11 PM »
Suraman ceki..... apaan tuh...??
cekidot ;D
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: makna Pindapata
« Reply #12 on: 20 June 2011, 01:05:04 PM »
kerennnnn lgsg bisa gabung..... ;D
wkwkwkkw....nama member kk
cute si ceki temen ane ;D
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: makna Pindapata
« Reply #13 on: 20 June 2011, 01:11:17 PM »
yaa... gitu deh

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: makna Pindapata
« Reply #14 on: 20 June 2011, 01:37:54 PM »
ikut nyimak yah om..  :)

kalau di kota saya, pindapata sesekali masih dilakukan, tapi pada hari2 tertentu aja..
dan itupun udah diumumkan ke umat, dengan rute yang telah diatur juga.
jadi pada saat hari pindapata tiba, para umat udah berbaris menunggu bhikkhu yang berpindapata.  ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline suraman ceki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: makna Pindapata
« Reply #15 on: 20 June 2011, 01:51:54 PM »
cekidot ;D
hmmmmppp :|


dan kalo bikkhu sdang berpindapatta bearti hanya dana yang bersifat makanan aja yah yang diterimanya...??
tapi kalo ada umat berdana selain makanan yang sifatnya ga bisa di makan pada saat pindapatta gimana yah Kk??

Offline suraman ceki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 13
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: makna Pindapata
« Reply #16 on: 20 June 2011, 01:59:24 PM »
Suraman ceki..... apaan tuh...??
my nick name kk....salam n tks atas infonya yah??

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: makna Pindapata
« Reply #17 on: 20 June 2011, 02:04:58 PM »
my nick name kk....salam n tks atas infonya yah??

Salam kenal juga ............ ;D
yaa... gitu deh

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: makna Pindapata
« Reply #18 on: 20 June 2011, 07:53:25 PM »
Quote
Piṇḍapāta berasal dari dua suku kata, yaitu: Piṇḍa dan Pāta. Piṇḍa berarti gumpalan/bongkahan (makanan) dan Pāta berarti yang dijatuhkan. Jadi dapat diartikan piṇḍapāta adalah bongkahan makanan yang dijatuhkan ke dalam mangkuk (patta) para bhikkhu.

masih agak tidak mengerti pada kata di atas bro, maaf sebelumnya.

pinda =gumpalan atau bongkahan(makanan)
Pāta  = yang di jatuhkan

pindaPāta =makanan yang di jatuhkan

kok bisa menjadi arti bongkahan makanan yang dijatuhkan kedalam mangkuk?

maaf atas kebodohan saya  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: makna Pindapata
« Reply #19 on: 26 June 2011, 01:39:48 AM »
sepengetahuan kami makanan yang diberikan selalu dalam bentuk bongkahan dan kemudian dijatuhkan kedalam patta.

dari tutur kata seorang mantan samana pd saat di Thai, dia menerima bongkahan beras ketan yang sudah dibentuk sebulat2 unt mempercepat proses antrian dari sekian banyak bhikkhu

dari yang pernah kami lihat secara langsung, disuatu tradisi vihara myanmar, mereka menggunakan batang bambu yang dibentuk seperti sekop untuk memberikan dana nasi pada saat pindapatta (agak dipadatkan tp berbeda bentuk dengan tradisi Thai diatas)




sejauh itu yang kami tau, semoga membantu.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha